NIM: 1914041023
Tugas 2
Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang melibatkan peristiwa mental dengan
penekanan pada proses. Teori ini menekankan belajar sebagai aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks (Suprijono, 2010:22). Teori belajar ini muncul sebagai
reaksi dari penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses
hubungan perangsang-tanggapan dan penguatan atau belajar adalah pengondisian (Syakur,
2009:39).
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari
proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasyang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Teori ini berpandangan Bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dalam praktek
pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-
tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer oleh Ausubel,
Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar oleh Gagne, Webteaching oleh
Norman, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci beberapa pandangan
mereka.
Berdasarkan dengan teori pembelajaran kognitif, Nur (1999:1) membuat ikhtisar sebagai
berikut:
A. Teori pembelajaran kognitif menggunakan model pemrosesan informasi yang
menguraikan fungsi dari pencatat panca indera atau sensory register, memori jangka
pendek, dan memori jangka panjang serta menjelaskan bagaimana tiap-tiap komponen
model itu menyumbang kepada pemrosesan informasi.
B. Teori pembelajaran kognitif menjelaskan proses ingat dan lupa.
C. Teori pembelajaran kognitif menunjukkan bagaimana meningkatkan memori dengan
menggunakan pembelajaran pasangan sekutu atau paired-associate learning
pembelajaran berurutan atau serial lerning, dan pembelajaran menghafal-bebas atau
free recall lerning
D. Teori pembelajaran kognitif menjelaskan perbedaan pembelajaran hafalan dan
pembelajaran bermakna
E. Teori pembelajaran kognitif keterampilan metakognitif yang di gunakan untuk
pengayaan belajar.
F. Teori pembelajaran kognitif mengindentifikasi strategi belajar efektif yang membantu
siswa belajar.
G. Teori pembelajaran kognitif mengangkat strategi-strategi pengajaran khusus yang
membantu siswa belajar.
Teori behaviorisme di pelopori oleh B.F. Skinner sekitar tahun 1957. Teori ini lahir
berdasarkan percobaan yang di lakukan oleh Skinner pada seekor tikus. Ia memasukkan tikus
ke dalam sebuah sangkar. Dalam sangkar tersebut telah disiapkan dua tingkat pengungkit. Di
atas punggung sangkar di letakkan dua buah mangkuk, yang satu berisi makanan dan yang
satu lagi berusia bedak gatal. Jika tikus itu menginjak tongkat pengungkit yang pertama,
sepotong makanan akan jatuh ke dalam sangkar itu. Akan tetapi, jika tikus itu menginjak
tongkat yang kedua, bedak gatal akan tumpah ke dalam sangkar itu. Ternyata tikus itu
mampu belajar dari pengalaman nya setelah dua tongkat pengungkit itu pernah di injak.
Tikus itu selalu menginjak tongkat yang pertama karena dengan demikian ia akan
memperoleh makanan. Abdul Hamied, 1987:14). Berdasarkan percobaan tersebut skinner
memanipulasikan pengalamannya kedalam teori belajar bahasa. Menurut skinner tingkah
laku itu terjadi melalui 2 proses, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian yang paling
penting adalah mengulang-ulang stimulus dalam bentuk respon. Oleh karena itu teori ini
dikenal dengan nama teori behaviorisme.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respons.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya.Berdasarkan percobaan tersebut, Skinner menetapkan dan mengakui adanya
penguatan. Dia berkesimpulan bahwa bila suatu perbuatan lebih sering terjadi, itulah
penguatan positif. Sebaliknya, apabila perbuatan itu tidak terulang lagi, itulah perbuatan
negatif.
STIMULUS adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar
perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu
belajar siswa, sedangkan RESPON adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin
kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap
dikuatkan.
3. Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstrruktivisme adalah sebuah teori pendidikan yang mengedepankan
peningkatan perkembangan logika dan konseptual pembelajar.
Von Galserfeld (dalam Paul, S., 1996) mengemukakan bahwa ada beberapa
kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; 1)
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan
membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3)
kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya. Faktor-
faktor yang juga mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah
konstruksi pengetahuan seseorang yang telah ada, domain pengalaman, dan jaringan
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses dan hasil konstruksi pengetahuan yang telah
dimiliki seseorang akan menjadi pembatas konstruksi pengetahuan yang akan datang.
Pengalaman akan fenomena yang baru menjadi unsur penting dalam membentuk dan
mengembangkan pengetahuan. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal juga
akan membatasi pengetahuannya akan hal tersebut. Pengetahuan yang telah dimiliki
orang tersebut akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif dalam dirinya.
4. Teori belajar humanistik
Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara
optimal
(Assegaf, 2011).
“Tidak ada dimensi humanistik dalam penindasan, juga tidak ada proses
yang mereka ingin pelajari. Guru humanistik percaya bahwa siswa akan
termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan kebutuhan
untuk belajar dan mengajar mereka tentang cara belajar. Siswa harus
termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri. (3) Pendidik
humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi belajar
diri
merasa aman untuk belajar. Dengan merasa aman, akan lebih mudah dan
tujuan yang berarti individu. (6) Dalam proses belajar itu, individu
merupakan
organisme yang aktif, bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain (Sobur,
2003).
bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang
lain.
siswa untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Guru tidak bertindak
penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendidikan
yang
secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang
penuh cinta, hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari
ini
and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs
(kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs
(kebutuhan
classroom, model ini bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri sebagai
konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.
(2)
nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri (Baharun,
2015).
interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen
(Arbayah, 2013).
(Mangunwijaya, 2001).
adalah salah satu teori belajar yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang pakar
pendidikan dan psikologi berkebangsaan Amerika, lahir dengan nama lengkap Howard Earl
Gardner pada tanggal 11 Juli 1943 di Scranton, Pennsilvania. Teori belajar Howard Gardner
dikenalkan pertama kali pada tahun 1983. setiap pendidik harus belajar meyakini bahwa
dibalik keterbatasan siswa juga terdapat kelebihan yang belum tereksplor dengan baik.
(Wikipedia)
Teori belajar kecerdasan majemuk, telah mengalami perkembangan sejak pertama kali
ditemukan. Di awal teori Howard Gardner dalam buku Frame of The Mind (1983) terdapat
tujuh kecerdasan[4] yang dimiliki oleh setiap anak. Setelah itu pada tahun 1990 jumlah
kecerdasan majemuk[5] menjadi delapan dengan tambahan kecerdasan naturalis. Dalam
perkembangan selanjutnya Howard Gardner memunculkan adanya kecerdasan yang ke-9,
yaitu:
Kecerdasan IntrapersonalSunting
Karakteristik pemilik kecerdasan ini adalah cerdas dalam memahami diri sendiri, lebih suka
menyendiri, suka merenung segala hal yang penting, suka membuat catatan penting, suka menulis
diary. Kecerdasan ini dimiliki oleh seseorang yang selalu berpikir realistis , biasanya orang seperti ini
senang memikirkan masa depan dan cita - citanya.
Kecerdasan KinestetikaSunting
Kecerdasan ini dimiliki oleh seseorang yang mampu memahami tubuh, seperti: suka berolahraga,
menari, mampu meniru gerakan - gerakan yang dia lihat. Intinya kecerdasan ini memiliki karakteristik
aktif dalam kegiatan yang melibatkan fisik.
Kecerdasan NaturalisSunting
Kecerdasan ini dimiliki oleh seseorang yang suka dengan hal - hal yang berbau alam, seperti :
memelihara binatang, suka melihat film flora dan fauna, senang bercocok tanam, empati terhadap
lingkungan sekitar, gemar melakukan perjalanan atau wisata alam seperti ke daerah pegunungan,
hutan, laut dan lain - lain.
Kecredasan EksistensialSunting
Kecerdasan ini dimiliki oleh seseorang yang mampu menempatkan diri sendiri. Beberapa contoh
pemahaman yang dimiliki oleh kecerdasan ini adalah tentang kebermaknaan hidup, memiliki
pengalaman batin, kehidupan setelah kematian, memahami proses kehidupan yang berbeda - beda
pada setiap orang dan akhir kisah sebuah kehidupan. Kecerdasan ini berfokus terhadap kegiatan -
kegiatan filsafat atau keagamaan.
Referensi