Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOLOKASI DALAM BAHASA ARAB


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Tarjamah I

Dosen Pengampu: Syahabuddin Nur, M.Pd.I

Disusun oleh
Kelompok 8 :
Atiah 20.11.20.0109.01817
Husna Waziadah 20.11.20.0109.01972
Jihan Hayati 20.11.20.0109.01844
Muyassarah 20.11.20.0109.01888
Siti Solehah 20.11.20.0109.01954

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Kolokasi
dalam Bahasa Arab”. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada muallim
Syahabuddin Nur, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tarjamah I di STIQ
RAKHA AMUNTAI, serta teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai penerjemahan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran kami perlukan guna membangun kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin yaa
rabbal ‘alamin.

Amuntai, 14 Juni 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Kolokasi ..................................................................................... 3
1. Kolokasi dalam Bahasa Indonesia ............................................................ 3
2. Kolokasi dalam Bahasa Arab ................................................................... 5
3. Kriteria dalam Kolokasi ........................................................................... 6
B. Jenis-jenis Kolokasi ..................................................................................... 7
1. Kolokasi Gramatikal ................................................................................. 8
2. Kolokasi Leksikal ..................................................................................... 8
C. Kaitan Kolokasi Dengan Penerjemahan....................................................... 9
D. Masalah Penerjemahan Kolokasi ............................................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi ini, komunikasi lintas bahasa dalam bentuk
penerjemahan menjadi semakin penting. Meminjam istilah Newmark ‘No
global communication without translation’. Tujuan praktis dari
penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan yang dapat menyampaikan
amanat berupa ide, gagasan, pemikiran dan perasaan dengan menghadirkan
makna yang paling dekat dengan bahasa sasaran. Bagi bangsa Indonesia,
khususnya umat Islam, kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa
Indonesia juga sangat krusial seiring dengan meningkatnya semangat dalam
menggali wawasan keagamaan. Penerjemahan bisa menjadi jembatan alih
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu keislaman yang
banyak ditulis dalam bahasa Arab.

‘Each language has its own genius’, setiap bahasa mempunyai


karakteristik tersendiri, demikian ujar Nida dan Taber. Seorang penerjemah
harus mampu memahami dan mengungkap gaya bahasa sumber ke dalam
makna yang paling mendekati. Menemukan ekuivalensi atau padanan dalam
upaya mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
menjadi poin penting dari penerjemahan yang perlu di garis bawahi guna
menghasilkan terjemahan yang komunikatif. Kegagalan dalam
penerjemahan bisa terjadi ketika penerjemah tidak mampu menangkap
makna yang dimaksud dalam teks bahasa sumber ataupun ketika
penerjemah keliru dalam menyampaikan makna tersebut.

Pada kenyataannya, proses penerjemahan ini tidak berlangsung


begitu saja. Terjemahan yang baik akan dilahirkan manakala seorang
penerjemah mampu memenuhi sejumlah kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang penerjemah. Salah satu kompetensi dasar tersebut dinyatakan

1
oleh Neubert yaitu penerjemah dapat melakukan analisis sintagmatik
dengan mengidentifikasi relasi setiap kata dalam kalimat. Secara gamblang
penerjemah harus menguasai aspek-aspek linguistik dua bahasa sekaligus.

Dalam aspek linguistik bahasa, Kolokasi menjadi bagian dari


keunikan tersendiri yang harus dipahami oleh seorang penerjemah. Dalam
menerjemahkan sebuah teks, tidak hanya menerjemahkan kata demi kata
namun penerjemah harus mampu menilai sebuah kata dengan kata yang
menyandinginya. Kolokasi (sanding kata) yang dipopulerkan oleh linguis
Inggris ini, akan menjadikan permasalahan jika seorang penerjemah tidak
mampu mengidentifikasi manakala menerjemahkan sebuah teks. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tentang kolokasi yang dapat menjadi
bekal ilmu di dalam melakukan kegiatan terjemahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kolokasi?
2. Apa saja jenis-jenis kolokasi?
3. Apa kaitan kolokasi dengan penerjemah?
4. Apa masalah kolokasi dalam penerjemahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kolokasi.
2. Mengetahui jenis-jenis kolokasi.
3. Mengetahui kaitan kolokasi dengan penerjemahan.
4. Mengetahui apa saja masalah kolokasi dalam penerjemahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolokasi
1. Kolokasi dalam Bahasa Indonesia
Kata kolokasi berasal dari bahasa Inggris collocation dengan kata
kerja collocate. Menurut kamus Collins English Dictionary, kata kerja
collocate ini berasal dari bahasa Latin collocāre, yang berasal dari col
'together' dan locāre 'to place', dimana kata terakhir ini berasal dari kata
locus 'place'.1 Pada dasarnya, kolokasi adalah salah satu fenomena
linguistik yang dimiliki oleh setiap bahasa, salah satunya bahasa
Indonesia dan bahasa Arab, dimana setiap dari mereka memiliki
karekteristik kolokasinya sendiri. Kolokasi dibahas dalam beberapa
bidang seperti ilmu semantik, leksikografi, tatabahasa, terjemahan, dan
ilmu semantik teori dimana ia disebut dengan nama-nama yang berbeda
sesuai dengan bidang yang mempelajarinya.2
Konsep mengenai kolokasi ini pertama kali dikenalkan oleh
Palmer, pada tahun 1933. Ia mengatakan bahwa "Each [collocation] ...
must or should be learnt, or is best or most conveniently learnt as an
integral whole or independent entity, rather than by the process of
piecing together their component parts".3 Dan yang mempopulerkan
istilah kolokasi adalah Firth, seorang linguis Inggris dengan
mengatakan slogan yang berbunyi "you shall judge a word by the

1
Nurul Husna, Harun Baharudin, “Kolokasi Arab dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Menengah Rendah,” Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Desember 2016,
314.
2
Yuslin Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik),” Al-
Lisan : Jurnal Bahasa (e-Journal) 5 (Agustus 2019): 224.
3
Kasan, 226.

3
company it keep" yang berarti "Kamu menilai sebuah kata berdasarkan
kata yang menyandingnya".4
KBBI tahun 1999 mendefinisikan Kolokasi sebagai asosiasi tetap
kata, dengan kata lain dalam lingkungan yang sama. Lalu, Sinclair
mendefinisikan kolokasi sebagai “the occurrence of two or more words
within a short space of each other in a text” artinya kemunculan dua
kata atau lebih bersamaan dengan kata lain dalam sebuah teks dengan
letak yang tak berjauhan satu sama lain'.5
Kemudian, menurut Baker antara kata satu dengan kata lain yang
berkolokasi itu seringkali tidak memiliki hubungan secara logis6,
namun meskipun begitu dalam Oxford Collocations Dictionary
kolokasi dijelaskan dengan “the way words combine in a language to
produce a naturalsounding speech and writing”7 yang berarti
sandingan atau pasangan kata yang digabung itu pada dasarnya
berpedoman pada unsur sosial dan budaya8 atau kebiasaan dari masing-
masing bahasa, karena itulah setiap bahasa memiliki karakteristik
kolokasinya sendiri, dimana pada akhirnya kalimat yang dihasilkan
harus padu, lazim, dan dapat diterima oleh suatu bahasa.9
Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada kata mati, meninggal,
wafat, tewas, dan berpulang ke Rahmatullah yang saling bersinonim.
Ketika yang mati adalah manusia, maka dalam bahasa Indonesia lazim
menyebut dengan wafat, atau meninggal, misal "tetanggaku meninggal
dunia", karena tidak lazim dan tidak sopan jika menggunakan kata mati.
Sedangkan, jika yang mati adalah hewan, tanaman, atau benda maka

4
Syifa Nadia, “Kolokasi Arab Pinjaman dalam Berita Harian Daring Internasional BBC,”
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, 13.
5
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2014), 125.
6
Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik),” 226.
7
Husna, Harun Baharudin, “Kolokasi Arab dalam Pembelajaran Bahasa Arab Menengah
Rendah,” 314.
8
Nadia, “Kolokasi Arab Pinjaman dalam Berita Harian Daring Internasional BBC,” 18.
9
Husna, Harun Baharudin, “Kolokasi Arab dalam Pembelajaran Bahasa Arab Menengah
Rendah,” 315.

4
dalam bahasa Indonesia lazim menggunakan kata mati seperti "kucing
mati" atau "laptopku mati", karena jika mengatakan “kucing meninggal
dunia (tewas, wafat, gugur, atau berpulang ke Rahmatullah) akan
terdengar aneh dan janggal. Itu karena menurut kebiasaan orang
Indonesia, kata mati lebih lazim disandingkan dengan hewan, tanaman,
atau benda mati, sedangkan manusia lebih tepat jika disandingkan
dengan kata wafat, meninggal, dst. Contoh lain, misalnya "Adikku
minum air.." dengan pilihan antara putih, bening, atau biasa. Maka, kata
yang lebih tepat digunakan adalah putih, walaupun warna air yang
diminum berwarna bening, penyandingan ini berdasarkan kebiasaan
dalam bahasa Indonesia.

2. Kolokasi dalam Bahasa Arab


Pada dasarnya, konsep kolokasi dalam bahasa Arab tidak jauh
berbeda dengan bahasa lain, pada akhirnya kolokasi tetaplah dimaknai
sebagai perpaduan kata. Menurut Balbaki, kolokasi dalam bahasa Arab
disebut dengan ‫تضام‬.

‫عةُ ال َك ِل َمة إلَى التضمام إلى الكلمة ْأو َكلِمات أ ُ ْخ َرى فِى اإل ْستِ ْع َما ِل اللُّغَ ِوى‬
َ ‫ن َْز‬
yang bermakna bahwa kolokasi adalah kecondongan kata untuk
bergabung dengan kata lainnya dalam pemakaian bahasa.10 Kemudian,
dalam buku “Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia” Kolokasi dalam
ِ ُ‫عالقة‬
Bahasa Arab lazim disebut ‫اإلدْما َج ت َواف ُق الكلم ِة‬ َ atau ‫ت َضامم‬.11

Sedangkan, menurut Ramzi Munir dan Ahmad Mukhtar Umar,


dalam bahasa Arab istilah kolokasi disebut sebagai ‫األلفاز تالزم‬, dimana
ketika ada kata tertentu yang mengiringi kata lain dengan aturan
kelaziman sehingga tidak menerima penggabungan dengan kata yang
lain.12 Karena itulah, kolokasi ini penting, karena terkait dengan

10
Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik),” 226.
11
Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, 125.
12
Husna, Harun Baharudin, “Kolokasi Arab dalam Pembelajaran Bahasa Arab Menengah
Rendah,” 316.

5
pemaknaan. Makna sebuah kata bisa saja berubah karena kata yang
menyandingnya.

Contohnya, kata ‫ أم‬berkolokasi dengan ‫ الكتاب‬,‫ الرأس‬,‫القرى‬, maka


ketika digabung menjadi ‫ أ ُ ُّم القُ َرى‬dengan nomina ‫ أم‬yang berarti induk
dan ‫ القرى‬artinya desa-desa, dan makna mereka ketika digabung dapat
dipahami dengan kota Mekkah. Lalu, kolokasi antara ‫أس‬ َّ ‫ أ ُ ُّم‬dengan
ِ ‫الر‬
kata ‫ أ ُ ُّم‬yang artinya induk dan ‫ الرأس‬artinya kepala, ketika digabungkan
maka maknanya menjadi ‘induk dari kepala’ atau ‘otak’. Contoh
lainnya, kata ‫ ام‬juga dapat berkolokasi dengan kata ‫كتاب‬, dimana ketika
digabung menjadi ‫ أم الكتاب‬yang bermakna induk dari al-qur’an, yaitu
Al-Fatihah.13

3. Kriteria dalam Kolokasi


Kolokasi dalam setiap bahasa bisa diukur dengan tiga kriteria
berikut ini:
a. Keserasian (‫)توافُقيّة االقتران‬, yaitu keserasian kata satu sama lain,
hal ini diketahui dari pengetahuan bahasa kita. Contoh: Penutur
Arab biasa mengatakan ‫ َج َب ٌل شاه ٌق‬, karena kata ‫ شاهق‬serasi jika
disandingkan dengan kata ‫جبل‬, dan tidak serasi jika disandingkan
dengan kata ‫رجل‬, jadi penutur Arab tidak pernah mengatakan ‫َر ُجل‬
‫شا ِه ٌق‬, tetapi mereka mengatakan ‫رجل طوي ٌل‬.
b. Ruang lingkup (‫)مدى االقتران‬. Yaitu ruang lingkup penggunaan
kata-kata tertentu dalam hubungannya dengan kata-kata yang
lain. Contoh: Kata َ‫ مات‬bisa disandingkan dengan subjek manusia,
hewan atau tumbuhan, ini berarti kata َ‫ مات‬memiliki ruang lingkup
َ ّ‫ ت ُ ُوف‬hanya bisa
yang luas dalam kolokasi. Sedangkan, kata ‫ِي‬
disandingkan dengan subjek manusia, dan tidak bisa
disandingkan dengan subjek hewan, tumbuhan, atau benda, yang
َ ّ‫ ت ُ ُوف‬memiliki ruang lingkup yang terbatas dalam
berarti kata ‫ِي‬
kolokasi.

13
Husna, Harun Baharudin, 316.

6
c. Frekuensi (‫)تواتريّة االقتران‬. Yaitu frekuensi tetap yang selalu
dimiliki beberapa kata tertentu yang tidak bisa diubah atau
digantikan dan tidak ada hubungannya dengan tata bahasa, tetapi
berkaitan erat dengan konvensi para penutur bahasa tersebut.
Contoh: Kata-kata yang membentuk kalimat ‫طاف َح ْو َل ال َك ْع َب ِة‬
َ dan
kalimat ِ‫صفَا وال َم ْروة‬
َّ ‫ سعَى بَيْنَ ال‬selalu bersandingan berdasarkan
konvensi para penutur bahasa Arab.
Kita tidak bisa mengubahnya menjadi misalnya: ‫طاف بينَ الصفا‬
َ
‫والمر َوة‬
ْ atau ‫س َعى حول الك ْعب ِة‬. Karena dalam bahasa Arab kata ‫طاف‬
َ
sangat berkaitan dengan kata ‫ الكعبة‬atau ‫البيت‬, sedangkan kata ‫س َعى‬
berkaitan erat dengan kata ‫والمر َوة‬
ْ ‫الصفا‬.14

Lebih lanjut, Daud dalam Linguistics Dictionary menyebutkan


kolokasi dari segi istilah sebagai "Words which frequently co-occur and
have developed an idiomatic semantic relation", dimana pernyataan ini
dijelaskan lagi oleh Mashadi Said dengan menyatakan bahwa kolokasi
adalah gabungan kata yang maknanya dapat ditelusuri melalui kata per kata
dan tidak membentuk kata baru15, berbeda dengan Idiom yang menjadi tidak
masuk akal jika diterjemahkan secara harfiah, karena ia membentuk kata
atau makna baru sehingga tidak bisa dipahami hanya melalui kata perkata.
Misalnya, kata ‫ ابن الحرب‬tidak bisa dipahami kata perkara sebagai ‫ ابن‬yang
artinya anak, dan ‫ الحرب‬yang artinya perang, namun harus dipahami secara
keseluruhan sebagai "pandai berperang".16

B. Jenis-jenis Kolokasi
Kolokasi terbagi menjadi dua, yaitu kolokasi gramatikal dan
kolokasi leksikal.

14
M Afifuddin Dimyathi, “Mengenal Kolokasi dalam Bahasa Arab,” SantriNews.com
(blog), 9 Januari 2021, https://santrinews.com/Dirosah/10697/Mengenal-Kolokasi-dalam-Bahasa-
Arab.
15
Husna, Harun Baharudin, “Kolokasi Arab dalam Pembelajaran Bahasa Arab Menengah
Rendah,” 314.
16
Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik),” 227.

7
1. Kolokasi Gramatikal
Kolokasi gramatikal ialah gabungan kata yang terdiri atas kata
dominan (nomina, ajektiva, verba) dan kata depan (preposisi).17
Kolokasi Gramatikal terbagi menjadi 3, yaitu
a. Gabungan dari kata nomina + kata depan. Contoh : ‫علَى يَد‬
َ
Nomina ‫ َيد‬yang artinya tangan jika disandingkan dengan
preposisi ‫ على‬yang artinya diatas maka akan menjadi ‫علَى َيد‬
َ yang
dimaknai atas perbuatan.18
b. Gabungan dari kata kerja + kata depan. Contoh :‫علَى‬
َ ‫ص َل‬
َ ‫َح‬
Verba ‫ حصل‬yang artinya terjadi jika berdampingan dengan
preposisi ‫على‬menjadi ‫علَى‬
َ ‫ص َل‬
َ ‫ َح‬yang dimaknai mendapatkan atau
memperoleh.19
c. Gabungan dari kata sifat + kata depan. Contoh : ‫ِس مِ ْن‬
ُ ‫يَئ‬
‫ِس‬
ُ ‫ يَئ‬merupakan kata sifat ‫من‬preposisi jika disandingkan
bermakna berputus asa.20
d. Gabungan dari kata keterangan + kata nomina.
Contoh : ‫تَحْتَ تَ ْج ِر َبة‬
‫ تحت تجربة‬merupakan gabungan dari adverbia‫ تحت‬di bawah dan
nomina‫ تجربة‬yang diartikan percobaan. Jika disandingkan kedua
kata tersebut diterjemahkan secara harfiyah di dalam kekuasaan
dan diterjemahkan secara maknawi diartikan dalam percobaan.21

2. Kolokasi Leksikal
Kolokasi leksikal merupakan gabungan kata yang terdiri atas
nomina, verba, dan adjektiva.22 Adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Kolokasi gabungan kata dari kata nomina. Contoh : ‫أ ُ ُّم القُ َرى‬
Frasa di atas merupakan gabungan dari nomina ‫ أ ّم‬yang

17
Kasan, 227.
18
Kasan, 232.
19
Yuslin Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab: (Suatu Kajian Fenomena Linguistik),”
Al-Lisan: Jurnal Bahasa (e-Journal) 4, no. 2 (1 Agustus 2019): 229.
20
Kasan, 231.
21
Kasan, 230.
22
Kasan, 227.

8
artinya induk sedangkan ‫ القرى‬artinya desa-desa. Apabila
disandingkan kedua nomina tersebut diterjemahkan secara
harfiah induk desa, adapun terjemah secara maknawi yang
dimaksud adalah suatu tempat yakni kota Mekkah al-
Mukarramah.23
b. Kolokasi gabungan kata dari kata kerja. Contoh : ‫طار فَ ْر ًحا‬
َ
Frasa di atas merupakan gabungan kata dari kata kerja ‫طار‬
yang artinya terbang dan ‫ فرحا‬yang artinya senang. Apabila kita
sandingkan kedua kata tersebut, maka dalam terjemah harfiah
artinya terbang senang, adapun terjemah maknawi yang dimaksud
adalah bersuka ria.24
c. Kolokasi gabungan kata dari kata sifat. Contoh: ‫َم ْشغُ ْول البال‬
Frasa di atas merupakan gabungan dari kata sifat ‫مشغول‬
yang artinya sibuk dan nomina ‫البال‬ yang artinya keadaan.
Apabila disandingkan kedua kata tersebut, maka makna dalam
terjemah harfiah berarti sibuk keadaan. Adapun terjemah secara
maknawi yang dikehendaki adalah gundah.25 Contoh lain, dalam
bahasa Arab kata ‫ بَا ٌل‬semata bermakna 'keadaan'. Namun, kata ini
bisa beraneka makna tergantung dengan kata apa ia berkolokasi.
Misalnya: ‫( ذُ ْو بَال‬penting), ‫( َرا َحةُ البَا ِل‬senang), ‫ط ِو ْي ُل البَا ِل‬
َ (sabar),
‫( نَا ِع ُم البَا ِل‬hidup senang). Di sinilah pentingnya kemampuan
penerjemah mengidentifikasi kolokasi dalam sebuah teks bahasa
Arab sehingga ia dapat menerjemahkannya secara tepat.26

C. Kaitan Kolokasi Dengan Penerjemahan


Hubungan penerjemahan dengan kolokasi adalah tentang proses
dalam menyeleraskan suatu Bsu(Bahasa sumber) ke Bsa(Bahasa asing)

23
Kasan, 233.
24
Kasan, 235–36.
25
Kasan, 235.
26
Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, 126.

9
yang membutuhkan keahlian dalam penerjemahan baik secara leksikal
maupun semantikal.
Beberapa linguis juga telah mempertimbangkan kolokasi sebagai
sebuah problematic area (area yang bermasalah) dalam penerjemahan.
Mereka menyatakan bahwa sulit untuk menerjemahkan kolokasi dari satu
bahasa ke bahasa lain dan telah menekankan pentingnya kolokasi dalam
penerjamahan.
Menurut Newmark (1988) dalam Brashi, mengenali sebuah kolokasi
adalah salah satu masalah terpenting dalam sebuah proses penerjemahan. Ia
menyatakan bahwa terkadang, terjemahan merupakan perjuangan yang
terus-menerus untuk menemukan kolokasi yang tepat, sebuah proses untuk
menghubungkan kata benda yang sesuai dengan verba dan kata kerja
dengan kata benda dalam contoh kedua, mengkolokasikan kata sifat yang
sesuai dengan kata benda, dan kata keterangan atau kelompok adverbial ke
verba dalam contoh ketiga mengkolokasikan kata hubung atau konjungsi
yang sesuai (preposisi yang sudah ada dalam kelompok adverbia).
Brashi menyatakan bahwa sebuah penerjemahan telah memainkan
peran penting dalam membawa kolokasi baru ke dalam standar Bahasa Arab
modern. Beberapa kolokasi dialihkan ke dalam Bahasa Arab sekarang untuk
membentuk sebuah standar repertoar bahasa penutur asli. Ada dua contoh
sebagai kolokasi Arab modern yang merupakan hasil dari penerjemahan :
َ ‫ لَع‬la'iba dawran dalam Bahasa Inggris to play a role yang artinya (
‫ِب دَ ْو ًرا‬
َ ‫ َغ‬ghatta Al-Akhbar dalam Bahasa Inggris to
memainkan peran) dan ‫طي ا َ ْخبَ ُر‬
cover the news yang artinya (meliput berita). Ia mengemukakan bahwa
contoh-contoh ini sekarang sering ditemukan dalam gaya jurnalistik dan
telah ditetapkan dalam Bahasa Arab juga. Adapun contoh yang
digambarkan tentang letak kesulitan penerjemahan, salah satunya yaitu
contoh kolokasi Bahasa lnggris to deliver a baby (melahirkan bayi)
memiliki padanan ٌ ‫ ي ُْولَدُإِ ْم َراة‬yuladu imra 'at dalam Bahasa Arab yang jika
diterjemahkan secara literal bermakna to deliver a woman (melahirkan
seorang wanita) atau to assist a woman in childbirth (membantu seorang

10
wanita dalam melahirkan). Penerjemah memperhatikan bahwa makna dari
padanan Bahasa Arab tersebut fokus pada "sang wanita yang sedang dalam
proses melahirkan atau bersalin", di mana Bahasa Inggris lebih fokus pada
"sang bayi". Ia juga kemudian menjelaskan bahwa itu akan menjadi kata
yang tidak dapat diterima dalam Bahasa Inggris modern untuk mengatakan
"melahirkan seorang wanita".Contoh di atas membuktikan bahwa
penerjemahan dalam kolokasi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap mudah.
Perlu keahlian dalam menguasai Bsu dan Bsa, serta mengetahui budaya dari
Bsu untuk menyesuaikan kalimat yang sepadan dengan makna yang dapat
diterima penutur Bsa.27

D. Masalah Kolokasi dalam Penerjemahan


Pada hakikatnya menerjemahkan sebuah teks tidaklah sekedar
mengalih bahasakan bahasa sumber ke dalam bahasa target baik kata demi
kata, frasa demi frasa, ataupun kalimat demi kalimat. Menerjemahkan juga
berarti mengungkapkan kembali gagasan dalam sebuah teks ke dalam
bahasa target yang dikemas dengan bahasa yang berterima.28 Penerjemahan
menurut Isadore Pichuck, “is concerned with words, but not with words
alone”.29 Penerjemahan itu ‘berfokus kepada kata-kata tetapi tidak hanya
kata-kata itu sendiri’. Setiap bahasa mempunyai ciri khas tersendiri. Oleh
karena itu, penerjemah mau tidak mau akan berhadapan dengan masalah di
dalam kegiatan penerjemahannya. Sebagian ahli bahasa menganggap
kolokasi sebagai masalah dalam penerjemahan. Di mana kolokasi dari
bahasa sumber ke bahasa target merupakan hal yang sulit sehingga tidak
salah jika mengatakan kolokasi termasuk persoalan yang sangat penting
dalam penerjemahan.30

27
Nadia, “Kolokasi Arab Pinjaman dalam Berita Harian Daring Internasional BBC,” 25–
27.
28
Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, 123.
29
Isadore Pinchuck, Scientific and Technical Translation (London: Andre Deutsch, 1977),
30.
Saifullah Kamalie, “Masalah Penerjemahan Kolokasi dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an,”
30

TSAQAFAH 9, no. 1 (2013): 180.

11
Menurut Newmark, mengidentifikasi adanya kolokasi menjadi salah
satu masalah yang sangat penting dalam kegiatan penerjemahan. Maka yang
menjadi permasalahan pertama adalah ketika seorang penerjemah tidak
mampu mengidentifikasi jenis-jenis pola kolokasi dalam sebuah teks yang
maknanya unik dan berbeda dari makna kata secara individual. Kemudian
Newmark menegaskan kepentingan kolokasi dalam bukunya yang berjudul
A Textbook of Translation, ia mengatakan bahwa “if grammar is the bones
of a text, collocations are the nerves, more subtle and multiple and specific
in denoting meaning, and lexis is the flesh”. ‘Jika tata bahasa adalah tulang
dari sebuah teks, kolokasi adalah saraf, lebih halus dan multipel dan spesifik
dalam menunjukkan makna, dan leksis adalah dagingnya’.31
Kemudian, permasalahan selanjutnya adalah terjadinya kejanggalan
dalam menafsirkan pesan bahasa sumber yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan latar belakang budaya antara bahasa sumber dengan bahasa
target. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan
pesan yang diinginkan oleh bahasa sumber yang akan kita tuangkan ke
dalam bahasa target. Kejanggalan pemakaian kolokasi di dalam bahasa
target atau bahasa sasaran itu, sebagai hasil terjemahan, adalah padanan
terjemah yang 'buruk'.32
Beekman dan Callow berpendapat bahwa seorang penerjemah perlu
kepakaran tingkat tinggi dalam menerjemahkan kolokasi karena seringnya
ditemui kolokasi antara bahasa sumber yang jangkauan padanannya hanya
sedikit bahkan tidak ada padanannya dalam bahasa target atau sasaran.
Karena perbedaan dalam jangkauan kolokasi antara masing-masing
bahasa.33
Hatim dan Mason juga berpendapat bahwa salah satu masalah utama
yang dihadapi penerjemah adalah kemampuan memilih kolokasi yang
sesuai dalam bahasa sasaran. Mereka mengingatkan “there is always a

31
Kamalie, 181.
32
Tira Nur Fitria, “Kolokasi dalam Penerjemahan,” 2012, 7.
33
Kamalie, “Masalah Penerjemahan Kolokasi dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an,” 181.

12
danger that, even for experienced translators, source language interference
will occasionally escape unnoticed and an unnatural collocation will flaw
the target text.” ‘Bahkan untuk penerjemah yang berpengalaman,
interferensi bahasa sumber kadang-kadang luput dari perhatian dan kolokasi
yang tidak wajar akan merusak bahasa sasaran’.34

34
Kamalie, 181.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Balbaki, kolokasi dalam bahasa Arab disebut dengan ‫تضام‬
‫عةُ ال َك ِل َمة إلَى التضمام إلى الكلمة ْأو َكلِمات أ ُ ْخ َرى فِى اإل ْستِ ْع َما ِل اللُّغَ ِوى‬
َ ‫ ن َْز‬yang bermakna
bahwa kolokasi adalah kecondongan kata untuk bergabung dengan kata
lainnya dalam pemakaian bahasa. Konsep mengenai kolokasi ini pertama
kali dikenalkan oleh Palmer, Dan yang mempopulerkan istilah kolokasi
adalah Firth, dalam Oxford Collocations Dictionary kolokasi dijelaskan
dengan “the way words combine in a language to produce a
naturalsounding speech and writing” yang berarti sandingan atau pasangan
kata yang digabung itu pada dasarnya berpedoman pada unsur sosial dan
budaya atau kebiasaan dari masing-masing bahasa, karena itulah setiap
bahasa memiliki karakteristik kolokasinya sendiri, dimana pada akhirnya
kalimat yang dihasilkan harus padu, lazim, dan dapat diterima oleh suatu
bahasa.
Kemudian, secara umum kolokasi dalam setiap bahasa bisa diukur
dengan tiga kriteria, yaitu keserasian, ruang linggkup, dan
frekuensi.Kolokasi terbagi menjadi dua, yaitu kolokasi gramatikal dan
kolokasi leksikal. Adapun hubungan penerjemahan dengan kolokasi adalah
tentang proses dalam menyelaraskan suatu Bsu (Bahasa sumber) ke Bsa
(Bahasa asing) yang membutuhkan keahlian dalam penerjemahan baik
secara leksikal maupun semantikal.
Mengidentifikasi adanya kolokasi menjadi salah satu masalah yang
sangat penting dalam kegiatan penerjemahan. Maka yang menjadi
permasalahan pertama adalah ketika seorang penerjemah tidak mampu
mengidentifikasi jenis-jenis pola kolokasi dalam sebuah teks yang
maknanya unik dan berbeda dari makna kata secara individual. Adapun
permasalahan selanjutnya adalah terjadinya kejanggalan dalam menafsirkan

14
pesan bahasa sumber yang diakibatkan oleh adanya perbedaan latar
belakang budaya antara bahasa sumber dengan bahasa target. Hal ini dapat
menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan pesan yang diinginkan
oleh bahasa sumber yang akan kita tuangkan ke dalam bahasa target.
Kejanggalan pemakaian kolokasi di dalam bahasa target atau bahasa sasaran
itu, sebagai hasil terjemahan, merupakan padanan terjemah yang 'buruk'.

B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,
besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi
lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya, 2014.

Dimyathi, M Afifuddin. “Mengenal Kolokasi dalam Bahasa Arab.”


SantriNews.com (blog), 9 Januari 2021.
https://santrinews.com/Dirosah/10697/Mengenal-Kolokasi-dalam-Bahasa-
Arab.

Husna, Harun Baharudin, Nurul. “Kolokasi Arab dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Menengah Rendah.” Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia,
Bangi, Desember 2016.

Kamalie, Saifullah. “Masalah Penerjemahan Kolokasi dalam Tafsir Fi Zilal al-


Qur’an.” TSAQAFAH 9, no. 1 (2013): 171–202.

Kasan, Yuslin. “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena


Linguistik).” Al-Lisan : Jurnal Bahasa (e-Journal) 5 (Agustus 2019).

Nadia, Syifa. “Kolokasi Arab Pinjaman dalam Berita Harian Daring Internasional
BBC.” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Pinchuck, Isadore. Scientific And Technical Translation. London: Andre Deutsch,


1977.

Tira Nur Fitria. “Kolokasi dalam Penerjemahan,” 2012.

16

Anda mungkin juga menyukai