Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Landasan Konstruktivisme dan Pragmatisme

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains Teknologi Masyarakat dengan dosen pengampu
Nurhikmah, M.Pd.

OLEH

Suhmi Mardiyanti (22.B002.026)

Laily Usmalia (22.B002.020)

Merry Anggraini (22.B002.022)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUMBAWA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senanti asa selalu kita panjatkan kepada Allah SWTyang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyselesaikan makalah yang
berjudul " Landasan Konstruktivisme dan Pragmatisme" tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah pertunjukan
jalankebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada pada manusia.

Makalah ini Susun Guna memenuhi tugas mata kuliah media pembelajaran. Berharap
makalah ini Dapat memberikan informasi kepada kita semua, khususnya kita
mahasiswa/mahasiswi STAIS SUMBAWA.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Media Pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

Sumbawa, 23 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Landasan Konstruktivisme.............................................................................................3
B. Kelemahan Pembelajaran IPA dengan Konstruktivisme..................................................................4
C. Keunggulan pembelajaran IPA dengan konstruktivisme..................................................................6
D. Landasan Pragmatisme....................................................................................................................7
E. Kelemahan Pembelajaran IPA Dengan pragmatism.........................................................................8
F. Keunggulan Pembelajaran IPA Dengan Pragmatisme....................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di dalam teori konstruktivisme, pembelajaran bukanlah sebuah proses mentransfer


ilmu, tapi perlu dibangun atau constructed sendiri oleh peserta didiknya. Dengan begitu,
pusat pembelajaran harus bisa dilakukan secara mandiri oleh para peserta didik. Guru
ataupun pendidik yang ada di dalam teori konstruktivisme hanya berperan sebagai fasilitator
saja. Hal inilah yang menyebabkan teori belajar ini melahirkan banyak sekali pendekatan,
model, dan juga metode pembelajaran yang berbasis student-centered atau berpusat pada
peserta didik.

Teori konstruktivisme sendiri adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi atau bentukan. Dalam sudut
pandang konstruktivisme, pengetahuan adalah akibat dari suatu konstruksi kognitif dari
sebuah kenyataan yang terjadi melalui aktivitas atau kegiatan seseorang. Dimana
konstruktivisme ini ingin memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk belajar
menemukan sendiri tentang kompetensi dan juga pengetahuannya untuk mengembangkan
kemampuan yang telah ada di dalam dirinya. Di dalam proses belajar mengajar, guru atau
pendidik tak hanya memindahkan pengetahuan kepada para peserta didik dalam bentuk yang
sempurna.

Pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dalam aliran pragmatisme, bukan
Cuma pendapat atau teori yang bersifat hipotesis. Kebenaran diartikan sebagai hal yang
dinamis yang mana kebenaran dibuat sambil berjalan atau melaksanakan konsep hidup,
karena kebenaran sifanya dinamis. John Dewey mengambarkan konsep hidup terdapat dua
unsur, yaitu kecerdasan atau intelaktual manusia dan pengalaman. Kecerdasan manusia
merupakan sesuatu yang bersifat kreatif, sedangkan pengalaman merupakan unsur yang
terpokok dalam segala pengetahuan.
1
Oleh karena itu, pentingnya pragmatisme dalam kehidupan manusia. penulis akan
sedikit mengulas tentang aliran pragmatisme dari pengertian pragmatisme, teori tentang
kebenaran, dan konsep hidup yang di kemukaan oleh filosofi Amerika John Dewey.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja landasan konstruktivisme?


2. Apa yang menjadi kelemahan pembelajaran IPA dengan konstruktivisme?
3. Apa saja keunggulan pembelajaran IPA dengan konstrutivisme?
4. Apa yang dimaksud dengan landasan pragmatism
5. Apa yang menjadi kelemahan pembelajarn IPA dengan pragmatism
6. Apa saja keunggulan pembelajaran IPA dengan pragmatisme

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui landasan konstruktivisme


2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kelemahan pembelajaran IPA dengan
konstruktivisme
3. Untuk mengetahui keunggulan pembelajaran IPA dengan konstrutivisme
4. Untuk mengetahui landasan pragmatism
5. Untuk mengetahui kelemahan pembelajarn IPA dengan pragmatism
6. Untuk mengetahui keunggulan pembelajaran IPA dengan pragmatisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Konstruktivisme

Pengertian teori konstruktivisme jika dilihat secara umum memandang ilmu


pengetahuan tidak hanya sebatas mengungkap mengenai fakta, kaidah, dan juga konsep yang
harus diingat secara baku. Dimana konstruktivisme ini justru lebih menekankan bahwa
manusialah yang harus mengkonstruksikan pengetahuan itu sendiri. Sehingga, manusialah
yang nantinya akan memberikan nilai sentimentil dan juga menggali ilmu pengetahuan, baik
itu melalui kajian, penelitian, atau melalui pengalaman. Terdapat banyak sekali cara yang
bisa dicoba untuk melakukan konstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Intinya, konstruktivisme merupakan teori belajar yang mengusung pembangunan


kompetensi, keterampilan, atau pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik yang
difasilitasi oleh pendidik melalui berbagai macam rancangan pembelajaran serta tindakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan oleh peserta didik.

Adapun pengertian teori konstruktivisme menurut para ahli antara lain:

1. Abimanyu

Menurut Abimanyu, teori konstruktivisme adalah pendekatan belajar yang


menilai bahwa jika seseorang bisa membangun pengetahuan sendiri berdasarkan
pengalaman orang.

2. Muslich

Menurut Muslich, teori konstruktivisme merupakan proses membangun


pemahaman, kreativitas secara aktif yang didasarkan pada pengalaman belajar orang lain
atau berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh orang tersebut.

3
3. Thobroni

Menurutnya, teori konstruktivisme adalah teori yang memberikan kebebasan


kepada semua orang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan memberikan
kesempatan terkait apa yang mereka butuhkan. Sebab, melalui ruang dan kesempatan
itulah, kebebasan untuk manusia belajar dan menemukan kompetensi bisa diperoleh
sesuai dengan potensi yang ada di dalam diri masing-masing.

4. Sagala
Tak jauh berbeda dengan pendapat para ahli lainnya. Menurut Sagala, teori
konstruktivisme merupakan landasan seseorang berpikir mengenai banyak hal, sesuai
dengan pendekatan kontekstual. Sehingga pengetahuan yang didapatkan sedikit demi
sedikit hasilkan akan diperluas melalui konteks yang terbatas.

Berdasarkan keterangan di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa


konstruktivisme adalah teori belajar yang bisa memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk lebih aktif belajar menemukan sendiri kompetensi dan juga pengetahuannya
untuk mengembangkan kemampuan yang telah ada di dalam dirinya untuk kemudian
diubah atau dimodifikasi oleh pendidik yang memfasilitasi, dengan cara merancang
berbagai macam tugas, pertanyaan, ataupun tindakan lain yang memancing rasa
penasaran peserta didik untuk menyelesaikannya.

B. Kelemahan Pembelajaran IPA dengan Konstruktivisme

1. Memberi kesempatan mengutarakan pendapat

Dalam pembelajaran yang berdasarkan pada teori konstruktivisme, peserta didik


diberi kesempatan untuk mengungkapkan rancangan atau gagasannya secara eksplisit
(lugas, cermat, dan lantang) dengan menggunakan bahasanya sendiri (menyampaikan
pendapat sesuai pemikirannya), saling berbagi pemikiran dan gagasan dengan teman-
temannya, dan mendorong peserta didik memberikan penjelasan mengenai gagasan yang
diutarakannya.

2. Mendorong berpikir lebih imajinatif dan kreatif

Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan (rancangan yang


tersusun di dalam pikiran) yang dimiliki oleh peserta didik atau rancangan kegiatan.
Yang disesuaikan dengan gagasan awal peserta didik supaya mereka memperluas ilmu
pengetahuannya mengenai suatu contoh fenomena dalam psikologi sosial.
4
Serta memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena tersebut sehingga peserta
didik terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasannya mengenai fenomena
yang menantang mereka. Selain itu, pembelajaran konstruktivisme juga memberikan
peserta didik kesempatan dalam berpikir mengenai pengalaman yang sudah mereka
dapatkan.

Sehingga hal tersebut dapat mendorong peserta didik berpikir lebih kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi mengenai teori dan model, serta mengenalkan pada
mereka gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

3. Mencoba gagasan baru, memperoleh kepercayaan diri dan motivasi

Proses pembelajaran yang berdasarkan pada teori konstruktivisme membuat para


peserta didik mendapat kesempatan untuk mencoba gagasan-gagasan baru dan
menyampaikan pendapatnya secara lugas. Sehingga dengan adanya kesempatan mencoba
suatau gagasan-gagasan baru tersebut, peserta didik dapat terdorong untuk lebih
termotivasi dan lebih percaya diri dalam menggunakan konteks yang dikenal maupun
konteks asing yang batu dikenal oleh mereka.

Sehingga pada akhirnya dapat memotivasi peserta didik untuk menggunakan


berbagai macam strategi belajar. Dalam teori ini, peserta didik diberi kesempatan untuk
membina sendiri kefahaman mereka mengenai sesuatu. Hingga inilah yang membuat
peserta didik menjadi lebih yakin dan mampu mengatasi bagaiman cara meningkatkan
kepercayaan diri terhadap dirinya sendiri.

Serta menjadi lebih berani dalam menghadapi suatu masalah dalam situasi baru
dan berani dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

4. Dapat mengidentifikasi perubahan gagasan mereka

Peserta didik diberi kesempatan untuk dapat mengidentifikasi setiap perubahan


pada gagasan yang mereka ambil. Oleh sebab itu, dengan adanya kesempatan untuk
mengidentifikasi ulang gagasan mereka, maka diharapkan peserta didik dapat terdorong
dan lebih termotivasi untuk memikirkan gagasan-gagasan mereka kembali. Dengan hal
ini juga dapat membuat peserta didik kemudian menyadari bahwa adanya kemajuan
dalam berpikir pada diri mereka masing-masing.

Kefahaman mereka mengenai suatu konsep akan lebih jelas apabila mereka
melihat dan terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Para peserta
didik yang mampu memahami apa yang telah dipelajarinya maka akan dapat
mengaplikasikan pengetahuan barunya dalam kehidupan dan situasi baru ke depannya.

5. Memberikan lingkungan belajar yang kondusif


5
Pembelajaran dengan menggunakan teori konstruktivisme mempunyai kelebihan
mampu memberikan peserta didik sebuah lingkungan belajar yang kondusif, saling
menyimak dan mendengarkan satu sama lain, menghindari kesan bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar, mendukung peserta didik menyampaikan gagasannya.

6. Dapat menghadapi masalah

Dalam pembelajaran teori konstruktivisme, murid yang mahir berinteraksi sosial


dengan orang-orang disekitarnya dibolehkan bekerjasama dengan orang lain dalam
menghadapi suatu masalah. Peserta didik yang memiliki kemahiran sosial ini diperoleh
apabila peserta didik berinteraksi dengan teman-teman sejawatnya dan guru dalam
membina pengetahuan mereka.

Di dalam suatu teori, apabila memiliki beberapa kelebihan, maka akan ditemukan
juga di dalamnya suatu kekurangan yang menjadi kendala pada saat pengaplikasiannya.

D. Keunggulan pembelajaran IPA dengan konstruktivisme

Penerapan teori belajar Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan


berbagai karakter, antara lain berpikir kritis, logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu,
menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri. Teori konstruktivisme tidak
bertujuan mengerti tentang realitas, tetapi hendak melihat bagaimana suatu proses dalam hal
ini adalah pembelajaran dari tidak mengetahui menjadi mengetahui sesuatu tersebut.

Model pembelajaran konstruktivisme merupakan strategi pembelajaran yang bertitik


tolak dari pengalaman yang dimiliki oleh siswa, menekankan keterampilan proses,
berdiskusi, berkolaborasi, bekerja sama dan beragumentasi dengan teman sekolah sehingga
siswa dapat menemukan sendiri baik secara individu konstruktivisme siswa akan merasa
senang dalam pembelajaran karena dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan cara
bekerja sama dengan kelompoknya.

Adapun keunggulan lainnya yaitu:

6
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena
dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru
dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Murid
yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri kefahaman
mereka tentang sesuatu. Ini menjadikan mereka lebih yakin kepada diri sendiri dan
berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. Kefahaman murid tentang sesuatu
konsep dan idea lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan
pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang dipelajari akan dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam kehidupan dan situasi baru.
5. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar.
6. Murid yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain dalam
menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial ini diperoleh apabila
murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru dalam membina pengetahuan mereka.

E. Landasan Pragmatisme

Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Di Amerika Serikat Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri di dalam
pemikiran filsafati. Smith (2015) dalam William James (1842-1910) orang yang

7
memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Pengangan pragmatisme
adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa
akibat yang praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi diterimanya, asal bermanfaat, bahkan
kebenaran mistis dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat
praktis yang bermanfaat (Hadiwijono, 1980:130).

Pragmatisme adalah bagian dari salah satu aliran filsafat. Pragmatisme merupakan
salah satu pemberontakan umum dalam melawan sistem idealisme yang terlalu menonjolkan
intelektual dan tertutup. Pemberontakan dalam bidang filsafat ini terjadi dalam abad XIX.
Pada saat itu, para penganut idealisme mengembangkan pengalaman pikiran subjektif manusia
sehingga pengalaman tersebut menjadi prinsip metafisika untuk menjelaskan Kosmos. Bagi
penganut idealisme, semua realitas adalah satu susunan, dan realitas tersebut tersusun dari
bagian-bagian yang melekat satu sama lain berdasarkan atas hubungan internal yang saling
menunjang. Realitas ini sering diinterprestasikan dalam katagori-katagori intelektual tertentu
dan abstrak.

Dua aliran filsafat yang sangat mempengaruhi pragmatisme pada awal berdirinya
adalah Empiris Inggris dan FIlsafat Jerman Modern. Pada Empiris Inggris, karya-karya yang
mempengaruhi pragmatisme ditulis oleh John Stuart Mill, Alexander Bain, dan John Venn.
Empirisme Inggris menekankan peran pengalaman dalam terbentuknya pragmatisme adalah
George Berkeley, seorang penganut idealisme empirisme. Pengaruh lain yang perlu
ditambahkan adalah pengalaman sosial bangsa Amerika pada XIX. Pengaruh tersebut adalah
ekspansi industri dan perdagangan yang cepat dan optimisme yang merakyat yang berasal dari
teologi puritanisme, terutama yang berhubungan dengan kerja keras dan kebijakan (Fadhila &
Suparman, 2018) (Suparman, 2003:49-50).

Bagi pragmatisme, filsafat adalah alat untuk menolong manusia dalam hidup sehari-
hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mewujudkan dunia teknik. Dalam
segalanya itu pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dan bukan pendapat atau teori
yang hipotesis dan sepihak. Untuk menilai bermanfaat tidaknya ilmu pengetahuan, anggapan-
anggapan hidup malahan filsafat sendiri pun, perlu diperhatikan segala hasil dan kesimpulan
atau akibat yang terjadi atas dasar hipotesis-hipotesis itu. Yang pokok adalah bahwa manusia
berbuat dan bukan berfikir. Pikiran atau teori merupakan alat yang “hanya berguna “ untuk
memungkinkan timbulnya pengalaman yang semakin ikut mengembangkan hidup manusia
dalam praktik pelaksanaanya (Sutrisno et al., 2016).

8
F. Kelemahan Pembelajaran IPA Dengan pragmatism

Menurut Saud (2006: 18) kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran terpadu adalah sebagai
berikut:

1. Dilihat dari aspek guru


Pembelajaran terpadu menuntut tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan
dan wawasan yang luas, kreatifitas yang tinggi, keterampilan metodologik yang handal,
kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan materi.

Akibat akademiknya, guru dituntut untuk terus menggali informasi/pengetahuan yang


berkaitan dengan materi yang diajarkan, salah satu strateginya, guru harus Dilihat dari
aspek peserta didik membaca literattur secara mendalam. Tanpa hal ini, penerapan
pembelajaran terpadu sulit diwujudkan.

2. Dilihat dari aspek peserta didik

Pembelajaran terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreatifitas


akademik yang menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam
aspek intelegensi maupunkreatifitasnya.

Hal tersebut terjadi karena penerapan pembelajaran terpadu menekankan pada


pengembangan kemampuan analitik (menjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-
hubungkan) dan kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
Apabila kondisi ini tidak dimiliki peserta didik, maka sangat sulit pembelajaran terpadu
diterapkan.

3. Dilihat dari aspek sarana atau sumber pembelajaran

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang


cukup banyak dan beragam dalam menunjang dan memperkaya serta mempermudah
mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. Dengan demikian, jika
pembelajaran terpadu ini hendak dikembangkan, maka ketersediaan sumber belajar dan
perpustakaan juga perlu dikembangkan pula secara bersamaan. Bila keadaan yang
dituntut tersebut tidak dapat dipenuhi maka akan sulit untuk
menerapkan pembelajaran tersebut.

4. Dilihat dari aspek kurikulum

9
Penerapan pembelajaran terpadu memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk
pengembangannya. Kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian pemahaman peserta didik terhadap materi (buka
berorientasi pada penyampaian target materi), kurikulum yang memberikan kewenangan
sepenuhnya pada guru untuk mengembangkannya
baik dalam materi, metode maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan
pembelajarannya.

5. Dilihat dari aspek penilaian

Penerapan pembelajaran terpadu membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran


(objek, indikator dan prosedur) yang terpadu dalam arti sistem yang berusaha
menetapkan keberhasilan belajar
peserta didik dilihat dari beberapa mata pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain,
hasil belajar peserta merupakan kumpulan dan paduan penguasaan dari berbagai materi
yang disatukan/digabung.

Dalam kaitan ini, guru di samping dituntut mampu menyediakan teknik dan
prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang terpadu, juga dituntut melakukan
koordinasi dengan guru lain, bila ternyata materi tersebut diajarkan dalam beberapa mata
pelajaran oleh guru yang berbeda.

6. Dilihat dari aspek suasana dan penekanan proses pembelajaran.

Penerapan pembelajaran terpadu berkecenderungan mengakibatkan


“tenggelamnya” pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran. Dengan kata lain,
ketika seorang guru mengajarkan sebuah tema atau pokok bahasan, maka guru tersebut
berkecenderungan lebih mengutamakan, menekankan atau mengintensifkan substansi
gabungan tersebut sesuai pemahaman, selera, dan subjektifitas guru itu sendiri. Secara
kurikuler, akan terjadi pedominasian terhadap materi tertentu, serta sebaliknya sekaligus
terjadi proses pengabaian terhadap materi/mata pelajaran lain yang dipadukan.

Kelemahan model pembelajaran terpadu sebagaimana dijelaskan oleh para ahli di


atas berlaku juga pada pembelajaran IPA terpadu, karena sama-sama merupakan
pembelajaran terpadu.

10
G. Keunggulan Pembelajaran IPA Dengan Pragmatisme

Hernawan dan Resmini (2005:1.8) menjelaskan kelebihan pembelajaran terpadu adalah


sebagai berikut:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu sesuai dengan
minat dan kebutuhan peserta didik.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasilbelajar akan
dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir peserta didik.
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui peserta didik dalam lingkungannya.
6. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial peserta didik seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.

Sementara itu kelebihan pembelajaran terpadu menurut Saud (2006:17) diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas. Penerapan pembelajaran terpadu


mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas sehingga untuk itu guru dituntut
2. untuk memiliki wawasan, pemahaman, dan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan
untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan (substansi) dengan pokok
bahasan lain dari berbagai mata pelajaran. Guru dituntut untuk memiliki kecermatan,
kemampuan analitik dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau
kesamaan material maupun metodologik suatu pokok bahasan.
3. Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh,
menyeluruh, dinamis dan bermakna.
4. Penerapan pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan
situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan
keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam
kaitan ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan.
5. Mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap dan
memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan.
Penerapan pembelajaran terpadu akan mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk
mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara
konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapau dalam beberapa pokok bahasan
atau bidang studi. Dengan mempergunakan pembelajaran terpadu, secara psikologis,
peserta didik digiring berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami
hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru.

11
6. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh dan menyeluruh,
sistematik, dan analitik.
7. Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran di samping
menyederhakan langkah-langkah pembelajaran.
8. Penerapan pembelajaran terpadu akan menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya
pembelajaran di samping menyederhakan langkah-langkah pembelajaran, hal ini dapat
terjadi karena proses perpaduan atau penyatuan sejumlah unsur tujuan, materi maupun
langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian teori konstruktivisme jika dilihat secara umum memandang ilmu


pengetahuan tidak hanya sebatas mengungkap mengenai fakta, kaidah, dan juga konsep yang
harus diingat secara baku. Intinya, konstruktivisme merupakan teori belajar yang mengusung
pembangunan kompetensi, keterampilan, atau pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik
yang difasilitasi oleh pendidik melalui berbagai macam rancangan pembelajaran serta
tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan oleh peserta didik.

Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pengangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia
menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis.

B. Saran

Tentunya dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Baik dari segi penulisan, pemahaman, bahkan isi makalah di atas. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pengampu mata kuliah Sains
Teknologi Masyarakat dan dari para pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini dan
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

13
Fadhila, annisa nur, & Suparman. (2018). Kontribusi A.D. Pirous dalam Perkembangan Seni
Lukis Kaligrafi di Indonesia (1970-2003). Historia Madania.
Smith, M. B. (2015). James, William (1842-1910). In International Encyclopedia of the Social &
Behavioral Sciences: Second Edition. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.61060-7
Sutrisno, S., Wahyudin, M., & Ananto, E. E. (2016). THE TECHNICAL AND ECONOMICAL
PERFORMANCE OF THE “ABC” TYPE PADDY DRYER. Indonesian Journal of
Agricultural Science. https://doi.org/10.21082/ijas.v2n2.2001.p48-55

14

Anda mungkin juga menyukai