Ditawarkan
Disusun oleh
Ummul J. (201050701007)
Salah satu penghambat dalam proses belajar mengajar adalah keterpisahan jarak dan
waktu. Penggunaan pembelajaran berbasis virtual ini dapat menjadi solusi atau sarana dalam
pembelajaran dimasa pandemi covid-19 seperti saat ini. Dalam penerapannya, pembelajaran
berbasis virtual ini memanfaatkan komputer atau smartphon serta internet sebagai media untuk
mengakses informasi dan sumber belajarnya. Menjamurnya situs-situs mesin pencarian akan
mempermudah siswa dalam menemukan sumber belajar yang banyak serta alur proses belajar
yang beragam. Informasi yang diberikan dapat memberikan kecukupan pengetahuan bagi pencari
informasi, baik berupa gambar, teks, maupun video. Misalnya dari media online virtual
berbantuan sumber, kompas.com, branly dan lainnya.
Namun, hal ini tetap membutuhkan guru sebagai tutor yang membimbing dan menunjang
pembelajaran dengan menggunakan media online ini. Dalam menjalankan tugasnya sebagai
tutor guru dapat memanfaatkan beberapa aplikasi seperti Zoom meeting, Google class room dan
lain-lain sebagai media untuk menciptakan suasana belajar menyerupai pembelajaran dikelas,
seperti pemberian materi, pemberian tugas, bimbingan, serta melakukan penilaian terhadap
siswa. Untuk menerapkan metode pembelajaran firtual dibutuhkan kondisi-kondisi sebagai
berikut:
1. Perubahan paradigma, Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication
Technology) akan berhasil apabila paradigma yang berorientasi pada guru diubah menjadi
paradigma yang berorientasi pada siswa. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar, melainkan berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa. Dengan melakukan
virtual learning siswa memiliki akses informasi secara luas.
2. Perubahan sistem operasional kerja dan struktur organisasi. Berbeda dengan proses belajar
tatap muka yang dimana seluruh kegiatan mulai dari merancang, melaksanakan hingga
evaluasi dilakukan oleh guru, dalam penerapan media berbasis online virtual, perancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dilakukan oleh orang yang berbeda-beda. Ahli
materi akan menentukan materi yang perlu disajikan dalam bentuk online. Perancang
pembelajaran akan merancang penyajian materi dan ahli teknisi akan mengembangkan
materi dalam bentuk online. Guru berperan sebabagi tutor yang berinteraksi dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran secara online. Dalam penerapannya, siswa dituntut untuk
belajar mandiri sehingga lembaga pendidikan harus menyediakan layanan untuk mendukung
keberhasilan belajar siswa seperti penyediaan katalog, jadwal, registrasi, toko buku,
pengumuman nilai, transkrip nilai, bimbingan konseling, tutorial, laboratorium,
perpustakaan, dan lain sebagainya.
3. Melek Teknologi Informasi dan Komunikasi. Selain kemampuan keterampilan kognitif
tinggi seperti negosiasi makna, belajar sepanjang hayat, analisis refleksi, dan meta kognisi,
siswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan dasar, seperti penggunaan teknologi
komputer, keterampilan sosial online, etika online, navigasi web, dan penelusuran web.
Keterampilan tersebut dinamakan networked information and communication literacy
skills (NICLS). Terdapat tiga faktor utama yang perlu dikuasai siswa berkenaan dengan
penguasaan NICLS diantaranya:
a. Kolaborasi dan kerja sama secara online. Siswa dituntut untuk menyadari faktor sosial
yang terlibat dalam penggunaan teknologi, seperti etika online.
b. Mencari dan menemukan kembali informasi. Kemampuan ini berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam mencari dan menemukan kembali informasi dari sumber-
sumber online dengan menggunakan mesin-mesin pencari informasi di internet.
c. Menilai sumber informasi dalam Internet. Keterampilan ini berkaitan dengan
kemampuan siswa mengevaluasi secara kritis sumber informasi dan mengaitkan
informasi yang dipilih dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Untuk membantu siswa berhasil dalam virtual learning menggunakan media berbasis
online virtual, selain menguasai materi belajar dan keterampilan-keterampilan teknik, guru atau
tutor juga dituntut untuk menguasai keterampilan ICT untuk mengelola dan memfasilitasi virtual
learning. Ada empat peran utama tutor online yaitu:
1. Pedagogical/intellectual roles. Berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengolah kelas
(proses pembelajaran) sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
2. Social roles. Dimana guru dituntut untuk mengembangkan lingkungan belajar yang
bersahabat dan menyenangkan sehingga siswa merasa yakin bahwa mereka dapat
menguasai pesan pembelajaran yang diharapkan.
3. Managerial/organizational roles. Berkaitan dengan kemampuan guru menata tujuan
belajar, merancang kegiatan belajar, menyusun jadwal kegiatan belajar dan tugas-tugas,
serta menjelaskan aturan-aturan prosedural dan norma-norma pembuatan keputusan.
4. Technical roles, berkaitan dengan guru dituntut untuk mengenal, nyaman, dan menguasai
sistem dan perangkat lunak yang membentuk lingkungan belajar online.
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model Blended Learning yang
mengacu kepembelajaran berbasis ICT yaitu:
1. Seeking of Information, yaitu mencari informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia
secara online maupun offline berdasarkan relevansi, validitas, reliabilitas konten dan kejelasan
akademis. Pendidik atau fasilitator berperan memberi masukan bagi siswa untuk mencari
informasi yang efektif dan efisien.
2. Acquistion of information, yaitu siswa menemukan, memahami, serta mengaitkannya dengan
ide atau gagasan yang dipahami oleh siswa, kemudian menginterprestasikan
informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia, hingga mereka mampu
mengkomunikasikan kembali ide-ide dan hasil interprestasinya menggunakan fasilitas.
3. Synthesizing of knowledge, yaitu merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan
akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang
diperoleh.
Penerapan model blended learning harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, serta menentukan aktifitas mana yang sesuai dengan pembelajaran konvensional dan
aktivitas mana yang sesuai untuk online learning.
Blanded learning memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
1. Siswa lebih mudah dalam mengakses dan berbagi file pembelajaran dengan siswa lainya,
sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan kemampuan dan
kemandirian siswa sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing.
2. Penjadwalan kegiatan pembelajaran lebih fleksibel. Kelas tatap muka digunakan untuk
melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan
para siswa berbagai konten multimedia yang kaya akan pengetahuan kapan, dan dimana saja
selama pelajar memiliki akses internet.
3. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa.
Ada beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertisipasi siswa dalam proses belajar. Dimana dalam pembelajaran
penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkrit maupun abstrak, siswa banyak mengeksplor informasi tambahan yang diberikan.
Serta belajar merumuskan strategi tanya jawab yang sesuai untuk memperoleh informasi
yang bermanfaat dalam proses menemukan.
c. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang
efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
d. Melalui pembelajaran penemuan, keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang dipelajari lebih bermakna.
e. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih
mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Secara umum tahap pengaplikasian model pembelajaran Discovery Learning dalam kelas yaitu:
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, dan
tidak diberikan generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Tahap ini Guru
bertanya dengan mengajukan persoalan, atau meminta siswa membaca atau mendengarkan
uraian yang memuat permasalahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah tahap stimulasi, selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data collection (pengumpulan data).
Pada tahap berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis,
dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
d. Data processing (pengolahan data).
Pada tahap ini siswa membentukan konsep dan generalisasi dari data yang telah
dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan
penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis.
e. Verification (pembuktian).
Tahap ini untuk membuktikan secara cermat mengenai benar tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi
tertentu. Kemudian dirumuskan dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Adapun peranan guru dalam pembelajaran discovery learning yaitu, merencanakan dan
menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan
masalah, memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik, dan bertindak
sebagai tutor bagi siswa dalam proses memecahkan masalah, serta melakukan penilaian
terhadap hasil hasil belajar siswa.
Ada beberapa kelebihan model pembelajaran penemuan yaitu (i) Mampu meningkatkan
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving), meningkatkan motivasi, serta
mendorong keterlibatan keaktifan siswa dalam proses belajar. (ii) Siswa akan dapat mentrasfer
pengetahuannya ke berbagai konteks. (iii) Menimbulkan rasa puas bagi siswa, karena
menemukan pengetahuannya sendiri, sehingga lebih bermakna bagi mereka.
Selain kelebihan, model pembelajaran penemuan juga memiliki kekurangan yaitu (i)
Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahan fahaman antara guru dan siswa.
(ii) Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang pada umumnya,
dimana untuk seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karenaa guru itu memerlukan
banyak waktu. (iii) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. (iv) Tidak berlaku untuk
semua topik. Misalnya untuk materi pelajaran olahraga.
Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama pembelajaran. Ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penilaian proyek yaitu (i) Kemampuan siswa dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta membuat laporan hasil proyek.
(ii) Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.(iii) Keaslian yaitu proyek yang
dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir
proyek. Sehingga, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian seperti Self-assessment (penilaian diri), Peer assessment (penilaian antar siswa)
dan rubrik penilaian produk.
Sementara, Luring (luar jaringan) sebagai pengganti kata offline. Pembelajaran luring
dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak melibatkan jaringan
internet. Pembelajaran ini dilakukan dengan memanfaatkan media seperti radio, televisi, buku
dan media lain yang tidak ada koneksi dengan internet.
Pembelajaran Luring memiliki kelebihan diantaranya:
a. Tanpa harus membebani orang tua untuk menyediakan HP Android atau Laptop
b. Tanpa harus mengeluarkan biaya membeli paket data
c. Guru dapat melakukan pembentukan karakter melalui kegiatan tatap muka
Selain kelebihan Pembelajaran Luring juga memiliki Kelemahan yaitu:
a. Menyusun panduan materi dan menperbanyak atau menggandakan materi agar
kebutuhan siswa semua terpenuhi
b. Menguras waktu, tenaga dan biaya karena harus mendatangi rumah siswa masing-
masing atau menyewa jasa kurir
c. Bahan ajar yang akan dipelajari siswa terbatas.
Di era new normal seperti saat ini, sistem pendidikan pun mulai mencari suatu inovasi
untuk proses kegiatan belajar mengajar salah satunya yaitu dengan mengintegrasikan
pembelajaran daring dan luaring. Pengintegrasian pembelajaran daring dan luring dapat
dilakukan dengan memanfaarkan aplikasi via during (Whatsapp, zoom, Google Classroom,
dll) untuk wilayah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana serta akses jaringan yang
memadai, seperti daerah perkotaan. Untuk yang berada pada daerah pedesaan atau tempat
terpencil dapat mengkondisikan sesuai kelengkapan sarana dan prasarana serta akses
jaringan didaerah tersebut.
Sementara untuk pembelajaran luring dapat dilakukan dengan memanfaatkan media seperti
televisi dan radio. Untuk daerah zona hijau, Guru juga dapat melakukan pembelajaran tatap
muka seperti biasa namun dalam sistem block/ shift agar pembentukan karakter siswa dapat
dilakukan, dengan tetap mengikuti prosedur pencegahan penyebaran Covid-19.