Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Pendidikan Kewarganegaraan SD
Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Asniwati, S.Pd, M.Pd


Zain Ahmad Fauzi, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 7
05. Nita Septiana Hayati 1810125120029
19. Salsabila Anisya Rizqi Rahmadani 1810125220044
30. Tasya Kamina 1810125220058
42. Karmilla Ramadhanty 1810125320006
46. Yumi Nour Azizah 1810125320010
50. Sry Rachmah D.H 1810125320017

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji dan syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah “KETERAMILAN MENGELOLA
KELAS” tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan SD yang diampu oleh Ibu Dr. Hj. Asniwati,
S.Pd, M.Pd dan Bapak Zain Ahmad Fauzi, M.Pd.

Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap dapat memberikan manfaaat


serta ilmu yang berguna. Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Oleh karena itu, sangatlah penulis harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna
di masa yang akan datang.

Banjarmasin, 10 Oktober 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
A.LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 2
C. TUJUAN MAKALAH......................................................................... 2
BAB II
A. PENGERTIAN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS............. 3
B. TUJUAN PENGELOLAAN KELAS................................................... 5
C. MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS............................... 6
D. PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS....................... 9
E. PRINSIP PENGELOLAAN KELAS.................................................... 16
F. KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS................ 19
BAB III
A. KESIMPULAN..................................................................................... 25
B. SARAN................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi
suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah
pendidikan bangsa. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru
malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar peserta didik.

Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan
rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan,
mengembangkan hubungan guru dengan peserta didik dan membuat aturan kelompok
yang produktif. Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan
berproses. Guru dengan segala kemampuannya, peserta didik dengan segala latar
belakang dan sifat-sifat individualnya.

Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran


dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas.
Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi
di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional,
dan harus terus-menerus.

1
Pengelolaan kelas merupakan bagian dari pengelolaan sekolah seperti halnya
pengelolaan guru, peserta didik, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib/disiplin,
dan kepemimpinan yang dipandang ikut menentukan mutu pendidikan. Hal ini
didasarkan pada suatu pendapat bahwa pendukung utama tercapainya tujuan
pembelajaran adalah kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya (Depdikbud, 1995).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pengelolaan kelas ?


2. Apa tujuan pengelolaan kelas?
3. Apa saja masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?
4. Apa saja pendekatan yang ada dalam pengelolaan kelas?
5. Apa saja prinsip yang ada dalam pengelolaan kelas?
6. Apa saja komponen yang ada dalam pengelolaan kelas?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar kita dapat mengerti dan memahami pengertian pengelolaan kelas


2. Agar kita dapat mengerti dan memahami tujuan dari pengelolaan kelas
3. Agar kita dapat mengerti dan memahami apa saja masalah-masalah dalam
pengelolaan kelas
4. Agar kita dapat mengerti dan memahami apa saja pendekatan dalam
pengelolaan kelas
5. Agar kita dapat mengerti dan memahami apa saja prinsip dalam mengelola
kelas
6. Agar kita dapat mengerti dan memahami apa saja komponen dalam
mengelola kelas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS

Menurut bahasa ”keterampilan” artinya kecakapan untuk menyelesaikan


tugas. Sedangkan menurut istilah ”keterampilan” adalah sekumpulan pengetahuan
dan kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian ”mengelola” menurut bahasa artinya
mengendalikan, menyelenggara, mengurus, menjalankan. Menurut istilah
”mengelola” adalah penciptaan suatu kondisi yang memungkinkan belajar siswa
menjadi optimal.

Seorang guru yang berhasil dalam mengajar ditentukan hanya hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Tetapi ada juga hal-hal
yang menentukan keberhasilan seorang guru seperti kemampuan guru dalam
mencegahnya timbul tingkah laku siswa yang mengganggu berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar serta keterampilan guru dalam mengelolanya. Hal ini dipertegas
bahwa guru tidak sekedar menyiapkan materi pembelajaran tetapi guru bertugas
menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga
peserta didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-
tugas individual.

Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi


kepentingan pembelajaran dan digunakan siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran secara
kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan – perbedaan kekuatan
individual menjadi sebuah aktivitas belajar bersama. Pengelolaan kelas merupakan
suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang
optimal.

3
Menurut Usman (1992: 89) dalam Rusman (2017: 197-198) menyatakan
bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang
memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu
dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan kelas adalah menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.

Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu mengelola kelas yaitu


menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya
tujuan pengajaran. Selanjutnya, pengelolaan kelas didefinisikan juga sebagai:

a. Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik


yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan.
b. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal
yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif.
c. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif.

Inti dari pengelolaan kelas sebagaimana pengertian pengelolaan kelas yang


dikemukakan di atas adalah optimalisasi kelas sebagai tempat yang mampu
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang efektif baik dari aspek kelas sebagai
lingkungan fisik maupun dari aspek peserta didik sebagai pengguna kelas.

4
B. TUJUAN PENGELOLAAN KELAS

Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas


belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
baik.

2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam


menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan
peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk memperoleh
hasil yang diharapkan.

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan


pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermacam - macam kegiatan belajar peserta didik sehingga subjek didik
terhindar dari permasalahan mengganggu seperti peserta didik mengantuk, enggan
mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain
sebagainya.

Menurut Ahmad (1995) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai


berikut:

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
belajar mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual peserta didik dalam kelas.

5
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individunya.

C. MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS

Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang


berhubungan dengan perilaku anak didik adalah :

1) Kurang kesatuan misalnya pertentangan jenis kelamin.


2) Tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok. Misalnya : ribut, bercakap-
cakap, pergi ke ana kemari, dan sebagainya.
3) Reaksi negatif terhadap anggota dalam bekerja kelompok, misalnya: ribut,
bermusuhan, mengucilkan dan merendahkan kelompok bodoh.
4) Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannnya, menerima, mendorong
perilaku anak didik yang keliru.
5) Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/ terganggu, misalnya: bila didatangi
monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
6) Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya: dalam lembaga yang alat-alat
belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
7) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah seperti tugas-
tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.

Selain masalah yang tertera di atas ada pula masalah pengelolaan kelas yang
dapat kita klasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:

1. Masalah yang ada dalam wewenang guru.


Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup
wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti
bahwa seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses belajar
mengajar dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan
mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang

6
menguntungkan kalau ada gangguan,sehingga peserta didik berkesempatan
untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang
dilakukannya.Kegiatan tersebut meliputi cara mengatur tempat duduk peserta
didik disesuaikan dengan format belajar, membina raport yang baik dengan
peserta didik, memberi pujian, memberi hadiah (barang) kepada peserta didik
yang menyelesaikan tugas dengan benar sebelum waktunya, menegur peserta
didik yang mengganggu teman di sebelahnya, mendamaikan peserta didik yang
bertengkar pada jam pelajaran yang sedang berlangsung sampai kepada
melaporkan pelanggaran tata tertib oleh peserta didik yang sudah diberi teguran
dan peringatan baik kepada wali kelas, kepala sekolah ataupun orang tua
peserta didik.

2. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah

Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah


pengelolaan yang lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar
jangkauan guru bidang studi. Masalah ini harus di atasi oleh sekolah sebagai
suatu lembaga pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah pengelolaan
yang tidak bisa hanya di atasi satu lembaga pendidikan akan tetapi menuntut
penanganan bersama antar sekolah.Masalah-masalah yang ada di bawah
wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap
tingkat atau jurusan, pengaturan upacara bendera pada setiap hari Senin dan bila
pada hari tersebut hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlambat pada
saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak mau memakai
seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong,
memberikan peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di kelas atau
di sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada mendamaikan
peserta didik jika terjadi perselisihan antar sekolah.

7
3. Masalah-masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah

Masih ada satu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang


guru bidang studi atau sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah
semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga
yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna, bahkan para penguasa dan
lembaga pemerintahan setempat.Pihak-pihak tersebut di atas dituntut untuk
turut membina ketertiban melalui pembiasaan yang baik di rumah pengawasan
orang tua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi remaja dan
sebagainya.Juga pada mereka dituntut untuk turut mengatasi berbagai masalah
pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh
peserta didik. Masalah pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
yang dilakukan oleh para peserta didik pengelolaan tersebut mungkin berupa
minum-minuman keras di luar rumah, nonton film di luar batas umur yang
sudah ditentukan, bergerombol di jalan dan membuat keributan, ngebut di jalan
umum sehingga membahayakan pemakai jasa jalan yang lainnya, perkelahian
antar sekolah, sampai kepada hal-hal yang bisa digolongkan lagi kepada
kenakalan akan tetapi sudah masuk kejahatan seperti pencurian, penjambretan,
penodongan dan pemerasan.Masalah semacam ini benar-benar sudah berada di
luar jangkauan guru dan sekolah untuk mengatasinya walaupun sampai batas-
batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan selalu dilakukan baik oleh
guru bidang studi, wali kelas, ataupun sekolah sebagai lembaga pendidikan.

8
D. PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS

Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerja sama


diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang
optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas agar pembelajaran menjadi efektif. Menurut Syaiful Bahri,
pendekatan tersebut meliputi pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman,
pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pembelajaran , pendekatan
perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan
proses kelompok dan pendekatan elektis atau pluralistik.

1. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol


tingkah laku peserta didik. Peranan guru disini adalah menciptkan dan
mempertahankan situasi disiplin kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada peserta didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan
dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan
dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya. Di dalam kegiatan
pembelajaran, factor kedisiplinan adalah kekuatan utama untuk dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif, karena itu guru perlu menekankan
pentingnya peserta didik untuk menaati peraturan yang telah dibuat
sebelumnya. Berbagai peraturan itu ibaratnya adalah “penguasa” yang wajib
untuk ditaati. Oleh sebab itu, guru harus mampu melakukan pendekatan yang
baik kepada peserta didik melalui peraturan ini, dan bukan kemauannya
sendiri.

Alangkah lebih baik jika sebelum memulai mengajar, guru membuat


kesepakatan-kesepakatan dengan peserta didik mengenai keharusan untuk
menaati aturan. Namun, tak hanya peserta didik, guru juga harus konsisten
mengikuti segala peraturan yang ditetapkan agar tidak timbul kecemburuan
diantara para peserta didik.

9
2. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga


sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Tetapi
dalam mengontrol tingkah laku peserta didik dilakukan dengan cara
memberikan ancaman, misalnya, melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
Ancaman disini sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan hanya
diterapkan manakala kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan.
Selama guru masih mampu melakukan pendekatan lain di luar ancaman, maka
akan lebih baik jika pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan. Namun
satu hal yang harus diingat, pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf
kewajaran dan diusahakan untuk tidak melukai perasaan peserta didik.

Guru mungkin perlu memberi ancaman seperti penangguhan nilai,


pemberian tugas tambahan, serta memberikan tugas-tugas lain yang sifatnya
mendidik bagi mereka. Ancaman dalam bentuk intimidasi yang berlebihan,
seperti mengejek, membanding-bandingkan, memukul dan memaksa,
sebaiknya difikirkan ulang sebelum diterapkan. Sebab ancaman seperti itu
sangat mungkin dapat melukai perasaan peserta didik serta menyebabkan
mereka semakin bertindak represif di dalam kelas. Sindiran halus juga dapat
dilakukan oleh guru terhadap peserta didik yang kurang menaati aturan.

3. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu peserta


didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan dan dimana saja.
Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan peserta
didik, selama hal itu tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan
dan disepakati bersama. Terkadang, peserta didik tidak nyaman apabila ada
seorang guru yang terlalu over-protectif sehingga peserta didik tidak leluasa
melakukan eksperimennya.

10
Jika memberikan tugas kepada peserta didik untuk menuliskan beberapa
pengalaman, maka berilah mereka kebebasan untuk menceritakan apa saja
yang mereka tuliskan. Jangan membuat ketentuan ketentuan yang terlalu ketat
yang karenanya dapat mengekang kebebasan peserta didik untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.

4. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar
yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi
di kelas. Dalam daftar ini digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep.

Tidak ada salahnya apabila guru juga meminta peserta didik untuk
mengemukakan hal-hal yang kurang mereka sukai dari cara guru mengajar
serta apa yang mereka inginkan. Disamping itu, akan sangat baik jika guru
meminta peserta didik untuk mengemukakan hal-hal yang mereka sukai dari
proses pembelajaran. Semua komentar peserta didik hendaknya diperhatikan
baik-baik, untuk kemudian diaplikasikan dalam tindakan nyata.

5. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu


perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran akan dapat mencegah munculnya
masalah tingkah laku peserta didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak
bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar
untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang kurang
baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran
yang baik.

Oleh karena itu buatlah perencanaan pembelajaran yang matang sebelum


masuk kelas dan patuhilah tahapan-tahapan yang sudah dibuat sebelumnya.

11
Hindari kebiasaan mengajar dengan apa adanya, apalagi tanpa perencanaan
yang matang. Pembelajaran yang dilakukan secara sistematis tentu dapat
membuat peserta didik terhindar dari kejenuhan, karena mereka dapat
mengikuti pelajarannya secara bertahap. Sebaliknya peserta didik akan cepat
lelah apabila mereka tidak faham alur pembelajaran yang disampaikan
gurunya, sehingga materi yang mereka pelajari cenderung membingungkan.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah


tingkah laku peserta didik dari yang kurang baik menjadi baik. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modivication approach) ini
bertolak dari sudut pandang Psikologi Behavioral yang mengemukakan asumsi
sebagai berikut:

a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil
proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun
program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar
yang memungkinkan peserta didik mewujudkan tingkah laku yang baik
menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.

b. Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental


berupa penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan
(extenction) dan penguatan negatif (negative reinformcement). Asumsi ini
mengharuskan seorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-
ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya
tingkah laku tertentu, terutama di kalangan peserta didik.

Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang


kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai kurang baik, harus
diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat
akan hilang dari tingkah laku peserta didik atau guru yang menjadi anggota
kelasnya.

12
Tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan
memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
harus diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas
dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari. Namun demikian
agar pelaksanaan hukuman berjalan efektif dan cukup manusiawi maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya (tidak royal),


2) Jelaskan kepada peserta didik kenapa ia memperoleh hukuman seperti
itu,
3) Sediakan pula jalan alternatif bagi peserta didik dalam memperoleh
penguatan (untuk menjauhi hukuman),
4) Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misalnya, beri
hukuman ketika peserta didik tidak menyelesaikan tugas sementara itu
beri penguatan ketika siswa berhasil melaksanakan tugasnya,
5) Hindari bentuk-bentuk hukuman fisik,
6) Sesegeralah memberikan hukuman sewaktu perilaku menyimpang
tersebut mulai terjadi, jangan dibiarkan terlalu lama baru diberikan
hukuman.

7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan


suasana sosial (socio-emotional climate approach) di dalam kelas sebagai
kelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling
(penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu
proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang
positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif,
artinya ada hubungan yang baik dan positif antara guru dengan peserta didik,
atau antara peserta didik dengan peserta didik. Di sini guru adalah kunci
terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan peranannya adalah

13
menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi
pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:

a. Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungnn
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan peserta
didik, dan peserta didik dengan peserta didik, merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang efektif. Asumsi
ini mengharuskan seorang wali/ guru kelas berusaha menyusun program kelas
dan pelaksanannya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang diwarnai
sikap saling menghargai dan saling menghormati antar personal di kelas.
Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai
dengan kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan
emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab masing-masing.

b. Iklim sosial yang emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya
melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang disadari dengan hubungan
manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti dalam pengelolaan kelas
seorang wali/ guru kelas harus berusaha mendorong guru-guru agar mampu
dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian,
hormat menghormati dan saling menghargai. Guru harus didorong menjadi
pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu terbuka pada kritik.
Disamping itu, berarti guru harus mampu dan bersedia mendengarkan
pendapat, saran, gagasan, dan lain-lain dari peserta didik sehigga pengelolaan
kelas berlangsung dinamis.

8. Pendekatan Proses Kelompok

Pendekatan kerja kelompok dengan model ini membutuhkan kemampun


guru dalam menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-
kelompok di dalam kelas menjadi kelompok yang produktif. Disamping itu,
pendekatan ini juga mengharuskan guru untuk mampu menjaga kondisi

14
hubungan antar kelompok agar dapat selalu berjalan dengan baik. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, dasar dari Group Process Approach ini adalah
psikologi sosial dan dinamika kelompok yang mengetengahkan dua asumsi
sebagai berikut:

a. Pengalaman belajar di sekolah bagi peserta didik berlangsung dalam konteks


kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/ guru kelas dalam
pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan
seluruh personal di kelas. Dengan kata lain, kegiatan kelas harus diarahkan
pada kepentingan bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat
individual.

b. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi


kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang
wali/ guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan peserta didik
bekerja sama dalam kelompok (group studies). Hal tersebut harus dilaksanakan
secara efektif agar hasilnya lebih baik daripada peserta didik belajar sehari-hari
(produktif). Kegiatan guru sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan
berupa regu belajar (team teaching) yang bertugas membantu kelompok
belajar.

9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada


potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/ guru kelas dalam memilih berbagai
pendekatan. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan
efisien.

15
Dari beberapa pendekatan diatas, guru bebas memilih dan menggabungkan
berbagai pendekatan sesuai dengan kemampuannya untuk menumbuhkan
kegiatan pembelajaran yang efektif. Pendekatan pembelajaran digunakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

E. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS

Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi


dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern peserta didik. Faktor intern
peserta didik berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian peserta didik denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan
peserta didik berbeda dari peserta didik lainnya sacara individual. Perbedaan sacara
individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis. Faktor ekstern peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan
belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta
didik, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas akan mewarnai
dinamika kelas, Semakin banyak jumlah peserta didik di kelas, misalnya dua puluh
orang keatas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin
sedikit jumlah peserta didik di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

Asumsi berikut dikembangkan oleh Good dan Brophy (1991: 199) dalam
Johar Permana (2001), yaitu:

1. Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena memang mereka itu mengerti dan
menerimanya.
2. Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala si anak terlibat secara teratur
dalam aktivitas (belajar) yang bermakna yang mendorong minat dan sikapnya.
3. Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan
memaksimalkan atau menghabiskan banyaknya waktu anak untuk terlibat
dalam kegiatan produktif; daripada mendasarkan pada sudut pandangan yang
negatif menekankan pengawasan atas perilaku anak yang menyimpang, dan

16
4. Tujuan guru adalah mengembangkan self control dalam diri anak dan bukan
semata-mata melakukan pengawasan yang menekan atas diri mereka.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dapat dikembangkan prinsip prinsip


pengelolaan kelas sebagai berikut:

1. Bahwa setiap aturan dan prosedur yang mengikat dan ditempuh haruslah
direncanakan terlebih dahulu sebelum hal itu dapat dillangsungkan.
2. Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh itu harus jelas dan
dibutuhkan.
3. Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara independent.
4. Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan.
5. Rencanakan kegiatan belajar yang independent atau individual dan juga
6. kegiatan belajar kelompok.

Djamarah (2006) dalam Aunur Rofiq (2009) menyebutkan “Dalam rangka


memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat
dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh
Djamarah adalah sebagai berikut:

a. Hangat dan Antusias


Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang
hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya
atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan
kelas.

b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi

17
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan meningkatkan
perhatian peserta didik. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan
iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah
munculnya gangguan seperti keributan peserta didik, tidak ada perhatian,
tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang
negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku peserta didik yang positif daripada
mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
f. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan
dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

18
F. KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas pada umumnya


terbagi menjadi dua yakni:

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan


kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam


mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas
yang berkaitan dengan keterampilan lainnya seperti:

a. Sikap Tanggap
Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa guru hadir
bersama siswa. Guru tahu kegiatan siswa, apakah memperhatikan atau
tidak, tahu apa yang siswa kerjakan. Seakan mata guru ada di belakang
kepala, sehingga guru bisa menegurnya walaupun sedang menulis di
depan kelas.

Sikap tanggap ini bisa dilakukan dengan cara:

 Memandang secara seksama


Memandang secara seksama dapat melibatkan dan mengundang siswa
dalam kontak pandang serta hubungan antar pribadi. Hal ini terlihat
dari adanya pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama, dan
menunjukkan rasa persahabatan.

 Gerak mendekati
Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar bukan menakut-
nakuti, mengancam atau memberikan kritikan-kritikan kelompok
kecil dan individu ditandai dengan kesiagaan, minat dan perhatian
guru terhadap aktivitas siswa serta tugas guru.

19
 Memberi pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh siswa
sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, dan lain-lain.
Akan tetapi harus dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru,
seperti komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman.

 Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan dari siswa


Memberi reaksi berupa teguran perlu dilakukan oleh guru untuk
menmgembalikan keadaan kelas yang tidak tenang.

b. Membagi perhatian
Pengeloaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang
sama, membagi perhatian ini dapat dilakukan dengan cara:
 Visual
Guru mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada giatan yang lain
dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa.

 Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan lain-lain
terhadap aktivitas seorang siswa sementara guru meminpin kegiatan siswa
yang lain.

c. Pemusatan perhatian kelompok


Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan dari waktu ke waktu, guru
harus mampu memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas yang telah
diberikan dengan cara:
 Menyiapkan siswa

20
Artinya memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru
menyampaikan materi pokok. Maksudnya adalah untuk menghindari
penyimpangan perhatian siswa misalnya saat mereka berbuat keributan
atau kegaduhan.

 Pertanggungjawaban
Guru meminta pertanggung jawaban siswa atas kegiatan dan keterlibatan
siswa dalam suatu kegiatan, baik kegiatan sendiri maupun kegiatan
kelompok, misalnya dengan meminta kepada siswa memperagakan,
melaporkan hasil dan memberi tanggapan.

 Pengarahan dan petunjuk jelas


Guru harus sering memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan
singkat dalam memberikan pelajaran kepada siswa sehingga seluruh
anggota kelas, baik kelompok maupun individu dengan menggunakan
bahasa dan tujuan yang jelas.

 Penghentian
Salah satu cara untuk menghentikan gangguan siswa adalah beruapa
teguran yang dilakukan oleh guru, teguran ini berupa teguran verbal yang
di benarkan dalam pendidikan.teguran verbal yang efektif adalah yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Tegas dan jelas tertuju pada siswa yang mengganggu anggota kelas
serta yang bertingkah laku menyimpang.
 Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang
mengandung
penghinaan.
 Menghindari ocehan dan ejekan.

21
 Penguatan
Memberi penguatan bisa dilakukan untuk menanggulangi siswa yang
mengganggu atau yang tidak melakukan tugas dengan masalahnya.
Pemberian penguatan yang sederhana adalah:
 Dengan menggunakan penguatan positif bila siswa telah menghentikan
tingkah laku dan kembali kepada tugas yang diminta.
 Dengan menggunakan penguatan positif kepada siswa yang tidak
menggunakan anggota kelas dan bisa dijadikan sebagai model tingkah
laku yang baik kepada siswa yang suka mengganggu.

 Kelancaran atau kemajuan


Kelancaran atau kemajuan siswa adalah indikator bahwa siswa dapat
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas. Ini
perlu didukung oleh guru dan jangan diganggu dengan hal-hal lain yang
dapat membuyarkan konsentrasi belajar siswa. Ada beberapa kesalahan
yang perlu dihindari oleh guru yakni:
 Campur tangan yang berlebihan (Teachers instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang berlangsung dengan
berbagai hal seperti komentar, pertanyaan atau petunjuk yang
mendadak, maka kegiatan itu akan terganggu dan terputus. Sehingga
memberi kesan kepada siswa bahwa guru hanya mementingkan dirinya
tanpa memperhatikan kebutuhan siswa.
 Kelenyapan (Fade away)
Ini terjadi bila guru gagal melengkapi suatu instruksi, penjelasan,
petunjuk atau komentar, kemudian menghentikan pelajaran tanpa
alasan yang jelas, kehilangan akal dalam menyampaikan pelajaran ini
akan mengakibatkan siswa menerawang, melantur, sehingga
keefektifan belajar siswa tergaggu.
 Penyimpangan (Digression)

22
Ini terjadi saat guru terlalu asyik menyampaikan pelajaran sehingga
penjelasannya menyimpang dari pokok pelajaran (penjelasannya
melebar kemana-mana).
 Berhenti dan memulai kegiatan yang tidak tepat
Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan bisa terjadi apabila
guru tidak menghentikan kegiatan pertama, dan memulai kegiatan
kedua, kemudian kembali pada kegiatan pertama lagi sehingga
mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
 Kecepatan (pacing)
Kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan siswa dalam
belajar. Guru perlu menghindari kesalahan berupa menahan kecepatan
yang tidak perlu dan menahan penyajian pelajaran yang sedang
berjalan. Ada dua kesalahan yang perlu dihindari bila kecepatan yang
tepat mau dipertahankan:
 Bertele-tele, kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru
bersifat mengulang-ulang pelajaran.
 Pengulangan penjelasan yang tidak perlu, hal ini terjadi bila
guru memberi petunjuk pelajaran yang sebenarnya sudah
diberikan.

a. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi


yang optimal.

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap


gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi yang
optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang, guru sudah menggunakan tindakan dan tanggapan
yang sesuai, guru bisa meminta bantuan kepada kepala sekolah,
konselor sekolah, dan orang tua siswa untuk mengatasinya. Ada

23
beberapa startegi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku
siswa yang terus menimbulkan gangguan diantaranya:
a. modifikasi atau mengubah tingkah laku, guru hendaknya menganalisis
tingkah laku siswa yang mengalami masalah dan kesulitan dan berusaha
memodifikasi tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan dengan
sistematis.
b. Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan
cara
memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Biasanya siswa yang sering membuat kegaduhan dalam pelajaran, mereka itu
ingin diperhatikan dan didengarkan. Ada baiknya sebagai seorang guru kita
dapat memahami karakteristik dari peserta didik di sekolah.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk
membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Selain itu, pengelolaan
kelas merujuk pada penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar
siswa yang berlangsung pada lingkungan secara sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan.
Tujuan pengelolaan kelas antara lain, mewujudkan situasi dan kondisi ;
menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar ; dan menyediakan dan mengatur fasilitas serta
peralatan belajar yang mendukung.
Masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas itu disebabkan oleh faktor
guru dan siswa. Masalah yang terjadi karena faktor guru seperti, mencampurkan
urusan pribadi dengan pekerjaan, gaya mengajar tidak menarik dan lainnya.
Faktor siswa seperti, adanya persaingan tidak sehat antar siswa, ada kesenjangan
antar siswa karena perbedaan suku, ras dan budaya.
Pengelolaan kelas juga harus melihat pendekatan umum untuk
mendisiplinkan siswa. Ada 3 hal yang menjadi pendekatan paling efektif, yaitu
Humanisme, Negosiasi dan modifikasi perilaku terhadap perilaku disiplin. Pada
pendekatan modifikasi perilaku ada beberapa strategi yang dapat mempengaruhi
prilaku, antara lain: Mengawasi dan memperhitungkan masalah-masalah
perilaku; Berikan penguat motivasi terhadap perilaku yang guru harapkan;
Hentikan perilaku yang tidak guru harapan; Ciptakan perjanjian perilaku dengan
para siswa; Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang diinginkan; dan waktu jeda
terkadang bisa membantu para guru dengan menghentikan lingkaran penguat
motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang tidak diharapkan.

25
Adapun prinsip dalam pengelolaan kelas, antara lain: kehangatan dan
keantusiasan; tantangan; bervariasi; keluwesan; penekanan pada hal positif; dan
penanaman disiplin diri.
Komponen dalam pengelolaan kelas antara lain: (a) preventif atau
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi belajar yang optimal,
seperti menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberikan petunjuk, menegur dan memberikan penguatan. (b)
Represif atau keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi
belajar yang optimal, seperti modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok dan
memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun. Semoga apa yang telah kami uraikan
diatas mengenai Keterampilan Mengelola Kelas, sedikit banyaknya memberi
manfaat kepada kita semua.
Dan kami menyadari sebagai manusia biasa memang tidak bisa luput dari
kesalahan tidak terkecuali dengan makalah yang kami buat. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asmadawati. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas (logaritma vol.II, No. 02


Juli 2014 hlm 8-10)

Cooper, James M. (1995). Classroom teaching Skills. Lexington : D.C. Heath and
Company.

Depdiknas. (1994). Kurikulum SMU petunjuk pelaksanaan administrasi pendidikan


di sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Dirdikmenun.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2006, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta).

Imran, Ali.  Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995

Kadri.2018. Pentingnya Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran. Sekolah Tinggi


Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng Meulaboh.Vol.9(1)
http://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bidayah/article/view/144/100
diakses pada tanggal 4 oktober 2020

Kadir, St. Fatimah. 2014. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS DAN


IMPLEMENTASINYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Jurnal Al-
Ta’dib Vol. 7 No. 2 Juli – Desember. Di akses pada 05 September 2020
https://core.ac.uk/download/pdf/231137069.pdf

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 200

Oeser, Oscar A., 1966, Teacher Pupil and Task / Elements of Sosial Psychologi
Applied to Education (London BCA: Associated Book Publishers Limited II
New Fetter Lane).

Rofiq, Aunur . 2009. Pengelolaan Kelas. Malang : Depdiknas

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

27
Usman, Moh. Uzer. (2002). Menjadi guru profesional. Bandung : Remaja Rosda
Karya.

Permana, Johar. 2001. Pengelolaan Kelas dalam rangka Proses Belajar Mengajar.
Bandung. : Departemen Agama RI dan Institute for Religious and
International Studies (IRIS)

28

Anda mungkin juga menyukai