Anda di halaman 1dari 7

A.

Pendahuluan
1. Pengertian

Asas continuous progress adalah salah satu asas penting dalam kurikulum
Sekolah Pembangunan dimana asas ini telah di dirumuskan pada workshop pada
tanggal 19 s/d 24 Juli 1971 di Jakarta. Hal ini sebagai titik permulaan
berkembangnya asas continuous progress dalam dunia pendidikan di Indonesia,
yang secara langsung juga telah mempengaruhi pemikiran-pemikiran dalam
pembaharuan pendidikan, khususnya pembaharuan kurikulum. Namun dalam
penerapannya belum menunjukan banyak kemajuan. Salah satu sebab utama
kesulitan penerapan asas tersebut adalah karena telah bercokol kuatnya tradisi
pengajaran klasikal dalam sistem pendidikan.

Penerapan asas continuous progress telah dipelopori pertama kali oleh Dr.
Pakasi dalam bentuk pengelolaan kelas berdasarkan achievement grouping.
Penerapan tersebut telah menarik perhatian banyak pihak. Asas ini hampir tidak
dikenal diluar lingkaran Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Dalam workshop
Sekolah Pembangunan asas ini dirumuskan sebagai”suatu pola kurikulum yang
memungkinkan peserta didik secara individual dan secara kontinu mengikuti suatu
program pendidikan menurut daya kemampuan dan irama perkembangannya dan tidak
harus dihambat oleh teman-temannya yang lebih rendah kemampuannya dan tidak harus
mengikuti kecepatan yang dimiliki oleh siswa yang lebih berbakat dalam kemampuan dan
minatnya untuk suatu bidang kegiatan pendidikan. Jadi p engertian dari Asas maju
berkelanjutan (continuous progress) adalah memberi kemungkinan kepada murid untuk
mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

1
B. Pembahasan
2.1. Irama Belajar Individu
1) Pengertian

Asas continuous progress didasarkan atas kenyataan, bahwa irama proses


belajar manusia itu bersifat individual. Variabilita irama proses belajar siswa-
siswa dalam suatu kelas adalah sebanyak siswa dalam kelas tersebut, baik ditinjau
dari sudut waktu maupun taraf penguasaan bahan. Kenyataan ini dapat
dianalogikan dengan perlombaan balap lari, masing-masing pelari akan tiba di
garis finis pada waktu yang berbeda. Maka jarak jauh yang ditempuh makin
Nampak perbedaan antara masing-masing pelari, makin besar perbedaan antara
pelari tercepat dengan pelari terlambat. Dari contoh diatas dapat ditemukan dua
kenyataan penting, yaitu: sisa waktu dan learning gap. Siswa waktu adalah siswa
waktu yang dimiliki oleh pelari yang cepat karena dia telah berlari lebih cepat dari
pada yang lain semisal dalam pembelajaran ini adalah siswa yang lebih cepat
dalam mengusai materi dari waktu yang telah ditentukan. Sedangkan learning gap
adalah materi pelajaran yang dikuasai oleh siswa yang lamban meskipun jatah
waktu yang diberikan untuk penguasaan materi tersebut telah habis.
Kenyataan adanya sisa waktu dan learning gap dalam mempelajari satua-
satuan program pengajaran itu mengandung konsekuensi yang penting dalam
penglolaan kurikulum dan proses pembelajaran.

2.2. Perbedaan Pengajaran Klasikal dan Individual


1) Pengajaran klasikal
Pengajaran klasikal adalah pengajaran yang diberikan kepada sekelompok
siswa bersama-sama. Ciri-ciri pengajaran klasikal antara lain, adalah:
a. Seseorang atau beberapa guru yang terdiri atas sejumlah siswa
b. Siswa-siswa itu sebaya dalam usianya
c. Pada waktu yang sama guru memberikan pelajaran yang sama pada siswa-
siswa tersebut, dan mereka mengerjakan tugas yang diberikan bersama-
sama pula
d. Pada awal tahun kelas tersebut memulai awal program pengajaran secara

2
bersama-sama, dan pada akhirnya tahun pelajaran sebagian besar diantara
mereka naik kelas secara bersama-sama pula, kecuali beberapa siswa yang
dianggap “gagal” yang harus tinggal kelas.
Dasar pemikiran klasikal adalah karena terdiri dari siswa-siswa yang sebaya,
padahal siswa-siswa tersebut relative memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan
taraf kepandaian yang sama pula maka dapat diberikan program pengajaran yang
sama dan diberikan tuntutan yang sama pula. Memang ada perbedaan antara
kemampuan setiap siswa tapi perbedaan tersebut tidak dianggap sehingga dapat
diabakan pengajarn ini lebih menitik beratkan persamaan daripada perbedaan
diantara siswa-siswa dalam kelas.

2) Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah pengajaran yang diselenggarakan sedemikian
rupa sehingga setiap siswa terlibat dalam setiap proses belajar itu dengan hal-hal
yang paling berharga bagi dirinya sendiri secara individu. Pengajaran individual
merupakan usaha untuk manyajian kondisi belajar yang optimum bagi masing-
masing individu. Dalam arti ini, pengajaran individual itu dapat dilaksanakan
kepada sekelompok siswa (kelas) namun dengan mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa sehingga pengajaran itu
memungkinkan berkembangnya petensi masing-masing siswa secara optimal.
Continuous progress itu dasarnya ialah pengkuan adanya perbedaan
individual. Konsekuensi penerapan asas ini dalam pengajaran ialah pengajaran
individual. Pengajaran individual merupakan koreksi atas kelamahan-kelamahan
yang melekat pada pengajaran klasikal.

2.3 Usaha Ke Arah Pengajaran Individual


1. Dalton Laboratory Plan. Dalam Dalton Plan ini masing-masing siswa dapat
maju menurut irama kecepatannya masing-masing dalam mempelajari
berbagai macam mata pelajaran yang telah ditentukan sebagai “kontrak”
untuk kegiatan bulanan.
2. Winnetka Plan. Dalam Winnetka Plan itu masing-masing siswa dapat
mengikuti irama belajarnya sendiri dalam bidang mata pelajarannya.

3
3. Project Method. Dalam Project Method ini meskipun penyelesaian suatu
proyek dilakukan melalui kegiatan kerjasama, namun proses belajar dapat
bersifat individual sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing
siswa.

2.4 Asas Continuous Progress dan Mastery Learning


Asas continuous progress akan lebih mudah dipahami bila dihungkan dengan
konsep “mastery learning”. Asas continuous progress adalah asas dalam proses
pembelajaran berdasarkan atas asas dimana masing-masing siswa belajar menurut
irama kecepatannya sendiri. Apabila seorang siswa telah menyelesaikan suatu
program pengajaran lebih cepat dari teman-temannya, dia dapat berpindah pada
program pengajaran berikutnya, apakah itu berupa program pengayaan maupun
program inti kelanjutannya. Yang dimaksud dengan “menyelesaikan sesuatu
program pengajaran” tentunya bukan sekedar selesai dalam arti waktu, melainkan
telah “memahami atau menguasai program pengajaran” tersebut. Ini berarti siswa
tersebut telah mencapai taraf penguasaan (mastery level) yang telah ditentukan.
Yang dimaksud dengan mastery learning adalah dalam proses pembelajarn
siswa telah menguasai program pengajaran sampai pada taraf penguasaan yang
telah ditentukan. Apabila taraf penguasaan tersebut telah dicapai, siswa yang
bersangkutan dapat berpindah pada program pengajaran berikutnya. Dalam rangka
penerapan asas continuous progress, perpindahan dari suatu program ke program
pengajaran berikutnya dengan sendirinya tidak perlu bersama-sama. Dengan
sendirinya hal itu akan terjadi dengan mudah dalam suasana pengajaran
individual, khususnya dalam Pengajaran Modu. Cara belajar seperti ini sulit bila
diterapkan dalam metode pengajaran klasikal.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis
kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang
paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu
sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika
dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik

4
akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak
diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan
secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum
optimal. Block (1971) menyatakan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik
sebagai berikut:
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of
learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan
(time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time
needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.

2.5 Metode Pembelajaran Mastery Learning


Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual,
dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik
(klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara
optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
 mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
 membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
 mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas
adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer
instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi
metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan
sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram,
buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter,
1996).

5
C. Penutup
C.1. Kesimpulan
Asas continuous progress adalah asas dalam proses pembelajaran
berdasarkan atas asas dimana masing-masing siswa belajar menurut irama
kecepatannya sendiri. Apabila seorang siswa telah menyelesaikan suatu program
pengajaran lebih cepat dari teman-temannya, dia dapat berpindah pada program
pengajaran berikutnya, apakah itu berupa program pengayaan maupun program
inti kelanjutannya. Asas continuous progress didasarkan atas kenyataan, bahwa
irama proses belajar manusia itu bersifat individual. Variabilita irama proses
belajar siswa-siswa dalam suatu kelas adalah sebanyak siswa dalam kelas tersebut,
baik ditinjau dari sudut waktu maupun taraf penguasaan bahan.
Dasar pemikiran klasikal adalah karena terdiri dari siswa-siswa yang
sebaya, padahal siswa-siswa tersebut relative memiliki perhatian, minat,
pengalaman, dan taraf kepandaian yang sama pula maka dapat diberikan program
pengajaran yang sama dan diberikan tuntutan yang sama pula. Memang ada
perbedaan antara kemampuan setiap siswa tapi perbedaan tersebut tidak dianggap
sehingga dapat diabakan pengajarn ini lebih menitik beratkan persamaan daripada
perbedaan diantara siswa-siswa dalam kelas.
Pengajaran individual merupakan usaha untuk manyajian kondisi belajar
yang optimum bagi masing-masing individu. Dalam arti ini, pengajaran individual
itu dapat dilaksanakan kepada sekelompok siswa (kelas) namun dengan mengakui
dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa sehingga
pengajaran itu memungkinkan berkembangnya petensi masing-masing siswa
secara optimal.

6
Daftar Rujukan

Depdiknas. 2008. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery-


Learning). Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah.
Hernawan, Asep. 2008. Makna Ketuntasan Dalam Belajar. Jakarta: FIP UPI.
Vembriarto. 1982. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
Paramita.
Sekretariat Panitia Workshop. 1971. Workshop Sekolah Pembangunan. Jakarta:
Sekretariat Panitia Workshop.

Anda mungkin juga menyukai