TUGAS
Dibuat dalam rangka menenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Kelas dan Persekolahan yang diampu oleh Dr. H. Zubaidi, M.Pd.
Oleh:
Moh Hasan Amin (182610000617)
BAB I
PENDAHULUAN
Profil sekolah
Standar kompetensi tersebut berperan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh siswa
kelas X SMA/MA pada semester 1 MA I’ANATUT THALIBIN CEBOLEK. Dalam proses
belajar mengajar, upaya mencapai tujuan tersebut melibatkan komponen- komponen
pembelajaran, yaitu isi/materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing komponen
tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.
2
3
Materi tentang operasi dasar komputer adalah materi yang besifat aplikatif, dan
pencapaian kompetensi siswa lebih banyak bersifat keterampilan, dalam proses pembelajaran
materi operasi dasar komputer harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu
menunjang proses pembelajaran yang efektif dan membuat siswa tidak hanya mengerti teori
saja tetapi bisa mempraktekan bahkan menggunakannnya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Materi Informatika berupa tema-tema esensial, aktual serta global yang berkembang
dalam kemajuan teknologi pada masa kini, sehingga mata pelajaran Informatika
merupakan pelajaran yang dapat mewarnai perkembangan perilaku dalam kehidupan.
Seringnya menggunakan metode ceramah, berarti tipe hasil belajar kognitif lebih
dominan jika dibandingkan dengan ranah psikomotor dan afektif. Sedangkan ranah
psikomotor dan afektif juga memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa. Oleh
5
karena itu, diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar mendapatkan hasil belajar yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang kami kaji
adalah apakah model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Informatika kelas X
semester 2 MA I’anatut Thalibin termasuk inovasi metode pembelajaran yang dapat
diterapkan ?
C. Tujuan
BAB II
KAJIAN TEORI
6
7
Banyak pendekatan yang kita kenal dan digunakan dalam pembelajaran dan tiap-tiap
pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang
menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada siswa, kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada
guru, berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti
sistem instruksional, media dan sumber belajar.
pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat
perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru tidak lagi sebagai
instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa
agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh
tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat aneh dan baru. Oleh karena
itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru berperan
sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru
membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan sebelumnya,
memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan
akomodasi.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental. CTL memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan
menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulangulang akan
tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran CTL, belajar di
alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh informasi sehingga menguji data hasil
temuannya dari lapangan tadi baru dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan
sendiri, bukan hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.
Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem
kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat bekerja, di masyarakat. Dalam
kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah,
tata usaha, orang tua siswa, dan nara sumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses
pembelajaran siswa, berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana
belajar, iklim sekolah dan lingkungan. Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas pada
9
memberikan dukungan, kemudahan, akan tetapi juga memberi makna tersendiri, sebab makna
ada jika ada hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori
dengan praktek, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.
Prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap individu atau kesatuan dalam alam
semesta mempunyai potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang
berbeda dari yang lain. Tiap hal memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri,
pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan
mempertahankan dirinya secara khas, berbeda dengan yang lainnya.
Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong
tiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimilikinya seoptimal
mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa mecapai
keunggulan akademik, penguasaan keterampilan standar, pengembangan sikap dan moral
sesuai dengan harapan masyarakat.
1. Konstruktivisme
2. Inkuiri
Dalam model inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistimatis, yaitu: 1)
Merumuskan masalah, 2) Mengajukan hipotesis, 3) Mengumpulkan data, 4) Menguji hipotesis
berdasarkan data yang dikumpulkan, dan 5) Membuat kesimpulan. Penerapan model inkuiri
ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran kontekstual, dimulai atas kesadaran siswa
akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa didorong untuk
11
menemukan masalah. Apabila masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa
dapat mengajukan jawaban sementara (hipotesis). Hipotesis itulah akan menuntun siswa
untuk melakukan observasi dalam mengumpulkan data. Bila data terkumpul maka dituntut
untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan. Asas menemukan
itulah merupakan asas penting dalam pembelajaran konstektual.
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keinginantahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran
kontekstual, guru tidak banyak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi berusaha
memancing agar siswa menemukan sndiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
5. Pemodelan (Modeling)
12
6. Refleksi (Reflection)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki
pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
dan meliputi seluruh aspek domain penilaian. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) atau yang lebih dikenal dalam dunia
global sebagai Information and Communcation Technologies (ICT), adalah istilah majemuk
yang terdiri dari dua aspek, yaitu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi adalah segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi, adalah sesuatu
yang berkaitan dengan penggunaan alat Bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke yang lainnya. Jadi, dengan definisi tersebut, dapat dipahami oleh
semua orang bahwa TIK tidak terbatas pada pemanfaatan computer dan internet saja, tetapi
apapun yang berkaitan dengan proses, manipulasi, pengelolaan dan mengkomunikasikan
sesuatu dari perangkat yang satu ke yang lainnya juga disebut TIK. Produk TIK sangan
banyak jenisnya, bisa berbentuk internet, radio, televisi, video, conference class, e-learning, e-
book, edu software / games, alat peraga, dll.
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang re levan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan
dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Dalam materi pembekalan Dasar Informatika ada 3 (tiga) konsep yang harus
dipahami dengan benar sehingga dalam prakteknya tidak terjadi kekeliruan. Ketiga konsep
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konsep Teknologi
Dalam konsep teknologi ini ada 3 bentuk yang bisa dipahami, yaitu :
1. Teknologi sebagai Ide, yaitu teknologi yang ada dalam pikiran dalam bentuk ide-ide
ketika memikirkan, merasakan akan melakukan sesuatu.
2. Teknologi sebagai Proses Rancang Bangun, yaitu teknologi yang terlihat ketika kita
melakukan atau mengerjakan sesuatu proses yang dipikirkan sebelumnya.
14
3. Teknologi sebagai Produk Rancang Bangun, yaitu teknologi sebagai hasil dari proses
pengerjaan sesuatu, bisanya dalam bentuk alat, benda-benda tertentu, prosedur-
prosedur terntentu, atau biasanya dikelompokan menjadi perangkat keras dan
perangkat lunak.
2. Konsep Informasi.
3. Konsep Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan,
baik yang dilakukan oleh satu orang, atau antara satu seseorang dengan orang lain dengan
menggunakan media atau tanpa menggunakan media.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Informatika adalah suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu
informasi yang re levan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan
keputusan.
BAB III
Derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada
sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social,
kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh
pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Kesesuaian (compatibility) :
Derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku,
pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide
baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat
diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Selain itu, mata pelajaran TIK merupakan salah satu mata pelajaran wajib sekarang ini.
Melihat kebutuhan dan perkembangan zaman terhadap computer, memberikan suatu
pandangan kepada para siswa bahawa mempelajari
15 TIK adalah suatu kebutuhan.
3. Kerumitan (complexity) :
Derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan
digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan
digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
16
Derajat dimana suatu inovasi dapat diuji coba batas tertentu. Suatu inovasi yang
dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi,
agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan
(mendemonstrasikan) keunggulannya.
Derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah
seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau
sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar
keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan
kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi siswa
2. Bagi guru
DAFTAR PUSTAKA
Everett M. Rogers. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A Division of
Macmillan Publishing Co. Inc
Roger M & Shoemaker F. Floyd. (1971). Communication of Innovation. New York: The Free
Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.
18
19
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofis Teori dan Aplikasi.
http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-kontekstual.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20model%20pembelajaran
%20kontekstual&source=web&cd=8&sqi=2&ved=0CFsQFjAH&url=http%3A%2F
%2Frepository.upi.edu%2Foperator%2Fupload
%2Fs_e0451_055409_chapter2.pdf&ei=y6vLT73NEYPjrAeOieypDg&usg=AFQjCNHIlXn-
Kp6G6NvuwGmzrppLgB1Nuw
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20model%20pembelajaran
%20kontekstual&source=web&cd=10&sqi=2&ved=0CF0QFjAJ&url=http%3A%2F
%2Fetd.eprints.ums.ac.id
%2F8685%2F1%2FA210060123.pdf&ei=y6vLT73NEYPjrAeOieypDg&usg=AFQjCNFEqrt
FAq2FYQkfzFZnH1mLp8TlrQ
http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-
ab&q=operasi+dasar+komputer+filetype:pdf&oq=operasi+dasar+komputer+filetype:pdf&aq=
f&aqi=&aql=&gs_l=hp.3...16420.23433.7.23973.13.13.0.0.0.1.1585.5043.0j2j5j1j0j1j1j0j1.1
1.0...0.0.vyrziqPkfig&pbx=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf.osb&fp=c2fa811ecb10504d&bi
w=1366&bih=677