Anda di halaman 1dari 21

PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN

TES HASIL BELAJAR

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah


EVALUASI PENDIDIKAN IPS
yang diampu oleh Bapak Dr. HERU SUPARMAN

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Siti Julaeha NPM : 20197379161

2. Djaka Maulana NPM : 20197379148

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS ILMU PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYUSUNAN DAN
PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR”. Makalah ini penulis ajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah EVALUASI PENDIDIKAN IPS
dengan dosen pengampu Dr. HERU SUPARMAN

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Tak ada gading yang tak retak, begitu juga
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaaan, baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang


membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang
diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Jakarta, 16 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan....................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................................2
Tinjauan Tentang Tes Hasil Belajar.................................................................................2
1. Pengertian Tes........................................................................................................2
2. Pengertian Tes Hasil Belajar...................................................................................2
3. Fungsi Tes Hasil Belajar..........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Proses Penyusunan Tes Hasil Belajar Kedalam Penilaian Hasil Belajar...................4
1. Langkah-Langkah Umum dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar..............................4
2. Penyusunan Tes Hasil Belajar.................................................................................4
4. Keunggulan dan kelemahan tes uraian..................................................................5
5. Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian..............................................6
B. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar.......................................................................11
1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis...............................................................................11
2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan...................................................................................13
3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan..........................................................................14
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................15
Kesimpulan...................................................................................................................15

ii
Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses
belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan
siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan
tersebut adalah dengan melakukan tes. Secara singkat, makna tes
sendiri telah di bahas panjang lebar pada pertemuan terdahulu.
Sekarang tiba saatnya bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara
menyusun tes yang baik, atau apa saja langkah-langkah yang yang
ditempuh untuk mencapai tes yang benar-benar berfungsi dalam
mengevaluasi siswa. Karena yang perlu kita ketahui, dalam
penyusunan tes tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada
langkah tersendiri dalam menyusun tes yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah langkah-langkah yang dilakukan dalam penyususnan tes
hasil belajar ?
2. Bagaimanakah teknik penyusunan tes hasil belajar ?
3. Apasajakah tes yang digunakan dalam penyusunan tes hasil
belajar ?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui langkah dalam penyusunan tes hasil belajar
2. Agar mengetahui teknik penyusunan tes hasil belajar
3. Agar mengetahui jenis tes yang digunakan dalam pelaksanaan tes
hasil belajar

D. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui langkah-langkah apasaja yang digunakan
dalam penyususnan tes hasil belajar, teknik penyusunan tes hasil
belajar dan tes yang digunakan dalam melaksanakan tes hasil belajar

1
BAB II KAJIAN TEORI

Tinjauan Tentang Tes Hasil Belajar

1. Pengertian Tes
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan
sehubungan dengan uraian di atas, yaitu istilah test, testing, tester
dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian yang
berbeda.
a. Tes. Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan.
b. Testing. Merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat
juga dikatakan dengan saat pengambilan tes.Testee (tercoba).
Adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang
inilah yang akan diukur atau dinilai.
c. Tester (pencoba). Orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden

2. Pengertian Tes Hasil Belajar


Tes hasil belajar disebut dengan tes penguasaan, karena tes
ini berfungsi mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi
yang diajarkan oleh guru. Tes diujikan setelah peserta didik
memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan
untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi tersebut.
Karenanya, tes hasil belajar yang baik harus mampu mengukur
kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi yang
diajarkan. Tes hasil belajar merupakan sumber data dan sebagai
evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah. Dengan tes tersebut,
peserta didik dapat mengetahui kemampuannya dalam penerimaan
materi dibanding dengan teman- temannya.

2
Purwanto mengemukakan bahwa “tes hasil belajar merupakan
tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh
siswa”. Sedangkan menurut Sudijono, ia mengemukakan bahwa
“tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk
mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik”. Dari
definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar
adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur
perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

3. Fungsi Tes Hasil Belajar


Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh
proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat tercapai

3
BAB III PEMBAHASAN

A. Proses Penyusunan Tes Hasil Belajar Kedalam Penilaian Hasil


Belajar

1. Langkah-Langkah Umum dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar


Adapun beberapa Langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar
adalah :
a. Mendefinisikan tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar yang
mestinya diungkap
b. Menyusun kisi-kisi
c. Membuat atau menulis soal sekaligus dengan kunci jawaban
d. Mengadakan pemeriksaan terhadap butir soal secara rasional
e. Mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang dibuat
f. Membuat petunjuk pengerjaan soal
g. Mengadakan uji coba (try out)
h. Merevisi soal
i. Mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk final
j. Memperbanyak soal

2. Penyusunan Tes Hasil Belajar


Untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik,
apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a. Tes hasil belajar bentuk uraian
1. Pengertian tes uraian
Tes uraian (essay test) juga sering dikenal dengan istilah tes
subyektif (subjective test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang
memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini:
a. Tes tersebut dalam bentuk pertanyaan dan perintah yang
menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang
pada umunnya cukup panjang

4
b. Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee
untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan, membedakan dan sebagainya
c. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima
sampai dengan sepuluh butir
d. Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-
kata: "jelaskan...", "Terangkan..." , "Uraikan...". "Mengapa...",
"Bagaimana..." atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.

2. Penggolongan tes uraian

Tes uraian dapat dibedakan dua golongan, yaitu tes uraian bentuk
bebas atau terbuka, dan tes uraian berbentuk terbatas.

3. Ketepatan penggunaan tes uraian


Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur
hasil belajar, tepat dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen,
panitia ujian dan lain-lain) di samping ingin mengungkap daya ingat dan
pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam
tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan testee dalam
memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.

4. Keunggulan dan kelemahan tes uraian


· Keunggulan yang dimiliki oleh tes uraian diantaranya adalah:
a. Tes uraian adalah merupakan jenis tes hasil belajar yang
pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
b. Dengan menggunakan tes uraian, dapat dicegah kemungkinan
timbulnya permainan spekulasi dikalangan testee.
c. Melalui butir-butir soal tes uraian, penyusun soal akan dapat
mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat
penguasaan testee dalam memahami materi yang ditanyakan dalam
tes tersebut.

5
d. Dengan menggunakan tes uraian, testee akan terdorong dan
terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan
menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang merupakan
hasil olahannya sendiri.
· Kelemahan yang disandang oleh tes subyektif antara lain adalah :
a. Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung atau
mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan pelajaran
yang telah diberikan kepada testee, yang seharusnya diujikan dalam
tes hasil belajar.
b. Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
c. Dalam pemberian skor hasil tes uraian, terdapat kecenderungan
bahwa tester lebih banyak bersifat subyektif'.
d. Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian
sulit untuk diserahkan kepada orang lain.
e. Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur
(reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah
sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil
belajar yang baik.

5. Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian


Beberapa petunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, antara lain:
a. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus
dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-
ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah
diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya.
b. Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee
(misalnya: menyontek atau bertanya kepada testee lainnya),
hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan
dengan susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau
bahan lain yang dirninta untuk mempelajarinya.

6
c. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera
disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti
apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai
jawaban yang betul.
d. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan
agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat
seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
e. Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas,
sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak menimbulkan
keraguan atau kebingungan bagi testee dalam memberikan
jawabannya.
f. Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah, agar
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum sampai pada
butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee,
hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau
menjawab butir-butir soal tersebut.

b. Tes hasil belajar bentuk obyektif (objective test)


1. Pengertian tes obyektif
Tes obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek (short answer test), tes "ya-tidak" (yes-no test) dan tes
model baru (new type test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar
yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee
dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing
items; atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa
kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang
telah disediakan untuk masing-rnasing butir item yang bersangkutan.

2. Penggolongan tes obyektif


Tes obyektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

7
a. Tes obyektif bentuk benar-salah (True-False Test)
b. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
c. Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
d. Tes obyektif bentuk isian (Fill in Test)
e. Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test)

3. Ketepatan penggunaan tes obyektif


Tes hasil belajar bentuk obyektif tepat digunakan apabila tester
berhadapan dengan kenyataan-kenyataan seperti tersebut di bawah ini:
a. Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee yang
cukup banyak itu, maka penggunaan tes uraian menjadi kurang
efektif dan efisien, terutama ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan
untuk mengoreksi hasilnya.
b. Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal
pengalaman yang luas dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif.
c. Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam
mempersiapkan penyusunan butir-butir soal tes obyektif.
d. Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes obyektif itu
tidak hanya akan dipergunakan dalam satu kail tes saja, melainkan
akan dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang
akan datang.
e. Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan
menggunakan butir-butir soal tes obyektif yang disusunnya itu, akan
dapat dilakukan penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas
butir-butir itemnya.
f. Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir
soal tes obyektif, maka prinsip obyektivitas akan lebih mungkin untuk
diwujudkan ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subyektif.

4. Keunggulan dan kelemahan tes obyektif


· Keunggulan yang dimiliki oleh tes obyektif, antara lain:

8
a. Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan
mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah
diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya.
b. Tes obyektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih
obyektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal,
menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil
tesnya.
c. Mengoreksi hasil tes obyektif adalah jauh lebih mudah dan lebih
cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
d. Berbeda dengan tes uraian, maka tes obyektif memberikan
kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan
guna mengoreksi hasil tes tersebut.
e. Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik
analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas
maupun reliabilitasnya.
· Kelemahan tes obyektif antara lain:
a. Menyusun butir-butir soal tes obyektif adalah tidak semudah seperti
halnya menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir
soalnya cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawab yang harus
dipasangkan pada setiap butir item pada tes obyektif itu juga bukan
merupakan pekerjaan yang ringan.
b. Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau
mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam.
c. Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk
bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan
jawaban soal.
d. Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, di mana
dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam.

5. Petunjuk operasional penyusunan tes obyektif

9
a. Untuk dapat menyusun butir-butir soal tes obyektif yang bermutu
tinggi, pembuat soal tes (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain)
harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke
waktu ia akan dapat merancang dan menyusun butir-butir soal tes
obyektif dengan lebih baik dan lebih sempurna.
b. Setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyektif itu selesai
dipergunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan item, dengan
tujuan dapat mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah
termasuk dalam kategori "baik" dan butir-butir item mana yang masih
termasuk dalam kategori "kurang baik" dan "tidak baik".
c. Dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerja
sama yang tidak sehat di kalangan testee, perlu disiapkan terlebih
dahulu suatu norma yang memperhitungkan faktor tebakan.
d. Agar tes obyektif disamping mengungkap aspek ingatan atau hafalan
juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam.
e. Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-
istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas,
jelas dan mudah dipahami oleh testee.
f. Untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perdebatan antara
testee dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif
hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir
yang dapat menghasilkan penafsiran ganda atau kerancuan dalam
pemberian jawabannya.
g. Cara memenggal atau memutus kalimat, membubuhkan tanda-tanda
baca seperti titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda-tanda
aljabar seperti kuadrat, akar dan sebagainya, hendaknya ditulis
secara benar, usahakan agar tidak terjadi kesalahan ketik atau
kesalahan cetak, sehingga tidak mengganggu konsentrasi testee
dalam memberikan jawaban soal.
h. Dengan cara bagaimanakah testee (siswa) seharusnya memberikan
jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes,

10
hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan
tegas

c. Tes hasil belajar bentuk perbuatan


1. Pengertian Tes Uraian
Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa
dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan persoalan
disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi. Pada
intinya ada dua unsur yang yang bias dijadikan bahan penilaian
dalam tes tidakan yaitu: proses dan produk.

2. Keunggulan dan kelemahan tes perbuatan


Adapun keunggulan dan kelemahan dari tes perbuatan ini adalah :
· Keunggulan tes perbuatan, antara lain sebagai berikut :
a. Cocok untuk mengukur aspek perilaku psikomotor
b. Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antara
pengetahuan, teori, dan keterampilan mempraktekkannya.
c. Tak ada kesempatan untuk menyontek
· Kelemahan dari tes perbuatan antara lain :
a. Lebih sulit dalam mengadakan pengukuran
b. Memerlukan biaya yang relative lebih besar
c. Memerlukan waktu yang relative lama.

B. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar


Dalam praktek, pelaksanaan tes hasil belajar dapat
diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), dengan
secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan.

1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis


Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu sebagaimana dikemuka¬kan berikut ini.

11
Pertama, agar dalam mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat
ketenangan, seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan
yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu
lalangnya orang.
Kedua, ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakan, tempat
duduk diatur dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya
kerja sama yang tidak sehat di antara testee.
Ketiga, ruangan tes sebaiknya memiliki system pencahayaan dan
pertukaran udara yang baik.
Keempat, jika dalam ruangan tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang
memiliki alas tempat penulis, maka sebelum tes dilaksanakan
hendaknya sudah disiapkan alat berupa alat tulis yang terbuat dari
triplex, hardboard atau bahan lainnya.
Kelima, agar testee dapat memulai mengerjakan soal tes secara
bersamaan, hendaknya lembar soal-soal tes diletak¬kan secara
terbalik.
Keenam, dalam mengawasi jalannya tes, pengawas hendaknya berlaku
wajar.
Ketujuh, sebelum berlangsungnya tes, hendaknya su¬dah ditentukan lebih
dahulu sanksi yang dapat dikenakan kepada testee yang berbuat
curang.
Kedelapan, sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang
harus ditandatangani oleh seluruh peserta tes.
Kesembilan, jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya testee
diminta untuk menghentikan pekerjaannya dan secepatnya
meninggalkan ruangan tes.
Kesepuluh, untuk mencegah timbulnya berbagai kesulitan di kemudian
hari, pada Berita Acara Pelaksanaan Tes harus dituliskan secara
lengkap, berapa orang testee yang hadir dan siapa yang tidak hadir,
dengan menuliskan identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian,
nama dan sebagainya), dan apabila terjadi penyimpangan-

12
penyimpangan atau kelainan-kelainan harus dicatat dalam berita acara
pelaksanaan tes tersebut.

2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan


Beberapa petunjuk praktis berikut ini kiranya akan dapat dipergunakan
sebagai pegangan dalam pelaksanaan tes lisan.
Pertama, sebelum tes lisan dilaksanakan, seyogyanya tester sudah
melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada
testee dalam tes lisan tersebut.
Kedua, setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam tes
lisan itu, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar
jawaban betulnya.
Ketiga, jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah
seluruh testee menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus
sudah dapat ditentukan di saat masing-masing testee selesai dites.
Keempat, tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya
jangan sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi
diskusi.
Kelima, dalam rangka menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip
keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester
hendaknya jangan sekali-kali "memberikan angin segar" atau
"memancing-mancing" dengan kata-kata, kalimat-kalimat atau kode-
kode tertentu yang sifatnya menolong testee tertentu alasan "kasihan"
atau karena tester menaruh "rasa simpati" kepada testee yang ada
dihadapinya itu.
Keenam, tes lisan harus berlangsung secara wajar.
Ketujuh, sekalipun acapkali sulit untuk dapat diwujudkan, namun sebaiknya
tester mempunyai pedoman atau ancar-ancar yang pasti.
Kedelapan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tes lisan
hendaknya dibuat bervariasi.

13
Kesembilan, sejauh mungkin dapat diusahakan agar tes lisan itu
berlangsung secara individual (satu demi satu).

3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan


Tes perbuatan pada umumnya digunakan untuk mengukur taraf
kompetensi yang bersifat keterampilan (psiko-motorik), di mana
penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil
akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut.
Dalam melaksanakan tes perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh tester.
Pertama, tester harus mengamati dengan secara teliti, cara yang ditempuh
oleh testee dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan.
Kedua, agar dapat dicapai kadar obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya
tester jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat
mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan tugas tersebut.
Ketiga, dalam mengamati testee yang sedang melaksa¬nakan tugas itu,
hendaknya tester telah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian
yang di dalamnya telah diten¬tukan hal-hal apa sajakah yang harus
diamati dan diberikan penilaian.

BAB IV PENUTUP

14
Kesimpulan
Dalam pembuatan tes hasil belajar, kita harus mengetahui beberapa ciri
dari tes yang bagus itu, diantaranya :
1. Valid
2. Reliabel
3. Obyektif
4. Praktis
Dan terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar, yaitu :
1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar.
2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi.
4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabelitas yang dapat diandalkan.
6. Tes hasil belajar harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi
yang berguna untuk perbaikan cara belajar siswa dan cara mengajar
guru

Saran
Sebagai calon seorang guru yang profesional,
sebaiknya kita harus mengetahui bagaimanakah cara
mengetahui kemampuan siswa, salah satu nya dengan
melakukan tes. Sebelum mengadakan tes, seorang guru
harus mengetahui bagaimana kemampuan rata-rata siswa
nya. Jangan sampai, ketika memberikan tes, tidak ada
satupun siswa yang mengerti atau paham akan tes yang
diberikan tersebut.

15
Tes bukan hanya berguna bagi siswa, tetapi juga berguna bagi gurunya
sendiri, karena dengan melakukan tes terhadap siswa-siswanya, seorang
guru dapat mengetahui kemampuan dan caranya dalam mengajar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto M. Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi


Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Sudijono Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo


Persada: Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :


Penerbit Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT. Bumi


Akara,2013)

Cangelosi, James. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa.


Terjemahan Lilian. D. Bandung : ITB Bandung

Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:PT. Raja


Grafindo,2005)

17

Anda mungkin juga menyukai