Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KHAT WA IMLAQ

“ KHAT FARISI “

Dosen pengampu:
M. Arif Mustopa M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 4


1. Nur Shafri Luqmanulhakim (21531108)
2. Sasi Hanila (21531140)
3. Shella Silvana (21531143)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak M. Arif Mustopa,


M.Pd yang telah memberikan amanah untuk menyelesaikan pembahasan tentang Khat
Farisi.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.

Curup , 7 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
A. Sejarah Khat Farisi...........................................................................................................................3
B. Pengertian khat farisi.......................................................................................................................4
C. Karakteristik khat farisi....................................................................................................................4
D. Ciri-ciri khat farisi.............................................................................................................................5
E. Kaidah kaligrafi farisi........................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses penciptaannya melalui alat
jasmani. Kaligrafi atau khat, dilukiskan sebagai kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata
pengetahuan, penyimpan rahasia dan berbagai masalah kehidupan. Oleh sebagian ulama
disebutkan “khat itu ibarat ruh di dalam tubuh manusia”. Akan tetapi yang lebih mengagumkan
adalah, bahwa membaca dan “menulis” merupakan perintah Allah SWT yang pertama
diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang tertuang dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq
ayat 1-5, yaitu:

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajari (mausia)
dengan parantaraan kalam. Dia mengajari manusia apa yang belum diketahuinya”.

Dapat dipastikan, kalam atau pena mempunyai kaitan yang erat dengan seni kaligrafi.
Dapat juga dikatakan bahwa kalam sebagai penunjang ilmu pengetahuan. Wahyu tersebut
merupakan “sarana” al-Khaliq dalam rangka memberi petunjuk kepada manusia untuk membaca
dan menulis. Tentang asal-usul kaligrafi itu sendiri, banyak pendapat yang mengemukakan
tentang siapa yang mula-mula menciptakan kaligrafi. Untuk mengungkap hal tersebut cerita-
cerita keagamaanlah yang paling tepat dijadikan pegangan. Para pakar Arab mencatat, bahwa
Nabi Adam As-lah yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah
SWT, sebagaiman firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 31:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhya…. “

Di samping itu masih ada lagi cerita-cerita keagamaan lainnya, misalnya saja, banyak
yang percaya bahwa bahasa atau sistem tulisan berasal dari dewa-dewa. Nama Sanskerta adalah
Devanagari, yang berarti “bersangkutan dengan kota para dewa”. Perkembangan selanjutnya
mengalami perubahan akibat pergeseran zaman dan perubahan watak manusia.

1
Akhirnya muncul tafsiran-tafsiran baru tentang asal-usul tulisan indah atau kaligrafi yang
lahir dari ide “menggambar” atau “lukisan” yang dipahat atau dicoretkan pada benda-benda
tertentu seperti daun, kulit, kayu, tanah, dan batu. Hanya gambar-gambar yang mengandung
lambang-lambang dan perwujudan dari keadaan-keadaan tertentu yang diasosiasikan dengan
bunyi ucap sajalah yang dapat diusut sebagai awal pembentukan kaligrafi. Dari situlah tercipta
sistem atau aturan tertentu untuk membacanya. Demikian juga sistem tulisan primitif Mesir
Kuno atau sistem yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok masyarakat primitif.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah khat farisi dan pengertian khat farisi?

2. Bagaimana karakteristik dan ciri-ciri khat farisi ?

3. Bagaimana kaidah penulisan kaligrafi farisi?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui sejarah khat farisi dan pengertian khat farisi


2. Untuk Mengetahui karakteristik dan ciri-ciri khat farisi.
3. Untuk mengetahui bagaimana kaidah penulisan kaligrafi farisi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Khat Farisi

Setelah kehancuran Daulah Abbasiyah oleh tentara Mongol dibawah Jengis Khan dan
puteranya Hulagu Khan, perkembangan kaligrafi dapat segera bangkit kembali tidak kurang dari
setengah abad. Oleh Ghazan cucu Hulagu Khan yang telah memeluk agama Islam, tradisi
kesenian pun dibangun kembali. Penggantinya yaitu Uljaytu juga meneruskan usaha Ghazan, ia
memberikan dorongan kepada kaum terpelajar dan seniman untuk berkarya. Seni kaligrafi dan
hiasan al-Qur’an pun mencapai puncaknya. Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang
dibimbing Yaqut seperti Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Quran dalam gaya Muhaqqaq
tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah al-Suyufi dan lain-lain.

Dinasti II-Khan yang bertahan sampai akhir abad ke-14 digantikan oleh Dinasti
Timuriyah yang didirikan Timur Leng. Meskipun dikenal sebagai pembinasa besar, namun
setelah ia masuk Islam kaum terpelajar dan seniman mendapat perhatian yang istimewa. Ia
mempunyai perhatian besar terhadap kaligrafi dan memerintahkan penyalinan al-Qur’an. Hal ini
dilanjutkan oleh puteranya Shah Rukh. Diantara ahli kaligrafi pada masa ini adalah Muhammad
al-Tughra’I yang menyalin al-Qur’an bertarih 1408 daam gaya Muhaqqaq emas. Dan putera
Shah Rukh sendiri yang bernama Ibrahim Sulthan menjadi salah seorang kaligrafer terkemuka.

Dinasti Timuriyah mengalami kemunduran menjelang abad ke-15 dan segera digantikan
oleh Dinasti Safawiyah yang bertahan di Persia dan Irak sampai tahun 1736. pendirinya Shah
Ismail dan penggantinya Shah Tahmasp mendorong perumusan dan pengembangan gaya
kaligrafi baru yang disebut Ta’liq yang sekarang dikenal khat Farisi. Gaya baru yang
dikembangkan dari Ta’liq adalah Nasta’liq yang mendapat pengaruh dari Naskhi. Tulisan
Nasta’liq ahkirnya menggeser Naskhi dan menjadi tulisan yang biasa digunakan untuk menyalin
sastra Persia

3
B. Pengertian khat farisi

Khat farisi, sesuai namanya merupakan sebuah tulisan Arab yang berasal dari wilayah
persia (Iran saat ini), tepatnya muncul pada sekitar abad 7 M. Khat ini pada awalnya disebut
dengan khat ta’liq karena keindahannnya terletak pada kelenturan hurufnya ketika di tarik
kebawah seakan-akan menggantung.

Dalam penulisannya, khat yang satu ini tidak membutuhkan syakal atau tanda baca, tetapi
Farisi memiliki ketebalan yang sangat berbeda di setiap hurufnya sehingga dalam penulisannya
diperlukan minimal dua pena, yaitu ukuran kecil dan besar.1

Poin pentingnya adalah khat farisi jarang menerima harokat atau hiasan-hiasan pembantu, hanya
saja tetap dibolehkan untuk memasukkan komponen-komponen tambahan tersebut sekedar
tamabahan asal pantas.Kemudian keindahan gaya khat farisi sangat tergantung kepada
kemahiran mengubah ubah ujung pena. Nantinya ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan,
misalnya terdapat huruf yang ditulis hanya dengan sepertiga lebar ujung pena, seperti gigi sin,
kepala ha, bulatan atas shad dan puncak kaf.2

C. Karakteristik khat farisi

Disebut Khat Fârisi karena memang pertamakali dikembangkan oleh orang-orang Persia
(Iran). Sementara Ta’lîq berarti menggantung dinamai demikian karena gaya tulisan ini terkesan
menggantung. Gaya ini disukai oleh orang-orang Arab dan merupakan gaya tulisan kaligrafi asli
bagi orang Persia, India, dan Turki.

Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan al-Tabrizi kemudian mengembangkan gaya ini
lebih halus dan variatif menjadi Nasta'lîq, dari katai 'nasakh dan ta'lîq'. Namun demikian para
kaligrafer Turki dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada momen-momen penting. Ta'lîq

1
Rumus-rumus dasar kaligrafi yang sudah dibakukan, seperti: Naskhi. Tsuluts, Diwani, Diwani Jali, Kufi, Farisi,
Riq’ah dan Rayhan. Lihat D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, hlm. 281-355.

2
M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1988), hlm. 1.

4
dan nasta'lîq biasa digunakan untuk penulisan literatur dan syair-syair tentang kepahlawanan,
bukan untuk penulisan Mushaf Al Qur'an.3

Bentuk huruf khat farisi

Contoh huruf khat farisi :

D. Ciri-ciri khat farisi

1. Setiap hurufnya memiliki ukuran tebal tipis yang sangat kontras. Goresan awal huruf
biasanya kecil, kemudian akan berubah menjadi sangat besar di huruf berikutnya.
2. Lengkungan hurufnya menarik, kurangnya penggunaan garis vertikal dan bentuk
hurufnya yang condong ke kanan serta memanjang.
3. Tulisannya agak miring ke kanan, kemiringan khat Farisi adalah kebalikan dari
kemiringan khat diwani.
4. Umumnya khat ini tidak memiliki syakal atau harokat huruf. Hal ini karena keindahan
khat farisi terletak pada “kesepiannya. Hanya saja biasanya para kaligrafer memberikan
hiasan tambahan sebagai penambah keindahan. Misalnya mereka memberi hiasan awan
disekeliling hurufnya dan kemudian diberikan hiasan dibagian luar awan itu.4

3
http://campurdotkom.blogspot.com/2022/11/kaligrafi-kaligrafi-khat-farisi.html?m=1

4
Ibid., hlm. 281-355.

5
E. Kaidah kaligrafi farisi

Kaligrafi farisi adalah jenis kaligrafi yang sangat indah dan bernilai seni sangat tinggi
.Seandainya anda berhasil menguasainya ,akan sangat berharga sekali .ada beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika menulis kaligrafi farisi . 5
Beberapa huruf memiliki ukuran tebal tipis yang sangat kontras .awal huruf biasnya
kecil, kemudian berubah drastis menjadi sangat besar. Membutuhkan keahlian dan
kelihaian dalam menggunakan mata pena.Dalam keadaan yang sangat sulit ,mungkin
anda memerlukan dua mata pena :kecil dan besar.
1. Huruf-huruf yang harus dikuasai pertama kali jika anda ingin belajar farisi adalah
huruf-huruf yaitu hurtuf wawu,ro’,ba’nun,dan alif.
2. Kemiringan tulisan farisi adalah kebalikan kemiringan diwani .sedangkan alur
penulisan memiliki kesamaan yaitu mengambil bentuk menurun dari atas ke
bawah .kadang-kadang farisi ditulis dri bawah ke atas .
3. Tidak usah diberi harokat dan hiasan .keindahan tulisan ini terletak pada
“kesepiannya”.Anda dapat memberikan hiasan dibagian luar awan itu .sedangkan
bagian kaligrafinya dibairakna sepi.

5
Ahmad Suudi, Konsep Kaligrafi Islami Amri Yahya dalam Seni Lukis Batik, (Yogyakarta: FPBS-IKIP, 1995),
hlm. 4

6
4. Farisi memiliki bentuk penulisan titik yang khas yaitu sedikit membulat disalah satu
sisinya . berbeda dengan tulisan lain yang bentuk titiknya adalah belah ketupat
sempurna.

1. contoh huruf tunggal ustadz Najib Hawaweni:6

BAB III
6
Berarti garis atau tulisan indah. Garis lintang, equator atau khatulistiwa terambil dari kata Arab, khathul istiwa,
melintang elok membelah bumi jadi dua bagian yang indah. Lihat D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, edisi II, Mei 2000), hlm. 3.

7
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang perkembangan seni lukis kaligrafi tersebut di atas, maka
penyusun dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Seni lukis kaligrafi adalah seni kaligrafi yang dituangkan ke dalam bentuk lukisan dan
merupakan pernyataan antara idio plastis dan fisiko plastis yang mengandung nilai-nilai estetik
dan religius. Bentuk menifestasi gagasan dalam wujud visualnya secara estetika mengacu pada
kaidah penciptaan seni lukis secara umum, yang secara etika bersumber kepada Al-Qur’an dan
Al-Hadis. Disebut kaligrafi kontemporer karena bentuk karya yang ditampikan cenderung
membebaskan diri dari rumus-rumus dasar kaligrafi (kaligrafi klasik) dan bersifat mengikuti arus
perkembangan seni rupa Barat (modern).

2. Perkembangan seni lukis kaligrafi di Yogyakarta diawali oleh adanya pengaruh “Gerakan Seni
Rupa Baru Indonesia” yang berusaha mengikuti arus perkembangan seni rupa Barat. Seni lukis
yang pertama kali berkembang di Yogyakarta adalah dengan menggunakan media batik pada
tahun 1976. Banyak ragam aliran dan gaya yang bermunculan di dalamnya. Semua itu lebih
dipengaruhi oleh sifat ekspresif yang dimiliki oleh kaidah penciptaan seni lukis secara umum.
Perkembangannya yang merupakan bentuk manifestasi gagasan dalam bentuk visual, semakin
beringas di tahun 1980-an dengan munculnya gaya “Syaifuli” pada tahun 1982. Banyak kalangan
seniman melibatkan dirinya dalam penciptaan (pengembangan) seni lukis kaligrafi yang
“memberontak” terhadap rumus-rumus dasar kaligrafi. Beberapa faktor yang mendasari
munculnya “pemberontakan” terhadap kaidah khathiyah secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor intern merupakan faktor yang
ditimbulkan oleh para seniman muslim sendiri sebagai kreator. Sementara faktor ekstern timbul
dari adanya “Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia” di tahun 1970-an.

3. Tokoh dalam dunia seni lukis kaligrafi di Yogyakarta adalah Amri Yahya, sebagai tokoh
pelopor dengan gaya “Irama Lebak” (media batik) di tahun 1976, dan Syaiful Adnan (1982)
sebagai “generasi kedua” dengan gaya “Syaifuli”nya. Juga dikenal beberapa tokoh lainnya
seperti Hendra Buana (1982) dengan gaya “Abstrak Kaligrafis”, Hatta Hambali (1996) dengan
gaya “Dekoratif” dan Yetmon Amier (1996) dengan gaya “Tekstur Semu” Lima ragam gaya
8
dalam perkembangan seni lukis kaligrafi yang sering muncul di berbagai pameran tersebut, dapat
digolongkan ke dalam tiga kategori kaligrafi kontemporer, yaitu: kaligrafi ekspresionis, kaligrafi
figural dan kaligrafi abstrak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Suudi, Konsep Kaligrafi Islami Amri Yahya dalam Seni Lukis Batik, (Yogyakarta:
FPBS-IKIP, 1995)

D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, edisi II, Mei
2000).

http://campurdotkom.blogspot.com/2022/11/kaligrafi-kaligrafi-khat-farisi.html?m=1

M. Abdul Jabbar Beg, Seni di dalam Peradaban Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1988)

10

Anda mungkin juga menyukai