Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
oleh :
Makalah Psikologi Pendidikan ini kami susun sesuai dengan bahan ajar yang
digunakan, seperti buku tentang Psikologi Pendidikan dan buku-buku lainnya yang
sesuai dengan metode pembelajaran siswa serta dari beberapa jurnal dan internet yang
berkaitan. Adapun kami sempat mengalami kesulitan dalam penyusunan makalah ini
tetapi Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat memenuhi kriteria makalah yang baik,
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar yang bermanfaat dalam
pembelajaran, tidak hanya sebagai teori saja tetapi juga dapat kita implementasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang
nyaman, menyenangkan dan efektif bagi siawa dan pendidik/pengajar. Dan kami pun
berharap dengan adanya makalah ini permasalahan tentang proses pembelajaran yang
kurang efektif dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu
koreksi dari bapak selaku dosen sangat kami hargai dan semoga ke depannya kami
dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
IDENTITAS BAB .......................................................................................................................... 3
Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................................................................... 4
Rumusan Ide-ide Pokok ............................................................................................................ 7
Pengayaan ................................................................................................................................. 8
Komentar/Analisis................................................................................................................... 15
Aplikasi dalam praksis Pendidikan Indonesia ......................................................................... 16
Permasalahan untuk diteliti .................................................................................................... 18
Referensi ................................................................................................................................. 19
2
IDENTITAS BAB
Judul Bab : Mengakomodasi Pengajaran untuk Memenuhi Kebutuhan
Perorangan
Penebit : PT Indeks
3
Ruang Lingkup Pembahasan
Pengajaran yang efektif sangat dibutuhkan oleh para siswa. Untuk
membuat pengajaran yang efektif bagi semua siswa, perlu adanya
penyesuaian agar dapat memenuhi kebutuhan mereka yang berbeda-beda.
Pelajaran terbaik di dunia ini tidak akan berhasil jika siswanya tidak
termotivasi untuk memelajari atau jika tidak disediakan waktu yang memadai
untuk memungkinkan semua siswa belajar. Menurut Model Pembelajaran
Sekolah John Carroll keefektifan pengajaran bergantung pada waktu yang
dibutuhkan (fungsi kepandaian dan kemampuan siswa untuk memahami
pengajaran) dan waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar (yang
bergantung pada waktu yang tersedia, kualitas pengajaran, dan ketekunan
siswa).
4
Salah satu pengajaran yang efektif ialah Pengajaran individualisasi,
dimana pengajaran ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa tertentu yang
masing-masing siswanya bekerja dengan tingkat kepandaian dan kecepatan
mereka sendiri beberapa cara mengindividualisasikan pengajaran ialah dengan
Pengajaran pribadi teman sebaya, pengajaran pribadi orang dewasa dan
pengajaran yang dibedakan semuanya adalah metode untuk
mengindividualisasikan pengajaran.
Siswa yang berisiko adalah setiap siswa yang mungkin akan gagal
secara akademis karena salah satu alasan yang berasal dari siswa tersebut atau
karena lingkungan maupun karena tanggapan yang tidak memadai terhadap
kebutuhan mereka oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat. Alasannya
beragam dan dapat meliputi kemiskinan.
5
disekolah yang mempunyai banyak siswa yang berpenghasilan rendah.
Layanan tambahan meliputi program pencopotan, program pengajaran
pribadi, dan program kemajuan berkesinambungan. Riset mendukung
keefektifan banyak program pencegahan dan intervensi seperti Reading
Recovery, dan program reformasi sekolah komprehensif seperti Succes for All,
School Development Program, Amerca’s Choice, dan Direct Instruction.
6
Rumusan Ide-ide Pokok
Dalam bab Mengakomodasi Pengajaran Untuk memenuhi Kebutuhan
Perorangan ini terdapat beberapa rumusan ide-ide pokok diantaranya :
Pertama tentang Unsur-unsur Pengajaran yang Efektif selain
Pengajaran yang Baik didalamnya dijelaskan cara mengelola perilaku siswa,
mengelompokan siswa untuk pengajaran, dan cara menilai pembelajaran
siswa, serta dipaparkan tentang model pembelajaran John Carroll (QAIT).
Kedua mengenai Pengelompokkan Siswa untuk Mengakomodasi
Perbedaan Pencapaian didalamnya terdapat beberapa strategi yang dapat
pendidik gunakan untuk mengelompokkan siswa saat mengikuti pembelajaran
dikelas.
Ketiga tentang Beberapa Cara Mengindividualisasikan Pengajaran
yang dapat diberikan oleh teman sebaya maupun orang dewasa dan tentang
pengajaran yang dibedakan.
Keempat mengenai Penggunaan Teknologi ke Bidang Pendidikan,
didalamnya memuat beberapa sarana teknologi yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran.
Kelima tentang Program Pendidikan yang Tersedia untuk Siswa yang
ditempatkan ke dalam Risiko atau siswa yang rentan dengan kegagalan karena
faktor-faktor tertentu.
7
Pengayaan
Cara yang dapat diterapkan dalam mengakomodasi pembelajaran
siswa selain yang telah dibahas sebelumnya adapula metode-metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengakomodasi pengajaran siswa
yang mengalami perbedaan pencapaian diantaranya dapat kita terapkan
metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif
memuat ide tentang siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung
jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama
baiknya. Salah satu teknik pembelajaran Kooperatif yang diteliti dan
dikembangkan oleh John Hopkins University ialah Metode Student Team
Learning atau Metode Pembelajaran Tim Siswa (PTS).
8
kelas yaitu Student Team-Achivement Division (STAD) atau Pembagian
Pencapaian Tim Siswa, Team-Games-Tournament (TGT) atau Turnamen
Game Tim dan Jigsaw II (Teka-teki II). Dua prinsip lainnya merupakan
kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata
pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu : yaitu Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) atau Mengarang dan Membaca Terintegrasi
yang Kooperatif yang digunakan untuk pelajaran membaca pada kelas 2-8,
dan Team Accelerated Instruction (TAI) dapat digunakan untuk mata
pelajaran matematika pada kelas 3-6.
9
kegembiraan sehingga siswa dapat bermain sambil belajar. Dalam turnamen
ini siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya. Permainan ini dimainkan oleh empat
orang siswa di meja turnamen dimana tiga orang siswa diantaranya memiliki
rekor nilai matematika terakhir yang sama. Peraih rekor tertinggi dalam tiap
meja turnamen akan mendapat 60 poin dari tim lain untuk timnya, tim dengan
tingkat kinerja tertinggi akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
lainnya sama seperti halnya dalam STAD. Dalam pemain ini setiap tim
mempunyai kesempatan sukses yang sama.
Jigsaw II, metode pembelajaran ini adalah adaptasi dari teknik teka-
teki Elliot Aronson (1978). Dalam Jigsaw II siswa bekerja sama secara
berkelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang sama halnya
dengan STAD dan TGT, namun memiliki latar belakang yang berbeda. Dalam
metode ini siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain
yang bersifat penjelasan terperinci seperti tentang bidang studi sosial maupun
biografi. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak menjadi ahli dalam aspek
tertentu dari tugas membaca tersebut. Misalnya dalam unit pelajaran tentang
Mexico, salah satu siswa dalam masing-masing tim dipilih untuk menjadi ahli
sejarah, yang lain ada yang menjadi ahli ekonomi, ahli geografi, dan ahli
budaya. Setelah membaca materinya para ahli dari tim berbeda bertemu untuk
mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas lalu setelah selesai mereka
kembali kepada tim nya masing-masing dan menjelaskan topik mereka kepada
teman satu timnya. Diakhir pembelajaran diadakan kuis atau bentuk penilaian
lainnya untuk semua topik.
10
matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang
belum siap menerima materi aljabar lengkap).
11
berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan
membaca dan menulis, siswa juga akan mendapatkan kesempatan sukses yang
sama karena mereka belajar sesuai tingkat kemampuan mereka sendiri.
12
asal dan kelompok ahli, kemudian tahap keempat diberikan kuis pada setiap
akhir pembelajaran untuk mengukur kepahaman setiap anggota kelompok
mengenai pembelajaran yang mereka terima, tahap terakhir adalah pemberian
skor perkembangan dan penghargaan untuk masing-masing kelompok.
Setelah motivasi yang kuat dari siswa untuk belajar dan mendapatkan
pendidikan serta metode pembelajaran yang baik telah diterapkan dan
13
digunakan, hal penting lainnya yang juga dapat membantu pencapaian siswa
ialah Manajemen Kelas. Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan
kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002, Everston, Emmer, dan
Worsham, 2003), manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap
pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosisal (Charles
dan Senter 2002). Maka dari itu kita sebagai pendidik harus memberikan
keleluasaan pada siswa dalam keterlibatannya didalam kelas sehingga siswa
tidak pasif dan hanya duduk diam selama mengikuti proses pembelajaran,
tetapi siswa dapat berpartisipasi aktif selama kegiatan belajar dan mengajar.
14
Komentar/Analisis
Bab Mengakomodasi Pengajaran untuk Memenuhi Kebutuhan
Perorangan ini sangat bagus kita pelajari, karena sebagai calon pengajar kita
diberi pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran yang dapat kita
aplikasikan dalam pengajaran. Namun, pemberian solusi pada setiap metode
didalam bab ini masih belum terpaparkan secara baik. Sehingga, masih sering
munculnya tanggapan-tanggapan berbeda dalam memahami setiap metode-
metode yang berada didalam bab ini untuk diaplikasikan.
1. Teknologi
Teknologi merupakan alat untuk pembelajaran yang umum dan
sudah tak asing lagi didengar oleh telinga kita. Namun, hanya
beberapa sekolah yang memiliki fasilitas alat untuk proses
pembelajaran yang berupa teknologi yang sangat berperan aktif
dalam proses pembelajaran pada masa kini dan bahkan teknologi
ini justru masuk kedalam mata pelajaran yang wajib ada disetiap
sekolah, yaitu :
a. sekolah dasar (SD)
pada masa ini, siswa diajarkan fungsi-fungsi teknologi itu
sendiri. Seperti apa fungsi komputer, bagian-bagian apa saja
yang berada didalam komputer tersebut.
b. Sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA)
Pada masa ini, siswa sudah mulai mengaplikasikan teknologi
yang berupa komputer kedalam proses pembelajarannya.
Seperti, membuat makalah, menggunakan teknologi dalam
15
proses pembelajaran yang berupa presentasi, menggunakan
teknologi untuk mengerjakan tugas dan lain-lainnya.
2. Pengelompokkan suatu pembelajaran
Pengelompokkan suatu pembelajaran adalah pengelompokkan
yang sudah terprogram, terencana, dan juga tertata, sehingga tidak
akan merugikan siswa dan secara psikologis tidak akan membuat
siswa merasa terbebani dan dipermalukan dengan adanya
pengelompokkan dalam proses pembelajaran tersebut. Namun
faktanya, masih ada saja sekolah yang membuat program
pengelompokkan belajar yang tidak sesuai dengan aturan-aturan
yang mengacu terhadap pembahasan didalam bab ini, bahkan ada
juga yang mengacu kepada bab ini, hanya saja terjadi sebuah
kesalahan pemahaman metode yang berada didalam bab ini.
Sehingga terjadi yang pelencengan metode dari bab ini. Sehingga
pengelompokkan tersebut menimbulkan dampak-dampak negatif
kepada siswanya, terutama dampak negatif yang berupa psikologis
siswa tersebut.
1. Quality of instruction
Contohnya adalah pada proses pembelajaran, guru kadang-kadang
memberikan pertanyaan untuk melihat seberapa banyak
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Jika jawaban-jawaban
menunjukkan bahwa siswa tetap mengingat pelajaran, guru
mungkin akan cepat sedikit. Tetapi jika siswa menjawab dengan
16
kesulitan, guru dapat mengulang kembali hal-hal yang dianggap
sulit dan bicara lebih perlahan-lahan.
2. Appropriate levels of instruction
Contohnya adalah seorang guru mungkin memberikan semua
siswa materi pelajaran yang tepat untuk kebutuhan individu
mereka dengan memberikan kebebasan belajar sesuai dengan
kemampuan mereka sendiri. Ini menyelesaikan masalah dengan
penyesuaian tingkat kemampuan, tetapi menimbulkan masalah
baru yang lebih serius karena mengatur kegiatan sebanyak 30
siswa yang berbeda-beda bukan pekerjaan mudah. Jika guru
sedang bekerja dengan kelompok yang kemampuan belajarnya
rendah, maka kelompok yang sedang atau yang tinggi menjadi
terlantar.
3. Incentive
Contohnya adalah pada saat proses pembelajaran, dimana guru
membuka sesi diskusi atau pertanyaan untuk para siswanya guna
meningkatkan motivasi siswa tersebut dalam belajar dan membaca
atau mempelajari materi yang sedang dibahas dengan
menggunakan imbalan-imbalan. Seperti pujian, hadiah, dan lain-
lainnya.
4. Time
Contohnya adalah sejumlah waktu untuk mengajar yang dibuat
oleh guru dan kemudian betul-betul digunakan untuk mengajar,
dan waktu yang disediakan untuk siswa supaya mereka
memperhatikan pelajaran.
17
Permasalahan untuk diteliti
permasalahan yang layak untuk diteliti diantaranya ialah Penggunaan
teknologi sebagai alat pembelajaran belum digunakan secara optimal oleh
seluruh sekolah yang ada di Indonesia khususnya sekolah-sekolah yang
berada di wilayah terpencil. Kualitas guru dalam penerapan metode
pembelajaran belum maksimal sehingga pengaplikasian metode-metode
pengajaran belum berjalan dengan sebaik-baiknya. Kurangnya pemahaman
guru terhadap siswa yang memiliki kemampuan rendah karena tidak adanya
proses pendekatan dalam pembelajaran. Selain itu guru juga kurang
menguasai materi yang akan disampaikannya kepada siswa, guru tidak kreatif
dalam menyampaikan bahan pembelajaran sehingga dapat membuat siswa
menjadi bosan terhadap kegiatan pembelajaran, guru juga kurang terlibat
dalam memotivasi siswanya dan sering lupa memberitahukan tujuan
pembelajaran terhadap siswa sehingga banyak siswa yang tidak mengetahui
manfaat dari proses pembelajaran tersebut dan terkadang malah tidak
peduli/mengabaikan pelajaran tersebut. Permasalahan lainnya juga guru
kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan kurang mengajak
siswanya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain
itu juga adanya kesalahan penerapan Kurikulum pelajaran yang tidak sesuai
dengan keadaan siswa/adanya pengelompokkan siswa yang tidak seharusnya
dilakukan.
18
Referensi
Anton. (2009). Pembelajaran Efektif Model QAIT. [online]. Tersedia :
http://pakanton.blogspot.com/2009/05/pembelajara-efektif-model-
qait.html?m=1
Bahagia, Johan Putra. (2011). Meningkatkan hasil Belajar melalui
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dengan alat peraga pada
siswa kelas V SDN Kranjingan 05 Jember. Volume 1, nomer 1,
September 2011.
Daryanto. (2010). Belajar dan mengajar. Bandung : Yrama Widya.
Miswanto. (2011). Penerapan Model Pembelajaran berbagai proyek pada
materi Program Linear siswa kelas X SMK N Singosari (STAIN
Tulungagung). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang. Volume 1, nomer 1, September 2011.
Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media
Goup.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Lerning teori, riset dan praktik.
Bandung : Nusa Media.
Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan teori dan praktik. Jakarta : PT
Indeks.
Suwarno, Wiji. (2009). Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz
media.
19