Disusun oleh:
KELOMPOK 3
1. Rony Muhammad Iqbal 1215020185
3. Sabna Ibah Sopiyah 1215020187
2. Shofa Alfani Rahmah 1215020196
4. Syifa Nur Afifah 1215020207
5. Taufiqurrahman 1215020213
6. Zuhri Aqil Husein Lubis 1215020226
KELAS E
SEMESTER 1
Dosen Pembimbing:
Muhammad Abdul Halim, M. Ag.
Kelompok 3
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................................................3
D. Prosedur Penyusunan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................4
A. Awal Mula Filsafat..................................................................................................................4
B. Pemikiran Filsuf Pra-SPA.......................................................................................................6
1. Kebangkitan Filsuf-Filsuf Pertama dari Miletos...............................................................6
2. Phythagoras dan Mazhab Pythagorean.............................................................................9
3. Mazhab Elea.......................................................................................................................14
4. Filsuf-Filsuf Pluralis..........................................................................................................17
5. Filsuf-Filsuf Atomis...........................................................................................................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................22
B. Saran.......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat banyak referensi yang disajikan kepada pembaca tentang filsafat, maka dapat
membingungkan karena ada dua sisi. Pertama, munculnya artikel baru dengan konten, kurang
lebih tidak ada materi baru, kedua: konsep lama dari budaya, di mana tahap
pengembangannya masih primitif karena diperlukan
Sejarah filsafat dipelajari dengan tujuan memperoleh sejarah tentang isu-isu utama filsafat
dan perkembangan pemikiran filosofis. Mempelajari sejarah filsafat juga mengingatkan kita
bahwa ajaran yang baik tidak selalu berlaku dengan benar. Karena itu, waktu dan tempat
belum cukup matang untuk menawarkan dan menerapkannya.
Sejarah filsafat mengingatkan kita bahwa setiap teori memiliki kelemahan dan
kelebihannya masing-masing. Karena membutuhkan kerjasama antara rekan-rekan pengusaha
filosofis yang mengambil dan memberi dalam rangka kepentingan bersama untuk
kemaslahatan hidup manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses lahirnya filsafat?
2. Bagaimana pemikiran para filsuf pra SPA?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui dan memahami proses lahirnya filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran para filsuf pra SPA.
D. Prosedur Penyusunan
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode kajian pustaka dengan langkah langkah:
1. Mencari sumber yang terkait dengan materi.
2. Mempelajari materi yang akan dibahas.
3. Menuangkan dalam bentuk makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Mula Filsafat
Filsafat Greek yang pertama tidak lahir di tanah yunani sendiri, akan tetapi lahirnya
didaerah perantauan di IONIA (pesisir barat Asia kecil), berhubung kawasan ini merupakan
koloni bangsa yunani yang lari dari negeri asalnya akibat penyerbuan suku Doria ke dalam
wilayah Yunani, demikian juga karena Daerah perantauan ini subur ,maka bangsa yunani
yang merantau disitu dapat mencapai kemajuan, baik dalam bidang ekonomi maupun dalam
bidang kulturil damikian ketrangan K. Bertens dalam sejarah Filsafat Yunani.
Berdasarkan dari berbagai sumber bacaan, maka dapat dikatakan bahwa Abad VI sebelum
masehi tercatat sebagai zaman awal munculnya sistem pemikiran filsafat Barat. Terdapat
beberapa faktor yang merupakan cikal bakal lahirnya filsafat antara lain sebagaimana
diungkapkan oleh K.Bertens sebagai berikut:
1. Faktor Geografis, Sosial Politik, dan Kultural
Yunani sebagai salah satu negara yang memiliki peradaban kuno, wilayah
Geografisnya terletak di daratan Eropa, permukaan wilayahnya terlihat dalam peta daerah
perbatasan : Roma, Neapolis, Elea, Tarentum terus ke sisilia, Akragasa hingga Syrakusa;
Untuk batasan wilayah Asia : Makedonia, Elis, Athena, Sparta, Megara, Korinthos
Tharake, Abdera, Hellespontos; di Asia kecil: Mytilene, klazomenia, kolophon, Ephesos,
Miletos ; kreta ; kyrene terus ke Alexandria. Kota-kota tersebut merupakan wilayah
Yunani Besar.
Gambaran dari pola penghidupannya, sebagian penduduknya adalah nelaayan dan
pedagang sehingga dapat menguasai jalur lalulintas di laut tengah. Hidup mereka sudah
terbiasa dengan alam bebas sebagai nelayan, sehingga pengruh kepercayaan yang
bersumber dari kekuatan alam sangat menentukan. Berhubung sebagian daratan yunani
terdiri dari pegunungan dan tanah tandus, serta adanya penyerbuan suku Doria; hal inilah
antara lain yang menyebabkan penduduknya banyak melakukan perantauan ke negara
asing lainnya. Orang yunani sangat berbeda dengan orang asing sebab dia hidup dalam
"Polis"; polis memiliki ciri-ciri: Otonomi, Swasembada dan kemerdekaan. Oleh karena tu
bila ada pemerintahnya yang "tyrannos" biasanya tidak dapat bertahan lama.
Pengorganisasian polis dapat mengakibatkan kedudukan warga negara sama dan
sederajat. Sehingga logos mendapat kedudukan istimewa dalam masyarakat yunani.
Dengan logos yang bebas, terlihat penciptaan filsafat dan ilmu pengetahuan,
4
5
menghasilkan karya- karya seni yang mengagumkan segala jaman. Dari hal ini sehingga
dikenal adanya suatu sifat "Rasionalitas yang luar biasa".
2. Faktor Mitologi
Setiap bangsa di dunia ini pada awalnya tidak berlebihan bila dikatakan hidup dalam
pola primitif, yang dalam tuntunan hidupnya tidak terlepas dengan cerminan
pendahulunya sebagai warisan nilai budaya yang sebagian besar berlabel "Mitos". Salah
satu bangsa kuno yang terkenal dalam sejarah memiliki kekayaan mitos dalam berbagai
coraknya adalah bangsa Yunani. Mitologi yunani sungguhpun menjawab pertanyaan
pertanyaan mengenai alam semesta ini, namun jawaban serupa itu dapat diberikan dalam
bentuk mite yang meloloskan diri dari tiap-tiap kontrol pihak rasio.
Sejak itu orang mulai mencari jawaban- jawaban rasional tentang masalah-masalah
yang diperlihatkan dalam alam semesta. Logos yang mengganti mythos, namun hal itu
tidak berarti bahwa seluruh mitologi ditinggalkan secara mendadak, proses pergantian itu
berlansung lama dan perubahan terjadi secara berangsur- ansur; dengan cara rasional dan
logis yang mereka gunakan dalam penjelasan tentang permasalahan alam yang ditemui
dilakuakn secara bertahap sampai keyakinan mite dapat perlahan-lahan berubah menjadi
penjelasan yang dapat diterima secara rasio.
Misal : Pada masyarakat yunani tradisional memiliki Keyakinan berdasar mitos
bahwa " Pelangi itu adalah seorang Dewi yang bertugss sebagai pesuruh bagi dewa-dewa
lain, lambat laun muncul pemikir "Xenophanes"berpendapat bahwa " Pelangi " itu tidak
lain dari pada "Awan", selanjutnya kurang lebih satu abad dalam perjalannan sejarah
tampil Anaxagoras dengan pikirannya mengatakan bahwa " Pelangi itu adalah sesuatu
yang muncul diangkasa disebabkan oleh pantulan matahari dalam awan- awan sehingga
dapat melahirkan garis warna-warni di angkasa.
Bila dkatakan bahwa filsafat lahir, karena logos telah mengalahkn mythos, maka
menurut K.Bertens bahwa perlu ditekankan kata filsafat meliputi seluruh ilmu
pengetahuan, sebagaimana kedua-duanya diperdebatkan dalam terminologi modern. Bagi
orang Yunani, filsafat merupakan suatu pandangan rasional tentang segala-galanya, baru
berabgsurangsur dalam sejrah kebudayaan, ilmu-ilmu satu demi satu akan melepaskan
diri dari filsafat agar dapat memperoleh otonominya.
Dalam hal tersebut J.Burnet Berkata: it is an adequate description of science to say
that is thinking about tne world in the Greek way" (early Greek Philosophy), dengan
demikian mereka termasuk pendasar pertama kultur barat, bahkan kultur sedunia, sebab
6
cara pendekatan ilmiyah semakin menjadi unsur hakiki dalam suatu kultur universal yang
merangkum semua kebudayaan diseluruh dunia.
3. Faktor Kesusasteraan
Salah satu yang dipandang sebagai cikal bakal terbentuknya filsafat adalah
kesusasteraan yunani, yang dapat meliputi amsal-amsal, dongeng- dongeng, teka- teki dan
sebagainya. Salah satu tokoh yang terkenal tampil dengan karya sasteranya ialah "
Homerus " yang membuat karya : iliyas dan odyssa, syair-syair tersebut dapat dijadikan
buku pendidikan untuk rakyat yunani. Sehingga Plato menggelari Homeros sebagai bapak
yang berjasa mendidik seluruh Hellas. Puisi Humeros sangat digemari oleh rakyat untuk
mengisi waktu terluang dan serentak jugamempunyai nilai edukatif. Sehingga perang
syair Humeros dalam kebudayaan Yunani dapat dibandingkan dengan peran wayang dalm
kultur jawa.
4. Pengaruh Ilmu Pengetahuan
Pengaruh Ilmu pengetahuan yang jauh lebih duluan ada di Timur Kuno; seperti ilmu
ukur dan ilmu hitung sudah jauh lebih duluan ditemukan dan digunakan di Mesir
(digunakan untuk mengukur tana sesuadah ada banjir sungai nil).
B. Pemikiran Filsuf Pra-SPA
1. Kebangkitan Filsuf-Filsuf Pertama dari Miletos
a. Thales
1) Riwayat Hidup
Dalam tradisi yunani terdapat beberapa berita mengenai ketujuh orang
bijaksana yang hidup dalam abad ke-6 SM. biarpun nama-nama dalam berita-
berita itu tidak selalu sama, namun semua daftar menyebut nama Thales dari
Miletos. Tentang tokoh ini banyak dongeng yang beredar yang tidak dapat
dipercaya kebenarannya. Hampir semua fakta yang kita ketahui tentang hidupnya,
kita dengar dari sejarawan Herodotos (abad ke-5 SM), tetapi Herodotos tidak
menyebutnya dengan nama 'filsuf" dan tidak menceritakan keaktifannya sebagai
filsuf. Baru Aristoteles (abad ke-4 s.M) mengenakan kepada Thales gelar "filsuf
yang pertama".
Siapakah Thales ini? Sebagaimana halnya juga pada banyak filsuf lain di
jaman ini, kita tidak mengetahui tanggal lahir dan juga kematiannya. Tetapi satu
tanggal dapat di tentukan dengan kepastian yang cukup besar. Salah satu jasanya
diceritrakan bahwa ia berhasil meramalkan gerhana matahari. Ini berarti Thales
7
membuat ramalan itu persis mengenai tanggal itu. Thales juga aktif dalam bidang
politik, karena ia memberi advis kepada kedua belas kota ionia, supaya mereka
bersatu dalam semacam negara serikat yang berpusat di Teoos, dengan maksud
menentang bangsa Persi. Tetapi tidak terlaksana. Herodotos memberitahikan
bahwa menurut suatu tradisi yang tersiar pada banyak orang yunani, Thales
bertindak sebagai penasihat tekhnis dalam tentara raja kroisos dan Lydia, seorang
raja asing yang mempunyai hubungan baik dengan bangsa Yunani. Tetapi
Herodotos sendiri meragukan tradisi ini. Dengan kepastian lebih besar dapat di
perkirakan bahwa Thales pernah berkunjung ke negara Mesir. Ia membawa ilmu
ukur dari Mesir ke Yunani. Menurut berita lain, Thales juga mengemukakan suatu
teori mengenai banjir tahunan sungai Nil di Mesir. Konon Thales berpendapat
bahwa naiknya sungai disebabkan karena angin berkala tertentu. Kalau memang
begitu, itulah suatu contoh bagus mengenai suasana ilmiah yang mulai
berkembang, bertentangan dengan keterangan mitologis.
2) Ajaran/Pemikiran
Thales tidak menuliskan pikiran-pikirannya atau sekurang-kurangnya tentang
itu dan tidak ada kesaksian apapun. Aristoteles adalah sumber utama untuk
pengetahuan kita mengenai ajaran Thales. Aristoteles mengatakan bahwa Thales
termasuk filsuf yang mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta, malah bahwa
ia merupakan yang pertama di antara mereka itu. Menurut Thales, prinsip ini
adalah air, dan akan kembali menjadi air. Mungkin Thales beranggapan begitu
karena air mempunyai pelbagai bentuk: cair, beku, uap.
Dalam bukunya tentang psikologi, Aristoteles memberitahukan pula pendapat
Thales yang lain, yaitu "kesemuanya penuh dengan Allah-Allah". Aristoteles
memperkirakan bahwa dengan perkataan itu Thales memaksudkan bahwa jagat
raya berjiwa. Pendapat Thales bahwa, bahwa jagat raya berjiwa, sering kali
disebut "hylezoime" (teori mengenai materi yang hidup). Tetapi sama sekali tidak
jelas kesimpulan mana dapat di tarik dari anggapan-anggapan ini boleh di
gabungkan dengan teori mengenai "jiwa dunia" di kemudian hari.
b. Anaximandros
1) Riwayat Hidup
Selanjutnya ada tokoh filsafat alam yang sangat dekat dengan era-nya Thales,
yaitu Anaximandros.Sebagian riwayat mengatakan bahwa Anaximandros adalah
murid dari Thales.
8
1) Riwayat Hidup
Ia merupakan murid Anaximandrosa, tokoh filsafat alam terakhir dari kota
Miletos. Ia menulis suatu buku dari buku itu, sebagaimana juga pada
Anaximandros, Cuma satu fragmen disimpan.
2) Ajaran/Pemikiran
Pandangan filsafat Anaximenes tak jauh berbeda dengan pandangan gurunya.
Menurut anaximenes, prinsip dari penciptaan atau dasar segala sesuatu itu adalah
udara. Tanpa udara manusia tidak bisa hidup, tanpa udara api juga tidak bisa
menyala, tanpa udara (angin) kapal juga tidak bisa bergerak. Karena Aximenes
adalah orang pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi
dan jagat raya. Tema ini kemudian seringkali akan kembali dalam sejarah filsafat
yunani. Tubuh adalah mikroskosmos (dunia kecil) dan seakan-akan
mencerminkan jagat raya yang merupakan makroskosmos (dunia besar). Tetapi
Anaximenes sendiri belum mempergunakan istilah-istilah itu.
Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta karena suatu proses
"pemadatan dan pengenceran". Kalau udara bertambah kepadatannya maka
muncullah berturut-turut angin, air tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau
udara itu menjadi lebih encer, yang timbul ialah api. Jika konsep ajaran Thales
mengacu pada pentingnya air bagi kehidupan, menurut konsep ini udara lebih
urgen. Manusia bisa mati jika dalam waktu sebulan tidak mengkonsumsi air,
namun jika tidak ada udara maka manusia bisa mati hanya dalam hitungan jam.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya menurutnya, bumi (yang
berupa "meja bundar") melayang di atas udara. Demikian matahari, bulan dan
bintang-bintang,"laksana sehelai daun". Badan-badan jagat raya itu tidak terbenam
di bawah bumi, sebagaimana agaknya di pikirkan Anaximandros, tetapi
mengelilingi bumi yang datar itu. Matahari lenyap pada waktu malam, karena
tertiup di belakang bagian-bagian tinggi.
2. Phythagoras dan Mazhab Pythagorean
a. Pythagoras
1) Riwayat Hidup
Dia mendirikan perguruan dan mazhab Pythagorean yang ajarannya bersifat
Rahasia. Ajaran Pythagoras sebagai guru disampaikan secara lisan, tidak boleh
Dicatat dan harus dirahasiakan. Setiap ada perselisihan antar para murid tentang
Filsafat selalu dapat pendapat sang guru dan ditutup dengan pernyataan autos
10
jagad raya tadi beredar mengelilingi api sentral sebagai Tetraktys raksasa.
Yang kemudian hari, “api sentral” ala pythagorean ini oleh Sementara
pemikir Yunani (Heraklitos, Aristarkhos) disamakan dengan matahari,
sehingga dalam bidang kosmologi menganut pendirian heliosentris.
b. Xenophanes
Xenophanes lahir di Kholopon di Asia kecil. Dalam suatu fragmen puisi yang
masih tersimpan ia menceritakan sendiri bahwa 67 tahun berselang pada usia 25 tahun
ia meninggalkan kota asalnya dan mulai mengembara di seluruh negeri Yunani.
Baginya arkhe segala sesuatu adalah “kesatuan”. Prinsip “satu” mengatasi segala-
galanya baik manusia maupun dewa.
a) Konsepsi Ketuhanan
Dia mengkritik paham ketuhanan yang bersifat mitologi, terutama paham
yang Menerapkan hal-hal yang secara etis tidak patut diperbuat oleh Tuhan,
Misalnya mencuri, berzina, menipu dl. Tuhan adalah ideal dalam bidang etik.
Krtiknya juga diarahkan kepada konsepsi ketuhanan yang berhaluan
antropomorfisme. Kosekuensi lebih lanjut, Tuhan bukan dilahirkan melainkan
Azali dan abadi. La juga menolak konsepsi ketuhanan yang berbau keetnikan.
Dengan kata lain, ia ingin mengajukan konsepsi universaisme ketuhanan.
Xenophanes juga tidak setuju dengan konsepsi ketuhanan yang pluralistik. Ia
Menekankan keesaan Tuhan. Akan tetapi keesaan disini tidak bisa disamakan
Dengan konsepsi Islam atau Kristen sekarang. Pada kenyataannya, la masih
Acapkali menyebut Tuhan dengan kata jamak. Pandangan Xenophanes yang
Demikian ini ditafsirkan orang bahwa ia mengajarkan “monotheisme”
sekaligus “pantheisme”.
b) Ajaran Kosmologi
Matahari melintas dengan gerak lurus, setiap pagi selalu muncul matahari
baru. Gerhana terjadi karena matahari terjatuh dalam lubang.Bumi adalah
simpul siklus tanah lumpur-air laut---lumpurtanah. Secara umum ajaran
kosmologi ini justru tampak lebih “primitif daripada ajaran kosmologi
sebelumnya.
c. Herakleitos
Herakleitos merupakan seorang filsuf. Di dalam tulisan-tulisannya, ia justru
mengkritik dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh terkenal, seperti Homerus,
Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, dan Hekataios. Meskipun ia
12
berbalik dari nasihat filsafat yang umum pada zamannya, namun bukan faedahnya ia
sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu.
Herakleitos dikenal menulis satu buku, namun telah hilang. Yang tersimpan
hingga sekarang hanya 130 fragmen yang terdiri dari pepatah-pepatah pendek yang
seringkali tidak jelas faedahnya. Pemikiran filsafatnya memang tidak gampang
dimengerti sehingga ia dijuluki "si gelap" (dalam bahasa Inggris the obscure).
1) Riwayat Hidup
Herakleitos dikenal berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia hidup di sekitar
zaman ke-5 SM (540-480 SM). Ia hidup sezaman dengan Pythagoras dan
Xenophanes, namun lebih muda usianya dari mereka. Akan tetapi, Herakleitos
lebih tua usianya dari Parmenides karena ia dikritik oleh filsuf tersebut.
Selain bahwa ia bersumber dari keluarga terhormat di Efesus, tidak berada
informasi lain mengenai riwayat hidupnya, karena biasanya merupakan kisah
fiksi. Tidak berada sumber yang menyebutkan bahwa ia pernah meninggalkan
kota asalnya, yang pada waktu itu merupakan bidang dari kekaisaran Persia.
Bila melihat karya-karya yang dibiarkan lepas sama sekalinya, tampak bahwa
watak Herakleitos sombong dan tinggi hati. Selain mencela filsuf-filsuf di atas, ia
juga memandang rendah rakyat yang bodoh dan menegaskan bahwa biasanya
manusia jahat. Selain itu, ia juga mengutuk warga negara Efesus.
2) Ajaran/Pemikiran
a) Segala Sesuatu Mengalir
"Seseorang tidak bisa dua kali masuk ke sungai yang sama."
Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal merupakan mengenai
perubahan-perubahan di dunia semesta. Menurut Herakleitos, tidak berada
satu pun hal di dunia semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak berada
sesuatu yang betul-betul berada, semuanya berada di dalam bagian dijadikan.
Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang faedahnya,
"semuanya mengalir dan tidak berada sesuatupun yang tinggal tetap."
Perubahan yang tidak berada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos
dengan dua cara:
Pertama, seluruh kenyataan merupakan seperti saluran sungai yang
mengalir. "Engkau tidak bisa turun dua kali ke sungai yang sama," demikian
kata Herakleitos. Maksudnya di sini, cairan sungai selalu berkampanye
13
sehingga tidak pernah seseorang turun di cairan sungai yang sama dengan
yang sebelumnya.
Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api. Maksud api di
sini lain dengan konsep mazhab Miletos yang menjadikan cairan atau udara
sbg prinsip dasar segala sesuatu. Untuk Herakleitos, api bukanlah zat yang
bisa menerangkan perubahan-perubahan segala sesuatu, melainkan
melambangkan gerak perubahan itu sendiri. Api senantiasa mengubah apa saja
yang dibakarnya dijadikan sisa dari pembakaran dan asap, namun api tetaplah
api yang sama. Karena itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam
perubahan.
b) Logos
Segala sesuatu yang terus berubah di dunia semesta bisa berlanjut dengan
teratur karena beradanya logos. Pandangan tentang logos di sini tidak boleh
disamakan begitu saja dengan konsep logos pada mazhab Stoa. Logos
merupakan rasio yang dijadikan hukum yang menguasai segala-galanya dan
menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia. Logos juga dimengerti sbg
sesuatu yang materiil, namun sekaligus melampaui materi yang biasa.
Hal ini disebabkan pada masa itu, belum berada filsuf yang dapat
memisahkan selang yang rohani dan yang materi.
c) Segala Sesuatu Berlawanan
Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun
demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, bisa
diceritakan bahwa 'yang satu merupakan banyak dan yang banyak merupakan
satu.' Anaximenes juga memiliki pandangan seperti ini, namun perbedaan
dengan Herakleitos merupakan Anaximenes mengatakan pertentangan tersebut
sbg ketidakadilan, sedangkan Herakleitos mencetuskan bahwa pertentangan
yang berada merupakan prinsip keadilan. Kita tidak akan bisa mengenal apa
itu 'siang' tanpa kita mengetahui apa itu 'malam'. Kita tidak akan mengetahui
apa itu 'kehidupan' tanpa beradanya realitas 'kematian'. Kesehatan juga
dihargai karena berada penyakit. Demikianlah dari hubungan pertentangan
seperti ini, segala sesuatu terjadi dan tersusun. Herakleitos menegaskan prinsip
ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang merupakan bapak segala sesuatu."
Perang yang dimaksud di sini merupakan pertentangan.
14
berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak
tergoyahkan dan tidak bisa disangkal.
Menurut Parmenides, "yang ada" merupakan kebenaran yang tidak
mungkin disangkal. Jika berada yang menyangkalnya, sebabnya ia akan jatuh
pada kontradiksi. Hal itu bisa diterangkan melalui pengandaian yang diberikan
oleh Parmenides. Pertama, orang bisa mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak
berada. Kedua, orang bisa mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada"
itu bersama-sama berada. Kedua pengandaian ini tidak masuk muslihat.
Pengandaian pertama tidak masuk muslihat, sebab "yang tidak ada" tidak bisa
dipikirkan dan tidak bisa dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak bisa dipikirkan
dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos.
Pengandaian ini juga tidak masuk muslihat, sebab pengandaian kedua
menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu berada, padahal
pengandaian pertama terbukti tidak masuk muslihat. Dengan demikian,
kesimpulannya merupakan "Yang tidak ada" itu tidak berada, sehingga hanya
"yang ada" yang bisa dikatakan berada.
Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, bisa digunakan contoh
berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di
sini, Tuhan yang eksistensinya disorongkan orang itu sebenarnya berada,
maksudnya wajib diterima sebagai beliau "yang ada". Hal ini dikarenakan jika
orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", sebabnya orang itu sudah terlebih
dahulu memikirkan suatu konsep mengenai Tuhan. Barulah setelah itu, konsep
Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan
menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang
dipikirkan oleh orang itu "ada" meskipun hanya di dalam akalnya sendiri.
Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu
itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh sebab "yang
ada" itu selalu bisa dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides
menyamakan selang "yang ada" dengan pemikiran atau tipu daya budi.
Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran,
Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:
Pertama-tama, "yang ada" merupakan satu dan tak terbagi, sedangkan
pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikarenakan tidak berada sesuatu pun yang
bisa memisahkan "yang ada".
16
Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak bisa dimusnahkan. Dengan
kata lain, "yang ada" bersifat tidak berkesudahan dan tak terubahkan. Hal itu
merupakan konsekuensi logis, sebab jika "yang ada" bisa berubah, sebabnya
"yang ada" bisa dijadikan tidak berada atau "yang tidak ada" bisa dijadikan
berada.
Ketiga, wajib dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti
sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan keseluruhan sama.
Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.
Keempat, sebab "yang ada" mengisi semua tempat, sebabnya disimpulkan
bahwa tidak berada ruang kosong. Jika berada ruang kosong, gunanya
menerima bahwa di luar "yang ada" masih berada sesuatu lainnya.
Konsekuensi lainnya merupakan gerak dijadikan tidak mungkin sebab jika
benda mengadakan kampanye, sebab jika benda mengadakan kampanye
gunanya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.
b) Pengaruh
Pemikiran Parmenides membuka anggota baru dalam sejarah filsafat
Yunani. Bisa dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang
menyelidiki "yang ada". Filsafat di masa selanjutnya akan bergumul dengan
masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran
atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi. Plato dan Aristoteles
merupakan filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah
tersebut.
b. Zeno
1) Riwayat Hidup
Lahir kira-kira pada tahun 490 SM, adalah murid Parmenides, yang mencoba
membuktikan, bahwa gerak adalah suatu khayalan, dan bahwa tidak ada
kejamakan serta tiada ruang kosong.
2) Ajaran/Pemikiran
Zeno adalah murid dari Parmenides, yang mencoba membuktikan bahwa
gerak adalah suatu khayalan, dan baliwa tiada kejamakan dan tiada ruang kosong.
Untuk membuktikan tiada ruang kosong, Zeno mengemukakan bahwa seandainya
ada ruang kosong, ruang kosong im tentu mengambil tempat dalam ruang yang
lain, dan ruang yang lain itu mengambil tempatnya lagi dalam ruang yang lainnya.
17
Demikian seterusnya, tiada henti-hentinya. Oleh karena hal yang demikian itu
tidak mungkin, maka harus disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong.
4. Filsuf-Filsuf Pluralis
a. Empedokles
Empedokles adalah seorang filsuf dari mazhab pluralisme.Tokoh lainnya dari
mazhab ini adalah Anaxagoras.Jika filsuf-filsuf Miletos mengajarkan bahwa terdapat
satu prinsip dasar yang mempersatukan alam semesta, Empedokles berpendapat lain.
Menurut Empedokles, prinsip dasar itu tidaklah tunggal melainkan empat. Ia dikenal
sebagai seorang dokter, penyair, ahli pidato, dan politikus.
Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi.Puisi pertama berjudul
"Perihal Alam" (On Nature) dan yang kedua berjudul "Penyucian-Penyucian"
(Purifications).Kedua karya tersebut memiliki 5000 ayat, tetapi yang masih ada
hingga kini tinggal 350 ayat dari karya pertama, dan 100 ayat dari karya kedua.
Empedokles lahir di Agrigentum, pulau Sisilia, pada abad ke-5 SM (495-435 SM).
Ia berasal dari golongan bangsawan.Empedokles dipengaruhi oleh aliran religius yang
disebut orfisme, dan juga kaum Pythagorean. Ada sumber lain yang mengatakan ia
mengikuti ajaran Parmenides.Pada usia yang tidak diketahui, ia dibuang dari kota
asalnya namun tidak ada informasi mengenai pembuangannya itu.Berdasarkan
keterangan dari Aristoteles, Empedokles meninggal pada usia 60 tahun. Menurut
legenda, Empedokles meninggal dengan cara terjun ke kawah vulkano di gunung
Etna.
Tentang Empat Anasir
Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah
tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat.Memang dia belum memakai
istilah anasir (stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato, melainkan
menggunakan istilah 'akar' (rizomata). Empat anasir tersebut adalah air, tanah, api,
dan udara. Keempat anasir tersebut dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan
memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan. Api dikaitkan dengan yang panas dan
udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air
dikaitkan dengan yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran
Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri.
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis
sama. Anasir sendiri tidak berubah misalnya, tanah tidak dapat menjadi air.Akan
tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut,
18
mengenal tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal air, dan
seterusnya.Karena alasan ini, Empedokles berpendapat bahwa darah merupakan hal
utama dari tubuh manusia, sebab darah dianggap sebagai campuran paling sempurna
dari keempat anasir, terutama darah paling murni yang mengelilingi
jantung.Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di dalam bidang biologi dan
ilmu kedokteran selanjutnya.
Tentang Penyucian
Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang dapat
luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya. Di dalam karangannya,
Empedokles memperkenalkan diri sebagai daimon (semacam dewa) yang jatuh karena
berdosa dan dihukum untuk menjalani sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali
sepuluh ribu musim.Jiwa-jiwa itu berpindah dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-
ikan, lalu kepada burung-burung, dan juga manusia.Jikalau jiwa sudah disucikan,
antara lain dengan berpantang makan daging hewan, maka ia dapat memperoleh status
daimon kembali.Pandangan tentang perpindahan jiwa ini tampaknya diadopsi dari
mazhab Pythagorean.
Pengaruh Empedokles
Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh
Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Karena kosmologi Aristoteles
diterima umum sepanjang seluruh Abad Pertengahan, maka teori tentang empat anasir
merupakan pandangan dunia sampai awal zaman modern. Setelah itu pada abad ke-
17, Robert Boyle membantah teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka
jalan untuk kimia modern.
b. Anaxagoras
Sebagian besar hidupnya di manfaatkan di Athena, ia menolak ajaran Parmenides
yang monistis itu. Menurut dia, kenyataan bukanlah satu, sebab kenyataan terdiri dari
banyak anasir, yang masing-masing memiliki kualitas yang sama dengan kualitas
"yang ada", yaitu: tidak di jadikan, tidak berubah dan dan berada di ruang yang
kosong.
Menurut Anaxagoras, anasir tidak hanya empat, seperti yang di ajarkan
Empedokles, melainkan tidak terhitung bilangannya. Anasir-anasir itu tidak di sebut
rizomata (akar), tetapi spermata (benih-benih). Benih-benih banyak tak terbilang itu
keadaannya bermacam-macam juga.
20
Semua atom tidaklah tampak dan senantiasa bergerak. Gerak ini di sebabkan
karena, menurut Demokritos, ada ruang yang berisi dan ruang kosong. Dalam soal
ruang kosong berbedalah pandangannya dengan pandangan para filsuf Elea
(Parmenides dan Zeno tidak mengakui adanya ruang kosong). Menurut Demokritos,
ada ruang kosong, sebab yang berada bukan hanya "yang ada" melainkan juga "yang
tidak ada". Maka ruang kosong adalah nyata. Baik atom maupun ruang kosong,
keduanya adalah nyata. Karena atom, yang adalah "yang penuh" dan ruang kosong,
yang adalah "yang tidak penuh" bersama-sama berada, maka "yang penuh" mengisi
"yang kosong". Demikianlah terjadi gerak. Gerak ini terjadi secara spontan, artinya
dengan sendirinya, tanpa pengaruh khusus, dan menuju ke semua jurusan (bnd. Debu
di dalam berkas sinar).
Kemungkinan-kemungkinan yang di timbulkan oleh gerak yang spontan, yang
mengarah ke semua jurusan itu ialah, bahwa atom-atom itu saling kait-mengait.
Kejadian ini menyebabkan adanya gerak puting beliung, yang makin lama makin
menarik banyak atom, yang besar di pusat, yang lebih halus di lontarkan ke tepi.
Demikianlah kosmos dibentuk.
Menurut Demokritos jiwa manusia terdiri dari atom juga, yaitu atom yang paling
halus dan bundar, yang tidak dapat mengait atom lain.
Dapat dikatakan, bahwa para filsuf yang lebih kemudian daripada Parmenides
dalam pokok-pokok yang penting lebih maju sikapnya terhadap pemilihan yang sulit
yang mengenai soal "apakah kenyataan itu berada dalam "ada" yang tak berubah, atau
berada dalam gejala-gejala yang terus berubah itu". Sekalipun demikian inti sari
persoalan itu masih di hindari oleh mereka. Inti sari itu mengenai soal "bagaimana
yang satu" dari akal itu dapat berjalan bersama-sama dengan "yang banyak" dari
pengamatan?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Yunani dimulai sejak abad ke-6 SM. Namun demikian, jauh sebelum filsafat
lahir, bangsa Yunani telah mengenal mitos-mitos yang berkembang subur di tengah-tengah
mereka. Mitos-mitos tersebut berfungsi sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
mengenai teka-teki atau misteri alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh
bangsa Yunani pada saat itu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain mengenai asal-usul
alam semesta, penyebab bencana (gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain), sebab-sebab
gerhana, dan lain sebagainya. Salah satu contoh mitos yang paling terkenal adalah mengenai
sebab-sebab terjadinya gempa bumi. Menurut bangsa Yunani pada saat itu, kejadian gempa
bumi disebabkan oleh kemarahan dewa Poseidon (dewa penjaga bumi dan laut) yang ingin
memberi hukuman kepada penghuni bumi (manusia) dengan cara mengguncangkan bumi.
Mitos-mitos seperti itu merupakan upaya bangsa Yunani untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tentang misteri alam semesta.
Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mitemite yang
diterima dari agama, yang memberitahukan tentang asal-mula. Segala sesuatu, baik dunia
maupun manusia. Akal manusia tidak puas dengan keterangan 189 dongeng-dongeng atau
mite-mite itu, karena tidak dapat dibuktikan oleh akal. Kebenarannya hanya dapat diterima
oleh iman atau kepercayaan. Para filsuf yang pertama adalah orang-orang yang mulai
meragukan cerita mite-mite dan mulai mencari dengan akalnya dari mana asal alam semesta
yang menakjubkan itu. Sudah barang tentu kemenangan akal atas mite-mite itu tidak
mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh hingga berabad-abad lamanya
B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini senatiasa menambah wawsan serta pengetahuan,
dan yang terpenting adalah menjadi motivasi, baik bagi penyusun maupun rekan-rekan
sekalian.
Dengan penuh pengharapan kepada Allah Swt. semoga makalah ini bisa bisa menjadi
pembuka jalan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak dan manfaat, guna bekal untuk
kehidupan yang akan datang
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Gunawan. 2020. Filsafat Umum. Aceh: Ar-Raniry Press.
Argadinata. Frandy. 2017. Filsafat Pra-Socrates. Diakses pada November 2021 dari
www.scribd.com .
Muliadi. 2020. Filsafat Umum. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Nawawi, Nurnaningsih. 2017. Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat. Makassar: Pusaka
Almaida Makassar.