Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSI AUD

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSI

Dosen Pengampu :
WENING SEKAR K, M.Pd

Disusun Oleh:
1. DWI YONI MARTIANA (20021005)
2. GALUH INDAH PURWITA SARI (20021007)
3. JAUHAROH ALFI KAROMAH (20021016)
4. MIFTACHUR RACHMA (20021020)
5. MIFTAKUL JANNAH (20021021)
6. RINA LUSIANA (20021027)
7. SITI NURJANAH (20021032)
8. VILMY FITRI NUR A (20021043)

PENDIDIKAN GURU PENDIDUKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MODERN NGAWI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Inklusi AUD, dengan judul “PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSI” kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak dengan tulus memberikan doa, kritik
dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Mungkin dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon maaf dan mohon kritik serta saran dari teman-teman
maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.

Ngawi, 07 Desember 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................
1
A.Latar Belakan.....................................................................................................
1
B.Rumusan Masalah...............................................................................................
2
C.Tujuan….……………………………………………………………………....
2
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................ .
3
A.Pengertian Kurikulum…………………………………...................................
3
B. Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif.………………….......
4
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif ……………………..
5
D. Penerapan Model kurikulum Pendidikan Inklusif ……………………...........
5
E. Kategori Kurikulum ABK Dalam Setting Inklusif...........................................
6
F. Modifikasi Kurikulum.......................................................................................
7
G. Silabus..............................................................................................................
10
H. Rencana Program Pembelajaran (RPP).................................................................
11
BAB III : KESIMPULAN DAN PENUTUP ............................................................
12
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
...........................................................................................................................…
12
B. Penutup………………………………….........................................................
12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................………………
13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 Kurikulum sebagai salah satu variabel pendidikan
yang memegang peranan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan Syaodih,
kurikulum memegang kunci dalam pendidikan, serta
berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses
pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Dalam kehidupan yang penuh kompetisi ini,
tuntutan masyarakat terhadap kualitas semakin tinggi. Hal
tersebut dikarenakan masyarakat yakin bahwa sekolah
mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan
masa depan. Dalam konteks inilah beberapa sekolah
berupaya menerapkan konsep kurikulum sekolah yang
berbeda dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolahnya masing-masing.
Kurikulum sebagai variabel sekaligus sebagai
program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan
logis oleh sekolah guna mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum sebagai program belajar adalah niat, rencana
atau harapan. Oleh karenanya dapat pula dikatakan bahwa
kurikulum adalah hasil belajar yang diniati.
Kurikulum terus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dari peserta didik, termasuk bagi peserta didik
dengan kebutuhan khusus. Untuk itu, perlu dikembangkan
kurikulum pendidikan inklusi yang di dalamnya terdapat
materi yang telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan
akan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Oleh
karena itu, pendidikan juga perlu diberikan bagi anak-anak
dengan kebutuhan tertentu (khusus), karena setiap anak
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang layak.
Di Indonesia, inklusi memberi kesempatan kepada
anak berkebutuhan khusus dan anak-anak lain yang selama
ini tidak bisa mendapatkan pendidikan karena berbagai hal
yang menghambat mereka untuk memperoleh kesempatan
bersekolah. Sehingga diperlukan adanya sekolah inklusi.
Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menampung
semua peserta didik yang normal maupun yang
berkelainan di kelas yang sama, dan memberikan
pendidikan inklusi yang layak bagi mereka.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi menuntut
pihak sekolah melakukan penyesuaian baik segi
kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun
sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu peserta didik. Jadi, pendidikan inklusi merupakan

1
layanan pendidikan yang melayani seluruh masing anak,
termasuk didalamnya siswa berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi tidak hanya membicarakan dan
menangani anak dengan kebutuhan khusus, tetapi juga
semua siswa yang belajar dimana mereka mempunyai
kebutuhan dan minat belajar yang berbeda.
Pendidikan yang berkualitas harus disediakan
kepada semua anak, dengan keragaman kebutuhan belajar,
gaya, dan kecepatan belajar, serta berbagai kondisi anak
lainnya. Termasuk anak berkebutuhan khusus fisik dan
mental, anak jalanan, anak yang tinggal di daerah terpencil
dan berpindah-pindah, anak dari kelompok minoritas
etnik, budaya dan bahasa, serta kelompok yang
termarjinalkan lainnya.

2
B. Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian dari Kurikulum ?
2.  Bagaiman Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif ?
3.  Apa saja Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif ?
4.  Bagaimana Penerapan Model kurikulum Pendidikan Inklusif ?
5.  Bagaimana Kategori Kurikulum ABK Dalam Setting Inklusif ?
6. Bagaimana Modifikasi Kurikulum?
7. Apa pengertian dari Silabus ?
8. Bagaimana Rencana Program Pembelajaran (RPP) ?

C. Tujuan
1.  Mengetahui pengertian dari Kurikulum
2.  Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif
3.  Mengetahui Apa saja Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif
4. Mengetahui  Bagaimana penerapan Model Kurikulum pendidikan Inklusif
5.  Mengetahui Bagaimana Kategori Kurikulum ABK Dalam Setting Inklusif
6. Memahami Bagaimana Modifikasi Kurikulum
7. Mengetahui Apa pengertian dari Silabus
8. Mengetahui Bagaimana Rencana Program Pembelajaran (RPP)

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa


Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang
berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari
dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh
oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa
diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang
dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject)
yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan
dalam bentuk ijazah. Dengan kata lain, kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.
Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968):
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang
dan dilaksanakan secara individu ataupun secara
kelompok, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966):
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh
pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil
pembelajaran yang sudah ditentukan.
Adapun engertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan uraian di atas, Kurikulum diartikan
sebagai seperangkat rencana atau pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan/atau pendidikan yang di dalamnya
pengaturan tentang tujuan, isi/materi, proses, dan evaluasi.
Tujuan adalah seperangkat kemampuan atau kompetensi
yang akan dicapai setelah para siswa menyelesaikan
program pendidikan dalam kurun waktu tertentu, tujuan
pendidikan atau pembelajaran secara umum terbagi ke
dalam tiga jenis kemampuan, yaitu kemampuan kognitif,

4
afektif, dan psikomotor. kalau dilihat dari tingkatannya,
maka tujuan pendidikan dibeda- kan empat tingkatan,
yaitu: (1) tujuan pendidikan nasional, (2) tujuan
pendidikan lembaga/institusi, (3) tujuan kurikuler, dan (4)
tujuan instruksional dalam Kurikulum 2006 tujuan
pembelajaran diistilahkan dengan standar kompetensi dan
indikator dengan jenis kompetensi ada empat jenis
kompetensi yang harus dicermati, yaitu: (1) standar
kompetensi lulusan (SKL), (2) standar kompetensi (SK),
(3) kompetensi dasar (KD), dan (4) indikator keberhasilan
(indikator).
Sedangkan materi/isi atau konten yang harus
dipelajari oleh siswa supaya bisa mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Materi pelajaran bisa berupa fakta,
konsep, teori, dan prosedur. Materi pembelajaran harus
relevan atau mendukung terhadap pencapaian kompetensi
dasar standar kompetensi. Materi dikembangkan oleh guru
dengan mengacu kepada buku sumber yang relevan.
Proses adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
harus dilaksanakan oleh siswa bersama guru, baik di dalam
maupun di luar kelas. Proses pembelajaran terkait dengan
penggunaan metode dan media pengajaran. Evaluasi
adalah proses kegiatan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan/pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

B.     Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Inklusif

Pada pendidikan kurikulum harus disesuaikan dengan


karak- teristik anak berkebutuhan khusus, menurut
Kementerian Pendi- dikan Nasional, 2010 ada empat (4)
model pengembangan kuriku- lum untuk anak berkebutuhan
khusus, yaitu: (1) model duplikasi, (2) model modifikasi, (3)
model substitusi, dan (4) model omisi.

1. Model duplikasi,
Yaitu memberlakukan kurikulum untuk anak berkebutuhan sama dengan
kurikulum yang digunakan untuk anak normal, yaitu pada komponen tujuan,
materi, proses dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan apabila anak berkebutuhan
khusus mampu menjalani kurikulum yang sama dengan anak normal lainnya.

2. Model modifikasi
berart: cara pengembangan kurikulum dengan memodifikasi kurikulum
umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa reguler, diubah untuk disesuaikan
dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Dengan demikian, siswa

5
berkebutuhan khusus menjalani kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen pembelajaran
seperti: (1) modifikasi tujuan, berarti tujuan pembelajaran yang ada dalam
kurikulum diubah untuk dise suaikan dengan kondisi anak berkebutuhan
khusus. Baik berkaitan dengan SKL, SK, KD, dan indikator, (2) modifikasi
materi bisa berkaitan dengan keluasan, kedalaman dan/ atau tingkat kesulitan.
Artinya anak berkebutuhan khusus mendapatkan materi pembelajaran yang
tingkat kedalaman, keluasan dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) dari
materi anak reguler, (3) modifikasi proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan
pembelajaran yang dijalani oleh anak berke- butuhan khusus dengan anak
reguler. Modifikasi proses dapat berupa penggunaan metode mengajar,
lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media pembelajaran, sumber belajar,
dan lain-lain.
Jadi anak berkebutuhan khusus mempunyai strategi dan me dia
pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan kemam- puannya; (4)
modifikasi evaluasi berarti adanya perubahan dalam sistem penilaian untuk
disesuaikan dengan kondisi anak berkebutuhan khusus. Evaluasi Perubahan
bisa dalam. bentuk soal ujian, waktu ujian, teknik/cara ujian, atau tempat ujian
dan lain-lain.

3. Model substitusi
Yaitu mengganti sesuatu dalam kurikulum dengan sesuatu yang lain.
Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin diberlakukan kepada
anak berkebutuhan khusus, tetapi bisa diganti dengan yang sepadan (memiliki
nilai yang kurang lebih sama). Penggantian bisa berupa tujuan pembe- lajaran,
materi, proses, dan evaluasi.

4. Model omisi
Yaitu menghilangkan sesuatu (bagian atau keseluruhan) dari kurikulum
umum, karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada anak berkebutuhan
khusus. Artinya sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tidak disampaikan
atau diberikan kepada anak berkebutuhan khusus, karena sifatnya terlalu sulit
atau tidak sesuai dengan kondisi anak. Bedanya dengan substitusi adalah jika
substitusi adanya materi pengganti yang sepadan, sedangkan model omisi tidak
ada materi pengganti.

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Iinklusif

Beberapa prinsip penting yang harus dijadikan acuan


guru dalam mengembangkan kurikulum pada setting
inklusif.
1. Kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa reguler per lu
dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan anak berkebutuhan
khusus.
2. Penyesuaian kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus dapat terjadi
pada tujuan, materi, proses, dan evaluasi.
3. Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing komponen.
Artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi, mungkin
tidak demikian dengan proses.

6
4. Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Untuk
materi tertentu perlu modifikasi, tetapi mata pelajaran yang lain mungkin
tidak perlu modifikasi.
5. Proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis kelainan.
Anak berkebutuhan khusus yang tidak mengalami hambatan kecerdasan
mungkin akan sedikit membutuhkan modifikasi, tetapi pada anak
tunagrahita membutuhkan modi- fikasi hampir semua komponen
pembelajaran.

D. Penerapan Model Kurikulum Pendidikan Inklusif

Mengembangkan kurikulum untuk ABK menurut


Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 78), pada
dasarnya memadukan antara model kurikulum dengan
komponen kurikulum. Setiap komponen dari model
kurikulum dipadukan dengan setiap komponen pada
komponen kurikulum, sehingga akan terjadi 16 kali
kemungkinan sebagai berikut:

Ketika seorang guru akan merancang kurikulum


untuk anak berkebutuhan khusus, maka akan muncul 16
pertanyaan, yaitu: Apakah tujuan pembelajaran untuk
ABK harus sama dengan anak reguler? Ataukah
modifikasi? Atau diganti? Atau dihilangkan? dan lain-lain.

E. Kategori Kurikulum ABK Dalam Setting Inklusif

Kurikulum untuk ABK harus bervariasi sesuai


dengan jenis hambatan yang dialami anak. Artinya setiap
jenis kelainan mem- butuhkan bentuk kurikulum yang
berbeda. Kategorisasi kurikulum ABK dalam setting
inklusif dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu (1)
kurikulum untuk ABK yang tidak mengalami hambatan
kecerdasan, dan (2) kurikulum untuk ABK yang
mengalami ham- batan kecerdasan

1. Kurikulum ABK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan seperti


tunanetra, tunarungu, tunadaksa, autistik, dan lain-lain hanya
membutuhkan sedikit modifikasi dalam pembelajaran. Tujuan dan materi
pembelajaran umumnya tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan konten dan evaluasi. Me- reka lebih banyak membutuhkan
modifikasi dalam cara/me- tode dan media dalam pembelajaran.
Kecenderungan model kurikulum bagi mereka adalah:

7
2. Kurikulum ABK yang mengalami hambatan kecerdasan Anak tunagrahita
yang mengalami hambatan kecerdasan umumnya membutuhkan
modifikasi hampir pada semua komponen pembelajaran, tujuan, materi,
proses, dan evaluasi harus dimodifikasi. Kecenderungan model kurikulum
bagi ATG adalah:

F. Modifikasi Kurikulum

Sesuai dengan jumlah komponen dalam kurikulum,


maka ada empat target modifikasi kurikulum, yaitu (1)
modifikasi tujuan, (2) modifikasi isi/materi. (3) modifikasi
proses, dan (4) modifikasi evaluasi.
1. Modifikasi Tujuan
Ada beberapa prinsip melakukan modifikasi tujuan, sebagai berikut:

a. Modifikasi tujuan pembelajaran terutama bagi ABK yang me


ngalami hambatan kecerdasan.
b. Semakin luas suatu tujuan, maka semakin kecil tuntutan untuk
modifikasi, semakir. spesifik suatu rumusan tujuan, maka semakin
perlu untuk dilakukan modifikasi.
c. Para guru sebaiknya melakukan modifikasi pada level kompe tensi
yang lebih spesifik, yakni KD dan indicator
d. Semakin tinggi tingkatan kelas siswa tunagrahita, maka sema kin
tinggi keperluan untuk dilakukan modifikasi dan semakin ekstrem
kadar modifikasi yang dilakukan, dan sebaliknya se- makin rendah
tingkatan kelas, semakin kecil tuntutan untuk modifikasi.
e. Semakin berat tingkat hambatan intelektual siswa berkebutuh an
khusus, semakin ektrim sifat modifikasi yang dilakukan, dan
semakin ringan tingkat hambatannya maka semakin ring- an pula
kadar modifika inya.

8
f. Modifikasi tujuan pembelajaran harus didasarkan pada kemampuan
ABK yang diperoleh dari hasil asesmen.

Contoh modifikasi tujuan pembelajaran (kompetensi


dan indikator) yang ada di sekolah dasar, khususnya untuk
siswa ABK yang mengaiami hambatan kecerdasan.
a. Contoh Modifikasi Kompetensi Dasar (KD)

b. Contoh Modifikasi Indikator

      

c. Contoh Modifikasi Materi

a. Yang perlu dipertimbangkan guru pada saat melakukan modifikasi


materi pembelajaran, antara lain: Ketika guru telah memodifikasi
tujuan (kompetensi dasar), maka otomatis ma teri pembelajaran
juga harus dimodifikasi, karena materi pembelajaran dirumuskan
atas dasar tujuan pembelajaran.
b. Tidak semua materi harus dimodifikasi. Hal ini bergantung ke-
pada sifat materi yang dipelajari, yakni kesulitan, kerumitan,
kedalaman atau keluasannya, juga bergantung kepada jenis
hambatan yang dialami oleh siswa.
c. Semakin abstrak suatu materi pelajaran, semakin perlu materi
tersebut dimodifikasi Sejumlah materi dalam mata pelajaran

9
kesenian mungkin tidak harus dimodifikasi, tetapi materi-ma- teri
dalam mata pelajaran matematika dan IPA mungkin akan banyak
dimodifikasi. d. Semakin berat hambatan kecerdasan yang dialami
siswa berkebutuhan khusus, semakin ekstrem proses modifikasi
materi,dan sebaliknya.
d. Proses modifikasi materi harus didasarkan pada kondisi atau level
kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang didasar- kan pada
hasil asesmen.

2. Modifikasi Proses
Proses berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas yang akan
dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Baik di kelas maupun di luar kelas.
Adapun prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam memodi fikasi
proses pembelajaran, yaitu :
a. Kegiatan pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan
kelemahan yang dimiliki oleh siswa
b. Modifikasi proses pembelajaran berkaitan dengan beberapa aspek,
yaitu, 1) pengaturan waktu, (2) pemilihan dan peng- gunaan
metode/cara, (3) pengaturan tempat duduk, (4) peng gunaan media
pembelajaran, dan (5) penggunaan sumber/ bahan pembelajaran.
c. ABK yang mengalami hambatan kecerdasan dan perilaku mem-
butuhkan modifikasi proses yang lebih spesifik dan signifikan.
d. Semakin berat hambatan intelektual dan/atau perilaku siswa,
semakin signifikan sifat dan kebutuhan akan modifikasi proses
e. Modifikasi proses seyogianya didasarkan pada karakteristik siswa
berkebutuhan khusus, yang diperoleh melalui asesmen.
Contoh Modifikasi Proses

10
3. Modifikasi Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai
oleh siswa berke- butuhan khusus setelah melalui proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu di kelas inklusif
Evaluasi juga dimaksud untuk mengetahui apakah tujuan
yang ditetapkan sudah tercapai atau belum Pelaksanaan
evaluasi mencakup empat komponen.
a. Pengembangan alat instrumen evaluasi
b. Cara pelaksanaan evafuasi
c. Penentuan keberhasilan
d. Pelaporan hasil evaluasi

G. Silabus
Adalah rencana pembelajaran yang dibuat untuk
kurun waktu satu semester di suatu kelas. Silabus
umumnya dibuat dalam ben tuk matrik (tabel) yang di
dalamnya memuat delapan komponen, yaitu:
1. Standar kompetensi
2. Kompetensi dasar
3. Rumusan materi
4. Indikator keberhasilan
5. Kegiatan pembelajaran
6. Alokasi waktu
7. Sumber dan media pembelajaran
8. Evaluasi
Silabus biasanya dibuat untuk setiap mata pelajaran,
dalam satu semester di suatu kelas Oleh karena itu, silabus

11
biasanya didahului oleh identitas mata pelajaran Beriku a
ah contoh format silabus

H. Rencana Program Pembelajaran (RPP)


Rencana program pembelajaran adalah rencana
pembelajaran atau persiapan mengajar yang dibuat untuk
satu atau dua kali per temuan. Komponen yang ada dalam
RPP kurang lebih sama dengan silabus, bedanya adalah
bahwa RPP dibuat tidak dalam bentuk tabel, tetapi uraian
yang memanjang ke bawah.
Pada kelas inklusif semua komponen yang ada
dalam silabus dan RPP boleh dan seharusnya diubah
(dimodifikasi) sesuai kon disi anak berkebutuhan khusus
ada dua model format RPP untuk pembelajaran inklusif
bagi ABK, yaitu: (1) model RPP terintegrasi, (2) inodel
RPP individual.
1. Model RPP Terintegrasi
Adalah model pengembangan RPP Lagi ABK yang disatukan
dengan RPP untuk siswa lainnya. Jadi dalam hal ini guru hanya memiliki
satu RPP, tetapi di dalamnya memuat dua rumusan perencanaan, yaitu
perencanaan untuk siswa reguler dan ru musan perencanaan untuk ABK
Untuk komponen yang tidak mengalami modifikasi, maka hanya ada satu
rumusan (SK, KD alokasi waktu), sedangkan untuk komponen yang
mengalami perubahan (modifikasi) maka akan ada dua rumusan.
2. Model RPP individual/PPI
Adalah model rencana pembelajaran yang dibuat khusus untuk
siswa berkebutuhan khusus, artinya terpisah dengan RPP siswa lainnya.
Model ini sepenuhnya berisi perencanaan pengajaran untuk siswa
berkebutuhan khusus dan bersifat individual. RPP individual memilki dua
komponen tambahan, yaitu (1) identitas siswa berkebutuhan khusus, (2)

12
kemam- puan saat ini. Berikut ini contoh RPP terintegrasi dan RPP
individual.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adala:


Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka kelompok kami dapat
menyimpulkan bahwa Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran yang
berguna sebagai pedoman ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan
lewat proses belajar mengajar. Adapun jenis kurikulum yang digunakan adalah
kurikulum reguler yang harus disesuaikan pada program pembelajaran,
dikarenakan pada anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan yang cukup
variatif.
Proses pengembangan kurikulum dari reguler, sangatlah berguna membantu
peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan belajar
yang dialami siswa semaksimal mungkin dalam latar inklusi.Pembelajaran
inklusif menekankan pada siswa, agar memiliki kesempatan yang sama dengan
siswa non inklusif.

B. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, tentunya banyak kekurangan
dan kelemahan dalam makalah ini karena terbatasnya pengetahuan yang kami
peroleh. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Kami
mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata maupun kalimat yang
kurang dimengerti. Kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian dan kami ucapkan terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anggi Ayu Sebrina, Dadang Sukirman. "Implementasi Kurikulum Pada Sekolah


Penyelenggara Pendidikan Inklusif." Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 2019: 11
(2), 98-116.
Imam Syafi'i, Laily Rosyidah. "Model Pengembangan Adaptif Pada Sekolah Inklusi."
Jurnal Penelitian Medan Agama, 2022: 13 (2),7-72.
Melda Fajra, Nizwardi Jalinus, Jalinus Jama, Oskah Dakhi. "Pengembangan Model
Kurikulum Sekolah Inklusi Berdasarkan Kebutuhan Perseorangan Anak Didik."
Jurnal Pendidikan, 2020: Vol. 21 No. 1.
Susanti, Eli. "Menejemen Pengembangan Kurikulum Sekolah Inklusi." Jurnal Studi
Menejemen Pendidikan, 2019: Vol. 3 NO. 2.

15

Anda mungkin juga menyukai