SURAKARTA
Perkembangan Bahasa Sebagai Unsur Kebudayaan
Dilihat dari dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu pertama
sebagai kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud disini disebut sebagai sistem
budaya yang sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia
yang menganutnya. Disebut sebagai suatu sistem budaya dikarenakan gagasan dan pikiran
tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas melainkan saling berkaitan
berdasarkan asas-asas yang erat hubungannya sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran
yang relatif mantap dan kontinue. Selanjutnya adalah kompleks aktivitas, berupa aktivitas
manusia yang saling berinteraksi sifatnya konkret dan dapat diamati. Wujud ini sering disebut
sistem sosial. Sistem sosial ini tidak dapat terlepas dari suatu sistem budaya. Apapun
bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan dan ditata oleh gagasan-gagasan, dan
pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala manusia. Karena saling berinteraksi antar manusia,
maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasan, konsep, dan pikiran baru serta tidak
mustahil dapat diterima dan mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang
berinteraksi tersebut. Dan yang terakhir adalah wujud sebagai benda. Maksudnya disini
adalah saat aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak terlepas dari berbagai
penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas
karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan
dalam bentuk fisik yang konkret biasa juga disebut kebudayaan fisik. Kebudayaan itu sendiri
bersifat dinamis yang artinya terus-menerus mengalami perubahan sepanjang manusia masih
saling berinteraksi satu sama lain. Tidak ada kebudayaan yang bersifat statis, setiap
perubahan kebudayaan mempunyai dinamikanya sendiri dan juga mengalami perubahan
entah itu perubahan secara cepat maupun secara lamban, perubahan itu sendiri merupakan
suatu akibat dari perubahan masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tersebut.
Kebudayaan juga memiliki beberapa unsur, yag perlu dimengerti bahwa unsur-unsur
kebudayaan yang membentuk struktur kebudayaan itu tidak berdiri lepas dengan lainnya.
Kebudayaan bukan hanya sekedar merupakan jumlah dari unsur-unsurnya saja, melainkan
merupakan keseluruhan dari unsur-unsur tersebut yang saling berkaitan erat yang membentuk
kesatuan yang harmonis. Masing-masing unsur saling mempengaruhi sacara timbal balik,
apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur maka akan menimbulkan perubahan pada
unsur yang lain pula. Adapun unsur-unsur tersebut adalah sistem religi dan upacara
keagamaan, ini merupakan produk manusia sebagai homo religious, dimana manusia yang
memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur dan mengerti bahwa kekuatan pada dirinya
terdapat kekuatan lain yang Mahabesar. Oleh karena itu, manusia takut sehingga
menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk
kekuatan tersebut agar mau menuruti kemauan manusia maka dilakukan usaha yang
diwujudkan dalam sistem religi dan upacara keagamaan. Selanjutnya adalah sistem organisasi
kemasyarakatan, ini merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Dimana manusia
sadar bahwa tubuhnya lemah, namun dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan
cara menyusun dan membentuk organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup.
Kemudian, ada sistem pengetahuan, merupakan hasil dari manusia sebagai homo sapiens,
pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran
orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian
menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa yang kemudian pengetahuan tersebut
menyebar luas. Selanjutnya adalah sistem mata pencaharian, merupakan hasil dari manusia
sebagai homo economicus yang menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus
meningkat.
Lalu ada sistem teknologi dan peralatan, ini merupakan hasil dari manusia sebagai
homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang
dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan
suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya tersebut manusia dapat lebih mampu mencukupi
kebutuhannya daripada makhluk lainnya. Selanjutnya adalah bahasa, bahasa sendiri
merupakan hasil dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya
diwujudkan dalam bentuk tanda yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan
dan akhirnya menjadi bahasa tulisan. Dan yang terakhir adalah kesenian, kesenian merupakan
hasil dari manusia sebagai homo esteticus, setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan
fisiknya maka manusia memerlukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
Disini saya ingin lebih menyoroti dan mengambil suatu tema yaitu tentang bahasa
dengan kebudayaan. Seperti yang telah kita ketahui diatas bahwa bahasa merupakan suatu
unsur kebudayaan. Bahasa juga merupakan hasil budaya masyarakat yang kompleks dan aktif
meskipun proses perubahannya mengalami dinamika yang terbilang lamban. Bahasa
dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua
hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Mengutip dari pendapat Koentjaraningrat dalam
bukunya Sosiolinguistik (1985), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, yang artinya
disini adalah kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat dibawah kebudayaan, tetapi
keduanya sangatlah berkaitan satu sama lain. Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah
suatu bagian dari sistem kebudayaan bahkan dari bagian intti dari kebudayaan itu sendiri.
Bahasa pun terlibat dalam seluruh aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai
nama atau istilah dari unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Yang terpenting adalah
kebudayaan manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya bahasa, karena bahasalah
faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Kebudayaan dan bahasa merupakan dua
hal yang saling berkaitan erat. Untuk mempelajari suatu kebudayaan kelompok masyarakat,
seseorang harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Bahasa sebagai hasil
budaya atau kultur mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya.
Jika kita menilik hubungan timbal-balik antara bahasa dengan komponen kebudayaan,
mana hubungan itu dapat diungkapkan menurut dua arah pengaruh. Yang pertama berasaldari
komponen subjektif dan yang kedua berasal dari komponen material. Apabila arah semata-
mata berasal dari lingkungan pusat, secara otoritis hal ini berarti bahwa bahasa secara murni
dibentuk oleh proses pemikiran dan perasaan, sedangkan apabila arah pengaruh berasal
semata-mata dari lingkungan luar maka bahasa secara murni terbentuk sebagai akibat
interaksi manusia dengan alam ataupun manusia satu dengan manusia lain. Meskipun telah
kita ketahui bahwa pengalaman manusia dengan kenyataan empiris segera terjadi pada saat
kelahirannya, tetapi tidaklah teramati bahwa bahasa berkembang sebagai akibat dar
pengalaman itu. Namun, apabila manusia mencapai kedewasaan ia juga mampu mengadakan
perubahan pada bahasanya atau pada lingkungan sosial dan lingkungan alamnya. Hal ini juga
berarti bahwa perubahan alamnya dan lingkungan sosialnya yang terjadi diluar campurnya
dapat ditampung olehnya melaui penyesuaian pada kebudayaan materialnya atau teknologi,
pada struktur sosialnya, pada bahasa, dan pada cara berpikirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA dan Pustaka
Pelajar.
Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama