Model pembelajaran PPKn di SD sengaja dijadikan dua unit, yaitu kelas 1, 2,
dan 3 (kelas rendah) dan kelas 4, 5, dan 6 ( kelas tinggi). Hal ini bertujuan untuk mempertimbangkan tingkat usia perkembangan anak, sehingga walaupun perbedaannya tidak seberapa tetapi cukup bermanfaat, terutama untuk menentukan situasi pembelajaran di kelas . Untuk siswa kelas 6 tentu berbeda dengan kelas 1. Hal ini bertujuan untuk memudahkan guru dalam menjalankan tugasnya. A. Penerapan Model Pembelajaran PKN SD Kelas 4, 5 dan 6 1. Model pembelajaran Sosial Model pembelajaran ini mulai dengan bermain peran sebagai berikut: a. Bermain Peran 1) Orientasi Model Bermain peran adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menemukan jati dirinya dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat, dalam memecahkan masalahnya dengan bantuan kelompok. Diharapkan dengan bermain peran siswa dapat menyadari adanya peran yang berbeda dengan dirinya yaitu perilaku orang lain. Model ini dikembangkan oleh George Shaffe. 2) Banyak manfaat dari model bermain peran ini, yaitu : (1) Sebagai sarana untuk menggali perasaan siswa (2) Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalahnya (3) Untuk medapatkan inspirasi dan pemahaman yang dapat mempengaruhi sikap, nilai dan persepsinya (4) Untuk mendalami isi mata pelajaran yang dipelajari (5) Untuk bekal terjun kemasyarakat dimasa mendatang sehingga siswa dapat membawa diri menempatkan diri, menjaga dirinya sehingga sudah tidak asing lagi apabila dalam kehidupan bermasyarakat terjadi banyak siswa yang berbeda-beda. Setelah anda mengetahui bermain peran maka anda tentunya juga perlu tahu tentang langkah-langkah bermain peran. 3) Prosedur/Langkah-langkahnya (1) Guru mengadakan pemanasan (Warming up), guru menjelaskan permasalahan yang akan dijadikan bahan bermain peran, sikap jujur. (2) Memilih partisipan, guru dan siswa menjelaskan karakter (3) Menata ruang tempat untuk bermain peran biasanya tetap di kelas, kecuali jika untuk kelas tinggi yang akan digunakan sebagai pertunjukan perpisahan kelas, perlu ruang/tempat yang sesuai, biasanya untuk kelas rendah hanya mengatur skenario sederhana,' misal siapa yang jadi anak tidak jujur/yang jujur dan siapa yang akan keluar dulu dan seterusnya. (4) Langkah ke empat ini, guru juga memikirkan yang lain, anak yang tidak main peran juga hams dilibatkan walaupun sebagai penonton agar supaya mengamati temannya. (5) Langkah kelima; permainan dimulai, walaupun masih banyak anak yang masih bingung dan malu-malu, sambil tertawa gembira, jika tidak bisa berjalan dengan baik guru bisa mengehentikan dan diulang lagi atau bila perlu diganti siswa yang lebih cocok. (6) Guru mendiskusikan tentang pelaksanaan bermain peran ini bila perlu alur ceritanya diubah sedikit / banyak (7) Permainan diulangi lagi setelah mendapatkan pembenahan pembenahan (8) Membahas jalannya main peran, guru memberikan masukan-masukan agar lebih menjiwai lagi. (9) Guru menu tup dan menyimpulkan bersama siswa, namun guru akhirnya memberi penegasan bahwa dalam gambar tadi ada anak yang tidak jujur, dijauhi teman dan anak yang jujur disenangi teman, disegani teman, guru dan orang tua. 4) Aplikasi Bermain peran bisa juga untuk memecahkan masalah sosial atau kasus yang dihadapi publik atau siswa sendiri Guru berupaya menegaskan kemampuan untuk menanamkan sikap perasaan pada dirinya sendiri atau orang lain / temai lain dan dapat pengetahuan untuk memecahkan masalah. A. Kesimpulan bermain peran dalam pembelajaran PKn SD dapat untuk mencari jati diri anak dan dapat menanamkan nilai moral dan norma dalam standar kompetensi memahami sistem pemerintah desa dan kecamatan. B.Model Pembelajaran Nilai dan Moral Berdasarkan buku pedoman PBM yang lebih cocok dan lebih sering digunakan dalam pembelajaran PPKn SD atau pendidikan nilai dan moral pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran teoretik Pembelajaran teoritik, adalah model pembelajaran yang dijelaskan secara teoritik dalam berbagai literatur tentang pengajaran umumnya dan pengajaran PKn khususnya. Untuk model pembelajaran teoritik ini beberapa contoh pendekatan pendidikan nilai disampaikan secara berikut : a. Langkah-langkah model inkuiri nilai Langkah inkuiri nilai di SD harus dilakukan secara hati-hati mengingat bahwa perilaku moral yang dimiliki anak masih amat terbatas dan upaya membedakan antara yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan masih sulit (khususnya pada kelas-kelas rendah). Namun dengan mengemukakannya lewat cerita, gambar atau mengamati kawan-kawan yang sedang bermain misalnya, anak dapat memperoleh gambaran misalnya tentang kejujuran, persahabatan, tanggung jawab, disiplin dan ketekunan. Dalam penerapan inkuiri nilai tersebut, beberapa langkah dapat ditempuh sebagaimana dikemukakan oleh Banks (1985) dengan mengemukakan paling tidak Sembilan langkah sebagai berikut : 1) Menentukan dan mengenali masalah-masalah nilai : melalui observasi dan membedakan 2) Menjelaskan nilai-nilai yang relevan dengan perilaku : deskripsi dan membedakan 3) Menamai nilai-nilai yang ditunjukkan melalui perilaku : identifikasi, deskripsi dan membuat jawaban sementara. 4) Menetapkan konflik nilai terhadap perilaku tertentu yang ditampilkan : identifikasi dan analisis 5) Membuat hipotesis tentang sumber nilai yang dianalisis : menyusun hipotesis dan mencari data untuk mendukung jawaban sementara tersebut. 6) Menamai nilai-nilai alternatif untuk memilih contoh perilaku yang diamati : mengingat kembali 7) Menyusun jawaban sementara tentang kemungkinan konsekuensi dari nilai-nilai yang dianalisis : meramalkan, membandingkan dan mempertentangkan 8) Menentukan nilai-nilai pilihan : memilih 9) Menetapkan alasan, sumber-sumber dan akibat-akibat yang timbul dari nilai-nilai pilihan : menyusun jawaban sementara, memperkirakan dan membuktikan. b. Penanaman nilai Tujuan : Menanamkan nilai tertentu pada siswa Metode : Agar nilai-nilai tersebut dapat diinternalisasikan oleh siswa, metode yang dapat digunakan antara lain adalah : modeling, penguatan positif dan negative, manipulasi alternatif, menyediakan data yang tidak lengkap atau bias, bermain simulasi, bermain peran, dan belajar dengan menemukan sendiri. Tentu saja dalam menanamkan nilai tersebut, metode- metode yang disebutkan di atas dapat digunakan oleh guru. Penggunaannya amat bergantung pada kemampuan dan pemahaman guru tentang cara-cara mencapai suatu tujuan pengajaran. c. Pengungkapan nilai Tujuan : 1) Membantu siswa mengenali dan menyadari nilai-nilai yang dimiliki sendiri dan nilai-nilai orang lain 2) Membantu siswa menyampaikan secara terbuka dan jujur tentang nilai- nilai yang diyakini 3) Membantu siswa menggunakan baik berpikir secara rasional maupun kesadaran emosionalnya untuk menguji dan mengkaji perasaan- perasaannya, nilai-nilai dan pola perilakunya. Metode : Bermain peran, simulasi, mengkaji diri secara mendalam, melakukan kegiatan dapat mendorong kepekaan siswa, termasuk kegiatan di luar kelas ataupun melakukan diskusi kelompok. 2. Model Pembelajaran Formal Model pembelajaran formal akan dikemukakan dua contoh baik untuk kelas rendah maupun kelas tinggi. Model pembelajaran formal ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah; menyangkut metode yang dikemukakan secara umum karena berlaku bagi PBM di SD. Sedangkan bagian lainnya adalah yang disiapkan untuk digunakan guru dalam pengajaran PKn yang telah disesuaikan secara khusus dengan pokok bahasan yang dalam buku panduan tersebut muncul dengan nama pelajaran.