Anda di halaman 1dari 20

MENGAKOMODASI PEMBELAJARAN SISWA

(Laporan Bab Mengakomodasi Pengajaran Untuk memenuhi Kebutuhan


Perorangan)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengajar : Drs. Sudaryat KD301

oleh :

Inggri Dwi Rahesi (1300935)

Yury Purnama Indah (1301191)

Herameita Arafah (1306531)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kami sampaikan puja puji


kepada Allah Swt. yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada
nabi besar kita Muhammad saw.

Makalah Psikologi Pendidikan ini kami susun sesuai dengan bahan ajar yang
digunakan, seperti buku tentang Psikologi Pendidikan dan buku-buku lainnya yang
sesuai dengan metode pembelajaran siswa serta dari beberapa jurnal dan internet yang
berkaitan. Adapun kami sempat mengalami kesulitan dalam penyusunan makalah ini
tetapi Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Kami berharap makalah ini dapat memenuhi kriteria makalah yang baik,
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar yang bermanfaat dalam
pembelajaran, tidak hanya sebagai teori saja tetapi juga dapat kita implementasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang
nyaman, menyenangkan dan efektif bagi siawa dan pendidik/pengajar. Dan kami pun
berharap dengan adanya makalah ini permasalahan tentang proses pembelajaran yang
kurang efektif dapat terselesaikan.

Kami menyadari makalah ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu
koreksi dari bapak selaku dosen sangat kami hargai dan semoga ke depannya kami
dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Bandung, 19 Oktober 2013

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
IDENTITAS BAB .......................................................................................................................... 3
Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................................................................... 4
Rumusan Ide-ide Pokok ............................................................................................................ 7
Pengayaan ................................................................................................................................. 8
Komentar/Analisis................................................................................................................... 15
Aplikasi dalam praksis Pendidikan Indonesia ......................................................................... 16
Permasalahan untuk diteliti .................................................................................................... 18
Referensi ................................................................................................................................. 19

2
IDENTITAS BAB
Judul Bab : Mengakomodasi Pengajaran untuk Memenuhi Kebutuhan
Perorangan

Judul Buku : Psikologi Pendidikan (teori dan praktik)

Pengarang : Robert E. Slavin

Penebit : PT Indeks

Tahun Terbit : 2011

Kota Terbit : Jakarta

3
Ruang Lingkup Pembahasan
Pengajaran yang efektif sangat dibutuhkan oleh para siswa. Untuk
membuat pengajaran yang efektif bagi semua siswa, perlu adanya
penyesuaian agar dapat memenuhi kebutuhan mereka yang berbeda-beda.
Pelajaran terbaik di dunia ini tidak akan berhasil jika siswanya tidak
termotivasi untuk memelajari atau jika tidak disediakan waktu yang memadai
untuk memungkinkan semua siswa belajar. Menurut Model Pembelajaran
Sekolah John Carroll keefektifan pengajaran bergantung pada waktu yang
dibutuhkan (fungsi kepandaian dan kemampuan siswa untuk memahami
pengajaran) dan waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar (yang
bergantung pada waktu yang tersedia, kualitas pengajaran, dan ketekunan
siswa).

Model QAIT Slavin tentang pengajaran yang efektif mengidentifikasi


empatyang berada dibawah penegndalian langsung guru: kualitas pengajaran,
tingkat pengajaran yang tepat, insentif, dan jumlah waktu. Apabila salah satu
dari keempat elemen tidak dilakukan maka kegiatan pembelajaran tidak akan
efektif.

Banyak sekolah mengelola perbedaan kemampuan dan pencapaian


akademis siswa melalui pengelompokkan kemempuan antar-kelas, penjaluran,
atau pengelompokkan kembali ke dalam kelas terpisah untuk mata pelajaran
tertentu selama sebagian dari hari disekolah. Namun, riset memperlihatkan
pengelompokkan dalam-kelas lebih efektif untuk pengajaran membaca dan
matematika. Penghapusan jalur merekomendasikan agar siswa berada dalam
kelompok dengan kemampuan campuran, siswa diharuskan mencapai standar
tinggi dan diberi bantuan untuk mencapainya. Sekolah dasar tanpa kelas
menggabungkan anak-anak usia yang berbeda kedalam satu kelas yang sama.
Siswa secara fleksibel dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
kinerja mereka.

4
Salah satu pengajaran yang efektif ialah Pengajaran individualisasi,
dimana pengajaran ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa tertentu yang
masing-masing siswanya bekerja dengan tingkat kepandaian dan kecepatan
mereka sendiri beberapa cara mengindividualisasikan pengajaran ialah dengan
Pengajaran pribadi teman sebaya, pengajaran pribadi orang dewasa dan
pengajaran yang dibedakan semuanya adalah metode untuk
mengindividualisasikan pengajaran.

Teknologi ke bidang pendidikan digunakan untuk tiga tujuan umum.


Pertama, guru menggunakan teknologi, seperti pengolah kata, multimedia,
dan piranti lunak presentasi untuk merencanakan dan menyajikan pelajaran.
Riset mendukung penggunaan teknologi presentasi seperti selipan multimedia,
bentuk televisi pengajaran, dan papan tulis interaksi. Kedua, siswa
menggunakan teknologi seperti, pengolahan kata dan piranti lunak referensi
CD-ROM, untuk belajar dan menyiapkan presentasi. Pengajaran dengan
bantuan computer dalam bentuk latihan dan praktik, pengajaran pribadi, game
pengajaran, simulasi dan internettelah tersebar luas. Ketiga, guru dan
pengurus menggunakan teknologi untuk tugas administrasi.

Siswa yang berisiko adalah setiap siswa yang mungkin akan gagal
secara akademis karena salah satu alasan yang berasal dari siswa tersebut atau
karena lingkungan maupun karena tanggapan yang tidak memadai terhadap
kebutuhan mereka oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat. Alasannya
beragam dan dapat meliputi kemiskinan.

Program pendidikan untuk siswa yang berisiko meliputi pendidikan


kompensasi, program intervensi dini, dan pendidikan khusus. Program
pendidikan kompensasi yang didanai pemerintah federal meliputi, head start
yang ditujukan untuk membantu anak-anak usia prasekolah dari latar belakang
berpenghasilan rendah untuk mencapai kesiapan sekolah, dan title 1, yang
mengamanatkan layanan tambahan kepada siswa yang berpencapaian rendah

5
disekolah yang mempunyai banyak siswa yang berpenghasilan rendah.
Layanan tambahan meliputi program pencopotan, program pengajaran
pribadi, dan program kemajuan berkesinambungan. Riset mendukung
keefektifan banyak program pencegahan dan intervensi seperti Reading
Recovery, dan program reformasi sekolah komprehensif seperti Succes for All,
School Development Program, Amerca’s Choice, dan Direct Instruction.

Program usai sekolah biasanya menggabungkan jenis kegiatan


akademis tertentu, seperti bantuan pekerjaan rumah, dengan olah raga, drama,
dan kegiatan budaya. Namun, studi tentang program usai sekolah pada
umumnya menemukan bahwa, untuk meningkatkan pencapaian siswa,
program semacam itu perlu menggabungkan tugas pengajaran yang tertata
dengan baik, seperti pengajaran perorangan atau kelompok kecil, untuk
menambah waktu akademis hari itu.Program sekolah musim panas biasanya
digunakan khususnya sebagai kesempatan terakhir bagi siswa untuk
menghindari tinggal kelas. Riset tentang sekolah musim panas pada umumnya
menemukan manfaat bagi pencapaian siswa. Program usai sekolah dan
sekolah musim panas makin banyak didanai instansi pendidikan federal,
negara bagian, dan pemerintah setempat agar dapat menambah waktu
pembelajaran siswa.

6
Rumusan Ide-ide Pokok
Dalam bab Mengakomodasi Pengajaran Untuk memenuhi Kebutuhan
Perorangan ini terdapat beberapa rumusan ide-ide pokok diantaranya :
Pertama tentang Unsur-unsur Pengajaran yang Efektif selain
Pengajaran yang Baik didalamnya dijelaskan cara mengelola perilaku siswa,
mengelompokan siswa untuk pengajaran, dan cara menilai pembelajaran
siswa, serta dipaparkan tentang model pembelajaran John Carroll (QAIT).
Kedua mengenai Pengelompokkan Siswa untuk Mengakomodasi
Perbedaan Pencapaian didalamnya terdapat beberapa strategi yang dapat
pendidik gunakan untuk mengelompokkan siswa saat mengikuti pembelajaran
dikelas.
Ketiga tentang Beberapa Cara Mengindividualisasikan Pengajaran
yang dapat diberikan oleh teman sebaya maupun orang dewasa dan tentang
pengajaran yang dibedakan.
Keempat mengenai Penggunaan Teknologi ke Bidang Pendidikan,
didalamnya memuat beberapa sarana teknologi yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran.
Kelima tentang Program Pendidikan yang Tersedia untuk Siswa yang
ditempatkan ke dalam Risiko atau siswa yang rentan dengan kegagalan karena
faktor-faktor tertentu.

7
Pengayaan
Cara yang dapat diterapkan dalam mengakomodasi pembelajaran
siswa selain yang telah dibahas sebelumnya adapula metode-metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengakomodasi pengajaran siswa
yang mengalami perbedaan pencapaian diantaranya dapat kita terapkan
metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif
memuat ide tentang siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung
jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama
baiknya. Salah satu teknik pembelajaran Kooperatif yang diteliti dan
dikembangkan oleh John Hopkins University ialah Metode Student Team
Learning atau Metode Pembelajaran Tim Siswa (PTS).

Metode PTS menekankan penggunaan tujuan-tujuan tim dan sukses


tim, yang hanya akan dicapai apabila semua anggota tim bisa belajar
mengenai pokok bahasan yang telah diajarkan. Tiga konsep penting bagi
metode ini adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan
kesempatan sukses yang sama. Tim akan mendapat sertifikat atau
penghargaan-penghargaan lainnya jika mereka berhasil melampaui kriteria
tertentu yang telah ditetapkan. Tanggung jawab individual maksudnya bahwa
kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota
tim. Kesempatan sukses yang sama berarti semua siswa yang berkontribusi
didalam tim berhak dan harus melakukan yang terbaik. Penelitian mengenai
metode pembelajaran kooperatif telah mengindikasikan bahwa penghargaan
dan tanggung jawab individual sangat penting untuk meningkatkan prestasi
kemampuan dasar (Slavin, 1983a, b, 1989).

Lima prinsip dalam metode PTS telah dikembangkan dan diteliti


secara ekstensif. Kelima metode berikut melibatkan penghargaan tim,
tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tapi dengan
cara yang berbeda. Tiga diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif
yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat

8
kelas yaitu Student Team-Achivement Division (STAD) atau Pembagian
Pencapaian Tim Siswa, Team-Games-Tournament (TGT) atau Turnamen
Game Tim dan Jigsaw II (Teka-teki II). Dua prinsip lainnya merupakan
kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata
pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu : yaitu Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) atau Mengarang dan Membaca Terintegrasi
yang Kooperatif yang digunakan untuk pelajaran membaca pada kelas 2-8,
dan Team Accelerated Instruction (TAI) dapat digunakan untuk mata
pelajaran matematika pada kelas 3-6.

Student Team-Achivement Division (STAD) atau Pembagian


Pencapaian Tim Siswa, didalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar
yang terdiri atas empat orang yang memiliki perbedaan tingkat kemampuan,
jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Seperti biasanya guru
menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis/pertanyaan mengenai materi
secara individu dan meraka tidak boleh saling membantu. Untuk penilaiannya,
masing-masing tim diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih
siswa dibandingkan hasil pencapaian mereka sebelumnya. Tim yang
mendapatkan poin tertinggi/memenuhi kriteria tertentu akn mendapatkan
sertifikat atau penghargaan lainnya. STAD telah digunakan dalam berbagai
mata pelajaran yang ada, muali dari matematika, seni, bahasa, sampai dengan
ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam, dan telah digunakan
mulai dari siswa kelas dua sampai perguruan tinggi.

Team-Games-Tournament (TGT) atau Turnamen Game Tim, ini


merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins yang pada
mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Metode ini
menggunakan Pelajaran yang sama seperti pada metode STAD tetapi kuisnya
digantikan dengan turnamen mingguan yang dapat menambah dimensi

9
kegembiraan sehingga siswa dapat bermain sambil belajar. Dalam turnamen
ini siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya. Permainan ini dimainkan oleh empat
orang siswa di meja turnamen dimana tiga orang siswa diantaranya memiliki
rekor nilai matematika terakhir yang sama. Peraih rekor tertinggi dalam tiap
meja turnamen akan mendapat 60 poin dari tim lain untuk timnya, tim dengan
tingkat kinerja tertinggi akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
lainnya sama seperti halnya dalam STAD. Dalam pemain ini setiap tim
mempunyai kesempatan sukses yang sama.

Jigsaw II, metode pembelajaran ini adalah adaptasi dari teknik teka-
teki Elliot Aronson (1978). Dalam Jigsaw II siswa bekerja sama secara
berkelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang sama halnya
dengan STAD dan TGT, namun memiliki latar belakang yang berbeda. Dalam
metode ini siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain
yang bersifat penjelasan terperinci seperti tentang bidang studi sosial maupun
biografi. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak menjadi ahli dalam aspek
tertentu dari tugas membaca tersebut. Misalnya dalam unit pelajaran tentang
Mexico, salah satu siswa dalam masing-masing tim dipilih untuk menjadi ahli
sejarah, yang lain ada yang menjadi ahli ekonomi, ahli geografi, dan ahli
budaya. Setelah membaca materinya para ahli dari tim berbeda bertemu untuk
mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas lalu setelah selesai mereka
kembali kepada tim nya masing-masing dan menjelaskan topik mereka kepada
teman satu timnya. Diakhir pembelajaran diadakan kuis atau bentuk penilaian
lainnya untuk semua topik.

Team Accelerated Instruction (TAI), sama halnya dengan STAD


dan TGT dalam pembelajaran ini menggunakan metode pembauran
kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim
dengan kinerja terbaik. Metode ini menggabungkan pembelajaran kooperatif
dengan pengajaran yang individual, TAI dirancang khusus untuk mengajarkan

10
matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang
belum siap menerima materi aljabar lengkap).

Dalam TAI para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes


penempatan dan kemudian melanjutkan dengan tingkat kemampuan mereka
sendiri. Secara umum anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang
berbeda. Secara umum, masing-masing anggota kelompok bekerja pada unit
pembelajaran yang berbeda, teman satu tim saling memeriksa hasil kerja
masing-masing dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan
masalah. Pada tes unit terakhir setiap siswa mengerjakan kuis tanpa bantuan
dari teman satu timnya, akan selalu ada pemberian skor yang dihitung dengan
monitor siswa. Setiap minggu guru akan menghitung skor yang didapat setiap
kelompok dan guru juga akan memberikan sertifikat atau penghargaan lain
bagi tim yang mampu melampaui kriteria skor nilai tes terakhir.

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau


Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif merupakan program
komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah
dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam
CIRC guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal
dan cerita. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk
belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk
membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana
akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain,
menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan dan
kosa kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan
utama dan kemampuan komprehensif lainnya. Selama periode seni berbahasa,
siswa terlibat dalam pelatihan penulisan saling merevisi dan menyunting
karya yang satu dengan lainnya dan mempersiapkan pembuatan hasil kerja
tim. Para siswa akan mengerjakan kuis bila mereka telah siap untuk
melakukannya. Penghargaan atau sertifikat akan diberikan kepada tim

11
berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan
membaca dan menulis, siswa juga akan mendapatkan kesempatan sukses yang
sama karena mereka belajar sesuai tingkat kemampuan mereka sendiri.

Kita juga mengenal Metode Model Pembelajaran Berbasis Proyek,


metode ini dapat memberikan pemahaman terhadap siswa pada materi
pembelajaran matematika yaitu materi tentang program linear yang terdiri dati
tiga tahap. Pada tahap awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberi motivasi tentang pentingnya Program Linear dan mengatur siswanya
untuk menempati posisi kelompok. Tahap kedua atau tahap inti adalah proses
pengumpulan data sebagai bahan pengerjaan proyek dan mempresentasikan
hasil kerjanya, dan tahap ketiga atau tahap akhir adalah menyimpulkan hasil
pempelajaran dan melakukan evaluasi secara lisan melalui tanya jawab.

Hasil pembelajaran siswa yang menerapkan penelitian ini sudah cukup


baik pada konsep program linear melalui model Pembelajaran Berbasis
Proyek, hasil uji kompetensi diperoleh skor rata-rata 67% dan hasil cek
pemahaman yang dilakukan dengan cara bertanya secara lisan kepada para
peserta didik sudah cukup baik meliputi berbagai pemahaman seperti istilah
Model Matematika dengan metode uji titik sudut, konsep metode uji titik
sudut, penguasaan tentang langkah-langkah menentukan nilai optimalisasi
dengan metode uji titik sudut, dan penggunaan metode uji titik sudut dalam
menyelesaikan masalah program linear.

Selain itu dikenal juga Model Pembelajaran Jigsaw. Penerapan


model ini dengan menggunakan alat peraga untuk materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di kelas yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap
pertama/persiapan dimana pada tahap ini dilakukan pembagian siswa menjadi
beberapa kelompok secara heterogen, tahap kedua dilakukan penyampaian
pembelajaran Kooperatif model Jigsaw dan penggunaan alat peraga untuk
menjelaskan materi, tahap ketiga kegiatan kelompok dimulai, dimana ada pola

12
asal dan kelompok ahli, kemudian tahap keempat diberikan kuis pada setiap
akhir pembelajaran untuk mengukur kepahaman setiap anggota kelompok
mengenai pembelajaran yang mereka terima, tahap terakhir adalah pemberian
skor perkembangan dan penghargaan untuk masing-masing kelompok.

Selain dari metode-metode diatas yang dapat kita gunakan dalam


pembelajaran, ada hal penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pencapaian siswa diantaranya Motivasi. Motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Motivasi
merupakan aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran siswa karena
motivasi siswa dikelas berkaitan dengan alasan dibalik perilakunya dan sejauh
mana perilaku siswa diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam
jangka lama. Jika siswa tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia
kekurangan motivasi berbeda halnya jika siswa menghadapi tantangan dalam
penelitian dan penulisan makalah tetapi dia terus berjuang dan mengatasi
rintangan maka ia punya motivasi yang besar.

Motivasi diperlukan dalam rangka mencapai atau meraih sesuatu, ada


dua motivasi yang kita kenal yaitu motivasi ekstrensik dan motivasi instrinsik.
Motivasi ekstrensik ialah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang
lain (cara untuk mencapai tujuan), motivasi jenis ini sering dipengaruhi oleh
insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman misalnya siswa mungkin
belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri(tujuan itu sendiri), misalnya siswa mungkin
belajar saat akan menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran
yang diujikan.

Setelah motivasi yang kuat dari siswa untuk belajar dan mendapatkan
pendidikan serta metode pembelajaran yang baik telah diterapkan dan

13
digunakan, hal penting lainnya yang juga dapat membantu pencapaian siswa
ialah Manajemen Kelas. Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan
kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002, Everston, Emmer, dan
Worsham, 2003), manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap
pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosisal (Charles
dan Senter 2002). Maka dari itu kita sebagai pendidik harus memberikan
keleluasaan pada siswa dalam keterlibatannya didalam kelas sehingga siswa
tidak pasif dan hanya duduk diam selama mengikuti proses pembelajaran,
tetapi siswa dapat berpartisipasi aktif selama kegiatan belajar dan mengajar.

Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan yaitu membantu


murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu
aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah siswa
mengalami problem akademik dan emosional.

Mengelola kelas dapat dilakukan dengan cara mengurangi kepadatan


ditempat lalu lalang, sehingga memastikan guru dapat dengan mudah melihat
semua siswa. Kemudian materi pengajaran dan perlengkapan siswa harus
mudah diakses dan guru memastikan semua siswa dapat dengan mudah
melihat semua presentasi kelas dengan jelas.

Setelah semua metode dan aspek pembelajaran diterapkan dengan


baik, pada akhir pembelajaran perlu diadakan Evaluasi. Evaluasi dapat
diterapkan pada setiap kegiatan pendidikan, dengan diadakannya evalusi dapat
kita rasakan manfaatnya seperti meningkatkan Mutu Program Instruksional
(bahan, sumber, mareti ajar dan lingkungan belajar), meningkatkan Motivasi
setiap individu siswa, mengkomunikasikan Hasil Belajar, Akreditasi Sekolah,
meningkatkan Mutu Sistem Instruksional (kurikulum, guru, dan sarana
prasarana belajar), perbaikan Sistem Administrasi Sekolah, dan lainnya.

14
Komentar/Analisis
Bab Mengakomodasi Pengajaran untuk Memenuhi Kebutuhan
Perorangan ini sangat bagus kita pelajari, karena sebagai calon pengajar kita
diberi pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran yang dapat kita
aplikasikan dalam pengajaran. Namun, pemberian solusi pada setiap metode
didalam bab ini masih belum terpaparkan secara baik. Sehingga, masih sering
munculnya tanggapan-tanggapan berbeda dalam memahami setiap metode-
metode yang berada didalam bab ini untuk diaplikasikan.

Metode didalam bab ini sudah banyak diaplikasikan dalam praktek


pendidikan di Indonesia, hanya saja pengaplikasiannya masih belum
sepenuhnya dilakukan dengan baik. Contoh metode didalam bab ini yang
sudah diaplikasikan, yaitu :

1. Teknologi
Teknologi merupakan alat untuk pembelajaran yang umum dan
sudah tak asing lagi didengar oleh telinga kita. Namun, hanya
beberapa sekolah yang memiliki fasilitas alat untuk proses
pembelajaran yang berupa teknologi yang sangat berperan aktif
dalam proses pembelajaran pada masa kini dan bahkan teknologi
ini justru masuk kedalam mata pelajaran yang wajib ada disetiap
sekolah, yaitu :
a. sekolah dasar (SD)
pada masa ini, siswa diajarkan fungsi-fungsi teknologi itu
sendiri. Seperti apa fungsi komputer, bagian-bagian apa saja
yang berada didalam komputer tersebut.
b. Sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA)
Pada masa ini, siswa sudah mulai mengaplikasikan teknologi
yang berupa komputer kedalam proses pembelajarannya.
Seperti, membuat makalah, menggunakan teknologi dalam

15
proses pembelajaran yang berupa presentasi, menggunakan
teknologi untuk mengerjakan tugas dan lain-lainnya.
2. Pengelompokkan suatu pembelajaran
Pengelompokkan suatu pembelajaran adalah pengelompokkan
yang sudah terprogram, terencana, dan juga tertata, sehingga tidak
akan merugikan siswa dan secara psikologis tidak akan membuat
siswa merasa terbebani dan dipermalukan dengan adanya
pengelompokkan dalam proses pembelajaran tersebut. Namun
faktanya, masih ada saja sekolah yang membuat program
pengelompokkan belajar yang tidak sesuai dengan aturan-aturan
yang mengacu terhadap pembahasan didalam bab ini, bahkan ada
juga yang mengacu kepada bab ini, hanya saja terjadi sebuah
kesalahan pemahaman metode yang berada didalam bab ini.
Sehingga terjadi yang pelencengan metode dari bab ini. Sehingga
pengelompokkan tersebut menimbulkan dampak-dampak negatif
kepada siswanya, terutama dampak negatif yang berupa psikologis
siswa tersebut.

Aplikasi dalam praksis Pendidikan Indonesia


Beberapa metode yang ada dalam bab ini telah diaplikasikan kedalam
pembelajaran di kelas/sekolah-sekolah di Indonesia, seperti pada unsur-unsur
yang menyangkut model QAIT ini, yaitu :

1. Quality of instruction
Contohnya adalah pada proses pembelajaran, guru kadang-kadang
memberikan pertanyaan untuk melihat seberapa banyak
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Jika jawaban-jawaban
menunjukkan bahwa siswa tetap mengingat pelajaran, guru
mungkin akan cepat sedikit. Tetapi jika siswa menjawab dengan

16
kesulitan, guru dapat mengulang kembali hal-hal yang dianggap
sulit dan bicara lebih perlahan-lahan.
2. Appropriate levels of instruction
Contohnya adalah seorang guru mungkin memberikan semua
siswa materi pelajaran yang tepat untuk kebutuhan individu
mereka dengan memberikan kebebasan belajar sesuai dengan
kemampuan mereka sendiri. Ini menyelesaikan masalah dengan
penyesuaian tingkat kemampuan, tetapi menimbulkan masalah
baru yang lebih serius karena mengatur kegiatan sebanyak 30
siswa yang berbeda-beda bukan pekerjaan mudah. Jika guru
sedang bekerja dengan kelompok yang kemampuan belajarnya
rendah, maka kelompok yang sedang atau yang tinggi menjadi
terlantar.
3. Incentive
Contohnya adalah pada saat proses pembelajaran, dimana guru
membuka sesi diskusi atau pertanyaan untuk para siswanya guna
meningkatkan motivasi siswa tersebut dalam belajar dan membaca
atau mempelajari materi yang sedang dibahas dengan
menggunakan imbalan-imbalan. Seperti pujian, hadiah, dan lain-
lainnya.
4. Time
Contohnya adalah sejumlah waktu untuk mengajar yang dibuat
oleh guru dan kemudian betul-betul digunakan untuk mengajar,
dan waktu yang disediakan untuk siswa supaya mereka
memperhatikan pelajaran.

17
Permasalahan untuk diteliti
permasalahan yang layak untuk diteliti diantaranya ialah Penggunaan
teknologi sebagai alat pembelajaran belum digunakan secara optimal oleh
seluruh sekolah yang ada di Indonesia khususnya sekolah-sekolah yang
berada di wilayah terpencil. Kualitas guru dalam penerapan metode
pembelajaran belum maksimal sehingga pengaplikasian metode-metode
pengajaran belum berjalan dengan sebaik-baiknya. Kurangnya pemahaman
guru terhadap siswa yang memiliki kemampuan rendah karena tidak adanya
proses pendekatan dalam pembelajaran. Selain itu guru juga kurang
menguasai materi yang akan disampaikannya kepada siswa, guru tidak kreatif
dalam menyampaikan bahan pembelajaran sehingga dapat membuat siswa
menjadi bosan terhadap kegiatan pembelajaran, guru juga kurang terlibat
dalam memotivasi siswanya dan sering lupa memberitahukan tujuan
pembelajaran terhadap siswa sehingga banyak siswa yang tidak mengetahui
manfaat dari proses pembelajaran tersebut dan terkadang malah tidak
peduli/mengabaikan pelajaran tersebut. Permasalahan lainnya juga guru
kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan kurang mengajak
siswanya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain
itu juga adanya kesalahan penerapan Kurikulum pelajaran yang tidak sesuai
dengan keadaan siswa/adanya pengelompokkan siswa yang tidak seharusnya
dilakukan.

18
Referensi
Anton. (2009). Pembelajaran Efektif Model QAIT. [online]. Tersedia :
http://pakanton.blogspot.com/2009/05/pembelajara-efektif-model-
qait.html?m=1
Bahagia, Johan Putra. (2011). Meningkatkan hasil Belajar melalui
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dengan alat peraga pada
siswa kelas V SDN Kranjingan 05 Jember. Volume 1, nomer 1,
September 2011.
Daryanto. (2010). Belajar dan mengajar. Bandung : Yrama Widya.
Miswanto. (2011). Penerapan Model Pembelajaran berbagai proyek pada
materi Program Linear siswa kelas X SMK N Singosari (STAIN
Tulungagung). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang. Volume 1, nomer 1, September 2011.
Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media
Goup.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Lerning teori, riset dan praktik.
Bandung : Nusa Media.
Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan teori dan praktik. Jakarta : PT
Indeks.
Suwarno, Wiji. (2009). Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz
media.

19

Anda mungkin juga menyukai