PROFESIONALISME GURU
TUGAS 9
OLEH :
SESRIA OSSY
(15175040)
DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. FESTIYED, MS.
PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah dengan judul Profesionalisme
Guru. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan masalah,
namun hal tersebut dapat diatasi dengan bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Terutama kepada Ibu Prof Dr. Festiyed, MS yang telah membimbing
penulis menyelesaikan makalah ini. Maka penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, pengarang
buku serta pembuat blog (internet) yang sangat membantu sebagai pencarian
bahan dalam pembuatan tugas ini, dan teman-teman yang secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan sebaik
mungkin, namun kami sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang
sempurna. Untuk itu semua kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan,
sebagai bahan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua serta mendapat Ridho disisi Allah dan dapat menjadi
salah satu referensi dalam ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 4
A. Konsep Profesionalisme Guru ...................................................................... 4
B. Kompetensi Guru Profesional .................................................................... 13
C. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional .................................................. 30
D. Peran Guru Profesional dalam Proses Pembelajaran .................................. 36
E. Sistem Pelatihan Guru Profesional di Indonesia ........................................ 41
F. Dukungan Penuh Pemerintah dalam Finansial untuk Mengembangkan
SDM Guru di Finlandia .............................................................................. 49
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 51
A. Matriks Perbandingan Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan
Indonesia, Islam Dan Barat ........................................................................ 51
B. Matriks Perbandingan Kompetensi Guru Profesional Menurut Pandangan
Indonesia, Islam Dan Barat ........................................................................ 56
C. Matriks Perbandingan Syarat-Syarat Dan Sikap Guru Profesional Menurut
Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat ...................................................... 62
D. Matriks Perbandingan Guru Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan
Barat............................................................................................................ 72
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 75
A. Kesimpulan ................................................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan ilmu pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib
pascasarjana UNP pada semester 3. Mata kuliah landasan ilmu pendidikan ini
bertujuan untuk membuat mahasiswa dapat mengembangkan model pembelajaran
yang tepat dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan
azas pendidikan. Tujuan lain yang akan dicapai dalam mata kuliah ini yakni
mahasiswa memiliki keterampilan cakap, kritis, kreatif, kompeten, kompetetif dan
berkarakter yang kontekstual dengan profesi guru.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dosen membuat silabus mengenai mata
kuliah landasan ilmu pendidikan. Mata kuliah ini terdiri dari 16 materi pokok
yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok. Pertemuan minggu kesembilan
membahas mengenai profesionalisme guru menurut pandangan Indonesia, Agama
Islam dan Barat. Tujuan yang ingin dicapai pada pokok bahasan ini yakni
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan profesionalisme guru.
Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Di era
globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan,
sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara Indonesia harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat
dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara
efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika mempunyai
tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar
dan bermoral. Dengan kata lain, dibutuhkan guru yang profesional. Guru yang
profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal.
Kemampuan maksimal seorang guru berhubungan erat dengan kompetensi
yang dimiliki. Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan
1
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang konsep profesionalisme guru menurut pandangan
Indonesia, Agama Islam dan Barat.
2. Menjelaskan tentang kompetensi guru profesional menurut pandangan
Indonesia, Agama Islam dan Barat.
3. Menjelaskan tentang syarat-syarat dan sikap guru profesional menurut
pandangan Indonesia, Agama Islam dan Barat.
4. Menjelaskan tentang peranan guru professional dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang profesionalisme guru.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah landasan ilmu
pendidikan program studi pendidikan Fisika program pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
BAB II
KAJIAN TEORI
4
5
sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan
merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai
tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang
bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program
individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,
umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya,
bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab
dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik
terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan Kamu
salah pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika
meremeka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa
diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan
hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak
ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap
dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan
diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan
sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang
tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung
jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru
di Finlanda, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-
benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.
Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan PP RI No. 19/2005 Pasal 28 ayat
3:
Kompetensi profesional guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, kete-
rampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang yang memangku jabatan guru
sebagai profesi.
semua siswa, tiba-tiba di akhir semester siswa diberi nilai merah, padahal guru
tersebut tidak melakukan apa-apa untuk meningkatkan kemampuan siswa
tersebut, selain hanya remedial. Untuk apa minggu pertama gagal ujian, minggu
kedua diadakan remedial. Padahal guru tersebut belum sempat memberikan solusi
belajar kepada siswa yang gagal ujian tersebut.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Hasil ujian harus dijadikan masukan bagi guru untuk melakukan langkah
pengajaran berikutnya. Contoh: Siswa A mendapat nilai 100, Siswa B
mendapat nilai 40. Maka guru tersebut harus berusaha keras memberikan strategi-
strategi alternatif untuk siswa B. Kalau perlakuan guru menyamaratakan antara
gaya belajar A dan B, maka kemungkinan besar prestasi belajar siswa B akan
gagal lagi pada saat ujian berikutnya.
a. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Guru memberikan ilmu kepada siswanya, tidak terbatas di kelas saja.
b. Kompetensi Personal
Kompetensi personal adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan bewiwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia.(Penjelasan pasal 28 ayat 2 butir b). Artinya guru memiliki sikap
kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa.
Seorang guru harus memiliki sikap yang mempribadi sehingga dapat
dibedakan ia dengan guru yang lain. Memang, kepribadian menurut Zakiah
Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya
dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi
suatu persoalan, atau melalui atasannya saja.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga
dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan
cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh
kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan
citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka
akan naik pula wibawa orang tersebut.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) butir b
dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang
20
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian
diantaranya adalah:
1) Kepribadian yang mantap, stabil.
Dalam hal ini untuk menjadi seseorang guru harus memiliki kepribadian
yang mantap, stabil. Ini penting karena banyak masalah pendidikan yang
disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap dan kurang stabil.
Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang
baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil
sebagai sosok yang patut digugu (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan
ditiru (di contoh sikap dan perilakunya).
2) Kepribadian yang dewasa
Sebagai seorang guru, kita harus memiliki kepribadian yang dewasa
karena terkadang banyak masalah pendidikan yang muncul yang disebabkan oleh
kurang dewasanya seorang guru. Kondisi kepribadian yang demikian sering
membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji,
bahkan tindakan-tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.
Ujian berat bagi setiap guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan
yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi sangat diperlukan, namun
tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang
menyinggung perasaan. Sehingga, sebagai seorang guru, seharusnya kita:
a) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik. Artinya,
kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai
pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya.
Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya
dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru.
b) Memiliki etos kerja sebagai guru
keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, istiqomah dan tidak
tergoyahkan.
Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu
saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha
sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah
tentunya. Dalam hal ini, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan
niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan
duniawi.Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi pribadinya,
dengan tetap bertawakkal kepada Allah. Melalui guru yang demikianlah, kita
berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.
1) Untuk menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan oleh seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang
disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
1) Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong)
2) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Artinya, guru sebagai teladan
bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat
dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP, penejlasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru
harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek
matter yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dlama arti
memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih model, strategi dan
metode yang tepat serta mampu menerapkanya dalam kegiatan pembelajaran.
Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum dan landasan
kependidikan.
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk
23
itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber
seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek
Kompetensi Professional adalah dalam menyampaikan pembelajaran, guru
mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering
dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut
oleh siswa sebagaisuatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh
melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.Dalam
melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan
berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat.
Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang
benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan
multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.Di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip
didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan
prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.
Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya.Jenis tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat.Diharapkan pula
guru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat
memotivasi siswa belajar. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses
pembelajaran dapat diamati dari aspek perofesional adalah: Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.Mengembangkan materi pelajaran
yang diampu secara kreatif.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
24
penguasaan materi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi guru yang
ahli (profesional) bukanlah cara yang mudah, tetapi harus melalui
perjalanan panjang disertai terus menerus pengembangan diri.
Negara Finlandia, yang merupakan negara top skor OECD dalam
pengelolaan pendidikan pada tahun 2000 oleh Penilaian Internasional PISA
(Sahlberg, Profesionalisme Guru 2010). Finlandia sangat baik mengelola
sumberdaya pendidik khususnya guru. Semua guru di Finlandia diharuskan
memiliki gelar Master untuk mengajar di tingkat sekolah dasar (Sahlberg, 2007).
Bahkan, guru dianjurkan untuk menambah keprofesionalannya dengan menjalani
program doktoral kependidikan. Di samping itu, jam kerja guru hanya di bawah
600 jam per tahun. Sebaliknya di Amerika Serikat, seorang guru pada tingkat
yang sama biasanya mencurahkan 1.080 jam untuk mengajar setiap tahunnya
(Sahlberg, 2010). Bahkan di Indonesia, guru mencurahkan hampir seluruh jam
hidupnya untuk mengajar, yakni 1.152 jam per tahun.
Selanjutnya, guru disediakan waktu untuk pengembangan profesional dalam
pekan kerja guru (OECD, 2005; Darling-Hammond, 2009). Hal ini memberikan
peningkatan kompetensi secara berkala bagi guru-guru di Finlandia. Bahkan, guru
melalui pihak sekolah berhak mengajukan materi pengembangan profesinya
kepada pihak terkait sesuai dengan kebutuhan guru. Guru di Finlandia merupakan
profesi yang bergengsi dan dihormati dengan penghormatan publik yang besar
dan penghargaan yang besar (Simola, 2005; Sahlberg, 2007). Hal ini pun
dipertegas dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan Helsingin Sanotikar tahun
2004 kepada lulusan SMA di Finlandia atas profesi yang diincar, guru menempati
posisi unggulan (Sahlberg, 2010).
Hal ini dikarenakan profesi guru dalam kacamata para lulusan terbaik sekolah
menengah atas, adalah profesi yang independen dengan segala kebijakan otonomi
guru dalam melakukan mengajaran di kelas. Hal ini tidak luput dari besarnya
anggaran pendidikan yang dikucurkan pemerintah Finlandia. Sistem pendidikan di
sana pun dianggap sangat independen dan tidak akan terpengaruh oleh pergantian
politik pemerintahan. Hal ini dikarenakan pemerintah menaruh tanggungjawab
otonomi bagi delapan universitas di Finlandia yang merupakan satu-satunya
organisasi yang berhak mengeluarkan guru lisensi di Finlandia, serta memberikan
tanggungjawab otonomi pula pada guru dalam mendidik serta evaluasi terhadap
29
para siswanya (Sahlberg, 2011). Guru dinilai sebagai satu-satunya pihak yang
berwenang atas penilaian kemampuan peserta didik daripada pihak eksternal
(pemerintah).
Profesi guru diatur di Finlandia dalam Keputusan Pengajaran Kualifikasi
986/1998. (Keputusan Nomor 986/1998 tentang persyaratan kualifikasi bagi
personil pengajar dan perubahan keputusan tersebut, SK No 865/2005.
Dewan Nasional Pendidikan Finlandia Kualifikasi untuk guru mata pelajaran
di Finlandia tergantung pada tingkatan sekolah. Untuk menjadi guru mata
pelajaran yang berkualitas di sekolah yang komprehensif (Kelas 1 hingga 9) di
Finlandia, seseorang harus telah menyelesaikan :
a. Universitas tingkat yang lebih tinggi (gelar Master)
b. pada studi paling dasar dan menengah atau setara dengan 60 kredit ECTS
(35 minggu studi) dalam suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-
sekolah yang komprehensif
c. 60 ECTS studi pedagogis guru
Untuk menjadi guru mata pelajaran yang berkualitas di sekolah menengah
atas di Finlandia, seseorang harus telah menyelesaikan :
a. Universitas tingkat yang lebih tinggi (gelar Master)
b. Setidaknya 120 kredit ECTS dalam satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah menengah atas dan setidaknya 60 kredit dalam mata pelajaran
lain .
c. Minimal memiliki 60 ECTS untuk studi pedagogis guru
Agar memenuhi syarat untuk mengajar di sebuah sekolah dasar Finlandia,
guru juga harus memiliki kompetensi yang sangat baik pada penguasaan bahasa
Finlandia atau Swedia). Di sekolah menengah atas kebutuhan kompetensi guru
harus memiliki kompetensi bahasa swedia/finladia. Peraturan tersebut diatur
dalam keputusan yang sama s untuk kualifikasi umum (SK 986/1998, Keputusan
865/2005).
30
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
1) Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelola dirinya, mengendalikan dan menghargai serta mengembangkan
dirinya.
2) Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam
memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
3) Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui pengusaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang
tugas-tugasnya.
4) Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru
sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak menyimpang
dari norma-norma agama.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, artinya dirinya
adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk atau dalam
belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta
didik itu belajar. Oleh karena itu, apabila ada kegagalan peserta didik, guru
terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama
peserta didik bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.Sikap yang
harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak
untuk memurnikan keguruannya.Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk
menjadi guru.Seorang guru yang tidak sedia belajar, tak mungkin kerasan dan
bangga menjadi guru.Kerasan dan kebanggan atas keguruannya adalah langkah
untuk menjadi guru yang profesional.
Sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
1) Bersikap adil
2) Percaya dan suka kepada murid-muridnya
3) Sabar dan rela berkorban
4) Memiliki wibawa di hadapan peserta didik
5) Penggembira
32
Teknik yang bersifat kelompok yaitu; pertemuan orientasi bagi guru baru,
panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai
proses kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar,
simposium, diskusi mengajar, perpustakaan jabata, buletin supervisi, membaca
langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, dan
perjalanan sekolah untuk staf.
Menurut Soetjipto dan Raflis (2007) ada empat pendekatan supervisi yaitu:
a. Pendekatan Humanistik. Menempatkan guru sebagai makhluk yang punya
pikiran, rasa dan kehendak yang terus bisa tumbuh kembang, dan bahkan
sebagai alat semata untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
b. Pendekatan Kompetensi. Pendikatan ini memiliki makna bahwa guru harus
mempunyai kompetensi tertentu untuk menjalankan tugasnya.
c. Pendekatan Klinis. proses tatap muka antara supervisor dengan guru
membicarakan masalah mengajar dan yang berhubungan dengannya, oleh
karenanya dalam supervisi klinis, supervisor dan guru sebagai teman sejawat
dalam memecahkan maslah-maslah pembelajaran. Adapun sasaran supervisi
klinis yaitu perbaikan pengajaran, bukan kepribadian guru.
d. Pendekatan Profesional. Berasumsi bahwa tugas utama profesi guru itu
mengajar, sehingga sasaran supevisi harus mengarahkan pada hal yang
menyangkut tugas ,mengajar, bukan yang administratif.
Peran supervisi pendidikan dalam peningkatan kemampuan diri guru yakni
supervisi bukanlah ajang untuk mengadili, melainkan aktifitas membantu guru
untuk keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan sekaigus mendorong
untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan pekerjaannya. Kegiatan supervisi
tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar
mengajar.
Pelaksanaan PLPG dimulai dengan pre test secara tertulis (1 JP) untuk
mengukur kompetensi pedagogis dan profesional awal peseta. Dilanjutkan dengan
pembelajaran yang mencakup penyampaian materi secara teoritis (30 JP) dan
implementasi teori ke dalam praktik (60 JP). Pada akhir PLPG dilakukan uji
kompetensi yang mencakup ujian tulis dan ujian praktik. Adapun butir-butir
penilaian yang terkait dengan kompetensi tersebut adalah : (Yunus,2009)
kedisiplinan, penampilan, kesantunan dalam berprilaku, kemampuan dalam
bekerjasama, kemampuan berkomunikasi, komitmen, keteladanan, semangat,
empati, dan tanggung jawab.
Model sertifikat guru lainnya adalah sertifikasi guru pra-jabatan. Mungkin
sedikit rancu istilah sertifikasi guru pra jabatan, karena calon-calon guru pra
jabatan yang ingin menjadi guru sudah diseleksi melalui proses pendidikan di
lembaga pendidikan guru (LPTK) dan sudah mengantongi ijazah keguruan
tertentu. Akan tetapi perjuangan untuk menjadi guru tidak sampai di sini saja,
perlu diberikan suatu proses pemantapan khusus bagi calon yang ingin memasuki
sebuah profesi setelah menyelesaikan program kualifikasi akademik. sertifikasi
untuk model ini diterapkan dalam sebuah program pendidikan khusus yang
disebut pendidikan profesi.
Istilah pendidikan profesi ini tersurat dalam Undang-undang No.20 tahun 2003
tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan profesi adalah pendidikan
tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian khusus. Karena itu Pendidikan Profesi Guru (PPG)
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S1 kependidikan
dan S1 non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar
mereka dapat menjadi guru yang profesional.
Mengingat Input untuk PPG meliputi lulusan S1 kependidikan dan S1 non-
kependidikan maka kurikulum yang diterapkan dibuat secara berdiferensiasi
dimana lulusan S1 kependidikan lebih berorientasi pada pemantapan dan
pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik
dan program PPL kependidikan. Sedangkan lulusan S1 non-kependidikan
memiliki struktur kurikulum yang mencakup: kajian tentang teori pendidikan dan
pembelajaran, kajian tentang peserta didik, pengemasan materi bidang studi yang
48
BAB III
PEMBAHASAN
A. Matriks Perbandingan Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat
52
52
Analisis Penulis : Menurut Pandangan Indonesia profesionalisme guru adalah pekerjaan dimana
pekerjaan yang dilakukan oleh guru akan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Pandangan Islam
profesionalisme guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan tujuan sebagai
guru dengan maksimal. Menurut Pandangan Barat pekerjaan profesi itu menuntut
adanya spesialisasi secara menjurus (highly specialized), dilandasi oleh pengetahuan-
pengetahuan yang khusus (esoteric knowledge), dilandasi oleh pendidikan yang tinggi
dengan program-program pendidikan dan latihan yang matang serta berkaitan dengan
komitmen para penyandang profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
secara terus menerus, mengembangkan strategi-strategi baru dalam tindakannya melalui
proses pembelajaran yang terus menerus pula.
B. Matriks Perbandingan Kompetensi Guru Profesional Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat
Analisis Penulis : Menurut Pandangan Indonesia Kompetensi Guru Profesional berdasarkan Undang-
Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 (Depdiknas, 2005)
menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional,
dan sosial. Menurut Pandangan Islam Kompetensi Guru Profesional sedikitnya ada
dua kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Yaitu, kompetensi kepribadian dan
profesionalisme. Menurut Pandangan Barat Kompetensi Guru Profesional meliputi
kompetensi profesional, kompetensi pendagogis, dan kompetensi yang sangat baik pada
penguasaan bahasa Finlandia atau Swedia.
C. Matriks Perbandingan Syarat-Syarat Dan Sikap Guru Profesional Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat
Analisis Penulis : Menurut Pandangan Indonesia Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah
persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki
kemapuan berkomunikasi dengan peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continuous improvement) melalui
organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya. Sikap dan sifat-sifat guru
yang baik adalah bersikap adil, percaya dan suka kepada murid-muridnya, sabar dan rela
70
Indikator Menurut Pandangan Indonesia Menurut Pandangan Islam Menurut Pandangan Barat
(Finlandia)
Kualifikasi Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Berarti suatu pekerjaan/jabatan itu Jenjang Pendidikan Dasar (SD dan
Menengah (SD,SMP, dan SMA) harus dikerjakan oleh orang yang SMP) minimal lulusan Master's
minimal lulusan Sarjana (S1) sudah terlatih/disiapkan untuk Degree (S2). Guru juga harus
dilanjutkan dengan program PPG melakukan pekerjaan tersebut. memiliki kompetensi yang sangat
atau sertifikasi sebagai tanda memerlukan persiapan atau baik pada penguasaan bahasa
kelayakan sebagai guru. pendidikan khusus (ijazah, sertifikat, Finlandia atau Swedia.
pelatihan, dan sebagainya),
membutuhkan pendididkan prajabatan,
dan memenuhi persyaratan
(administrative, dan akademik). Guru
mesti menerima segala problem anak
didik dengan hati dan sikap yang
terbuka lagi tabah, bersikap penyantun
dan penyayang (QS. 3 : 159), tidak
angkuh terhadap sesama (QS.53:32)
tawadlu (QS.15:88), taqarrub
73
Indikator Menurut Pandangan Indonesia Menurut Pandangan Islam Menurut Pandangan Barat
(Finlandia)
(QS.98:5), menghindari aktifitas yang
sia-sia, lemah lembut pada anak, tidak
pemarah, tidak menakutkan bagi anak,
memperhatikan pertanyaan mereka,
menerima kebenaran dari anak yang
membantahnya, mencegah anak
mempelajari ilmu yang berbahaya,
serta mengaktualisasikan ilmu yang
dipelajarinya
Proses Perekrutan Proses perekrutan guru di indonesia Proses perekrutan guru harus memiliki Seorang guru calon harus memiliki
menggunakan ujian nasional CPNS kompetensi profesional dan nilai yang sangat baik dan harus
atau jika diperlukan mendesak di kompetensi kepribadian yang baik memerangi perlawanan sengit untuk
daerah-daerah yang membutuhkan ditambah lagi kompetensi religius di menjadi seorang guru. Hanya sekitar
guru, diadakan ujian CPNS setingkat pesantren. 10% dari pelamar untuk program
daerah. tertentu berhasil.
Gaji Gaji guru di Indonesia berkisar Gaji pokok di sekolah internasional di Rata-rata guru bergaji USD28.780
antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta negara Abu Dhabi dimulai Dh 8 ribu, atau Rp321 juta per tahun atau
rupiah per bulan. kemudian naik menjadi Dh 35 ribu. sekitar Rp 27 juta per bulan.
Menurut data Bayt.com, gaji guru rata-
rata di Uni Emirat Arab adalah Dh
9.750 atau Rp 32 juta dengan kisaran
Dh 3.500-16.000 atau Rp 11 juta-52
juta.
Analisis Penulis : Untuk tenaga pendidik yaitu guru, Finlandia memiliki kualifikasi guru paling tinggi. Di Finlandia, guru merupakan
profesi yang sangat diminati dan peluang untuk menjadi guru sangat kecil karena proses perekrutan yang sangat ketat.
Untuk di Indonesia sendiri, sedang digalakkan program program untuk peningkatan kualitas guru. Program terbaru
74
Indikator Menurut Pandangan Indonesia Menurut Pandangan Islam Menurut Pandangan Barat
(Finlandia)
dari pemerintah ialah, adanya program PPG untuk mendapatkan sertifikat mengajar bagi guru. Kesejahteraan guru di
Finlandia jauh diatas Indonesia jika dilihat dari jumlah gaji yang diterima. Untuk pandangan Islam kualifikasi guru
dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih/disiapkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. memerlukan persiapan atau
pendidikan khusus (ijazah, sertifikat, pelatihan, dan sebagainya), membutuhkan pendididkan prajabatan, dan
memenuhi persyaratan (administrative, dan akademik). Gaji guru di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara
Islam dan negara finlandia.
Pro : Penulis pro dengan kualifikasi guru yang diajukan di Indonesia, Islam dan Finlandia, dan proses perekrutannya pun
sudah baik, dilihat dari kompetensi masing-masing calon guru. Penulis pro dengan gaji yang diberikan oleh negara
islam dan negara Finlandia, hal ini dikarenakan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan guru.
Kontra : Penulis kontra dengan perekrutan guru dengan hanya tes CPNS di Indonesia, harus nya juga dilihat secara
keseluruhan, akan lebih baik ditambah dengan tes mengajar dan penguasaan kelas. Dan penulis juga kontra dengan
gaji guru di Indonesia yang masih rendahnya dibandingkan negara lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai profesionalisme guru menurut pandangan
Indonesia, Islam dan Barat dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsep profesionalisme guru adalah suatu tingkah laku dalam profesi sebagai
guru dimana pekerjaan yang dilakukan guru akan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
2. Kompetensi profesional guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, kete-
rampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang yang memangku jabatan guru sebagai
profesi. Undang-Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19
(Depdiknas, 2005) menyatakan kompetensi guru professional meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi
professional guru dalam Islam yakni kompetensi pribadi dan professional.
3. Syarat-syarat dan sikap guru professional memiliki kualifikasi pendidikan
profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang
yang ditekuninya, memiliki kemapuan berkomunikasi dengan peserta didiknya,
mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen
tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara
terus-menerus (continuous improvement) melalui organisasi profesi, internet,
buku, seminar, dan semacamnya. Dalam Islam seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok : Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan)
Yaitu :Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni), Syarat Idofiyah
(mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya,
sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan
yang ditetapkan). Di Finlandia syarat pendidik memiliki gelar master.
4. Peran guru professional dalam pembelajaran adalah sebagai pengajar, pendidik,
pembimbing, fasilitator, innovator, teladan, dan penasehat.
75
76
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
77
78
Hendi.2012.https://hendisuhendi2012.wordpress.com/2013/02/09/download-
standar-isi-pai-kurikulum-2013/