Anda di halaman 1dari 38

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH


AKHLAK POKOK BAHASAN ASMAUL HUSNA
AL-GHAFFAR DAN AL-AFUWW MELALUI
METODE TALKING STIK
DI KELAS VI MI NIDHOMIYAH
TANJUNGWADUNG KABUH JOMBANG
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Oleh:
LilikFauzah

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN TENAGA PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU
2021
DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL ...............................................................................................


I. DAFTAR ISI… ..........................................................................................................
II. BAB I : PENDAHULUAN… ................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan penelitian .............................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ............................................................................................ 4
III. BAB II : KAJIAN PUSTAKA… ............................................................................. 6
A. Landasan teori… ................................................................................................ 6
B. Penelitian terdahulu ......................................................................................... 18
C. Kerangka berfikir…......................................................................................... 18
D. Hipotesis tindakan............................................................................................ 18
IV. BAB : III METODE PENELITIAN ...................................................................... 19
A. Jenis dan Rancangan penelitian ..................................................................... 19
B. Subyek penelitian ............................................................................................ 21
C. Instrument penelitian ...................................................................................... 21
D. Teknik pengumpulan data… .......................................................................... 25
E. Analisis data .................................................................................................... 26
V. BAB : IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN… ................................................ 28
A. Deskripsi sebelum tindakan… ........................................................................ 28
B. Interprestasi hasil penelitian ...........................................................................29
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya yang

sangat mendasar dalam pengembangan sumber daya manusia. Dalam

konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan diharapkan melahirkan

sumber daya manusia unggul sebagaimana yang dirumuskan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan bagian yang

sangat penting dari pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan

pendidikan di selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis perta didik, (pp no 9 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan).

Jabatan Guru sebagai jabatan profesional sebagaimana

dimaksudkan dalam Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNAS Pasal 39 (ayat 2) dinyatakan bahwa “Pendidik merupakan

tenaga profesionalis yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hadil pembelajaran, melakukan

pembimbing dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.

Guru yang profesional tentu memiliki kompetensi dalam bidangnya.

Disamping memiliki kompetensi profesional yang berarti menguasai bidang

yang diampunya, guru harus memiliki kompetensi pedagogik yaitu menguasai

1
2

metodik pembelajaran baik penguasaan kurikulum, merancang proses

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengadakan evaluasi dan

analisa pembelajaran serta melaksanakan program tindak lanjut. Disamping itu

guru dituntut memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Tentunya guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik

terhadap lingkungannya.

Guru mencapai kualitas peserta didik dilihat dari potensi seperti yang

dinyatakan di atas titik tolaknya tidak lain adalah kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru beserta para siswanya sebagai subyek belajar. Karenanya

proses pembelajaran yang dimotori oleh guru haruslah direncanakan dan

dilaksanakan secara mantap sehingga dapat mencapai tujuan dan hasil belajar

secara maksimal.

Berdasarkan pengalaman, nilai rata-rata pembelajaran materi Asmaul

Husna pada pokok bahasan asmaul husna al-ghaffar dan al-afuww masih

rendah. Dari rata-rata nilai yang diperoleh tersebut sudah sepatutnya menjadi

perhatian bersama, mengingat Asmaul Husna adalah mengenai sifat wajib dari

Allah yang merupakan hal penting yang harus dipahami anak. Nilai yang

didapatkan tersebut bukan hanya bersifat kognitif, namun nilai yang

diharapkan tergambar dalam sikap afektif anak. Nilai yang tinggi di barengi

dengan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan merupakan harapan

bersama dalam mengamalkan asmaul husna al-ghaffar dan al-afuww.

Guru yang baik adalah guru yang mampu memilih dan menggunakan

metode, strategi dan media yang tepat dalam pembelajaran. Kenyataan

dilapangan, kendala utama dalam menentukan penggunaan metode, seringkali

kurang pas dengan yang dalam tujuan instruksional. Metode ceramah seringkali

menjadi bahan andalan. Padahal berbagai metode lain masih ada yang lebih

2
3

tepat sesuai dengan tujuan instruksional.

Dari penjelasan di atas agar tujuan dari pembelajaran Akidah Akhlak


materi tercapai maka proses pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah bisa menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru
dapat mengajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat, namun
pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses
pembelajaran yang berpusat pada guru, misalnya karena selama proses belajar
mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga
para siswa terlihat menjadi bosan dan jenuh dan tidak jarang kondisi kelas
menjadi tidak kondusif dikarenakan siswa bercanda sendiri dan mengobrol,
selain itu setelah proses belajar selesai siswa diberi tugas untuk mengerjakan
LKS baik disekolah maupun dikerjakan dirumah. Hal ini ternyata berdampak
pada minat belajar anak yang kian hari nilai mata pelajaran Akidah Akhlak
pokok bahasan al-ghaffar dan al-afuww siswa kelas 6 MI
Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang .

Permasalahan diatas dapat diketahui dari hasil analisis yang dilakukan


oleh guru terhadap ujian formatif yang diadakan. Siswa yang mempunyai nilai
dibawah KKM sebanyak 5 siswa dari 7 siswa di dalam kelas.
Agar pembelajaran Akidah Akhlak pada materi akhlak terpuji menjadi
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan
dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking stick merupakan
sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan
suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan
model talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah
guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat
dalam talking stick, ada unsur kompetisi dalam setiap kelompok untuk
mengumpulkan skor yang sebanyak-banyaknya maka hal ini dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa yang akan berdampak pada nilai hasil
belajar siswa.
Berdasarkan alasan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi
bagi peneliti untuk melakukan tindakan peningkatan hasil belajar dengan

3
4

melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
POKOK BAHASAN ASMAUL HUSNA AL-GHAFFAR DAN AL-AFUWW
MELALUI METODE TALKING STIK DI KELAS VI MI NIDHOMIYAH
TANJUNGWADUNG KABUH JOMBANG”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka


dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan metode talking stick dalam proses pembelajaran
pada pelajaran Akidah Akhlak di kelas 6 MI Nidhomiyah Tanjungwadung
Kabuh Jombang ?
2. Apakah penerapan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran Akidah Akhlak pokok bahasan asmaul husna al-ghaffar
dan al-afuww di kelas 6 MI Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui penerapan metode talking stick dalam proses
pembelajaran pada mata pelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas 6 MI
Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang
2. Untuk mengetahui metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran Akidah Akhlak pokok bahasan asmaul husna al-ghaffar dan
al-afuww di kelas 6 MI Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang
D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan atau manfaat baik


secara langsung atau tidak langsung bagi siswa, guru dan sekolah dalam
peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa serta peningkatan mutu
pendidikan pada umumnya. Adapun kegunaan atau manfaat hasil penelitian
bagi masing-masing bagian yaitu sebagai berikut:
a. Bagi siswa, di antaranya:
1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar dan memberikan pengalaman baru
2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah
Akhlak

4
5

3) Meneladani asmaul husna al-ghaffar dan al-afuww dalam


kehidupan sehari-hari
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih metode dan media
pembelajaran yang tepat di kelas
2) Meningkatkan profesionalisme guru sebagai pelaksana kurikulum
3) Mengembangkan inovasi metode dan media yang tepat di kelas
4) Mengembangkan potensi guru dalam pengetahuan skill secaraaktif
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai langkah strategis untuk meningkatkan semangat
pembelajaran siswa
2) Meningkatkan kreatifitas dan imajinasi siswa dalam pembelajaran
3) Meningkatkan mutu pendidikan dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas

5
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.
1. a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pencapaian dalam memperoleh
kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya".
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan
kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa
yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk
perubahan perilaku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga
menunjukkan perubahan tingkah laku. Aspek perilaku keseluruhan dari
tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang dapat
menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Menurut Romizoswki yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk
dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD
menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil
belajar yaitu:

1) Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat


keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis
2) Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan
tindakan fisik dan kegiatan perseptual
3) Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan,
persaan, dan self control
4) Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan
kepemimpinan
Menurut Gagne yang dikutip oleh Sri Anita W. dkk dalam
bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran di SD menyebutkan ada
lima tipe hasil belajar yang dapat di capai oleh siswa yaitu sebagai
berikut:
7

1) Motor skills
2) Verbal information
3) Intelectual skills
4) Attitudes
5) Cognitive strategies
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada
satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru harus
memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat di capai
sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan
selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga di
perlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat
menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan
berfikir kritis dan ilmiyah pada siswa Sekolah Dasar, dapat dikaji
proses maupun hasil berdasarkan:

1) Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang


dijelaskan atau di informasikan
2) Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub)
pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau di
dengar
3) Kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji
dari sudut bersamaan dan perbedaan
4) Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh. Kemampuan
tersebut sudah dapat di terapkan di Sekolah Dasar khususnya pada
kelas tinggi
b. Obyek Hasil Belajar
Menurut Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar
yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan dan kebiasaan
2) Pengetahuan dan pengertian
3) Sikap dan cita-cita
Menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar yaitu
sebagai berikut:
1) Informasi verbal
8

2) Keterampilan intelektual
3) Strategi kognitif
4) Sikap
5) Keterampilan motoris
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu
sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni:
a. Tipe Hasil Belajar Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata


knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya
tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula
pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk
diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-
undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses
belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar
dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman
konsep-konsep lainnya.
b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman
Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat
lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa
pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami,
perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori, yakni
tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan dalam arti yang
sebenarnya. Misalnya, dari bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia,
mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih dan lain-
lain.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui
berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Dan tingkat
9

ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan


ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang
tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun
masalahnya.

c) Tipe Hasil Belajar Aplikasi


Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret
atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau
petunjuk teknis.
d) Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau
susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis
diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan
dapat memilahkan integritas menjadi bagian- bagian yang tetap terpadu
untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami
cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.
e) Tipe Hasil Belajar Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu
terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Barpikir kreatif
merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
f) Tipe Hasil Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan,
metode material dll.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa
paraahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya, bila seseorang telah memilki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar dan hubungan sosial.
10

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.


Kategorinya dimualai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai
tingkat yang kompleks.
a) Receving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dll.
b) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dalam menjawab
stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di
dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut.
d) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya, kedalamnya termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yaitu sebagai berikut:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,


dan ketepatan
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhanasampai
pada keterampilan yang komleks
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
11

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif


2. Mata Pelajaran Akidah Akhlak

a. Pengertian Akidah
Menurut bahasa, akidah berasal dari bahasa Arab: „aqada-
ya‟qidu-uqdatan-wa „aqidatan artinya ikatan atau perjanjian.
Sedangkan pengertian akidah menurut A. zainuddin yang dikutip oleh
Rosihon Anwar dalam bukunya yang berjudul Akidah Akhlak adalah
“sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat
kepadanya”.
Istilah akidah di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut
keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan
pikiran yang mantap itu benar, itulah yang disebut akidah yang benar,
seperti keyakinan umat Islam tentang keesaan Allah. Namun jika salah,
itulah yang disebut akidah yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani
bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan (trinitas).
Akidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang
jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang
diyakini oleh hati manusia, dan dipujinya dipastikan kebenarannya,
ditetapkan keshahihannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya,
dan bahwa ia itu benar serta berlaku selamanya.

Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang pencipta, keyakinan


akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan akan pertemuan dengan-Nya
sesudah mati dan berakhirnya kehidupan, balasan-Nya atas perbuatan
yang dia usahakan.
Juga seperti keyakinan manusia akan wajibnya taat kepada-
Nya, yaitu terhadap apa yang telah disampaikan kepadanya dari
perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya melalui kitab-kitab dan
rasul-rasul-Nya, ketaatan yang dapat menyucikan jiwanya, mendidik
perasaan, menyempurnakan akhlak dan mengatur hubungan antara
penciptaan dan kehidupan.
Juga keyakinan manusia akan ketidakbutuhan Allah kepadanya,
sementara dia selalu membutuhkan-Nya dalam setiap urusannya
sehingga dalam setiap napas yang dia hidup secara terus menerus
karena Allahlah dia bisa hidup dan hanya kepad-Nya dia berserah diri
12

dan bersandar. Karena Dialah tempat harapannya ketika mengharapkan


sesuatu, dan tempat mencari perlindungan ketika dia merasa takut,
dengan cinta-Nya dia mencintai, dengan benci-Nya dia membenci.
Dialah Tuhan bagi manusia yang tidak ada Tuhan selain- Nya,
Dia adalah Sesembahan manusia yang tidak ada Sesembahan selain-
Nya. Tidak ada Rabb dan Ilah diyakini selain Dia.
b. Pengertian Akhlak
Menurut Hamzah Ja’cub yang dikutip oleh Rosihon Anwar
dalam bukunya yang berjudul Ethika Islam kata “akhlak” berasal dari
bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat diartikan
sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Adapun
menurut Zainuddin dalam bukunya yang berjudul Al-Islam 2;
Muamalah dan Akhlak kata “akhlak” ini lebih luas artinya daripada
moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab
“akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan
batiniah seseorang.

Akhlak, secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata


khalaqa, yang kata asalnya khuliqun, yang berarti: perangai, tabiat,
adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi, secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku
yang dibuat.17
Sedangkan pengertian akidah menurut Imam Ghazali yang
dikutip oleh Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, akhlak adalah suatu istilah tentang
bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia
berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pertimbangan.
Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk
tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya,
meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah
mengandung konotasi baik. Jadi, orang yang berakhlak berarti orang
yang berakhlak baik.
Bandingkan dengan Al Qur’an surat Al-Qalam : 4 dan Asy
Syu’ara : 137
13

Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekertiyang


agung”. (Q.S Al-Qalam : 4)

Dan Surat Asy Syu’ara: 137


Artinya: “dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang
disembah) di bumi dan Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi
Maha mengetahui”. (Surat Asy Syu’ara: 137)

Akhlak atau sistem perilaku dapat didik atau diteruskan


melalui sekurang-kurangnya melalui 2 pendekatan, yaitu:
1. Rangsangan-jawaban (stimulus-response) atau yang disebut proses
mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a) Melalui latihan
b) Melalui tanya jawab
c) Melalui mencontoh
2. Kognitif, yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
a) Melalui da’wah
b) Melalui ceramah
c) Melalui diskusi dan lain-lain
c. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran agama bukanlah mata pelajaran yang dipelajari untuk
menumbuhkan pengetahuan atau memperoleh ketangkasan, akan tetapi
pelajaran agama adalah roh dan pengaruh. Jadi sukses dan tidaknya seorang
guru tidak diukur dengan banyaknya murid-murid yang menghafal ayat-ayat
Al-Qur’an, hadis-hadis nabi dan hukum-hukum agama, akan tetapi diukur
dengan apa yang tercetak dalam hati murid-murid, yaitu keimanan yang
teguh dan yang tertancap dalam amal perbuatannya yang baik dan kelakuan
yang elok. Secara umum tujuan pendidikan agama menurut dalam segala
tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:

Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya, atau


muamalah ma’al Khalik. Semakin dekat dan terpelihara hubungan
dengan Khaliknya akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan
seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan rasa
14

ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan larangan- Nya,


sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh kejayaan
semakin menjadi terbuka.
1. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia atau
muamalah ma’al Insan. Memelihara, memperbaiki dan meningkatkan
hubungan antar manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia
yang harus senantiasa dikembangkan terus-menerus. Di sinilah terjadi
interaksi antara sesama manusia, baik dengan muslim maupun bukan,
sehingga tampak betapa citra Islam dalam masyarakat yang ditunjukkan
oleh tingkah laku para pemeluknya.
2. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua
hubungan itu dan mengaktifkan kedua-keduanya sejalan dan menjalin
dalam diri pribadi. Ini berarti upaya yang terus-menerus untuk mengenal
dan memperbaiki diri atau muamalah ma‟al nafsi. Upaya untuk
mengenal, memperbaiki diri dan mengaktualisasikan kedua aspek
tersebut di atas secara serasi, seimbang dan selaras dalam bentuk
tindakan dan kegiatan sehari-hari memberi petunjuk atas sejauh
manakah tingkat “hamba Allah” itu telah dicapai olehseseorang.

Jadi dari beberapa tujuan pendidikan agama di atas, mata pelajaran Akidah
Akhlak adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing untuk
dapat mengetahui, memahami dan menyakini akidah Islam serta dapat
membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan
ajaran Islam. Selain itu mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan satu-
satunya materi pelajaran yang mempunyai peranan yang besar dalam
mendidik dan menciptakan siswa menjadi manusia yang berbudi luhur,
berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama. Pendidikan
Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapakan para
siswa untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah
SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari melalui bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman dan kebiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk
dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan
akidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati
dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan
persatuan bangsa.
15

3. Pengertian Asmaul Husna

Asmaul Husna adalah sesuatu yang sangat penting. Pendidikan

Asmaul Husna perlu diberikan sejak dini termasuk tingkat anak sekolah

dasar. Pemahaman tentang materi Asmaul Husna yang baik, di harapkan

menjadi acuan dalam menerapkan membaca Asmaul Husna.

Asmaul Husna dijelaskan dalam Al-quran, yaitu pada surat surat

sebagai berikut:

1. Surat Thaahaa ayat 8

Ayat tersebut merupakan berita tentang adanya Asmaul Husna.


2. Surat Al A’raaf ayat 180
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Allah mempunyai
Asmaul Husna dan kita bisa berdo’a dengan menyebut Asmaul
Husna.
Allah SWT memiliki segala kesempurnaan. Nama-nama Allah yang baik

dan tercancum dalam Al-qur‟an disebut Asmaul Husna. Asmaul Husna

artinya Nama- Nama Allah yang bagus-bagus. Tujuan membaca Asmaul

Husna adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Asmaul Husna

merupakan do’a yang efektif karena mudah dibaca, pendek , ringan

namun lengkap, menyeluruh, menyangkut urusan dunia akhirat, serta

memperoleh jaminan surga.

4. Metode Talking Stick


a. Pengertian Metode Talking Stick
Menurut Carol Locust yang dikutip oleh Miftahul Huda dalam
bukunya yang berjudul Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran
pernah berkata:
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribesas
a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly
used in council circles to decide who had the right to speak. When
matters of great concern would come before the council, the leading
elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he
16

would finish what he had to say, he would hold out the talking stick,
and whoever would speak after him would take it. In this manner, the
stick would be passed from one individual to another until all who
wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the
elder for safe keeping.

Jadi, Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang


digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antar suku). Kini metode talking stick sudah digunakan sebagai metode
pembelajaran ruang kelas. Sebagai mana namanya, talking stick
merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat.
Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya.
Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat
giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

b. Penerapan Metode Talking Stick


Dalam penerapan metode talking stick, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban,
kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda.
c. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
Adapun langkah-langkah metode talking stick adalah sebagai
berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm


2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran
3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana
4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup isi bacaan
5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu
siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
17

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk


menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6) Guru memberi kesimpulan
7) Guru melakukan evaluasi/penilaian
8) Guru menutup pembelajaran
d. Kelebihan Metode Talking Stick
Dalam metode talking stick terdapat beberapa kelebihan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Mampu menguji kesiapan siswa
2) Melatih keterampilan siswa dalam membaca dan memahami
materi pelajaran dengan cepat
3) Membuat siswa ceria, senang dan melatih mental siswa untuk
siap dalam kondisi dan situasi apapun
4) Melatih siswa berbicara di depan teman-temanya
5) Menciptakan suasana menyenangkan dan membuat siswa aktif
6) Menumbuhkan jiwa berkompetisi pada diri siswa
e. Kekurangan Metode Talking Stick
Adapun kekurangan metode talking stick adalah bagi siswa-
siswi yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di
hadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai.
f. Implementasi Metode Talking Stick dalam Pembelajaran
Metode talking stick adalah metode pembelajaran yang
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Talking stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini,
dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya
kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu
siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi
pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai
mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat
itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan
mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dalam
pelaksanaannya metode talking stick memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
18

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan


tinggi, sedang dan rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu


B. Penelitian Terdahulu
Belajar adalah proses dialog antar potensi diri melalui berbagai media
pengajaran dan melalui berbagai upaya kegiatan sehingga mampu menyerap
bahan ajar menjadi miliknya ( Djahiri,2002 ). Media yang menarik akan mampu
menarik minat belajar siswa, jika digabungkan dengan metode pembelajaran yang
tepat maka hasilnya akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel


yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, kemudian dianalisis
secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan
variabel tersebut yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis
(Sugiyono, 2009).

D. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan teori dan konsep yang telah dikemukakan oleh peneliti,
maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 MI
Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang dalam mata pelajaran
Akidah Akhlak materi pokok asmaul husna al-ghaffar dan al-afuww.
19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini nantinya akan

dilaksanakan dengan cara mengikuti skinario tindakan. Dalam

perjalanannya ternyata terdapat kelemahan, akan diperbaiki sesuai

ketentuan yang ada di lapangan

Tahapan penelitian tindakan kelas

a. Perencanaan

Dalam tahapan dilakukan ;

1).Membuat rencana pembelajaran dengan materi asmaul husna

2). Menyusun evaluasi untuk menilai hasil belajar siswa

b. Observasi

Observasi dilakukan terhadap kegiatan siswa dalam pelaksanaan

tindakan kelas, dan menyelesaikan soal

c. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Dalam kaitan ini,melaksanakan skenario pembelajaran yang telah

direncanakan

d. Refleksi

Kegiatan untuk menganalisis hasil yang dicapai pada tahap observasi

dan tahap evaluasi guna melakukan kegiatan tindakan kelas pada siklus

berikutnya .
20

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas dalam masalah terdiri dari

3 (tiga ) siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 1 (satu) kali pertemuan

Langkah –langkah yang ditempuh dalam penelitian ini kelas ini

dalam tiap siklus terdiri :

a. Siklus 1 (pertama) meliputi kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

1). Pertemuan 1 (2 x 35menit)


a. Perencanaan dengan penyusunan RPP
b. Pelaksanaan yang meliputi:
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
 Proses pembelajaran dilaksanakan dengan model
talking stik
 Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan materi ajar
berisitentang asmaul husna al-ghaffar
c. Pengamatan
 Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
d. Refleksi
 Menganalisa hasil evaluasi
b. Siklus II (kedua) dengan 1 (1) kali pertemuan meliputi
kegiatanpembelajaran sebagai berikut :
1 ) Pertemuan1 (2 x 35menit)

a. Perencanaan dengan penyusunan RPP


b. Pelaksanaan yang meliputi:
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
 Proses pembelajaran dilaksanakan dengan model
talking stik
 Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan materi ajar
berisitentang asmaul husna al-ghaffar
c. Pengamatan
 Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
d. Refleksi
 Menganalisa hasil evaluasi
21

c. Siklus III (ketiga) dengan 1 (1) kali pertemuan meliputi


kegiatanpembelajaran sebagai berikut :
1 ) Pertemuan1 (2 x 35menit)

a. Perencanaan dengan penyusunan RPP


b. Pelaksanaan yang meliputi:
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
 Proses pembelajaran dilaksanakan dengan model
talking stik
 Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan materi ajar
berisitentang asmaul husna al-ghaffar
c. Pengamatan
 Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
d. Refleksi
 Menganalisa hasil evaluasi
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 6 Mi Nidhomiyah

Tanjungwadung yang berjumlah 7 orang siswa, terdiri dari 2 orang siswa

laki-laki dan 5 orang siswa perempuan.

C. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi

Sedangkan instrumen yang peneliti gunakan dalam metode talking


stick untuk menilai tingkat keaktifan siswa dalam kelompok adalah
dengan menggunakan lembar observasi yaitu lembar pengamatan yang
harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi aktifitas dan intensitas
siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun aspek aktifitas dan
intensitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Pertanyaan
Lembar Penilaian Observasi Skor
Metode Talking Stick Jumlah
No Nama Kelompok
1 2 3 Tambahan Skor
1 Kelompok 1
2 Kelompok 2
3 Kelompok 3
22

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas siswa


selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi yang akan peneliti
gunakan adalah dokumentasi berupa foto aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran
4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui dan mengukur


hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif pada mata pelajaran
Akidah Akhlak yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran
setelah diterapkan metode talking stick.

Tabel 2
Kisi-kisi instrumen tes siklus 1
No Kopentemsi Materi Proses Indikator Soal Bentuk Nomor
Dasar Kognitif Soal Soal
1 3.2 Memahami makna Mengenal Memahami Menjelaskan bahwa PG 1
al- Ghaffaar dan al- Allah (C2) Allah memiliki
Afuww melalui asma al-ghaffar
asmaul
husna al-
ghaffar
2 Menerapka Menentukan salah satu PG 2
n(C3) sikap penghuni surga

3 Memahami Menunjukkan sikap PG 3


(C2) mengimani asma al-
ghaffar
4 Memahami Menunjukkan sikap PG 4
(C2) meneladani asma
al-ghaffar
5 Memahami Mengartikan al- PG 5
(C2) ghoffar

6 Menganalisis Menguraikan uraian 1


(C4) bentuk pemahaman HOTS
sifat al-ghaffar
7 Mengingat Menyebutkan Uraian 2
(C1) jumlah kata al-
ghaffar dalam Al-
Quran
23

8 Menganalisis Menelaah tujuan Uraian 3


(C4) manusia beriman HOTS
pada sifat al-ghaffar
9 Mengingat Menyebutkan nama Uraian 4
(C1) surat yang
didalamnya terdapat
kata al-ghaffar
10 Menganalisis Menguraikan cara Uraian 5
(C4) meneladani asmaul HOTS
husna al-ghaffar

Tabel 3

Kisi-kisi instrumen tes siklus 2


No Kopentemsi Materi Proses Indikator Soal Bentuk Nomor
Dasar Kognitif Soal Soal
1 3.2 Memahami makna Mengen Memahami Menjelaskan bahwa PG 1
al- Ghaffaar dan al- al Allah (C2) Allah memiliki asma
Afuww melalui al-afuww
asmaul
husna

2 Mengingat Menyebutkan dalil PG 2


(C1) tentang perintah segera
bertaubat

3 Memahami Menjelaskan perilaku PG 3


(C2) yang mencerminkan
iman pada asma al-
afuww
4 Memahami Memberi contoh PG 4
(C2) kesalahan yang
berhubungan dengan
Allah
5 Memahami Menjelaskan dosa PG 5
(C2) yang tidak terampuni

6 Memahami Memberi contoh Uraian 1


(C2) kesalahan yang
berhubungan dengan
manusia
7 Memahami Menjelaskan sikap Uraian 2
(C2) kita terhadap orang
yang berbuat salah
pada kita
8 menerapkan( Membuktikan bahwa Uraian 3
C3) Allah bersifat al-
afuww
24

9 Memahami Menjelaskan sikap Uraian 4


(C2) Allah terhadap orang
yang tidak mau
memaafkan
kelaslahan orang lain
10 menganalisis( Menguraikan alasan Uraian 5
C4) bahwa kita harus HOTS
memaafkan orang lain

Tabel 4

Kisi-kisi instrumen tes siklus 3

No Kopentemsi Materi Proses Indikator Soal Bentuk Nomor


Dasar Kognit Soal Soal
if
1 3.2 Memahami makna Mengen Memaham Menjelaskan bahwa PG 1
al- Ghaffaar dan al- al Allah i (C2) Allah memiliki asma
Afuww melalui al-ghaffar
asmaul
husna

2 Memaham Menjelaskan makna asma PG 2


i (C2) al-afuww dalam
kehidupan sehari-hari

3 Memaham Menjelaskan makna al- PG 3


i (C2) afuww dalam kehidupan
sehari-hari
4 Memahami Menentukan cara PG 4
(C2) mengamalkan asma al-
ghoffar
5 Menerapka Menjelaskan bahwa PG 5
n(C3) Allah bersifat al-afuww

6 Menganali Menguraikan alasan Uraian 1


sis (C4) Allah menutupi HOTS
keburukan dan
kesedihan hamba-Nya
7 4.2 Menyajikan arti Menerapka Membuktikan secara Uraian 2
dan bukti sederhana n(C3) sederhana al-ghaffar
al-Ghaffaar danal-
A’fuww
dan al-afuww
8 Memahami Menjelaskan perbedaan Uraian 3
(C2) sikap al-ghaffar dan al-
afuww
9 Memahami Menjelaskan hikmah Uraian 4
(C2) beriman kepada al-
ghaffar dan al-affuw
25

10 Menganalisi Memerinci manfaat yang Uraian 5


s (C4) kita peroleh bila kita HOTS
membiasakan sikap
pemaaf

5. Lembar Catatan Penelitian

Lembar catatan penelitian digunakan untuk mencatat aktivitas belajar siswa


yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa yang
telah dicapai pada mata pelajaran Akidah Akhlak al-ghaffar dan al-afuww.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan
teknik sebagai berikut:
1. Pengamatan ( Observasi )
Sebagai metode ilmiah, teknik observasi menuntut adanya
pengamatan baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek
penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengmatan,
penduan pengamatan dan lainnya.

Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan siswa dalam proses


pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran akidah akhlak
dengan metode talking stick dikelas 6 MI Nidhomiyah Tanjungwadung
Kabuh Jombang
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Sumber dokumentasi pada dasarnya
merupakan segala bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen baik resmi maupun yang tidak resmi. Dan dalam hal ini peneliti
mendapatkan data berkenaan dengan data kesiswaan, seperti data nama
siswa, data nilai siswa, data absensi kehadiran siswa dan lain-lain.
Sedangkan dokumentasi tidak resmi yang peneliti lakukan adalah
mendokumentasikan berupa foto kegiatan proses belajar baik pada siklus I
siklus II, maupun siklus III
3. Tes
Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
26

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode
tes ini penulis gunakan untuk mendapatkan hasil prestasi belajar siswa
setelah diterapkan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
talking stick di kelas 6 MI Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang
4. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara
ini peneliti gunakan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
baik kepada guru maupun siswa sebagai bahan penelitiann.

D. Analisis Data dan Interpretasi Data


a. Analisis Data
Penelitian ini menggunakann metode deskriptif analisis dengan
menggunakan daftar nilai kognitif siswa. Kemudian data-data yang
diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan dan tes kemudian diolah
dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan
pencapaian indikator kebarhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman akhlak terpuji melalui
metode talking stick pada mata pelajaran akidah akhlak di kelas 6 MI
Nidhomiyah Tanjungwadung Kabuh Jombang
Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa
data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka, maka analisis data yang
digunakan yaitu dengan analisis nilai rata-rata. Analisis rata- rata
digunakan untuk menghitung rata-rata nilai evaluasi siswa, adapun rumus
yang digunakan sebagai berikut:

Nilai rata-rata = Jumlah nilai yang dicapai semua siswa


Jumlah siswa

b. Interpretasi Data
Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran pada Penelitian
Tindakan Kelas ialah sebagai berikut :
a. Perhatian dan keaktifan siswa dalam kelompok (siswa dikatakan
memperhatikan dan aktif dalam proses pembelajaran jika dapat
memenuhi indikator perhatian dan keaktifan yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok)
27

b. Ketrampilan / Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal (siswa


dapat menjawab soal-soal dengan benar dan mendapatkan nilai
sesuai dengan jawaban yang benar)

c. Hasil belajar (sesuai acuan nilai KKM 70, bahwa nilai antara 80-100
masuk dalam kriteria nilai tinggi, nilai antara 70-75 masuk
dalam kriteria nilai sedang dan nilai dibawah 65 masuk dalam
kriteria nilai rendah)
28

BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Sebelum Tindakan


Madrasah Ibtidaiyah Nidhomiyah adalah sebuah lembaga pendidikan
setingkat Sekolah Dasar yang berlokasi di Dusun Peyek Desa
Tanjungwadung Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Adapun penelitian
ini dilakukan pada kelas 6 dengan jumlah 7 siswa yang terdiri dari 2 putra dan
5 putri dengan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70
untuk mata pelajaran Akidah Akhlak.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitian) di MI Nidhomyah. Kegiatan ini dilakukan sebelum peneliti
melakukan penelitian secara mendalam yaitu melalui kegiatan wawancara
guru agama serta melakukan observasi pada proses pembelajaran akidah
akhlak di dalam kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan
pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah serta kendala
yang dihadapi ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama di MI Nidhomiyah
diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan monoton yaitu dengan metode ceramah dan
penugasan dengan menggunakan buku LKS
2. Sebagian besar siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar KKM
sekolah
Selain dengan wawancara, peneliti melakukan observasi yang
dilakukan sebelum panelitian yaitu yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus
2021 dan diperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi belajar siswa
serta kondisi lingkungan sekolah dan fasilitas penunjang proses belajar yang
ada. Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung keadaan kelas
pada saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak.
Adapun hasil observasi pembelajaran Akidah Akhlak adalah sebagai
berikut:
1. Keterbatasan media yang digunakan guru, sehingga siswa merasa bosan
dan cenderung cuek
2. Sebagian siswa terlihat tidak memperhatikan guru ketika sedang
mengajar, siswa lebih cenderung mengobrol dengan teman satu
bangkunya.
29
3. Saat guru pergi kekantor siswa terlihat bercanda sendiri dengan
melempar-lempar mainan yang dibuatnya dari kertas dan ada beberapa
siswa yang berantem karena saling mengejek.
4. Hanya sebagian siswa saja yang nampak serius mengerjakan buku LKS,
sedangkan yang lain lebih cenderung bercanda dan bermain sendiri.
Untuk selanjutnya dapat dilihat hasil belajar mata pelajaran akidah
akhlak materi akhlak terpuji sebelum diadakannya penelitian atau sebelum
menggunakan metode talking stick yaitu sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
No. Nama Siswa Hasil Belajar Ketuntasan
1 Afandi Albiansyah 55 Rendah
2 Bayu Eko Cahyono 70 Sedang
3 Berliana Arta Mevia 65 Rendah
4 Dzurroh 60 Rendah
5 Intan nur Julian Rahma 80 Tinggi
6 Niswa khoirunnisa 60 Rendah
7 Ria Kusuma Ningrum 60 Rendah

Jumlah 445
Rata-Rata Kelas 65
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 55

Pada tabel diatas diketahui hasil pembelajaran sebelum diadakannya


penelitian ini, nilai rata-rata kelasnya hanya mencapai 65. Dalam hal ini nilai
tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 55. Hal ini disebabkan karena
guru hanya menggunakan metode tradisional yaitu ceramah dan minimnya
media dan sarana prasarana. Untuk itu peneliti akan mencoba meningkatkan
hasil belajar dengan menggunakan metode talking stick.
B. Interpretasi Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat dideskripsikan data hasil
intervensi tindakan pada setiap siklus, yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus I dengan durasi 2x35 menit
dilaksanakan dengan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 12
30
Agustus 2021, menggunakan pembelajaran metode talking stick.
Adapun materi yang akan diajarkan adalah sikap optimis, qanaah
dan tawakal dengan standar kompetensi membiasakan akhlak terpuji
dan kompetensi dasar membiasakan sikap optimis, qanaah, dan
tawakal dalam kehidupan sehari•hari. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah peneliti menyiapkan RPP yang sudah diperiksa dan
ditandatangani oleh guru agama (kolaborator) dan kepala sekolah,
media pembelajaran berupa: buku cetak/buku panduan, tongkat,
materi sebagai bahan diskusi kelompok, pertanyaan, lembar
observasi, foto copy lembar kerja siswa dan alat dokumentasi kamera
digital.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus
2021. Pertemuan berlangsung` dalam durasi 2 x 35 menit, dengan
jumlah siswa yang hadir 7 siswa. Peneliti bertindak sebagai guru
mata pelajaran Akidah Akhlak dan guru agama bertugas sebagai
kolaborator yang mengisi lembar observasi dan mengamati siswa di
dalam kelas.
Peneliti yang bertindak sebagai guru terlebih dahulu
mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pelajaran dan
memulai pelajaran dengan membaca doa bersama dan memberi
salam. Selanjutnya peneliti menanyakan kabar anak-anak dengan
ungkapan ”Bagaimana kabar kalian pagi hari ini.” dan mengabsensi
siswa. Peneliti menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai yang dilanjutkan pemberian
pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pokok
Asmaul husna al-ghaffar dan al-afuww sebelum penjelasan materi
dimulai. Hal ini dilakukan agar mengetahui kemampuan atau
pengetahuan siswa sebelum proses pembelajaran.
Kegiatan berikutnya peneliti membentuk kelompok yang
terdiri atas 3 siswa dan salah satu kelompok ada yang berjumlah 3
siswa, dimana pembagian kelompok berdasarkan kemampuan
kognitif siswa yaitu setiap kelompok terdiri dari siswa yang memilki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini bertujuan agar setiap
kelompok memiliki kemampuan yang sama dan dapat membantu
dan bekerja sama satu sama lain. peneliti dan siswa menyeting kelas
dengan berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masng.
31
Kemudian peneliti menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20
cm.
Peneliti menyampaikan materi pokok yaitu penjelasan
tentang asmaul husna al-ghaffar. Ketika peneliti menjelaskan materi
terlihat ada beberapa kelompok yang anggotanya berbicara dan ada
yang bercanda. Dan ketika peneliti tegur dan diberikan nasehat siswa
tersebut ada yang merespon dan langsung memperhatikan penjelasan
dari peneliti, namun ada juga siswa yang bernama Ria dan Fandi
cuek dan terus saja bercanda.

Setelah peneliti selesai memberikan penjelasan tentang sikap


asmaul husna al-ghaffar, kemudian peneliti memberikan kesempatan
para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
Dalam hal ini, kolaborator dan peneliti mengamati setiap kelompok.
Dari hasil pengamatan, terdapat 1 kelompok yang kurang serius
dalam membaca dan mempelajari materi, mereka bukannya
membaca justru asik bercanda. Dan ketika peneliti tegur, mereka
baru mau membacanya. Setelah setiap kelompok selesai
membacanya, peneliti menyuruh siswa berdiskusi dan
menyelesaikan tugas kelompok dan menutup isi bacaan.
Peneliti mengambil tongkat dan memberikan kepada salah
satu anggota kelompok 1, yang kemudian tongkat tersebut diputar
berkeliling dengan bernyanyi sampai peneliti berkata stop, dan
berhenti pada siswa yang bernama Bayu setelah itu peneliti
memberi pertanyaan “kata al-ghaffar disebutkan berapa kali dalam
al-quran” dan Bayupun menjawabnya dengan jawaban yang betul
sehingga kelompok 1 mendapatkan skor 10. Berlanjut dengan
pertanyaan yang kedua, tongkatpun diputar berkeliling dengan
bernyanyi lagu “17 Agustus” dan ditengah-tengah bernyanyi peneliti
berkata stop dan berhenti tepat pada siswa yang bernama Ria.
Penelitipun memberikan pertanyaan “Sebutkan dalil tentang segera
bertaubat”, karena Ria lama dalam menjawab peneliti meminta
anggota kelompoknya untuk membantu menjawab pertanyaan
tersebut dan dijawab oleh siswa yang bernama Berliana, akan tetapi
Berliana membaca teks materi yang seharusnya di tutup. Walaupun
jawabannya benar, akan tetapi kelompok 1 tidak mendapatkan skor
dan pertanyaan dilempar kepada kelompok lain, yaitu dijawab oleh
kelompok yang mengangkat jari terlebih dahulu dan kesempatan
32
diberikan kepada kelompok 3. Jawaban dari kelompok 3 benar
sehingga kelompok 3 mendapatkan skor 10. Menginjak pada
pertanyaan ketiga dengan proses yang sama yaitu menyanyikan
lagu “garuda pancasila” dan tongkat berhenti pada siswa yang
bernama Niswa dengan pertanyaan “kata al-ghaffar secara istilah
berarti ....”. Niswapun berhasil menjawab pertanyaan, sehingga
kelompok 3 skornya bertambah menjadi 20.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode talking
stick pada siklus I berlangsung sesuai dengan rencana. Setelah
kelompok 1 selesai dilanjutkan dengan kelompok 2 dan seterusnya
dengan proses yang sama, namun medapatkan skor yang berbeda.
Kelompok 3 mendapatkan skor 50, karena dapat menjawab 3
pertanyaan dan mendapatkan skor tambahan 20 karena menjawab
pertanyaan dari kelompok 1 dan menjawab dari kelompok 2.
Sedangkan kelompok 2 hanya mendapatkan skor 10 karena hanya
dapat menjawab 1 pertanyaan yaitu “sebutkan keteladanan asmaul
husna al-ghaffar! ”. Untuk kelompok 1 mendapat skor 20.
Bagian penutup peneliti memberikan kesimpulan dan
melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu. Dilanjutkan dengan peneliti memberikan motivasi kepada
siswa dengan menjelaskan hal-hal yang bisa diteladani dari asma al-
ghaffar dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu peneliti menutup
pelajaran dengan bacaan hamdalah dan berdoa bersama-sama.

c. Tahap Pengamatan
1) Catatan Lapangan
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
pada saat siklus I berlangsung dengan menggunakan metode talking
stick diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
Catatan siklus I yaitu pada saat peneliti menyampaikan materi
pokok yaitu penjelasan tentang asmaul husna al-ghaffar, Ketika
peneliti menjelaskan materi terlihat ada beberapa yang anggotanya
berbicara dan ada yang bercanda. Dan ketika peneliti tegur dan
diberikan nasehat siswa tersebut ada yang merespon dan langsung
memperhatikan penjelasan dari peneliti, namun ada juga siswa yang
bernama Fandi dan Ria cuek dan terus saja bercanda.
Pada saat tongkat berputar berkeliling pada satu kelompok,
33
terlihat kelompok lain sebagian anggotanya kurang memperhatikan
kelompok yang sedang melakukan talking stick terutama kelompok 2
sehingga berpengaruh pada saat kelompok 2 melakukan talking
stick, anggota kelompok 2 tidak siap untuk menjawab pertanyaan
sehingga hanya mendapatkan skor 10.

Pada saat mengerjakan LKPD yang telah peneliti siapkan,


ada beberapa siswa yang mengerjakan soal dengan terburu-buru. Hal
ini disebabkan karena siswa ingin cepat- cepat istirahat dan bermain.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan saat
penelitian Siklus I dapat diketahui bahwa tindakan yang diberikan
dengan menerapkan metode talking stick belum berjalan dengan
maksimal karena siswa masih ada sebagian siswa yang belum serius
dalam mengikuti proses pembelajaran dan dalam menjawab
pertanyaan ada siswa yang masih malu/takut dalam menjawab
pertanyaan sehingga yang menjawab pertanyaan masih didominasi
oleh anak yang pintar dan berani berbicara didepan kelas.
2) Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan kepada 2 orang siswa setelah
pelaksanaan tindakan siklus I selesai. Di bawah ini hasil wawancara
peneliti kepada siswa yang terlibat dalam pembelajaran
menggunakan metode talking stick:
a) Siswa masih belum terbiasa dengan metode talking stick, tetapi
meskipun awalnya canggung siswa senang karena ada suasana
yang berbeda didalam kelas.

b) Sebagian besar siswa senang karena disini mereka menjadi aktif


untuk berdiskusi dengan kelompok dan semangat menjawab
pertanyaan untuk mengumpulkan skor
c) Ketika tongkat berhenti, siswa yang mendapatkan tongkat ada
yang berdebar-debar dan malu untuk menjawab pertanyaan
karena takut salah dan tidak bisa menjawab
d) Tumbuh jiwa berkompetisi dalam diri siswa karena berlomba-
lomba mengumpulkan skor
Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa sebagian
besar siswa menyukai metode pembelajaran talking stick.
Pembelajaran talking stick dapat membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran baik pada saat diskusi materi maupun menjawab
34
pertanyaan meskipun ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan
berdebar ketika mendapatinya tongkatnya berhenti pada salah satu
siswa tersebut.
3) Hasil Belajar
Hasil belajar pada siklus I materi asmaul husna al-ghaffar dan
al-afuww dengan diikuti 7 siswa dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
dengan metode talking stick terdiri dari data pengamatan observasi
terhadap perhatian dan keatifan kelompok dalam mengikuti
pembelajaran yang diperoleh dari hasil perolehan skor dalam
menjawab pertanyaan dan nilai hasil belajar siswa.
Adapun hasil pengamatan keaktifan setiap kelompok dalam
mengumpulan skor dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 7

Perolehan Skor
Dalam Pembelajaran Siklus I
No. Kelompok Jumalah Skor
1 Kelompok 1 20
2 Kelompok 2 10
3 Kelompok 3 50
Jumlah Skor 80
Rata-rata Keaktifan 26,66

Berdasarkan tabel 7 diatas, perhatian siswa menunjukan


pencapain rata-rata keaktifan siswa dalam berkelompok dengan
jumlah rata-rata 26,66. Rata-rata terrsebut, menunjukkan bahwa
keaktifan siswa dalam berkelompok memiliki kriteria baik. Dengan
menggunakan metode talking stick mampu menarik perhatian,
keaktifan dan kerja sama sebagian besar siswa dalam berkelompok
guna mengumpulkan skor yang banyak. Dari hasil pengamatan, yang
kurang memperhatikan proses pembelajarana dalah siswa-siswi yang
suka berbicara dan bercanda didalam kelas, serta tidak jarang mereka
bercanda dengan fisik.
35
Tabel. 8
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Nama Siswa Hasil Belajar Ketuntasan
1 Afandi Albiansyah 65 Rendah
2 Bayu Eko Cahyono 75 Sedang
3 Berliana Arta Mevia 70 Sedang
4 Dzurroh 65 Rendah
5 Intan nur Julian Rahma 90 Tinggi
6 Niswa khoirunnisa 70 Sedang
7 Ria Kusuma Ningrum 65 Rendah

Jumlah 500
Rata-Rata Kelas 71,42
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 65

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar dari siswa
nilai terbesarnya adalah 90 dan nilai terkecilnya adalah 65 dengan jumlah
total 500 dengan nilai rata-rata kelas 71,42. Dengan begitu ketuntasan
hasil belajar dapat di lihat dari nilai KKM di atas 70 yang diperoleh pada
siklus I adalah71,42. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
metode talking stick mengalami peningkatan. Namun penelitian ini
harus dilanjutkan pada siklus II untuk melihat seberapa besar peningkatan
yang akan dicapai.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I
No. Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 65-76 6 6 : 7 x 100 = 85,71 %
2 77-88 0 0 : 7 x 100= 0%
3 89-100 1 1 : 7 x 100 = 14,28%
Jumlah 7 100 %

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa yang masuk dalam rentang
65-76 sebanyak 6 siswa dengan dengan presentase 85,71%, nilai 77-88
didapat 0%, dan nilai 89-100 sebanyak 1 dengan presentase 14,28 %.
d. Tahap Refleksi
Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat
36
peningkatan minat belajar siswa yang terlihat dari peningkatan
perhatian dan keaktifan siswa dalam proses mengikuti pembelajaran
serta peningkatan dari hasil belajar siswa. Adapun peningkatan
tersebut belum maksimal, sehingga perlu adanya revisi pembelajaran
dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil observasi
yang telah dilaksanakan pada siklus I terdapat beberapa kendala
dalam penerapan pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai
berikut:
1) Siswa masih merasa canggung dan malu-malu dalam proses
pembelajaran
2) Siswa masih belum terbiasa menerapkan metode talking stick
dalam pembelajaran Akidah Akhlak
3) Masih ada beberapa siswa yang kurang mendengarkan dan
memperhatikan ketika peneliti menjelaskan materi dan pada saat
metode talking stick berlangsung. Untuk selanjutnya guru lebih
memberikan motivasi atau pujian kepada siswa yang
memperhatikan dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
4) Masih belum tercipta pembelajaran yang efektif, kerena siswa
masih malu-malu dan rasa takut untuk aktif menjawab
pertanyaan.
5) Alokasi waktu pembelajaran harus lebih diperhatikan, agar
proses pembelajaran berlangsung lebih maksimal.

Berdasarkan refleksi, siklus I dapat disimpulkan bahwa


hasil belajar siswa meskipun mengalami peningkatan yaitu
dengan nilai rata-rata 71,42 namun masih ada siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Oleh karena itu perlu
dilakukan peningkatan tindak lanjut untuk memperoleh hasil
belajar siswa yang diharapkan. Penelitian ini dilanjutkan pada
siklus II, dengan memperbaiki desain pembelajaran agar lebih
variatif serta guru (peneliti) harus lebih berinteraksi dan
memotivasi siswa agar lebih baik lagi dalam proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai