Anda di halaman 1dari 11

HADITS TENTANG HUBUNGAN PENDIDIK DAN ANAK DIDIK

Disusun untuk memenuhi Tugas matakuliah Kajian Hadits Tarbawy

Oleh :

Muhammad Husni Hamdani (02040821019)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Saiful Jazil, M. Ag

Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya

2021
Kata Pengantar

Segala puji selalu kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, atas
rahmat dan nikmatnya yang berupa kesehatan, baik jasmani maupun rohani, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Kajian Hadits Tarbawy. Tidak lupa
juga sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. yang kita harapkan syafaatnya kelak pada hari kiamat.

Penulisan makalah berjudul “HADITS TENTANG HUBUNGAN PENDIDIK DAN


ANAK DIDIK” ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari beberapa refrensi yang saya
temukan dan berharap juga bahwa makalah ini bisa dijadikan sebuah refrensi baru bagi
pembaca. Dan penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan
terutama bagian isi, oleh karena itu saya sebagai penulis menerima segala bentuk kritik dan
saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Apabila ada banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini saya sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian
makalah ini dibuat semoga bermanfaat.
Bab I

Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan, salah satu unsur yang paling penting adalah seorang guru,.
Guru merupakan seorang figure yang sangat dekat dengan peserta didiknya yang merupakan
sumber yang menempati posisi dan memegang peranan yang sangat penting dalam
pendidikan. Disaat semua orang memperbincangkan berbagai masalah dalam dunia
pendidikan, maka dalam hal ini figur seorang gurulah yang terlibat dalam pembicaraan
tersebut, apalagi menyangkut tentang persoalan pendidikan formal dalam sebuah sekolah
(Ellys Tjo, 2013). Hal Ini tidak dapat dipungkiri karena lembaga pendidikan formal
merupakan dunia pendidikan dan prioritas tempat bagi seorang guru, yang sebagian besar
waktunya berada di sekolah dan sisanya guru di dalam keluarga dan dilingkungan
masyarakat.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah,
tetapi menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani adalah sesuatu yang tidak mudah,
karena didalamnya lebih banyak tuntutan pengabdian kepada anak didik dari pada karena
tuntutan profesi dan material (Zakiah Daradjat, dkk, 2001) . Guru berdasarkan
pengabdiannya karena panggilan jiwa merasakan jiwanya lebih dekat dengan anak didiknya.
Ketiadaan anak didik di kelas maka menjadi pemikiran seorang guru, kenapa anak didiknya
tidak hadir di kelas, apa yang menyebabkannya, dan berbagai pertanyaan yang mungkin
guru ajukan ketika itu (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Seorang Guru atau pendidik haruslah memiliki sifat kepribadian yang positif.
Bagaimanapun alasannya seorang pendidik harus memiliki sifat yang lebih unggul dari anak
didiknya. Karena dia bertugas mendidik dan mengajar anak-anak didik, dan
mengantarkannya menuju keberhasilan tujuan yang dicita-citakan yakni memiliki
kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan mempunyai perilaku yang
baik serta menghormati orang tua dan gurunya. Karena akan sangat Sulit kalau seorang guru
atau pendidik tidak terlebih dahulu memiliki sifat-sifat kepribadian tersebut (Abdul Majid
Khon, 2012).

Seorang pendidik di samping keberadaannya sebagai figur atau panutan yang baik
sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW. dalam kehidupannya. Seorang
guru juga harus mampu mengubah kondisi anak didik dari kondisi yang negatif menjadi
yang positif dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Hubungan guru atau
pendidik terhadap anak didiknya bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya. Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Huroiroh dalam
shohih bukhori :

‫َح ُد ُك ْم الْغَائي َط‬ ‫ي‬ ‫ي ي يي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ال رس ُ ي‬


َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إََّّنَا أَنَا لَ ُك ْم ِبَْن يزلَة الْ َوالد أ َُعلِّ ُم ُك ْم فَإ َذا أَتَى أ‬
َ ‫ول اللَّه‬ َ َ‫َع ْن أيَِب ُهَريْ َرةَ ق‬
ُ َ َ َ‫ال ق‬
‫الرَّم ية (أخرجه‬ ‫الرو ي‬ ‫ي‬ ‫فَ ََل يستَ ْقبيل الْ يقب لَةَ وََل يستَ ْدبيرها وََل يستَ يط ي ي ي‬
ِّ ‫ث َو‬ ْ َّ ‫َح َجا ٍر َويَْن َهى َع ْن‬ ْ ‫ب بييَمينه َوَكا َن يَأْ ُم ُر بيثَََلثَة أ‬ ْ ْ َ َ َْ ْ َ َ ْ ْ ْ َ
)‫أبو داود يف الطاهرة‬

Dari Abi Hurairah R.A. berkata : Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku
terhadap kamu berkedudukan sebagai orang tua (terhadap anak kandungnya). Jika salah
seorang di antara kamu mendatangi buang air besar, janganlah menghadap kiblat dan
jangan membelakanginya dan jangan bersuci dengan tangan kanan. Beliau perintah
bersuci dengan tiga batu dan melarang dengan kotoran dan tulang”. (HR. Abu Dawud
dalam Bab al-Thaharah).

Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa kedekatan seorang guru dengan Peserta
didiknya bagaikan anak dengan orang tuanya. Banyak hadits yang telah disampaikan tentang
sifat orang tua yang baik terhadap anak-anaknya, karena hakikat orang tua adalah pendidik
atau guru pertama dan utama. Banyak sifat kepribadian yang harus dimiliki seorang
pendidik karena Rasululllah SAW. banyak memberikan contoh tentang sifat- sifat yang baik
seperti pendidik yang adil, kasih sayang, penyampai ilmu dan tawadu’.

Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan guru dengan peserta didiknya haruslah
sesuai dengan yang telah disampaikan dalam hadits. Guru dengan segala kemuliaanya, yang
mengabdikan dirinya berdasarkan panggilan jiwa, bukan karena pekerjaan sampingan. Oleh
karena itu hal yang wajar bahwa seorang guru adalah cerminan pribadi yang mulia.Terkait
dengan penjelasan di atas peneliti berusaha untuk membahas tentang hubungan seorang guru
dengan peserta didiknya. Maka dalam penelitian ini penulis ingin menguraikan tentang
“Hadits tentang Hubungan pendidik dan Anak didik”.
Bab II

Pembahasan

A. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.1
sementara secara khusus pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun
psikomotorik sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam.2 Dalam Islam, pendidik dipandang
sebagai sesuatu yang mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibandingkan
dengan manusia lainnya.3 Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan
peserta didik, baik spritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik anak
didiknya.4

Pendidik merupakan seorang yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah. Seorang pendidik juga berperan sebagai perencana dan pengatur dalam proses
belajar mengajar, guru bertanggung jawab atas semua aktifitas yang dilakukan peserta didik.
Sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw sebagai berikut :

‫الص ُف ي‬
‫وف يم ْن عن أنس‬ ُّ َ‫ فَيإ َّن تَ ْس يويَة‬،‫ص ُفوفَ ُك ْم‬
ُ ‫ (( َس ُّووا‬: ‫قال‬
َ ، - ‫ صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ عن النيب‬، ‫بن مالك‬

.)‫الصَلةي) (رواه البخاري‬


َّ ‫إيقَا َم ية‬

Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw bersabda: “Luruskan dan rapatkan (barisan
salat kalian), karena ketertiban barisan dalam salat merupakan bagian dari mendirikan
(ksesmpurnaan) salat”. H.R Bukhari

1
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm, 42.
2
Ibid. h. 42.
3
Ibid. h. 43.
4
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kencana, 2010), h. 115.
B. Anak didik
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, religius dalam menjalani kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak.5 Peserta didik merupakan mahluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan, baik bentuk, ukuran
maupun pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki
kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.6

Melalui paradigma diatas menjelaskan bahwa peserta didik merupakan subjek dan objek
pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk memantau,
mengarahkan, mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju
kedewasaan.7 potensi suatu kemampuan dasar yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan
berkembang secara optimal tanpa bimbingan seorang pendidik. Karenanya pemahaman yang
lebih konkrit tentang peserta didik sangat perlu diketahui oleh setiap pendidik. Hal ini sangat
beralasan karena melalui pemahaman tersebut akan membantu pendidik dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya melalui berbagai aktivitas kependidikan.8

Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu


pengetahuan. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang
membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan. Perhatian yang demikian tinggi, karena
Rasulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah lebih mengutamakan
majlis orang yang belajar dari pada majlis ahli ibadah. Adapun hadits yang membahas
tentang anak didik yaitu:

....‫ عن ابن سربين عن عبد الرمحن بن اِب بكرة عن ابيه‬,‫ حدثنا ابن عون‬,‫حدثنا بشر قال‬,‫حدثنا مسدد قال‬

)‫ (رواه خباري‬.‫ "من يرد اهلل به خريا يفقهه يف الدين واَّنا العلم بالتعلم‬,‫قال النيب‬.,

Menceritakan kepada kami Musaddad, berkata menceritakan kepada kami Bysr, ia


berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman Ibn Abu
Bakrah dari ayahnya. Nabi SAW bersabda, “barang siapa dikehendaki baik dari Allah,
maka ia dikaruniai kepahaman agama. Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh
dengan belajar” (HR. Bukhari).

5
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 173.
6
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 47.
7
Ibid. h. 48
8
Ibid. h. 48.
C. Hubungan Pendidik dan Anak didik
Membahas tentang hubungan pendidik dan anak didik berarti juga etika pendidik dan
anak didik dalam proses pembelajaran. Karna pembahasan ini menyangkut hubungan atau
interaksi bernilai positif antara guru dan murid. Interaksi bernilai positif tentu sama saja
dengan interaksi etis guru-murid. Oleh karena itu, kajian hubungan pendidik dan anak didik
sama artinya dengan etika pendidik dan anak didik.

Kajian ini akan didasarkan kepada suatu perspektif bahwa Nabi SAW. dalam hal ini
sebagai contoh pendidik yang sempurna. Oleh karena itu, interaksinya dengan para sahabat
menjadi fokus pembahasan ini. Adapun hadits – hadits yang membahas tentang hubungan
pendidik dan anak didik akan di jelaskan di bawah ini.

1. Guru sebagai orang tua


Seorang pendidik di samping keberadaannya sebagai figur atau panutan yang baik
sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW. dalam kehidupannya. Seorang
guru juga harus mampu mengubah kondisi anak didik dari kondisi yang negatif menjadi
yang positif dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Hubungan guru atau
pendidik terhadap anak didiknya bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya. Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Huroiroh dalam
shohih bukhori :

‫َح ُد ُك ْم الْغَائي َط‬ ‫ي‬ ‫ي ي يي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ال رس ُ ي‬


َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إََّّنَا أَنَا لَ ُك ْم ِبَْن يزلَة الْ َوالد أ َُعلِّ ُم ُك ْم فَإ َذا أَتَى أ‬
َ ‫ول اللَّه‬ َ َ‫َع ْن أيَِب ُهَريْ َرةَ ق‬
ُ َ َ َ‫ال ق‬
‫الرَّم ية (أخرجه‬ ‫الرو ي‬ ‫ي‬ ‫فَ ََل يستَ ْقبيل الْ يقب لَةَ وََل يستَ ْدبيرها وََل يستَ يط ي ي ي‬
ِّ ‫ث َو‬ ْ َّ ‫َح َجا ٍر َويَْن َهى َع ْن‬ ْ ‫ب بييَمينه َوَكا َن يَأْ ُم ُر بيثَََلثَة أ‬ ْ ْ َ َ َْ ْ َ َ ْ ْ ْ َ
)‫أبو داود يف الطاهرة‬

Dari Abi Hurairah R.A. berkata : Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku
terhadap kamu berkedudukan sebagai orang tua (terhadap anak kandungnya). Jika salah
seorang di antara kamu mendatangi buang air besar, janganlah menghadap kiblat dan
jangan membelakanginya dan jangan bersuci dengan tangan kanan. Beliau perintah
bersuci dengan tiga batu dan melarang dengan kotoran dan tulang”. (HR. Abu Dawud
dalam Bab al-Thaharah).

Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa kedekatan seorang guru dengan Peserta didiknya
bagaikan anak dengan orang tuanya. Banyak hadits yang telah disampaikan tentang sifat
orang tua yang baik terhadap anak-anaknya, karena hakikat orang tua adalah pendidik atau
guru pertama dan utama. Banyak sifat kepribadian yang harus dimiliki seorang pendidik
karena Rasululllah SAW. banyak memberikan contoh tentang sifat- sifat yang baik seperti
pendidik yang adil, kasih sayang, penyampai ilmu dan tawadu’.

2. Guru sebagai petunjuk atau teladan yang baik


Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling
berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak.
Anak memandang pendidik sebagai figur terbaik, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya,
disadari atau tidak, akan ditiru. Bahkan perkataan, perbuatan dan tindak-tanduk guru akan
senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.

Allah meletakkan pada diri Nabi yang mulia suatu bentuk yang sempurna bagi metode
pendidikan yang islami, agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-
generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas keagungan
kepribadian.9

ٍ ٍ ‫ي‬ ‫فَيإ َّن خي ر ْ ي ي ي‬


َ ‫اب اللَّه َو َخْي َر ا ْْلَُدى ُه َدى ُُمَ َّمد َو َشَّر األ ُُموير ُُْم َدثَاتُ َها َوُك ُّل بي ْد َعة‬
‫ضَلَلَة‬ ُ َ‫اْلَديث كت‬ ََْ
Sesungguhnya sebaik-baik berita adalah kitab Allâh, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara baru
(dalam agama), dan semua bid’ah adalah kesesatan. [HR.Muslim no. 864]

Dari penjelasan di atas, maka dalam pandangan seorang Pendidik, Nabi Muhammad
SAW. adalah sebaik-baik teladan (uswah hasanah), hal ini juga tidak terlepas dari teladan
Pendidik terhadap anak didiknya yang mana seorang pendidik harus memberikan teladan
yang baik kepadan anak didiknya, baik tindakan, tutur katanya dan lainnya.

3. Menyayangi anak didiknya dan menjauhi kekerasan


‫ َعلّموا وَلَ تُعنّ ُفوا فَيإ ّن املعلّم َخْي ر يمن املعنّ ي‬: ‫وقد روي عن النيب صلى اهلل عليه وسلم أنه قال‬
)‫ف (البخاري‬ َُ َ َ َُ ْ َ َ ُْ
Telah diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jadilah pengajar dan
janganlah (hindarilah) menjadi orang yang kejam, karena pengajar itu lebih baik daripada
orang yang kejam (berbuat kekerasan)”. HR. Bukhari

Dari penjelasan hadits di atas maka sebagai seorang pendidik harus menunjukkan dirinya
sebagai orang yang selalu memperhatikan dan memberikan kebaikan kepada peserta
didiknya tanpa pamrih dan sengan kerelaan hati seorang guru. Tidak membeda- bedakan
para peserta didiknya, walaupun dengan latar belakang dari keluarga yang berbagai macam

9
Abdullah Nasih Ulwan (selanjutnya disebut Ulwan), Pendidikan Anak dalam Islam. Jilid II. Diterjemahkan
oleh Jamaluddin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h. 144.
dan sifat yang berbeda-beda, kasih sayang seorang guru tidak hanya tertuju pada peserta
didiknya yang patuh dan saja, akan tetapi kepada seluruh peserta didik yang nakal dan tidak
mematuhi gurunya.

4. Tawadlu’

‫س َم ْن َعلي َم َشْيئًا فَ ْليَ ُق ْل بييه َوَم ْن ََلْ يَ ْعلَ ْم فَ ْليَ ُق ْل‬ َّ ٍ ‫ي‬ ٍ
ُ ‫َع ْن َم ْس ُرْوق قَا َل َد َخ ْلنَا َعلَى َعْبد اهلل بْ ين َم ْسعُ ْود قَا َل يَااَيُّ َها النا‬
)‫ول لي َما ََل يَ ْعلَ ُم اهلل اَ ْعلَ ُم (رواه خباري‬
َ ‫اهلل اَ ْعلَ ُم فَاي ًن يم ْن اْلعيْل يم اَ ْن يَ ُق‬

Dari Masruq berkata: kami masuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud r.a. kemudian dia
berkata: “ wahai sekalian manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu maka hendaklah
ia mengatakan apa yang diketahuinya, dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka
hendaklah ia mengatakan: “Allah lebih mengetahui”, karena sesungguhnya termasuk ilmu
bila seseorang mengatakan: “Allah lebih mengetahui”, terhadap sesuatu yang ia tidak
diketahuinya”. HR. Bukhari.

Hadits ini Memerintahkan kepada manusia siapa saja di antara umat Nabi
Muhammad SAW. terutama para pendidik agar bersikap tawadhu’atau rendah hati dalam
ilmu, terutama ketika tidak mengetahui suatu ilmu. Sifat tawadhu’adalah posisi pertengahan
antara kesombongan (takabbur) dan rendah diri (mudzillah). Kalimat perintah
menyampaikan ilmu bagi orang yang berilmu, khususnya bagi seorang pendidik kewajiban
tabligh menyampaikan atau menyebarkan ilmu dan tidak boleh menyembunyikan ilmu
terutama ketika menghadapi pertanyaan dari peserta didik yang harus dijawab atau sangat
dibutuhkan jawabannya yang bersifat wajib, maka guru harus menjawabnya.
Bab III

Penutup

Hubungan pendidik dan anak didik dalam perspektif hadis adalah pola hubungan
yang humanis-teosentris atau sosio-spiritual. Dikatakan demikian karena hubungan ini
terbentuk didasarkan atas relasi seorang yang melakukan misi pendewasaan (pendidik)
terhadap mereka yang menjadi objek pendewasaan (anak didik), yang mana relasi ini
berlangsung dalam konteks kesadaran dan tanggung jawab ilahiyah dan rohaniyah seorang
pendidik.

Seorang pendidik menurut hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. adalah pelanjut misi
kerasulan (pewaris Nabi).Sebagaimana Nabi Muhammad SAW. adalah pemberi peringatan
dan penyampai kabar gembira, maka para guru sesungguhnya pewaris Nabi untuk
melanjutkan misi pemberi peringatan dan penyampai kabar gembira kepada para murid.
Dalam tugas mendidik ini, maka pendidik akan berjuang dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan, dan ia rela mengorbankan apa saja untuk tugas suci yang mulia itu, persis
sebagaimana para Nabi dan sahabat telah melakukannya.

Seorang pendidik akan memperlakukan anak didiknya dalam cinta dan kasih sayang
seperti orang tua terhadap anaknya, dan murid memandang gurunya bagaikan orang tua
(ayah/ibu) baginya.
Daftar Pustaka

Nata, A. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nizar, S. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Ulwan, A.N. 1999. Pendidikan Anak dalam Islam Jilid II. Jakarta: Pustaka Amani.

Anda mungkin juga menyukai