Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains Teknologi Masyarakat dengan dosen pengampu
Nurhikmah, M.Pd.
OLEH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senanti asa selalu kita panjatkan kepada Allah SWTyang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyselesaikan makalah yang
berjudul " Landasan Konstruktivisme dan Pragmatisme" tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah pertunjukan
jalankebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada pada manusia.
Makalah ini Susun Guna memenuhi tugas mata kuliah media pembelajaran. Berharap
makalah ini Dapat memberikan informasi kepada kita semua, khususnya kita
mahasiswa/mahasiswi STAIS SUMBAWA.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Media Pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Landasan Konstruktivisme.............................................................................................3
B. Kelemahan Pembelajaran IPA dengan Konstruktivisme..................................................................4
C. Keunggulan pembelajaran IPA dengan konstruktivisme..................................................................6
D. Landasan Pragmatisme....................................................................................................................7
E. Kelemahan Pembelajaran IPA Dengan pragmatism.........................................................................8
F. Keunggulan Pembelajaran IPA Dengan Pragmatisme....................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teori konstruktivisme sendiri adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi atau bentukan. Dalam sudut
pandang konstruktivisme, pengetahuan adalah akibat dari suatu konstruksi kognitif dari
sebuah kenyataan yang terjadi melalui aktivitas atau kegiatan seseorang. Dimana
konstruktivisme ini ingin memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk belajar
menemukan sendiri tentang kompetensi dan juga pengetahuannya untuk mengembangkan
kemampuan yang telah ada di dalam dirinya. Di dalam proses belajar mengajar, guru atau
pendidik tak hanya memindahkan pengetahuan kepada para peserta didik dalam bentuk yang
sempurna.
Pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dalam aliran pragmatisme, bukan
Cuma pendapat atau teori yang bersifat hipotesis. Kebenaran diartikan sebagai hal yang
dinamis yang mana kebenaran dibuat sambil berjalan atau melaksanakan konsep hidup,
karena kebenaran sifanya dinamis. John Dewey mengambarkan konsep hidup terdapat dua
unsur, yaitu kecerdasan atau intelaktual manusia dan pengalaman. Kecerdasan manusia
merupakan sesuatu yang bersifat kreatif, sedangkan pengalaman merupakan unsur yang
terpokok dalam segala pengetahuan.
1
Oleh karena itu, pentingnya pragmatisme dalam kehidupan manusia. penulis akan
sedikit mengulas tentang aliran pragmatisme dari pengertian pragmatisme, teori tentang
kebenaran, dan konsep hidup yang di kemukaan oleh filosofi Amerika John Dewey.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Abimanyu
2. Muslich
3
3. Thobroni
4. Sagala
Tak jauh berbeda dengan pendapat para ahli lainnya. Menurut Sagala, teori
konstruktivisme merupakan landasan seseorang berpikir mengenai banyak hal, sesuai
dengan pendekatan kontekstual. Sehingga pengetahuan yang didapatkan sedikit demi
sedikit hasilkan akan diperluas melalui konteks yang terbatas.
Sehingga hal tersebut dapat mendorong peserta didik berpikir lebih kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi mengenai teori dan model, serta mengenalkan pada
mereka gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
Serta menjadi lebih berani dalam menghadapi suatu masalah dalam situasi baru
dan berani dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kefahaman mereka mengenai suatu konsep akan lebih jelas apabila mereka
melihat dan terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Para peserta
didik yang mampu memahami apa yang telah dipelajarinya maka akan dapat
mengaplikasikan pengetahuan barunya dalam kehidupan dan situasi baru ke depannya.
Di dalam suatu teori, apabila memiliki beberapa kelebihan, maka akan ditemukan
juga di dalamnya suatu kekurangan yang menjadi kendala pada saat pengaplikasiannya.
6
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena
dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru
dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Murid
yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri kefahaman
mereka tentang sesuatu. Ini menjadikan mereka lebih yakin kepada diri sendiri dan
berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. Kefahaman murid tentang sesuatu
konsep dan idea lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan
pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang dipelajari akan dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam kehidupan dan situasi baru.
5. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar.
6. Murid yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain dalam
menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial ini diperoleh apabila
murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru dalam membina pengetahuan mereka.
E. Landasan Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Di Amerika Serikat Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri di dalam
pemikiran filsafati. Smith (2015) dalam William James (1842-1910) orang yang
7
memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Pengangan pragmatisme
adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa
akibat yang praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi diterimanya, asal bermanfaat, bahkan
kebenaran mistis dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat
praktis yang bermanfaat (Hadiwijono, 1980:130).
Pragmatisme adalah bagian dari salah satu aliran filsafat. Pragmatisme merupakan
salah satu pemberontakan umum dalam melawan sistem idealisme yang terlalu menonjolkan
intelektual dan tertutup. Pemberontakan dalam bidang filsafat ini terjadi dalam abad XIX.
Pada saat itu, para penganut idealisme mengembangkan pengalaman pikiran subjektif manusia
sehingga pengalaman tersebut menjadi prinsip metafisika untuk menjelaskan Kosmos. Bagi
penganut idealisme, semua realitas adalah satu susunan, dan realitas tersebut tersusun dari
bagian-bagian yang melekat satu sama lain berdasarkan atas hubungan internal yang saling
menunjang. Realitas ini sering diinterprestasikan dalam katagori-katagori intelektual tertentu
dan abstrak.
Dua aliran filsafat yang sangat mempengaruhi pragmatisme pada awal berdirinya
adalah Empiris Inggris dan FIlsafat Jerman Modern. Pada Empiris Inggris, karya-karya yang
mempengaruhi pragmatisme ditulis oleh John Stuart Mill, Alexander Bain, dan John Venn.
Empirisme Inggris menekankan peran pengalaman dalam terbentuknya pragmatisme adalah
George Berkeley, seorang penganut idealisme empirisme. Pengaruh lain yang perlu
ditambahkan adalah pengalaman sosial bangsa Amerika pada XIX. Pengaruh tersebut adalah
ekspansi industri dan perdagangan yang cepat dan optimisme yang merakyat yang berasal dari
teologi puritanisme, terutama yang berhubungan dengan kerja keras dan kebijakan (Fadhila &
Suparman, 2018) (Suparman, 2003:49-50).
Bagi pragmatisme, filsafat adalah alat untuk menolong manusia dalam hidup sehari-
hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mewujudkan dunia teknik. Dalam
segalanya itu pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dan bukan pendapat atau teori
yang hipotesis dan sepihak. Untuk menilai bermanfaat tidaknya ilmu pengetahuan, anggapan-
anggapan hidup malahan filsafat sendiri pun, perlu diperhatikan segala hasil dan kesimpulan
atau akibat yang terjadi atas dasar hipotesis-hipotesis itu. Yang pokok adalah bahwa manusia
berbuat dan bukan berfikir. Pikiran atau teori merupakan alat yang “hanya berguna “ untuk
memungkinkan timbulnya pengalaman yang semakin ikut mengembangkan hidup manusia
dalam praktik pelaksanaanya (Sutrisno et al., 2016).
8
F. Kelemahan Pembelajaran IPA Dengan pragmatism
Menurut Saud (2006: 18) kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran terpadu adalah sebagai
berikut:
9
Penerapan pembelajaran terpadu memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk
pengembangannya. Kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian pemahaman peserta didik terhadap materi (buka
berorientasi pada penyampaian target materi), kurikulum yang memberikan kewenangan
sepenuhnya pada guru untuk mengembangkannya
baik dalam materi, metode maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan
pembelajarannya.
Dalam kaitan ini, guru di samping dituntut mampu menyediakan teknik dan
prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang terpadu, juga dituntut melakukan
koordinasi dengan guru lain, bila ternyata materi tersebut diajarkan dalam beberapa mata
pelajaran oleh guru yang berbeda.
10
G. Keunggulan Pembelajaran IPA Dengan Pragmatisme
1. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu sesuai dengan
minat dan kebutuhan peserta didik.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasilbelajar akan
dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir peserta didik.
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui peserta didik dalam lingkungannya.
6. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial peserta didik seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.
Sementara itu kelebihan pembelajaran terpadu menurut Saud (2006:17) diantaranya adalah
sebagai berikut:
11
6. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh dan menyeluruh,
sistematik, dan analitik.
7. Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran di samping
menyederhakan langkah-langkah pembelajaran.
8. Penerapan pembelajaran terpadu akan menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya
pembelajaran di samping menyederhakan langkah-langkah pembelajaran, hal ini dapat
terjadi karena proses perpaduan atau penyatuan sejumlah unsur tujuan, materi maupun
langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pengangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia
menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis.
B. Saran
Tentunya dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Baik dari segi penulisan, pemahaman, bahkan isi makalah di atas. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pengampu mata kuliah Sains
Teknologi Masyarakat dan dari para pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini dan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
13
Fadhila, annisa nur, & Suparman. (2018). Kontribusi A.D. Pirous dalam Perkembangan Seni
Lukis Kaligrafi di Indonesia (1970-2003). Historia Madania.
Smith, M. B. (2015). James, William (1842-1910). In International Encyclopedia of the Social &
Behavioral Sciences: Second Edition. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-8.61060-7
Sutrisno, S., Wahyudin, M., & Ananto, E. E. (2016). THE TECHNICAL AND ECONOMICAL
PERFORMANCE OF THE “ABC” TYPE PADDY DRYER. Indonesian Journal of
Agricultural Science. https://doi.org/10.21082/ijas.v2n2.2001.p48-55
14