Anda di halaman 1dari 16

Kajian Sastra Banding Arab dan Sastra Banding Indonesia Periode Klasik

Magister Bahasa dan Sastra Arab

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Budi ilham

21190222000001

Pendahuluan

Sastra Bandingan adalah suatu disiplin ilmu yang membandingkan karya- karya
sastra. Karya sastra nasional suatu bangsa dengan karya sastra nasional bangsa lain.
Seperti yang telah diketahui bersama teori sastra banding terkiblat teori sastra banding
Prancis atau sering juga disebut dengan sastra banding Mazhab Eropa. Dan yang kedua
adalah sastra banding Mazhab Amerika. Kedua Mazhab tersebut menpunyai tujuan yang
sama yaitu membandingkan dua karya sastra dan mencari persamaan dan perbedaan antar
dua karya sastra yang dibandingkan.
Dalam sastra Arab tokoh sastra bandingan Mazhab Eropa adalah Muhammad
Ghunaimi Hilal, Taha Nada, dan Raimun Tahhan. ADDIN ZOTERO_TEMP Menurut para tokoh
sastra banding Arab teori sastra banding Mazhab Eropa sastra banding adalah sastra
banding adalah kajian terhadap hubungan historis suatu sastra nasional lainnya yang
dalam bahasa Guyard sejarah hubungan- hubungan sastra antar bangsa ADDIN ZOTERO_TEMP
Ghanimi Hilal berpendapat bahwa kajian perbandingan termasuk dalam kajian
kemanusiaan yang menjadi sebab munculnya kebangkitan kesadaran nasional dan
kemanusiaan. Hal seperti ini tampak dalam bentuknya yang sederhana ketika sastra
Romawi mengalami kebangkitan karena mendapat pengaruh dari sastra Yunani
kuno. ADDIN ZOTERO_TEMP
Dalam catatanya sastra Arab telah mampu bertahan dan berkembang selama
kurang lebih 15 abad, dalam kurun waktu yang lumayan lama tersebut sastra Arab telah

ADDIN ZOTERO_TEMP
Sokron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Modern & Klasik (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), p. 1.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Sokron Kamil and others, Ensiklopedi Bahasa Dan Sastra Arab (Depok: Rajawali Pers, 2019), p. 352.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Muhammad Gunaimi Hilal, Al- Adab al- Muqaran (Kairo: Dar an- Nahdah), p. 144.
banyak membangun komunikasi yang interaktif dengan sastra- sastra nasional lainnya.
Tidak hanya menjalin komunikasi sastra Arab juga mampu menebarkan pengaruhnya
ADDIN ZOTERO_TEMP
terhadap karya- karya sastra yang lahir diluar letak geografis Arab.
Dalam sejarahnya sastra Indonesia yang banyak berkembang di dalamnya adalah
sastra Sufi. Salah satu tokoh yang dikenal dalam khazanah sastra Indonesia yang adalah
Hamzah Fansuri. Hamzah Fansuri adalah seorang ahli tasawuf yang banyak melahirkan
karya- karya sastra baik dalam bentuk syair maupun prosa. Menarik jika membahas
mengenai karya seorang Hamzah Fansuri. Apakah benar karya- karya dari Hamzah
Fansuri banyak di pengaruh oleh sastra Arab atau sebaliknya.? Dalam tulisan ini penulis
akan membahas pengaruh sastra Arab dan sastra Indonesia. Sebagai objek kajiannya pada
syair- syair yang ditulis oleh seorang ahli tasawuf dan juga sastrawan yang berasal dari
Indonesia yaitu Hamzah Fansuri.

Pembahasan

A. Sekilas Biografi Hamzah Fansuri


Hamzah Fansuri adalah seorang ahli tasawuf, ia dikenal dengan paham
tasawufnya wahdatul wujud yang dicetuskah oleh Ibnu Arabi. Hamzah Fansuri berasal
dari Pulau Sumatra paling barat yaitu Aceh. Lebih spesifiknya lagi Hamzah Fansuri
berasal dari daerah Barus yang merupakan bagian dari Kerajaan Aceh. Nama
belakangnya di ambil dari daerah kelahirannya yaitu Barus yang apabila diterjemahkan
ke Bahasa Arab menjadi Fansuri. Pada saat nama Hamzah Fansuri muncul pada saat itu
Kerajaan Aceh dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sultan Alaudin Ri‘ayat Syah
Sayid al-Mukammil. Hamzah Fansuri muncul sekitar abad ke – 161. Namun dari
beberapa literatur yang ada tidak ada yang bisa memastikan tanggal dan tahun lahirnya
Hamzah Fansuri. Muhammad Naquib dan Teuku Iskandar menyebutkan bahwa Hamzah
Fansuri lahir di Barus atau Fansur sekitar abad ke – 1 ADDIN ZOTERO_TEMP 6. ADDIN ZOTERO_TEMP
Nama Fansur ini yang menandakan ia berasal dari Barus. Kata Barus bila diterjemahkan
ADDIN ZOTERO_TEMP
Tatik Maryatut Tasnimah, ‘MENELISIK KOSMOPOLITANISME SASTRA ARAB (Kajian Sastra Banding)’,
Adabiyyāt,Vol. 9. No.1 (2010), 1–20.
1
A Hasyimi, Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh (Jakarta: Lotkala, 1984), p. 14.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan XVIII, 4th
edn (Bandung: Mizan, 1998), p. 168.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Edwar Djamaris and Saksono Prinjanto, Hamzah Fansuri Dan Nuruddin Al-Raniri (Jakarta: Direktorat
Jendral Kebudayaan, 1996), p. 1.
ke dalam Bahasa Arab maka menjadi Fansur. Dalam syairnya ia juga yang mengatakan
dirinya berasal dari Sharh Nawi sebuah kota di Siam dimana kota dikenal sebagai tempat
bermukimnya para pedagang dan ulama Arab. ADDIN ZOTERO_TEMP

Hamzah min asalnya Fansuri


Mendapatkan wujud ditanah Sharh Nawi
Beroleh Khilfat ilmu yang ‘ali
Daripada Abdul Qodir Jailani
Hamzah Fansuri adalah seorang ulama besar yang berasal dari Nusantara yang
kenal sebagai seorang tokoh yang membangkitkan atau melahirkan sastra di daerah
Nusantara. Semasa hidupnya Hamzah Fansuri sering melakukan perjalanan ke daerah
Timur Tengah untuk mencari ilmu- ilmu disana. Diantara kota- kota yang berada di
Timur Tengah yang pernah dikunjungi oleh seorang Hamzah Fansuri adalah Mekah.
Madinah. Bagdad, Yerusalem. Di kota- kota tersebut ia mendapatkan dan mempelajari
mengenai tarekat Qoddariyah. Selain ke kota- kota yang berada di Timur Tengah
Hamzah Fansuri juga pernah berkunjung ke wilayah Nusantara yang sekarang ini
menjadi negara Malaysia dan Indonesia, diantaranya adalah Pahang, Kedah, dan Jawa.
Hamzah Fansuri juga menguasai beberapa Bahasa asing seperti Bahasa Arab, Persia, dan
Urdu. Selain itu juga ia adalah seorang penulis yang ulum dan produktif ia banyak
menulis prosa dan syair-syair juga. ADDIN ZOTERO_TEMP . Karya – karya yang dihasilkan oleh
seorang Hamzah Fansuri umunya ditulis dalam tiga Bahasa yaitu Bahasa Arab, Melayu,
dan Persia. ADDIN ZOTERO_TEMP Karena Hamzah Fansuri adalah seorang ulama serta penulis
dan karya- karya banyak berupa syair- syair dan prosa ia disandingkan dengan seorang
pujangga terkemuka yaitu Jalaluddin Rumi. ADDIN ZOTERO_TEMP Selain itu Naquib Al- Attas
juga menegaskan bahwasanya Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang mencetuskan
pantun dalam Bahasa Melayu.

ADDIN ZOTERO_TEMP
A Hasyimi, Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh (Jakarta: Lotkala, 1984), p. 14.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Azra, p. 167.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Sri Mulyani, Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana, 2006), p. 73.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Hasyimi, p. 7.
Dalam masa hidupnya meskipun sebagai seorang ulama dan juga sastrawan yang
banyak memberikan kontribusi khususnya dalam ajaran tasawuf dan sastra, Hamzah
Fansuri juga pernah dimusuhi karena paham dan ajarannya yang ia bawa ke Kepuluan
Nusantara dianggap mengandung doktrin- doktrin yang menyimpang dan sesat dari
ADDIN ZOTERO_TEMP
ajaran agama islam. Menurut Syekh Nuruddin al- Raniri ulama yang
menentang ajaran dan faham dari Hamzah Fansuri mengenai Wahdatul Wujud. Al- Raniri
berpendapat bahwa fatwa dan tulisan Hamzah Fansuri dapat merusak keimanan
seseorang oleh karena itu Hamzah juga dicap sebagai ulama yang telah murtad.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Karena tuduhan dari al- Raniri yang juga berhasil mempengaruhi Raja
Aceh pada saat itu yaitu Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M) yang kemudian
memerintahkan untuk membakar karya- karya dari Hamzah di depan masjid Baitul
Rahman. Diduga juga alasan utama pembakaran karya- karya dari Hamzah Fansuri
ADDIN ZOTERO_TEMP
karena persaingan politik. Peristiwa inilah yang menyebabkan karya-
karya Hamzah yang sampai ke generasi setelahnya hanya sedikit.
Meskipun mendapatkan tentangan namun tidak berarti Hamzah Fansuri tidak
mempunyai pengikut bahwa sampai saat ini paham yang dibawakan oleh Hamzah
Fansuri masih bisa didapati. Diantara sebutan- sebutan pengikut dari Hamzah Fansuri
terkenal dengan sebutan dikenal dengan nama “salik-buta”. Dinamakan “salik-buta”
karena mereka mengajarkan suluk, sebab itu bernamalah meraka salik.Maka pandangan
mereka hanya tertuju pada satu belaka, yakni Allah.Dan Allah dalam diri, buta mereka
dari yang lainnya, nyalang mata mereka kepada yang Esa.Terkenal pula dengan sebutan
“pengkajian Tubuh” dan “Martabat Tujuh”. Dalam sejarah jawa dikenal dengan nama
“Kiyahi Hamzah” dan ajarannya disebut “Kawula Gusti”, di sulawesi dikenal dengan
nama “Thariqat Haji Paloppo. ADDIN ZOTERO_TEMP
B. Pengaruh Sastra Arab terhadap Syair- syair yang ditulis oleh Hamzah Fansuri.
Pada umumnya sebuah karya sastra baik berupa prosa, puisi,syair, dan yang
lainnya tidak mungkin lahir dengan kekosongan. Artinya karya sastra apapun itu lahir
dari sesuatu unsur yang mempengaruhinya. Begitu halnya dengan sastra Indonesia atau
ADDIN ZOTERO_TEMP
Azra, p. 168.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Marwan Suridjo, Sastra Dan Agama Tinjauan Kesusastraan Indonesia Modern Bercorak Islam, 1st
edn (Jakarta: Penamadani, 2006), pp. 27–29.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Hasyimi, p. 13.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Suridjo, p. 29.
sastra Nusantara tidak lahir dengan sendirinya. Apalagi Indonesia dalam sejarahnya
secara geografis berada pada jalur perdagangan, dan juga dalam sejarahnya banyak para
pedangang yang berasal dari Arab yang mampir ke Nusantara.
Hamzah Fansuri seorang sastrawan ulum dari Nusantara dengan berbagai
karyanya yang luar biasa. Karya- karya atau syair- syair yang ditulis oleh Hamzah
Fansuri disiyalir terpengaruh dari sastra Arab. Hal ini tentunya tidak bisa dianggap
mengada- ada setidaknya ada beberapa indikator yang membuktikan bahwa karya- karya
dari Hamzah Fansuri dipengaruhi oleh sastra Arab diantaranya adalah bahasa, ideologi,
gaya bahasa. Salah satu bukti yang kuat yang menandai bahwa karya- karya dari Hamzah
Fansuri dipengaruhi oleh sastra Arab adalah bisa dilihat dari riwayat hidupnya
sebagaimana yang disajikan terdahulu. Pertama Hamzah Fansuri dari riwayat hidupnya
pernah menimba ilmu serta melakukan perjalanan ke kota- kota yang berada di wilayah
Timur Tengah seperti Mekah, Madinah, Bagdad, dan Yerusalem. Kemudian yang kedua
adalah ia pernah menetap diwilayah Timur Tengah hal ini ditandai dengan dalam salah
satu syairnya yang ia tulis mengatakan dirinya berasal Sharh Nawi di kota Siam dimana
merupakan tempat para pedagang dan ulama Arab dan Persia. ADDIN ZOTERO_TEMP
a) Bahasa
Dari segi bahasa dapat dilihat bahwa disana dalam syair- syair yang ditulis oleh
Hamzah Fansuri tersebut dipengaruhi oleh sastra Arab. Dalam syair- syair Hamzah
Fansuri banyak didapati kosakata yang diserap dari bahasa Arab. Hampir dalam
setiap bait syairnya terdapat kosakata yang diserap dari Bahasa Arab. Sesuai dengan
komentar Abdul Hadi sebagai berikut
"Jika kita membaca syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Syeikh Hamzah
Fansuri, akan tampak betapa besarnya jasa Syeikh di dalam proses Islamisasi
bahasa Melayu, dan Islamisasi bahasa adalah sama saja dengan Islamisasi
pemikiran dan kebudayaan. Di dalam 32 ikat-ikatan syairnya saja terdapat
kurang lebih 700 kata ambilan dari bahasa Arab, yang bukan saja memperkaya
pembendaharaan kata bahasa Melayu, tetapi dengan demikian juga
mengintegrasikan konsep-konsep Islam di dalam berbagai bidang kehidupan ke
dalam sistem bahasa dan budaya Melayu. Syekh telah melakukan destruksi
ADDIN ZOTERO_TEMP
Bobbi Aidi Rahman, ‘SASTRA ARAB DAN PENGARUHNYA TERHADAP SYAIR-SYAIR HAMZAH FANSURI’,
Tsaqofah & Tarikh,Vol 1.No 1 (2018), 29–46.
radikal terhadap bahasa Melayu lama yang beku dan tak lagi berkembang, dan
dari kreatifitasnya tersebut lahirlah bahasa Melayu yang benar-benar baru,
dengan ciri-ciri dasar sistem linguistik yang tetap orisinil dan bertahan hingga
abad 20.” ADDIN ZOTERO_TEMP
Dengan komentar dari Abdul Hadi tersebut semakin memperkuat bahwa syair-
syair ditulis oleh Hamzah Fansuri dipengaruhi oleh sastra Arab. Berikut merupakan
analisis salah satu syair Hamzah Fansuri yang berjudul Burung Pingai. Syair Burung
Pingai merupakan syair tasawuf yang berisikan hubungan manusia dengan Khaliq.
Thayr al-‘uryan unggas ruhani
Di dalam kandang hadrat Rahmani
Warnanya pingai terlalu safi
Tempatnya kursi yang maha ‘ali

Sungguhpun ‘uryan bukannya gila


Mengaji al-Quran dengan terula
Tempatnya mandi seungai Salsabila
Di dalam firdaus ra’su Zanjabila

Sungai itu terlalu ‘ali


Akan minuman thayr al-uryani
Setelah minum jadi hairani
Takar pun pecah belah serahi

Minuman itu terlalu larang


Harganya banyak artamu alang-alang
Badan dan nyawa jangan kau sayang
Inilah harga arak yang garang

Thayr al-uryan mabuknya salim


Mengenal Allah terlalu alim
ADDIN ZOTERO_TEMP
Cahya Buana, ‘PENGARUH SASTRA ARAB TERHADAP SASTRA INDONESIA LAMA (STUDI ANALISIS
TERHADAP PUISIPUISI HAMZAH FANSURI)’, Al-Qolam, Vol 25.No 1 (2008), 150–70.
Demikianlah mabuk haruskan hakim
Inilah amal Sayyid Abu al-Qasim

Minuman itu tiada berbagai


Pada Ramadhan harus kau pakai
Halal thayyiban pada sekalian sakai
Barang minuman dia tiadakan lalai

Minuman itu terlalu safi


Yogya akan syurbat maulana qadi
Barang meminum dia Tuhan kita radi
Pada kedua alam ia Hayy al-Baqi

Minuman itu yogya kau permain


Supaya lupa engkau akan kain
Buangkan wujudmu cari yang lain
Inilah ‘uryan pada ahl batin

Jika engkau kasih akan nyawamu


Terlalu batil sekalian kerjamu
Akulah ‘uryan jangankan katamu
Orang yang ‘uryan bukan rupamu

Riya’dan khayal tiadakan qabil


Pada orang arif yang sudah kamil
Lain dari pada mabuk dan ilmu wasil
Pada ahl al-haqiqah sekalian batil

Riya’ dan khayal ilmu nafsani


Di manakah sampai pada ilmu yang ‘ali
Seperti Bayazid dan Mansur Baghdadi
Mengatakan Ana al-Haqq dan qawl Subhani

Kerjamu itu hai anak dagang


Pada ahl al-ma’rifah terlalu malang
Markab tauhid yogya kau pasang
Di tengah laut yang tiada berkarang

Hamzah Fansuri di negeri Melayu


Tempatnya kapur di dalam kayu
Asalnya manikam tiadakan layu
Dengan ilmu dunia dinamakan payu ADDIN ZOTERO_TEMP
Dalam syair yang tersebut terdapat banyak sekali kosakata yang diambil dari
Bahasa Arab Thayr al-uryan yang berarti burung yang bebas, Ruhani yang berarti
keruhanian atau jiwa, haqiqoh yang berarti yang sebenarnya, kemudian Hadrah yang
berarti yang hadapan ,yang mulia, Rahman yang berarti pengasih, kursi yang berarti
kursi atau tempat duduk, shurba yang berarti minuman, sofi yang berarti jujur atau
murni, ruh yang berarti roh, bayan yang berarti terang, nyata, a`li yang berarti tinggi,
hayran yang berarti heran, alim yang berarti berilmu, Firdaus yang berarti tanam
surga, salim yang berarti sehat atau sempurna, hakim yang berarti hakim, amal yang
berarti perbuatan, qodi yang berarti hakim, sayyid yang berarti tuan, maulana yang
berarti gelar kehormatan untuk Tuhan, para nabi, dan ulama, baqi yang berarti kekal
atau abadi, ahl yang berarti pemilik, batil yang berarti batil atau salah, batin yang
berarti batin, riya’ yang berarti ria’ atau suka pamer dalam berbuat baik, khayal yang
berarti khayal atau berangan- angan, qobil yang berarti Kabul atau diperkenankan,
arif yang berarti bijaksana, wasil yang berarti wasilah atau perantara, nafsu yang
berarti nafsu, haq yang berarti benar, subhan yang berarti Maha Suci, sifat tuhan,
ma’rifah yang berarti pengetahuan, tingkat penyerahan diri kepada tuhan, ini
merupakan istilah dalam tasawuf.

ADDIN ZOTERO_TEMP
Djamaris and Prinjanto, pp. 13-15.
Dapat dilihat secara seksama bahwa dalam setiap bait syair yang dituliskan oleh
Hamzah Fansuri terdapat kosakata Bahasa Arab dan juga kata- kata yang diserap dari
Bahasa Arab. Hal ini tentunya menambahkan bukti empiris bahwasanya sastra
Indonesia atau lebih spesifiknya syair- syair yang dituliskan oleh Hamzah Fansuri
dipengaruhi oleh sastra Arab.
Selain juga dari pemilihan kosakata dalam syair Hamzah Fansuri, dalil
keterpengaruhi juga bisa dilihat dari istilah- istilah yang digunakan seperti syair itu
sendiri yang tentunya berasal dari Bahasa Arab (‫)شعر‬. Seperti yang terdapat dalam
potongan syairnya sebagai berikut
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat be,pindah
.Disanalah I'tiqad diperbetuli sudah
Bait syair diatas tentunya menambah dalil dan memperkuat dalil bahwa syair-
syair karya Hamzah Fansuri sangat terpengaruh oleh sastra Arab. Selain kata istilah
ada juga istilah madah (‫ )مدح‬yang berarti pujian. Istilah ini juga biasa digunakan oleh
para sastrawan Arab , serta istilah madah juga termasuk dalam tujuan dari syair-
syair Arab. ADDIN ZOTERO_TEMP Selain kata .ryair clan madah, istilah sastra lainnya yang
mempengaruhi puisi Hamzah Fansuri adalah penggunaan istilah bait pada syairnya
yang kemudian menjadi istilah dalam sastra Indonesia. Hal ini terlihat pada definisi
syair yang diberikan Hamzah Fansuri pada kitabnya Asrar al-Arifin.
b) Ideologi Pemikiran
Dalam syair- syair yang dituliskan olehkan oleh Hamzah Fansuri banyak yang
berisikan tentang konsep tasawuf. Tentunya hal ini lahir dengan sendirinya, ideologi
tersebut dipengaruhi banyak oleh tokoh- tokoh sufi yang di idolakan oleh Hamzah
Fansuri seperti Bayazid Bisthami, Manshur al-Hallaj, Fariduddin, 'Attar, Syeikh
Junaidi al-Baghdadi, Ahmad Ghazali, Ibnu Arabi, Rumi, Maghribi, Mahmud
Shabistari, 'Iraqi dan Jami'. Sementara Bayazid dan al-Hallaj merupakan tokoh idola
Syeikh Hamzah Fansuri di dalam cinta (isyq) dan ma'rifat, di pihak lain Syeikh

ADDIN ZOTERO_TEMP
Buana.
sering mengutip pernyataan dan syair-syair Ibnu 'Arabi serta 'Iraqi untuk menopang
pemikiran kesufiannya. ADDIN ZOTERO_TEMP
Konsep tasawuf yang banyak tercerminkan dalam syair- syair yang Hamzah
Fansuri tulis ialah konsep wahdatul wujud yang banyak Hamzah Fansuri dapatkan
dari pemikiran- pemikiran Ibnu Arabi seperti yang terdapat dalam syairnya berikut
Ia itu raja yang kaya
Bernama wahid yang kaya
Pertipu dan banyak daya
Da'im berlindung di dalam saya
Dalam syair tersebut tersirat konsep wahdatul wujud. Hamzah Fansuri sama
dengan Ibnu Arabi dalam berbagai karyanya tidak pernah menyebutkan secara
terangan- terangan konsep tasawuf wahdatul wujud yang mereka pegang. Wahdatul
wujud yaitu paham antara kesatuan Tuhan dengan makhluknya. ADDIN ZOTERO_TEMP
Dan juga dilihat dari sisi tema- tema yang diangkat dalam syair- syair yang
dituliskan oleh Hamzah Fansuri terlihat jelas banyak dipengaruhi oleh sastra sufi.
Berikut diantaranya tujuan dari syi’ir Arab seperti al-madh untuk memuji, al-hija’
untuk mengejek, al-ritsa’sebagai ratapan, al-ghazal (cumbuan percintaan), dan lain
sebagainya.
c) Gaya Bahasa dalam syair- syair Hamzah Fansuri
Selain dari dua aspek yang telah disajikan terdahulu, keterpengaruhan Hamzah
Fansuri juga dapat diamati dari gaya bahasa yang Hamzah gunakan didalam syair-
syairnya. Jika melihat pada fakta sejarah sastra Arab syair- syair Arab dituliskan oleh
para sastrawan dengan aturan atau kaidah- kaidah yang telah ditetapkan didalam ilmu
Arudl. Keorisinalan dari syair- syair sastra Arab pada periode klasik ini bertahan
ADDIN ZOTERO_TEMP
hingga akhir abad ke- 18 M. Sampai pada akhirnya masuknya
pengaruh barat pada sastra Arab yang berusaha melakukan moderenisasi pada sastra
Arab. Berarti hampir dapat dipastikan berdasarkan data sejarahnya yang diperoleh
Hamzah Fansuri hidup pada kisaran abad ke- 16 atau 17 M, maka sastra Arab yang

ADDIN ZOTERO_TEMP
Abdul Hadi, Hamzah Fansuri Risalah Tasawuf Dan Puisi-Puisinya (Bandung: Mizan, 1995), p. 21.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Buana.
ADDIN ZOTERO_TEMP
Tasnimah.
mempengaruhi Hamzah Fansuri adalah pada periode klasik yang masih banyak
menggunakan simbol- simbol yang memiliki makna yang tersirat.
Dalam sastra Arab, penggunaan simbol-simbol dan perumpamaan-perumpamaan
ini sudah menjadi lazim dalam bersyair.Di dalam sastra Arab perumpamaan atau
tasbih yang paling tinggi kualitasnya secara garis besar terbagi dua macam, yaitu
majaz dan isti’arah, keduanya terangkum dalam kajian tasbih yang terdapat pada
ilmu Bayan, dalam objek kajian ilmu Balaghah. Penggunaan simbol dan
perumpamaan pada syair- syair yang ditulis oleh Hamzah Fansuri sangat banyak dan
hampir pada setiap syairnya menggunakan simbol dan perumpamaan. Seperti pada
syair Burung Pungai sebagai berikut.

Thayr al-‘uryan unggas ruhani


Di dalam kandang pingai hadrat rahmani
Warnanya pingai terlalu safi
Tempatnya kursi yang maha ‘ali

Sungai ini terlalu ‘ali


Akan minuman thayr al-‘uryan
Setelah minum jadi hairani
Takar pun pecah belah serahi ADDIN ZOTERO_TEMP
Pengunaan simbol unggas pada syair di atas dimaknai sebagai perumpamaan jiwa
atau ruh yang mengembara dalam mencari kesempurnaan hidup. Kemudian Thayr
al-‘uryan, diartikan sebagai burung yang telanjang, namun Hamzah menjadikannya
sebagai perumpamaan bagi jiwanya yang bebas mengembara.Hal ini dapat diketahui
dari indikator (qarinah) yang terdapat padakata yang ada setelah itu, yakni unggas
ruhani. Pada kata berikutnya ia menyebutkan kata kandang sebagi perumpamaan
bagi jiwanya yang ada pada wadah tertentu yang diberikan Tuhan. Hampir semua
kata dan kalimat yang terdapat dalam syair-syair Hamzah mengandung
perumpamaan (tasybih).

ADDIN ZOTERO_TEMP
Djamaris and Prinjanto, p. 13.
d) Saja’
Dari segi bentuk syair- syair Hamzah Fansuri juga bisa dipastikan terpengaruh
oleh syair- syair arab. Saja’ adalah irama penyusaian akhir pada bunyi. Dalam syair-
syair arab klasik bentuk syair yang bersaja’ merupakan ciri khas dari syair- syair
arab. Perhatikan syair arab berikut:
‫يا أخى اين عهد ذاك اإلخاء اين ماكان بيننا صفاء‬

‫كشفت منك حاحتى هنوات عظيت برهة بحسن اللقاء‬

‫تركتني ولم أكن سيئ الظ من أسئ الظنون باألصدقاء‬

Jika dilihat dari syair arab di atas semua akhiran pada syair diatas semuanya di
akhiri dengan huruf hamzah dengan harakat kasrah. Hal senada juga terdapat dalam
syair Hamzah Fansuri seperti berikut Ia itu raja yang kaya
Ia itu raja yang kaya
Bernama wahid yang kaya
Pertipu dan banyak daya
Da'im berlindung di dalam saya
Dalam bait syair diatas pada akhir baitnnya berakhiran huruf yang sama. Hal
tersebut sama dengan bentuk dari syair- syair Arab klasik. Bagi sastra Indonesia lama
bait syair yang bersaja’ merupakan hal yang baru yang diperkenalkan oleh Hamzah
Fansuri.
e) Iqtibas dari ayat- ayat Al- Qura’an dan Hadist Nabi
Adapun yang dimaksud dengan iqtibas adalah menyisipkan ayat-ayat Al- Qura’an
maupun hadist- hadist nabi didalam syair tanpa disadari oleh
ADDIN ZOTERO_TEMP
pembaca. Contoh syair Arab yang di dalamnya terdapat ayat Al-
Qura’an sebagai berikut:
‫ان كنت ازمعت على هجرنا من غيرما حرم فصبر جميل‬

‫ان تبدلت بنا غيرنا وحسبنا هللا ونعم والوكيل‬

Jika engkau memang ingin mengusir kami


Tanpa kesalahan maka, sabar itu lebih baik
Dan jika engkau orang lain sewenang- wenang terhadap kami
ADDIN ZOTERO_TEMP
Ahmad al-Hasyimi, Jawahir Al- Balagah (Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah, 1960),
p. 313.
Maka sesungguhnya kami cukup Allah saja dan ia sebaik- baiknya pelindung
Dari syair Arab diatas terdapat dalam tengah- tengah syair sisipan ayat- ayat Al-
Qura’an yaitu yang ditandai dengan tulisan tebal serta garis bawah. Metode yang
digunakan oleh syair Arab tersebut juga terdapat hal sama di dalam syair- syair yang
dituliskan oleh Hamzah Fansuri. Seperti yang terdapat dalam salah satu syairnya
berikut:
Qul Huwa Allah bernama Khaliq
Menjadikan insan sekalian natiq
Mengampuni dosa sekalian fasiq
Fardu bagi kita akan dia asyiq

Jika terdengar olehmu firman


Pada taurat Injil Zabur dan Furqan
Wa huwa ma’akum pada ayat Al- Qur’an
Bi Kulli Syay’in muhit ma’nanya Iyan

Mahbubmu tiada berhail


Pada Aynama Tuwallu jangan kau ghafil
Fa tsamma wajhullah sempurna wasil
Inilah jalan orang yang kamil
Selain dari contoh syair Hamzah Fansuri tersebut masih banyak lagi syair- syair
Hamzah Fansuri yang didalamnya terdapat sisipan ayat Al- Qur’an. Hal ini tentunya
menunjukkan bahwa Hamzah Fansuri adalah seorang penyair atau sastrawan
nusantara yang berwawasan luas. Karena ia mampu menyatukan dua bahasa yang
berbeda sehingga menjadi bait syairnya yang indah untuk dinikmati pembaca.
Setelah Hamzah Fansuri gaya iqtibas ini ikuti oleh sastrawan -sastrawan lain
nusantara seperti Hasan Fansuri, Abdul Jamal, Syamsuddin Pasai, Syekh Rauf
Singkel dan lain- lain
Kesimpulan

Sastra Banding adalah membandingkan dua karya sastra dengan tujuan


menemukan persamaan dan perbedaan dan juga menemukan mana karya sastra yang
mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Sastra Arab adalah salah satu sastra besar yang
banyak mempengaruhi sastra- sastra nasional lainnnya. Salah satunya adalah sastra
Indonesia. Sastra Indonesia atau sastra Nusantara pada periode klasik banyak dipengaruhi
oleh sastra Arab. Peristiwa ini tercemin dari seorang tokoh ulama besar Nusantara yang
sekaligus juga seorang Sastrawan. Hamzah Fansuri sastrawan yang berasal dari
kepulauan Nusantara lebih tepatnya Aceh adalah sastrawan legenda yang karya- karya
sangat luar biasa. Namun seperti pada teori bahwa sebuah karya sastra tidak mungkin
lahir dengan kekosongan pasti ada yang mempengaruhinya. Hal ini dapat dilihat dari
syair- syair Hamzah Fansuri yang sangat banyak dipengaruhi oleh sastra Arab, baik itu
dari aspek bahasa, ideologi dan juga gaya bahasa yang digunakan dalam syairnya.
Banyak sekali di dapati dalam syair Hamzah Fansuri yang kosakatanya berasal dari
Bahasa Arab. Selain itu juga isi dalam syairnya banyak berisi tentang tasawuf paham
wahdatul wujud yang banyak ia ikuti dari Ibnu Arabi. Kemudian yang terakhir adalah
dari segi gaya bahasa yang banyak juga dipengaruhi oleh sastra Arab. Hamzah Fansuri
dengan banyak menggunakan simbol dan perumpamaan dalam bait- bait syairnya. Hal
sama dengan ciri dari syi’ir Arab yang pada umumnya sangat lazim menggunakan
simbol- simbol.
Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan
XVIII, 4th edn (Bandung: Mizan, 1998)

Buana, Cahya, ‘PENGARUH SASTRA ARAB TERHADAP SASTRA INDONESIA LAMA


(STUDI ANALISIS TERHADAP PUISIPUISI HAMZAH FANSURI)’, Al-Qolam, 25.1
(2008), 150–70

Djamaris, Edwar, and Saksono Prinjanto, Hamzah Fansuri Dan Nuruddin Al-Raniri (Jakarta:
Direktorat Jendral Kebudayaan, 1996)

Hadi, Abdul, Hamzah Fansuri Risalah Tasawuf Dan Puisi-Puisinya (Bandung: Mizan, 1995)

Hasyimi, A, Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh (Jakarta: Lotkala, 1984)

al-Hasyimi, Ahmad, Jawahir Al- Balagah (Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah,
1960)

Hilal, Muhammad Gunaimi, Al- Adab al- Muqaran (Kairo: Dar an- Nahdah)

Kamil, Sokron, Teori Kritik Sastra Arab Modern & Klasik (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)

Kamil, Sokron, Abdul Wahab Muhbib, Zainal Muttaqin, Halid Al- Kaf, Zamzam Nurhuda,
Muhammad Qustulani, and others, Ensiklopedi Bahasa Dan Sastra Arab (Depok:
Rajawali Pers, 2019)

Mulyani, Sri, Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta: Kencana, 2006)

Rahman, Bobbi Aidi, ‘SASTRA ARAB DAN PENGARUHNYA TERHADAP SYAIR-SYAIR


HAMZAH FANSURI’, Tsaqofah & Tarikh, 1.1 (2018), 29–46

Suridjo, Marwan, Sastra Dan Agama Tinjauan Kesusastraan Indonesia Modern Bercorak Islam,
1st edn (Jakarta: Penamadani, 2006)

Tasnimah, Tatik Maryatut, ‘MENELISIK KOSMOPOLITANISME SASTRA ARAB (Kajian


Sastra Banding)’, Adabiyyāt, 9.1 (2010), 1–20

Anda mungkin juga menyukai