Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP HYBRID LEARNING

1. Apasajakah prinsip-prinsip implementasi hybrid learning?


Implementasi hybrid learning memiliki beberapa prinsip, diantaranya adalah fleksibilitas
belajar, aksesibilitas belajar, kemudahan pengelolaan, dan keterterapan belajar, dan
pengembangan kemampuan belajar mandiri..

Fleksibilitas belajar:
Generasi milenial memiliki kebiasaan mengakses berbagai social media dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak jarang mereka juga mendapatkan sumber belajar yang menarik dalam
social media. Dengan adanya sumber belajar online sebagai pelengkap pembelajaran tatap
muka dalam hybrid online, mereka akan lebih fleksibel dalam memilih sunber belajar sesuai
dengan kebutuhan belajar mereka.
Beberapa siswa menyukai video pembelajaran , sementara yang lain lebih menyukai bahan
ajar interaktif dan bahan bacaan. Dengan hybrid learning ini siswa akan memiliki
kesempatan untuk menentukan pilihan belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-
masing.

Siswa dapat memilih sendiri sumber belajar yang disukai

Aksesibilitas belajar:
Era saat ini tersedia banyak sekali sumber belajar yang bisa kita dapatkan secara online.
Sumber belajar tersebut sangat bagus untuk menunjang kebutuhan belajar siswa. Dalam
pembelajaran tatap muka, sering kali sumberbelajar semacam itu tidak diketahui oleh
siswa. Guru dan juga sekolah seringkali juga tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan sumberbelajar semacam itu karena alasan waktu dan biaya. Jika sumber
belajar seperti itu dilibatkan dalam pembelajaran hybrid, tentu saja akan sangat bermanfaat
bagi belajar siswa. Misalnya seorang guru memberikan link pada bahan onlinya pada suatu
materi di luar negeri yang berisi animasi dan simulasi gerak harmonic sederhana. Tentu saja
hal itu sangat membantu siswa dalam belajar. Bukan tidak mungkin dengan rangsangan
seperti itu siswa akan dapat menemukan sumber belajar yang lebih baik dan lebih menarik.
Tanpa adanya link semacam itu, siswa mungkin juga bisa menemukan sumber belajar,
namun dengan hybrid online akan lebih terarah dan lebih efektif.

Dengan hybrid learning siswa dapat terhubung dengan berbagai media yang menarik

Kemudahan pengelolaan pembelajaran:


Penyelenggaraan pembelajaran hybrid yang memungkinkan siswa untuk dapat
mengumpulkan tugas dan mengerjakan tes secara online dapat memudahkan guru dalam
mengelola pembelajaran. Guru tidak perlu lagi menyimpan kertas kertas tugas atau lembar
ujian. Sistem akan mengelola semua tugas dan juga memberikan feedback secara spesifik.
Berbagai informasi tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa juga dapat dengan mudah
dilihat oleh guru.
Sebagai contoh, guru dapat dengan mudah mengetahui apakah siswa mengumpulkan tugas
atau tidak, terlambat ataukah tidak dll.
Management pembelajaran lebih bagus

Keterterapan:
Implementasi hybrid online sangat layak dilaksanakan mengingat saat ini perangkat untuk
mengakses web bukan merupakan barang yang mahal. Hampir semua keluarga memiliki
handphone dan juga computer. Selain itu hybrid online juga dapat bersifat memanfaatkan
sumber belajar yang tersedia di internet, sehingga tidak ada kendala bagi sekolah terkait
dengan biaya pengembangan sumber belajar.

Keterhubungan:
Dengan melibatkan pembelajaran online, siswa juga memiliki kesempatan untuk terhubung
dengan siswa lain dikelasnya dan juga d iluar kelas. Sebagai contoh, ketika siswa
mempelajari tentang sensor, mungkin saja siswa bisa menemukan sumber belajar dari
komunitas pelajar yang menyukai sensor dan robotika. Jadi siswa memiliki kesempatan
untuk berkomunikasi dengan orang lain, bahkan berkomunikasi dengan ahli-ahli
dibidangnya. Ini merupakan salah satu kelebihan yang tidak dimiliki dalam pembelajaran
tatap muka konvensional.

Pembelajaran hybrid mendorong interaksi dengan dunia di luar kelas.


Pengembangan long life learner:
Dengan penerapan pembelajaran hybrid, kesempatan siswa untuk belajar secara mandiri
dengan memanfaatkan lingkungan belajar web akan semakin besar. Siswa juga dapat
memilih berbagai sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini akan
mendorong kemampuan mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan tumbuh menjadi
seorang pembelajar sepanjang hayat.

2. Apa yang menjadi kelemahan hybrid learning?


Selain memiliki beberapa kelebihan, implementasi hybrid learning juga memiliki beberapa
kekurangan. Beberapa kekurangan implementasi pembelajaran hybrid diantaranya adalah
sebagai berikut.

Beban sarana dan biaya:


Penambahan unsur online pada pembelajaran tatap muka tentu saja memerlukan sarana
dan prasarana. Implementasi membutuhkan perangkat computer dan sambungan internet
yang umumnya tidak dispelukan pada pembelajaran tatapmuka konvensional. Jadi siswa
perlu memiliki perangkat yang terhubung ke internet seperti computer dengan modem,
tablet, atau sejenisnya. Selain itu juga muncul biaya tambahan jaringan internet yang
didaerah tertentu terbilang tidak murah.

Melonjaknya beban kerja siswa:


Implementasi pembelajaran hybrid memungkinkan guru untuk memberikan berbagai
kegiatan di luar pembelajaran tatap muka. Jika hal seperti ini dilakukan oleh semua mata
pelajaran, bukan tidak mungkin terjadi beban kerja siswa yang overload. Berkaitan dengan
hal ini, perlu dilakukan koordinasi antar mata pelajaran, bahkan jika mungkin diterapkan
tugas bersama yang dapat.

Guru perlu melek digital:


Penerapan pembelajaran hybrid mensyaratkan guru dan siswa melek digital. Terutama guru
karena guru harus mampu memanfaatkan salah satu Learning Management System (LMS)
untuk melaksanakan berbagai kegiatan online. Salah satu yang dapat digunakan oleh guru
adalah moodle. Selain itu guru perlu memiliki kemampuan memilih dan juga
mengembangkan sumber belajar. Idealnya guru pelaksana pembelajaran hybrid adalah guru
yang bisa mengembangkan e-learning. Yang menjadi masalah, banyak guru yang mengalami
kesulitan dalam memanfaatkan berbagai fasilitas web ini. Sementara pelatihan terkait
dengan literasi digital ini perlu waktu yang tidak sedikit.

3. Bagaimana kiat agar pembelajaran hybrid efektif?


Beberapa kiat yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan merefleksikannya setelah
pembelajaran
- Mendorong rasa ingin tahu siswa melalui berbagai fenomena
- Mendorong interaksi siswa melalui tugas proyek dan diskusi kelompok secara online
- Mendorong diversifikasi tugas belajar secara online
- Pemanfaatan perangkat yang sesuai missal youtube, khan akademi dll
4. Bagaimana hybrid learning dilaksanakan?
Pelaksanaan hybrid learning ada beberapa ragam.
Flip learning, pembelajaran berganti ganti antara tatap muka dengan e-learning. Misalnya
pada pertemuan pertama tatap muka, tapi pada pertemuan kedua e-learning. Model ini
umumnya dilaksanakan dalam perkuliahan, dan tidak sesuai untuk sekolah menengah.

Model yang kedua adalah hybrid dengan model sebagian waktu dilaksanakan dengan
tatapmuka, sementara sebagian lain dilaksanakan secara online. Ini juga sesuai dengan
perkuliahan dan tidak sesuai untuk sekolah menengah. Misalnya pertemuan membutuhkan
waktu 2 jam, maka yang 1 jam digunakan tatapmuka dan sebagaian lain dilaksanakan secara
e-learning.
Model yang ke tiga adalah pembelajaran hybrid dengan cara melaksanakan secara penuh
tatapmuka namun dengan ditambahkan pembelajaran e-learning untuk menutup
kekurangan atau menyempurnakan. Misalnya pada tatap muka tidak semua pertanyaan
siswa dapat dijawab oleh guru. Hal ini dapat diatasi dengan pemanfaatan e-learning. Model
ini sesuai untuk diterapkan di sekolah menengah maupun perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai