Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan....................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................................2
Tinjauan Tentang Tes Hasil Belajar.................................................................................2
1. Pengertian Tes........................................................................................................2
2. Pengertian Tes Hasil Belajar...................................................................................2
3. Fungsi Tes Hasil Belajar..........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Proses Penyusunan Tes Hasil Belajar Kedalam Penilaian Hasil Belajar...................4
1. Langkah-Langkah Umum dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar..............................4
2. Penyusunan Tes Hasil Belajar.................................................................................4
4. Keunggulan dan kelemahan tes uraian..................................................................5
5. Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian..............................................6
B. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar.......................................................................11
1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis...............................................................................11
2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan...................................................................................13
3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan..........................................................................14
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................15
Kesimpulan...................................................................................................................15
ii
Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
iii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah langkah-langkah yang dilakukan dalam penyususnan tes
hasil belajar ?
2. Bagaimanakah teknik penyusunan tes hasil belajar ?
3. Apasajakah tes yang digunakan dalam penyusunan tes hasil
belajar ?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui langkah dalam penyusunan tes hasil belajar
2. Agar mengetahui teknik penyusunan tes hasil belajar
3. Agar mengetahui jenis tes yang digunakan dalam pelaksanaan tes
hasil belajar
D. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui langkah-langkah apasaja yang digunakan
dalam penyususnan tes hasil belajar, teknik penyusunan tes hasil
belajar dan tes yang digunakan dalam melaksanakan tes hasil belajar
1
BAB II KAJIAN TEORI
1. Pengertian Tes
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan
sehubungan dengan uraian di atas, yaitu istilah test, testing, tester
dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian yang
berbeda.
a. Tes. Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan.
b. Testing. Merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat
juga dikatakan dengan saat pengambilan tes.Testee (tercoba).
Adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang
inilah yang akan diukur atau dinilai.
c. Tester (pencoba). Orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden
2
Purwanto mengemukakan bahwa “tes hasil belajar merupakan
tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh
siswa”. Sedangkan menurut Sudijono, ia mengemukakan bahwa
“tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk
mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik”. Dari
definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar
adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur
perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh
proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat tercapai
3
BAB III PEMBAHASAN
4
b. Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee
untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan, membedakan dan sebagainya
c. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima
sampai dengan sepuluh butir
d. Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-
kata: "jelaskan...", "Terangkan..." , "Uraikan...". "Mengapa...",
"Bagaimana..." atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.
Tes uraian dapat dibedakan dua golongan, yaitu tes uraian bentuk
bebas atau terbuka, dan tes uraian berbentuk terbatas.
5
d. Dengan menggunakan tes uraian, testee akan terdorong dan
terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan
menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang merupakan
hasil olahannya sendiri.
· Kelemahan yang disandang oleh tes subyektif antara lain adalah :
a. Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung atau
mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan pelajaran
yang telah diberikan kepada testee, yang seharusnya diujikan dalam
tes hasil belajar.
b. Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
c. Dalam pemberian skor hasil tes uraian, terdapat kecenderungan
bahwa tester lebih banyak bersifat subyektif'.
d. Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian
sulit untuk diserahkan kepada orang lain.
e. Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur
(reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah
sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil
belajar yang baik.
6
c. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera
disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti
apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai
jawaban yang betul.
d. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan
agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat
seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
e. Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas,
sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak menimbulkan
keraguan atau kebingungan bagi testee dalam memberikan
jawabannya.
f. Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah, agar
dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum sampai pada
butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee,
hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau
menjawab butir-butir soal tersebut.
7
a. Tes obyektif bentuk benar-salah (True-False Test)
b. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
c. Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
d. Tes obyektif bentuk isian (Fill in Test)
e. Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test)
8
a. Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan
mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah
diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya.
b. Tes obyektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih
obyektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal,
menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil
tesnya.
c. Mengoreksi hasil tes obyektif adalah jauh lebih mudah dan lebih
cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
d. Berbeda dengan tes uraian, maka tes obyektif memberikan
kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan
guna mengoreksi hasil tes tersebut.
e. Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik
analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas
maupun reliabilitasnya.
· Kelemahan tes obyektif antara lain:
a. Menyusun butir-butir soal tes obyektif adalah tidak semudah seperti
halnya menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir
soalnya cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawab yang harus
dipasangkan pada setiap butir item pada tes obyektif itu juga bukan
merupakan pekerjaan yang ringan.
b. Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau
mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam.
c. Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk
bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan
jawaban soal.
d. Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, di mana
dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam.
9
a. Untuk dapat menyusun butir-butir soal tes obyektif yang bermutu
tinggi, pembuat soal tes (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain)
harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke
waktu ia akan dapat merancang dan menyusun butir-butir soal tes
obyektif dengan lebih baik dan lebih sempurna.
b. Setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyektif itu selesai
dipergunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan item, dengan
tujuan dapat mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah
termasuk dalam kategori "baik" dan butir-butir item mana yang masih
termasuk dalam kategori "kurang baik" dan "tidak baik".
c. Dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerja
sama yang tidak sehat di kalangan testee, perlu disiapkan terlebih
dahulu suatu norma yang memperhitungkan faktor tebakan.
d. Agar tes obyektif disamping mengungkap aspek ingatan atau hafalan
juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam.
e. Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-
istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas,
jelas dan mudah dipahami oleh testee.
f. Untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perdebatan antara
testee dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif
hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir
yang dapat menghasilkan penafsiran ganda atau kerancuan dalam
pemberian jawabannya.
g. Cara memenggal atau memutus kalimat, membubuhkan tanda-tanda
baca seperti titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda-tanda
aljabar seperti kuadrat, akar dan sebagainya, hendaknya ditulis
secara benar, usahakan agar tidak terjadi kesalahan ketik atau
kesalahan cetak, sehingga tidak mengganggu konsentrasi testee
dalam memberikan jawaban soal.
h. Dengan cara bagaimanakah testee (siswa) seharusnya memberikan
jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes,
10
hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan
tegas
11
Pertama, agar dalam mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat
ketenangan, seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan
yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu
lalangnya orang.
Kedua, ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakan, tempat
duduk diatur dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya
kerja sama yang tidak sehat di antara testee.
Ketiga, ruangan tes sebaiknya memiliki system pencahayaan dan
pertukaran udara yang baik.
Keempat, jika dalam ruangan tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang
memiliki alas tempat penulis, maka sebelum tes dilaksanakan
hendaknya sudah disiapkan alat berupa alat tulis yang terbuat dari
triplex, hardboard atau bahan lainnya.
Kelima, agar testee dapat memulai mengerjakan soal tes secara
bersamaan, hendaknya lembar soal-soal tes diletak¬kan secara
terbalik.
Keenam, dalam mengawasi jalannya tes, pengawas hendaknya berlaku
wajar.
Ketujuh, sebelum berlangsungnya tes, hendaknya su¬dah ditentukan lebih
dahulu sanksi yang dapat dikenakan kepada testee yang berbuat
curang.
Kedelapan, sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang
harus ditandatangani oleh seluruh peserta tes.
Kesembilan, jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya testee
diminta untuk menghentikan pekerjaannya dan secepatnya
meninggalkan ruangan tes.
Kesepuluh, untuk mencegah timbulnya berbagai kesulitan di kemudian
hari, pada Berita Acara Pelaksanaan Tes harus dituliskan secara
lengkap, berapa orang testee yang hadir dan siapa yang tidak hadir,
dengan menuliskan identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian,
nama dan sebagainya), dan apabila terjadi penyimpangan-
12
penyimpangan atau kelainan-kelainan harus dicatat dalam berita acara
pelaksanaan tes tersebut.
13
Kesembilan, sejauh mungkin dapat diusahakan agar tes lisan itu
berlangsung secara individual (satu demi satu).
BAB IV PENUTUP
14
Kesimpulan
Dalam pembuatan tes hasil belajar, kita harus mengetahui beberapa ciri
dari tes yang bagus itu, diantaranya :
1. Valid
2. Reliabel
3. Obyektif
4. Praktis
Dan terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar, yaitu :
1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar.
2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi.
4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabelitas yang dapat diandalkan.
6. Tes hasil belajar harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi
yang berguna untuk perbaikan cara belajar siswa dan cara mengajar
guru
Saran
Sebagai calon seorang guru yang profesional,
sebaiknya kita harus mengetahui bagaimanakah cara
mengetahui kemampuan siswa, salah satu nya dengan
melakukan tes. Sebelum mengadakan tes, seorang guru
harus mengetahui bagaimana kemampuan rata-rata siswa
nya. Jangan sampai, ketika memberikan tes, tidak ada
satupun siswa yang mengerti atau paham akan tes yang
diberikan tersebut.
15
Tes bukan hanya berguna bagi siswa, tetapi juga berguna bagi gurunya
sendiri, karena dengan melakukan tes terhadap siswa-siswanya, seorang
guru dapat mengetahui kemampuan dan caranya dalam mengajar.
16
DAFTAR PUSTAKA
17