Anda di halaman 1dari 81

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

PROFESIONALISME GURU

TUGAS 9

OLEH :

SESRIA OSSY
(15175040)

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. FESTIYED, MS.

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah dengan judul Profesionalisme
Guru. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan masalah,
namun hal tersebut dapat diatasi dengan bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Terutama kepada Ibu Prof Dr. Festiyed, MS yang telah membimbing
penulis menyelesaikan makalah ini. Maka penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, pengarang
buku serta pembuat blog (internet) yang sangat membantu sebagai pencarian
bahan dalam pembuatan tugas ini, dan teman-teman yang secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan sebaik
mungkin, namun kami sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang
sempurna. Untuk itu semua kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan,
sebagai bahan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua serta mendapat Ridho disisi Allah dan dapat menjadi
salah satu referensi dalam ilmu pengetahuan.

Padang, 15 November 2016

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 4
A. Konsep Profesionalisme Guru ...................................................................... 4
B. Kompetensi Guru Profesional .................................................................... 13
C. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional .................................................. 30
D. Peran Guru Profesional dalam Proses Pembelajaran .................................. 36
E. Sistem Pelatihan Guru Profesional di Indonesia ........................................ 41
F. Dukungan Penuh Pemerintah dalam Finansial untuk Mengembangkan
SDM Guru di Finlandia .............................................................................. 49
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 51
A. Matriks Perbandingan Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan
Indonesia, Islam Dan Barat ........................................................................ 51
B. Matriks Perbandingan Kompetensi Guru Profesional Menurut Pandangan
Indonesia, Islam Dan Barat ........................................................................ 56
C. Matriks Perbandingan Syarat-Syarat Dan Sikap Guru Profesional Menurut
Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat ...................................................... 62
D. Matriks Perbandingan Guru Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan
Barat............................................................................................................ 72
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 75
A. Kesimpulan ................................................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Landasan ilmu pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib
pascasarjana UNP pada semester 3. Mata kuliah landasan ilmu pendidikan ini
bertujuan untuk membuat mahasiswa dapat mengembangkan model pembelajaran
yang tepat dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan
azas pendidikan. Tujuan lain yang akan dicapai dalam mata kuliah ini yakni
mahasiswa memiliki keterampilan cakap, kritis, kreatif, kompeten, kompetetif dan
berkarakter yang kontekstual dengan profesi guru.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dosen membuat silabus mengenai mata
kuliah landasan ilmu pendidikan. Mata kuliah ini terdiri dari 16 materi pokok
yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok. Pertemuan minggu kesembilan
membahas mengenai profesionalisme guru menurut pandangan Indonesia, Agama
Islam dan Barat. Tujuan yang ingin dicapai pada pokok bahasan ini yakni
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan profesionalisme guru.
Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Di era
globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan,
sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara Indonesia harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat
dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara
efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika mempunyai
tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar
dan bermoral. Dengan kata lain, dibutuhkan guru yang profesional. Guru yang
profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal.
Kemampuan maksimal seorang guru berhubungan erat dengan kompetensi
yang dimiliki. Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan

1
2

efektif. Seorang guru profesional harus memiliki beberapa kompetensi tertentu


dalam menjalankan tugasnya agar tercapai tujuan pendidikan nasional. Selain
kompetensi yang harus dimiliki guru profesional dalam proses pembelajaran, guru
juga harus memiliki sikap positif dan kepribadian yang baik agar guru dapat
menjadi model dan tauladan bagi anak didiknya. Hal ini berarti bahwa seorang
guru profesional tentu juga memiliki syarat-syarat dan sikap tertentu agar dapat
dikatakan sebagai guru profesional. Implikasi dari guru profesional nantinya
bermuara kepada peranannya dalam proses pembelajaran. Konsep profesionalisme
guru, kompetensi guru profesional, syarat-syarat dan sikap guru profesional
menurut pandangan Indonesia, Islam dan Barat tentu berbeda-beda sesuai dengan
fokus tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Kebijakan di Indonesia memberikan sertifikasi bagi guru dan dosen
profesional untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dipahami bahwa
sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Kebijakan menurut pandangan Islam dan Barat kepada guru profesional tentu
berbeda pula. Oleh karena itu, kami dari kelompok 2 akan mencoba menjelaskan
mengenai profesionalisme guru menurut pandangan Indonesia, Agama Islam dan
Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat dirumuskan
masalah dalam penulisan. Sebagai perumusan masalah dalam penulisan ini yaitu:
1. Bagaimana konsep profesionalisme guru menurut pandangan Indonesia,
Agama Islam dan Barat?
2. Bagaimana kompetensi guru profesional menurut pandangan Indonesia,
Agama Islam dan Barat ?
3. Bagaimana syarat-syarat dan sikap guru profesional menurut pandangan
Indonesia, Agama Islam dan Barat?
4. Bagaimana peranan guru professional dalam pembelajaran?
3

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang konsep profesionalisme guru menurut pandangan
Indonesia, Agama Islam dan Barat.
2. Menjelaskan tentang kompetensi guru profesional menurut pandangan
Indonesia, Agama Islam dan Barat.
3. Menjelaskan tentang syarat-syarat dan sikap guru profesional menurut
pandangan Indonesia, Agama Islam dan Barat.
4. Menjelaskan tentang peranan guru professional dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang profesionalisme guru.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah landasan ilmu
pendidikan program studi pendidikan Fisika program pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Profesionalisme Guru


1. Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan Indonesia
Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Dalam Kamus
Inggris Indonesia, profession berarti pekerjaan dimana pekerjaan yang dilakukan
oleh seseorang akan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut (Sudarwan Danim,
2002:23). Pandji Anoraga & Sri Suyati (1995:85) menyatakan profesionalisme
merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang
menandai atau melukiskan coraknya suatu profesi.
Profesinalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi
untuk keuntungan atau sebagai sumber kehidupan. Sebagaimana dinyatakan oleh
Oemar Hamalik (2006:42) bahwa profesionalisme guru mengandung pengertian
yang meliputi unsur-unsur kepribadian, keilmuan, dan keterampilan. Dengan
demikian dapat diartikan, bahwa kompetensi professional tentu saja meliputi
ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur
keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakan. Sehingga Danim (2002)
menyatakan bahwa orang yang profesional memiliki sifat-sifat yang berbeda
dengan orang yang tidak profesional meskipun dalam pekerjaan yang sama atau
katakanlah berada dalam satu ruang kerja. Dedi Supriyadi (1998:95) istilah
profesionalisme merujuk pada derajat penampilan individu sebagai seorang
professional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi. Oleh
karenanya dapat dimaknai sebagai mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional, atau sifat profesional.
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau
tidak memperoleh pekerjaan yang lainnya.

4
5

Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab,


rasa kesejawatan dan piawai dalam melaksanakan profesinya. Sebagai guru
profesional, guru berkewajiban untuk terus mempertahankan profesionalitasnya
sebagai guru. Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continuous
profesional development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu
Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk tingkat SD dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) untuk tingkat sekolah menengah. Aktifitas guru di
KKG/MGMP tidak saja untuk menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami
guru dan berbagi pengalaman mengajar antar guru, tetapi dengan strategi
mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri.
Guru profesional adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta
mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik individual atau
klasikal. Hal ini berarti bahwa guru, harus memiliki minimal dasar kompetensi
sebagai bentuk wewenang dan kemampuan di dalam menjalankan tugas-
tugasnya.Kompetensi guru adalah suatu keahlian yang wajib dipunyai oleh guru,
baik dari kemampuan segi pengetahuan, kemampuan dari segi keterampilan dan
tanggung jawab pada murid-murid yang di didiknya, sehingga dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang pendidik bisa berjalan dengan baik.Jadi kompetensi
profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
menjalankan profesi keguruannya.
Guru yang kompenten dan profesional adalah guru yang piawai dalam
melaksanakan profesinya. Rusman (2010:19) berpendapat Guru professional
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman
yang luas dibidangnya. Menurut Akhmad Sudrajat (2010) Guru professional
adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas
jabatan guru. Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru
profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru
dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah
berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar. Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan, profesional adalah
kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu.
6

Menurut Drs. Daryanto dalam artikelnya, Guru yang efektif dan


profesional tentulah memiliki karakter sebagai berikut:
1. Memiliki kadar pengetahuan yang maju di mata pelajaran spesialisasinya.
Guru yang pengetahuannya sudah maju menghasilkan siswa yang nilainya
lebih bagus dalam tes standar. Guru yang menguasai wilayah mata
pelajarannya, lebih siap menjawab pertanyaan-pertanyan siswa dan
menjelasakan konsep secara lebih baik. Tidak gugup dan penjelasannya tidak
membingungkan.
2. Berpengalaman mengajar (paling sedikit tiga tahun). Guru yang
berpengalaman cenderung tahu lebih baik apa aktivitas dan praktik mengajar
yang harus dipakai saat mengajarkan konsep-konsep tertentu. Dia juga lebih
mampu mengindividualisir pelajaran agar cocok dengan kebutuhan setiap
siswa.
3. Ucapannya jelas. Guru dengan kemampuan verbal tinggi dan punya kosakata
luas cenderung menghasilkan siswa yang dapat mengerjakan tes standar
secara lebih baik.
4. Antusias. Jika anda menunjukkan antusiasme saat mengajar, maka akan
memotivasi siswa untuk belajar. Antusiasme dapat ditandai dengan
penyampaian vokal secara cepat dan bersemangat, dengan gerak tangan,
kontak mata yang bervariasi dan tingkat energi tinggi. Antusiasme guru juga
diikuti dengan meningkatnya penyimpanan memori di kalangan siswa.
5. Peduli. Tunjukkan kepedulian yang tulus. Benar-benar memperhatikan
kesehatan dan kehidupan pribadi siswa. Berikap ramah dan mau
mendengarkan masalah siswa maupun orang tuanya. Sehingga suasana kelas
terbangun menjadi hangat dan siswa berani ikut terlibat mengambil keputusan.
Guru peduli sering menghadiri ekstrakurikuler siswa, melihat kegiatan konser
atau pertandingan olah raga.
6. Ceria dan santai. Kepribadiannya amat baik karena menikmati kegembiraan
dari pekerjaannya sebagai pengajar. Ia berpartisipasi dalam kegiatan dengan
siswa, punya rasa humor yang baik dan akan sering tertawa bersama siswa.
7. Siap bekerjasama dengan guru lain maupun orang tua siswa.
8. Berniat memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan pendidikannya.
7

9. Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu


mengajar.
10. Menjaga waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin.
11. Masuk kelas dalam keadaan siap.
12. Dorongan positif.
13. Memonitor dan menangani gangguan di kelas.
14. Mendisiplinkan siswa secara adil dan wajar
15. Menyampaikan harapan akademik yang tinggi.
16. Menunjukkan suatu tingkat perencanaan dan organisasi yang tinggi.
Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara
efektif.Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat
kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari:
1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas
a. Memiliki keterampilan interperso-nal, khususnya kemampuan untuk
menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan
b. Memiliki hubungan baik dengan siswa
c. Mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus
d. Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar
e. Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas
dalam dan antar kelompok siswa
f. Mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan
kegiatan pembelajaran
g. Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara
dalam setiap diskusi
h. Mampu meminimal-kan friksi-friksi di kelas jika ada.
2. Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran,
yang meliputi:
a. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak
memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu
memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran
b. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan
berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
8

3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback)


dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari:
a. Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa
b. Mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang
lamban belajar
c. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang
memuaskan
d. Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.
4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari:
a. Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
b. Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode
pengajaran
c. Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk
menciptakan dan mengembang-kan metode pengajaran yang relevan.
Profesional diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang dimiliki
seseorang, seperti pengklasifikasian antara pekerja ahli dengan tukang, antara
profesional dengan amatiran.Misalnya, seorang guru dikatakan profesional bila
guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi.Padahal profesional mengandung
makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Pekerjaan
guru memanglah sebagai suatu profesi, tetapi tidaklah semua guru profesional,
untuk menentukan guru yang profesional haruslah memenuhi empat kreteria
berikut (Syukir, 2013):
1. Ahli (Ekspert)
2. Memiliki otonomi dan rasa tanggungjawab
3. Berjiwa dinamis dan reformis
4. Memiliki rasa kesejawatan.

2. Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan Islam


Dalam agama Islam pun terdapat istilah guru, namun dalam bahasa Arab kata
guru dikenal dengan beberapa istilah seperti al-muallim atau al-ustadz. Guru
mempunyai pengertian sebagai penyampaian ajaran agama untuk membangun
aspek spiritualitas manusia. Salah satu tokoh pendidikan Islam mengartikan guru
9

secara umum memiliki tanggungjawab mendidik. Secara khusus, guru adalah


orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan murid dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi murid, baik potensi afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
Selain itu juga, banyak tokoh pendidikan yang mendefinisikan guru
profesional. Seperti halnya Moh Uzer Usman mengartikan guru profesional
adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan. Sehingga ia mampu melakukan tugas dan tujuan sebagai guru
dengan maksimal.
Berbeda dengan pendapat tokoh pendidikan di atas. Zakiah Drajat
mengartikan guru secara otomatis itu sudah profesioal. Dia berpendapat bahwa
pada dasarnya tugas mendidik dan membimbing anak adalah mutlak tanggung
jawab orang tua. Tapi karena alasan tertentu orang tua menyerahkan tugas itu
kepada guru.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan khusus
membimbing membina peserta didik, baik dari segi intelektual, spiritual, maupun
emosional. Untuk itu guru dituntut uintuk menjadi seorang yang mempunyai
kepribadian yang baik karena menjadi contoh dalam segala hal oleh peserta
didiknya. Segala tingkah laku guru akan disorot oleh masyarakat dan peserta
didiknya.
KH. M. Hasyim Asyari (1922: 29) menyebutkan dalam kitabnya Adabul
Alim wa Al-Mutaalim bahwa:



Artinya: Seorang peserta didik hendaknya mempertimbangkan terlebih


dahulu dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT tentang seorang yang
dianggap paling baik untuk menjadi gurunya dalam menimba ilmu pengetahuan
dan yang bisa membimbing terhadap akhlak yang mulia, jika memungkinkan, ia
hendaknya berupaya mencari guru yang benar-benar ahli dibidangnya, memiliki
kecakapan dan kredibilitas yang baik, dikenal kehati-hatiannya dalam berpikir
dan bertindak, serta tidak sembrono dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Selain itu, seyogyanya seorang peserta didik mencari figur guru yang dikenal
10

memiliki kemampuan yang cukup baik dalam memberikan pengajaran serta


memiliki pemahaman yang mendalam di bidangnya (Hasyim Asyari, penerjemah
Mohamad Kholil, 2007: 27).
Dalam hal ini KH. M. Hasyim Asyari menganggap guru adalah seorang yang
mempunyai peran penting untuk mempengaruhi jalan hidup seseorang. Untuk itu
dibutuhkan pemilihan yang selektif terhadap calon guru yang akan mengajarkan
kita banyak hal. Peserta didik dihimbau oleh beliau untuk mencari sosok guru
yang tidak hanya cukup dengan pengetahuan yang memadai namun lebih
menekankan pada kemuliaan akhlak dan agamanya.
Dan profesional dalam Islam khususnya dibidang pendidikan, seseorang
harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan kenginan yang
memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa
melakukan tugas dengan baik. Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang
yang bukan ahlinya maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan,
sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
.( )

Artinya: Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya. (HR. Bukhori).

Firman Allah SWT QS. al-Isra ayat 84:



Artinya : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

3. Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan Barat


Secara sosiologi, Vollmer & Mills dalam Abin Syamsuddin (1996:47)
mempersepsikan bahwa profesi itu hanyalah merupakan jenis model atau tipe
pekerjaan ideal saja, karena dalam realitanya bukanlah hal yang mudah untuk
mewujudkannya. Namun tetap bisa diwujudkan, bila dilakukan dengan sungguh-
sungguh. Parelius and Parelius dalam Wuradji (1988:50) memberikan batasan
tentang pekerjaan profesi itu menuntut adanya spesialisasi secara menjurus
(highly specialized), dilandasi oleh pengetahuan-pengetahuan yang khusus
(esoteric knowledge), dilandasi oleh pendidikan yang tinggi dengan program-
program pendidikan dan latihan yang matang.
11

Selanjutnya istilah profesionalisme diangkat dari bahasa Inggris


professionalism yang secara leksikal berarti sifat professional Profesionalisme
itu berkaitan dengan komitmen para penyandang profesi. Untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya secara terus menerus, mengembangkan strategi-
strategi baru dalam tindakannya melalui proses pembelajaran yang terus menerus
pula. Dalam hal ini Peter Jarvis (1992:28) menyatakan: professionalism
commitment to the accupa-tional organization, and dedication to being masier
knowledge and skillful provider of service stemming from the knowledge upon
which the occupation is based. Sementara itu Friedson (1970:151) mendefisikan:
professionalism as commitment to professional ideal and career.
Paul D. Travers (1990: 1) mengatakan bahwa:
Teachers despite differing personality types, must have some common traits.
Superior intelligence, compassion, humor, respect for children, and patience are
necessary ingredients for good teachers.
Guru memang memiliki karakter yang berbeda-beda, namun pada umumnya
harus memiliki ciri sebagai berikut: kecerdasan yang tinggi, kasih sayang, humor,
kewibawaan, dan kesabaran untuk menjadi guru yang baik.
Kepribadian yang baik perlu dimiliki oleh setiap guru agar peserta didik dapat
menghomati serta mematuhi perintah guru. Menjadi seorang guru tidak hanya
cukup dengan kecerdasan yang memadai, namun perlu adanya kasih sayang
terhadap peserta didik agar mereka merasa nyaman dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam pembelajaran perlu diselingi dengan humor, agar peserta
didik tidak merasa bosan. Peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda untuk itu perlu adanya kesabaran dalam menghadapi tingkah laku peserta
didik di dalam atau di luar kelas.
Negara filandia merupakan negara yang berhasil meningkatkan kualitas
pendidikan nomor 1 di dunia hal ini ternyata kuncinya memang terletak pada
kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan
kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi
yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah
menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-
sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat
12

persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas


hukum dan kedokteran. Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok
oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan
kualitas seadanya pula. Ini memberi gambaran bahwa di finlandia profesi guru
merupakan profesi yang paling terhormat dan begengsi.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan serta pelatihan guru
yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru
dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas
untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum
yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika
negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan
bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya
bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu
banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap
seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak
bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 tahun siswa mengambil ujian untuk
mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dengan sistem seperti ini siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri,
bahkan sejak Pra-TK, Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas
pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso,
Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.
Guru tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara
independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka
butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang
dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata
Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat
santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa
tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.
Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat
Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia
13

sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan
merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai
tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang
bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program
individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,
umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya,
bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab
dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik
terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan Kamu
salah pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika
meremeka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa
diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan
hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak
ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap
dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan
diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan
sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang
tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung
jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru
di Finlanda, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-
benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.

B. Kompetensi Guru Profesional


1. Menurut Pandangan Indonesia
Syah (2000) mengemukakan, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan,
keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.Sedangkan
menurut Mulyasa kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kemendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan bahwa:
Kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Sehingga
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
14

Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan PP RI No. 19/2005 Pasal 28 ayat
3:
Kompetensi profesional guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, kete-
rampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang yang memangku jabatan guru
sebagai profesi.

Kompetensi profesional sangat berkaitan erat dengan kemampuan dalam


menguasai meteri pada bidang studi manapun dengan berbagai substansi keilmuan
lainnya sebagai guru. Indikator keberhasilan yang ada pada guru yang memiliki
kompetensi profesional dapat diukur dengan indikator esensial, meliputi:
a. memahami materi ajar yang ada pada kurikulum sekolah.
b. mampu memahami konsep, struktur, metode keilmuan, koheren materi ajar.
c. Mampu memahami konsep mata pelajaran tertentu.
d. Menerapkan segala konsep yang ada pada kehidupan sehari-hari.
Undang-Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19
(Depdiknas, 2005) menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Keempat jenis kompetensi guru
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
b. Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substantif, kompetensi ini mencakup kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Kompetensi Profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut,
serta menambah wawasan keilmuan sebagai seorang guru.
15

d. Kompetensi Sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian


dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja.Kepmendiknas No. 045/U/2002
menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan
tertentu.Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.Undang-Undang Guru dan
Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 (Depdiknas, 2005) menyatakan
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian, profesional, dan
social. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional
meliputi :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Penjelasan pasal 28
ayat 3 butir a). artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajran, mulai
dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat
kurikulum, melaksanakan kurikulum dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki
pemahaman tentang psikologi pendidikan terutama terhadap kebutuhan dan
perkembangan peserata didik agar kegiatan pembelajran lebih bermakna dan
berhasil guna.
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap sub kompetensi dijabarkan menjadi indikator
esensial sebagai berikut;
16

1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:


memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar
(setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator
esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil
evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
Karakteristik kompetensi (Mendiknas. 2007, Robandi) tersebut seperti
berikut:
1) Menguasai karakteristik peserta didik
Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik mencakup aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.Penguasaan karakteristik tidak
dapat dicapai apabila guru masih menjaga jarak dengan peserta
didiknya.penguasan karakteristik peserta didik dapat dilakukan guru dengan
memposisikan diri sebagai orangtua.
2) Menguasai teori belajar
Penguasa terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
merupakan teori harus selalu diperbaharui oleh seorang guru. Semakin siswa
disibukkan dengan tugas-tugas dari gurunya, maka selayaknya seorang guru harus
semakin sibuk mendengarkan keluhan dari siswa ketika menyikapi setumpuk
17

tugasnya, sehingga guru akan membuahkan strategi-strategi baru dalam


pengajarannya untuk berusaha membantu memudahkan atau mencarikan jalan
alternatif dalam penyelesaian tugasnya. Guru harus selalu memotivasi diri untuk
semakin rajin membaca dan berdiskusi baik secara pada setiap media komunikasi
yang ada.
3) Mengembangkan kurikulum
Kemampuan guru untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik dari
standar merupakan hal yang sangat diharapkan.Pengembangan kurikulum ini
tidak hanya peningkatan dari segi materi pembelajaran, tapi aspek pendukungnya
pun harus diperhatikan, seperti media pembelajaran.Kecermatan melihat
keberadaan siswa dan sarana yang tersedia harus diperhatikan secara serius dalam
mengimplementasikan kurikulum tersebut.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan
Kegiatan pengembangan dapat berupa berbagai kreativitas yang dibangun
siswa bersama gurunya.Kreativitas itu bukan hanya dilakukan oleh siswa, tapi
harus bersama-sama dengan guru sebagai partner-nya.Misalnya membangun
kreativitas menulis di blog atau mengisi Facebook dengan posting-posting yang
mengandung nilai-nilai pendidikan.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
Hal ini dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangan yang mendidik. Sudah banyak Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Dengan
Microsoft Word guru/siswa dapat membuat catatan sekolahnya dengan daftar isi
yang mengandung Link ke halaman terkait. Microsoft PowerPoint dapat
digunakan guru/siswa untuk menyusun bahan presentasinya. Milis dapat
digunakan siswa sebagai sarana diskusi dengan siswa lainnya, bahkan dengan
guru sekalipun. Dengan kehadiran media online ini, komunikasi/konsultasi siswa
dengan guru dalam rangka mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dapat dilakukan.
Ketika guru memberikan tugas tidak cukup hanya memberikan tugas di minggu
pertama dan menunggu pengumpulannya di minggu kedua, tapi selama waktu
antara minggu pertama sampai minggu kedua harus tersedia waktu bagi siswa
yang ingin berkonsultasi terkait tugasnya.
18

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan


berbagai potensi yang dimiliki.
Secara sederhana, pada waktu istirahat atau hari-hari tertentu, lab
komputer kadang-kadang tidak digunakan, maka kesempatan ini dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk belajar/ menggunakan komputer. Guru tidak hanya
terpaku dengan waktu yang sudah dijadwalkan, tapi apabila ada waktu yang bisa
digunakan di luar jadwal itu akan lebih berpeluang membantu peserta didik dalam
menggali potensinya. Atau sekedar bertegur sapa dalam bahasa asing ketika
waktu istirahat, ini menjadi modal berharga untuk pengembangan potensi peserta
didik. Bahkan mendukung siswa untuk mengikuti perlombaan atau pelatihan di
luar sekolah merupakan sikap guru yang bagus.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Ini yang harus menjadi sorotan cukup serius, karena selama ini
komunikasi guru kepada siswanya masih dianggap kurang. Ini terjadi salah
satunya terlihat dari pemikiran bahwa siswa membutuhkan guru, bukan guru
membutuhkan siswa. Ini membuat guru jaga image, jual mahal, tidak mau proaktif
membangun komunikasi dengna siswanya. Guru dekat dengan siswa merasa
khawatir akan mengurangi reputasinya, padahal tidak demikian adanya. Kejujuran
guru atas kelemahannya pun boleh diketahui siswa, karena alih-alih mendapat
ejekan para siswa, malahan mendapat doa dari mereka.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Guru memiliki hak istimewa dalam menentukan nilai siswa. Pemikiran ini
harus ditinjau ulang, karena dalam prakteknya kadang-kadang guru dengan
kurang pertimbangan suka memberikan nilai jelek di ujian harian, UTS atau UAS,
padahal belum melakukan usaha-usaha yang tepat dalam pengajarannya. Ketika
guru memberikan nilai merah, maka guru tersebut harus bertanya kepada dirinya
sendiri: Sudahkah ia memberikan perhatian khusus kepada siswa yang diberi nilai
merah itu? Sudah berapa kalikah ia memanggil siswa untuk diberikan strategi-
strategi alternatif agar berhasil dalam belajarnya? Sudah berapa jauh guru tersebut
membangun kerja sama dengan siswa dan orangtuanya agar nilai siswa tersebut
bagus? Sungguh tidak adil untuk situasi di negeri ini seperti saat ini apabila
seorang guru hanya mengajar menggunakan gaya mengajar yang sama untuk
19

semua siswa, tiba-tiba di akhir semester siswa diberi nilai merah, padahal guru
tersebut tidak melakukan apa-apa untuk meningkatkan kemampuan siswa
tersebut, selain hanya remedial. Untuk apa minggu pertama gagal ujian, minggu
kedua diadakan remedial. Padahal guru tersebut belum sempat memberikan solusi
belajar kepada siswa yang gagal ujian tersebut.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Hasil ujian harus dijadikan masukan bagi guru untuk melakukan langkah
pengajaran berikutnya. Contoh: Siswa A mendapat nilai 100, Siswa B
mendapat nilai 40. Maka guru tersebut harus berusaha keras memberikan strategi-
strategi alternatif untuk siswa B. Kalau perlakuan guru menyamaratakan antara
gaya belajar A dan B, maka kemungkinan besar prestasi belajar siswa B akan
gagal lagi pada saat ujian berikutnya.
a. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Guru memberikan ilmu kepada siswanya, tidak terbatas di kelas saja.

b. Kompetensi Personal
Kompetensi personal adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan bewiwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia.(Penjelasan pasal 28 ayat 2 butir b). Artinya guru memiliki sikap
kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa.
Seorang guru harus memiliki sikap yang mempribadi sehingga dapat
dibedakan ia dengan guru yang lain. Memang, kepribadian menurut Zakiah
Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya
dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi
suatu persoalan, atau melalui atasannya saja.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga
dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan
cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh
kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan
citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka
akan naik pula wibawa orang tersebut.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) butir b
dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang
20

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian
diantaranya adalah:
1) Kepribadian yang mantap, stabil.
Dalam hal ini untuk menjadi seseorang guru harus memiliki kepribadian
yang mantap, stabil. Ini penting karena banyak masalah pendidikan yang
disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap dan kurang stabil.
Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang
baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil
sebagai sosok yang patut digugu (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan
ditiru (di contoh sikap dan perilakunya).
2) Kepribadian yang dewasa
Sebagai seorang guru, kita harus memiliki kepribadian yang dewasa
karena terkadang banyak masalah pendidikan yang muncul yang disebabkan oleh
kurang dewasanya seorang guru. Kondisi kepribadian yang demikian sering
membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji,
bahkan tindakan-tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.
Ujian berat bagi setiap guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan
yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi sangat diperlukan, namun
tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang
menyinggung perasaan. Sehingga, sebagai seorang guru, seharusnya kita:
a) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik. Artinya,
kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai
pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya.
Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya
dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru.
b) Memiliki etos kerja sebagai guru

3) Kepribadian yang arif


Sebagai seorang guru kita harus memiliki pribadi yang disiplin dan arif.
Hal ini penting, karena masih sering kita melihat dan mendengar peserta didik
yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik.
Oleh karena itu peserta didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang harus
21

memulainya. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan,


berbuat baik, menjadi contoh sabar dan penuh pengertian.
Mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan rasa kasih sayang
dan tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi, tetapi
guru harus dapat membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Sehingga,
sebagai seorang guru kita harus:
a) Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,
sekolah, dan masyarakat. Artinya, sebagai seorang guru, kita juga bertindak
sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik sehingga dapat saja dipisahkan
kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah
kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti
hadits Nabi :Khoirunnaasi anfauhum linnaas, artinya adalah sebaik-baiknya
manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain. ( Al
Hadits ).
b) Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa
Berwibawa mengandung makna bahwa seorang guru harus:
a) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik
Artinya, guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang
positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di
depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan
nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur
dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati
berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan
menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya
akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.
b) Memiliki perilaku yang disegani
5) Menjadi berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik
Guru harus berakhlakul karimah, karena guru adalah seorang penasehat
bagi peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak mulia, dalam
22

keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, istiqomah dan tidak
tergoyahkan.
Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu
saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha
sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah
tentunya. Dalam hal ini, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan
niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan
duniawi.Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi pribadinya,
dengan tetap bertawakkal kepada Allah. Melalui guru yang demikianlah, kita
berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.
1) Untuk menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan oleh seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang
disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
1) Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong)
2) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Artinya, guru sebagai teladan
bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat
dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.

c. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP, penejlasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru
harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek
matter yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dlama arti
memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih model, strategi dan
metode yang tepat serta mampu menerapkanya dalam kegiatan pembelajaran.
Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum dan landasan
kependidikan.
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk
23

itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber
seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek
Kompetensi Professional adalah dalam menyampaikan pembelajaran, guru
mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering
dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut
oleh siswa sebagaisuatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh
melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.Dalam
melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan
berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat.
Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang
benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan
multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.Di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip
didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan
prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.
Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya.Jenis tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat.Diharapkan pula
guru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat
memotivasi siswa belajar. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses
pembelajaran dapat diamati dari aspek perofesional adalah: Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.Mengembangkan materi pelajaran
yang diampu secara kreatif.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
24

dengan melakukan tindakan reflektif Memanfaatkan teknologi informasi dan


komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. (Standar Nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir
d). Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan
murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah
maupun dengan masyarakat luas.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam
kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi :
1) Pengenalan peserta didik secara mendalam;
2) Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun
bahan ajar dalam kurikulum sekolah.
3) Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan;
4) Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru
yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara
professional
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008, guru sekurang-
kurangnya harus memiliki kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat.
Prinsip komunikasi ampuh yakni menimbulkan kesan, mengarahkan atau
focus pada materi yang disampaikan, dan spesifik. Guru hendaknya kreatif
mengoptimalkan kemampuan kinerja otak sebagai tempat menimbulkan kesan.
Maka guru dituntut mampu menentukan kata-kata yang tepat dalam memberi
penjelasan pada siswa. Oleh karena itu, sebaiknya guru menyusun perkataan yang
komunikatif serta santun untuk pembelajaran yang berkesan dan bermakna.Jika
seorang guru tidak mampu untuk berkomunikasi, maka materi yang harus
25

disampaikan kepada murid akhirnya tidak jelas tersampaikan yang mengakibatkan


murid kebingungan dan tidak mengerti dengan penjelasan guru.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi.
Dalam perkembangan globalisasi yang semakin meningkat, kebutuhan
untuk menguasai teknologi komunikasi dan informasi sangat dibutuhkan, ketika
seorang guru tidak menguasainya, maka dalam hal pembelajaran maupun cara
komunikasi dengan siswa akan ketinggalan zaman, sekarang ini jaringan sosial
untuk membangun komunikasi semakin luas misalnya dengan adanya facebook,
twitter, blog, e-mail, e-learning maupun fasilitas internet lainnya yang bisa
dijadikan sarana untuk berkomunikasi dan mencari ilmu pengetahuan selain di
kelas.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
Adanya saling menghormati dan menghargai baik itu dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan memperhatikan aturan
yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu
memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui
kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Ketika guru tidak memiliki
kemampuan pergaulan, maka pergaulannya akan menjadi kaku dan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
Seorang guru hendaknya benar-benar mengajar dari hati, tanpa adanya
keterpaksaan, sehingga membuat siswa lebih nyaman dengan guru tersebut, selain
itu seorang guru selalu berusaha untuk saling terbuka, membangun persaudaraan
dimana disini guru bukan hanya berperan sebagai seseorang yang mengajar di
kelas, tapi juga dapat berperan sebagai orang tua, kakak, teman ataupun sahabat.
Hal ini akan mempengaruhi karakter dari siswa yang guru tersebut ajarkan,
sehingga mereka akan lebih mudah menerima dan mengikuti apa yang guru
tersebut sampaikan. Guru juga harus memupuk semangat kebersamaan dengan
26

adanya diskusi kelompok sehingga terbentuk ikatan emosional dengan teman-


temannya.
Ada 10 cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi sosial
1) Sadari komunikasi non-verbal Anda. Peserta didik Anda akan lebih mudah
melihat ketidakselarasan antara gerak mata, mimik wajah , dan ucapan Anda.
2) Pastikan Anda menyebut nama siswa atau rekan kerja Anda yang sedang
berbicara pada Anda.
3) Beri contoh seperti apa emosi negative itu. Dan ajarkan keterampilan
mengatasi emosi dan yang membuat mereka stres.
4) Reinforcement perilaku positif mereka secara konsisten.
5) Berilah pertanyaan bersifat terbuka mengenai status emosi siswa dan
dengarkan baik-baik penuh empati.
6) Tampillah dengan senyum, rileks, terbuka dan siap diajak bicara. Serta
berikan sambutan yang tulus kepada siswa dengan penuh hangat dan hormat.
7) Bila muncul ketegangan (Konflik), batasi dan nyatakan apa yang Anda
percayai dan apa yang Anda dengar. Orientasi kebenaran bukan pada
kesalahan-pahaman.
8) Ungkap apa yang ada dalam pikiran Anda atau pendapat Anda secara sopan
tanpa menunjukkan sifat arogansi atau sifat egois.
9) Akuilah apa yang menjadi kesalahan Anda mengambil keputusan dan
hindarilah menyalahkan orang lain.
10) Deskripsikan semua prilaku dengan cara yang positif.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapaikan tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Penyampaian materi
pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam
pembelajaran sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan
perkembangan anak. Secara rinci tugas guru berpusat pada (Abu ahmadi dan
Widodo Supriyono: 99):
1) Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian
tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
27

2) Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang


memadai.
3) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.

2. Menurut Pandangan Islam


Ketika seseorang dikatakan ahli, tentu dia mempunyai kompetensi dalam
bidang yang ia kuasai. Guru profesional juga mempunyai kompetensi yang harus
dimiliki. Moh. Uzer Usman menyebutkan sedikitnya ada dua kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru. Yaitu, kompetensi kepribadian dan profesionalisme.
Dalam kompetensi pribadi, yang di dalamnya memuat berbagai kemampuan yang
harus dimiliki, seperti berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan,
melaksanakan administrasi sekolah, dan melakukan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.
Selain kompetensi pribadi, seorang guru profesional juga dituntut mengusai
kompetensi kewajibannya sebagai guru. Yakni, kompetensi profesional. Hal ini
mensyaratkan seorang guru profesional harus mengetahui dan melaksanakan dua
point. Yaitu, landasan pendidikan, dan menyusun program pengajaran.
Dari dua kompetensi tersebut diatas, Syaiful Sagala dalam Buku Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan menambahkan satu kompetensi lagi
bagi seorang guru profesional, yaitu kemampuan sosial. Dari sini dapat di ketahui,
bahwa menjadi guru profesional minimal mempunyai tiga kompetensi.
Kompetensi tersebut adalah kompetensi pribadi, profesi, dan sosial. Jika salah
satu kompetensi tidak dikuasai, maka bisa berakibat nilai dan tujuan pendidikan
tidak bisa dicapai. Hal ini tentu sangat berpengaruh, karena sosok seorang guru
mempunyai peran yang sangat besar dalam mensukseskan tujuan, visi, dan misi
pendidikan.

3. Menurut Pandangan Barat


Gregory Schraw pernah menyatakan bahwa :
Seorang guru memerlukan waktu 5 sampai 10 tahun atau 10.000 jam untuk
menjadi seorang guru yang ahli. Dalam perjalanan yang lama itu, guru
harus mengembangkan pembelajaran lebih lanjut dan meningkatkan
28

penguasaan materi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi guru yang
ahli (profesional) bukanlah cara yang mudah, tetapi harus melalui
perjalanan panjang disertai terus menerus pengembangan diri.
Negara Finlandia, yang merupakan negara top skor OECD dalam
pengelolaan pendidikan pada tahun 2000 oleh Penilaian Internasional PISA
(Sahlberg, Profesionalisme Guru 2010). Finlandia sangat baik mengelola
sumberdaya pendidik khususnya guru. Semua guru di Finlandia diharuskan
memiliki gelar Master untuk mengajar di tingkat sekolah dasar (Sahlberg, 2007).
Bahkan, guru dianjurkan untuk menambah keprofesionalannya dengan menjalani
program doktoral kependidikan. Di samping itu, jam kerja guru hanya di bawah
600 jam per tahun. Sebaliknya di Amerika Serikat, seorang guru pada tingkat
yang sama biasanya mencurahkan 1.080 jam untuk mengajar setiap tahunnya
(Sahlberg, 2010). Bahkan di Indonesia, guru mencurahkan hampir seluruh jam
hidupnya untuk mengajar, yakni 1.152 jam per tahun.
Selanjutnya, guru disediakan waktu untuk pengembangan profesional dalam
pekan kerja guru (OECD, 2005; Darling-Hammond, 2009). Hal ini memberikan
peningkatan kompetensi secara berkala bagi guru-guru di Finlandia. Bahkan, guru
melalui pihak sekolah berhak mengajukan materi pengembangan profesinya
kepada pihak terkait sesuai dengan kebutuhan guru. Guru di Finlandia merupakan
profesi yang bergengsi dan dihormati dengan penghormatan publik yang besar
dan penghargaan yang besar (Simola, 2005; Sahlberg, 2007). Hal ini pun
dipertegas dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan Helsingin Sanotikar tahun
2004 kepada lulusan SMA di Finlandia atas profesi yang diincar, guru menempati
posisi unggulan (Sahlberg, 2010).
Hal ini dikarenakan profesi guru dalam kacamata para lulusan terbaik sekolah
menengah atas, adalah profesi yang independen dengan segala kebijakan otonomi
guru dalam melakukan mengajaran di kelas. Hal ini tidak luput dari besarnya
anggaran pendidikan yang dikucurkan pemerintah Finlandia. Sistem pendidikan di
sana pun dianggap sangat independen dan tidak akan terpengaruh oleh pergantian
politik pemerintahan. Hal ini dikarenakan pemerintah menaruh tanggungjawab
otonomi bagi delapan universitas di Finlandia yang merupakan satu-satunya
organisasi yang berhak mengeluarkan guru lisensi di Finlandia, serta memberikan
tanggungjawab otonomi pula pada guru dalam mendidik serta evaluasi terhadap
29

para siswanya (Sahlberg, 2011). Guru dinilai sebagai satu-satunya pihak yang
berwenang atas penilaian kemampuan peserta didik daripada pihak eksternal
(pemerintah).
Profesi guru diatur di Finlandia dalam Keputusan Pengajaran Kualifikasi
986/1998. (Keputusan Nomor 986/1998 tentang persyaratan kualifikasi bagi
personil pengajar dan perubahan keputusan tersebut, SK No 865/2005.
Dewan Nasional Pendidikan Finlandia Kualifikasi untuk guru mata pelajaran
di Finlandia tergantung pada tingkatan sekolah. Untuk menjadi guru mata
pelajaran yang berkualitas di sekolah yang komprehensif (Kelas 1 hingga 9) di
Finlandia, seseorang harus telah menyelesaikan :
a. Universitas tingkat yang lebih tinggi (gelar Master)
b. pada studi paling dasar dan menengah atau setara dengan 60 kredit ECTS
(35 minggu studi) dalam suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-
sekolah yang komprehensif
c. 60 ECTS studi pedagogis guru
Untuk menjadi guru mata pelajaran yang berkualitas di sekolah menengah
atas di Finlandia, seseorang harus telah menyelesaikan :
a. Universitas tingkat yang lebih tinggi (gelar Master)
b. Setidaknya 120 kredit ECTS dalam satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah menengah atas dan setidaknya 60 kredit dalam mata pelajaran
lain .
c. Minimal memiliki 60 ECTS untuk studi pedagogis guru
Agar memenuhi syarat untuk mengajar di sebuah sekolah dasar Finlandia,
guru juga harus memiliki kompetensi yang sangat baik pada penguasaan bahasa
Finlandia atau Swedia). Di sekolah menengah atas kebutuhan kompetensi guru
harus memiliki kompetensi bahasa swedia/finladia. Peraturan tersebut diatur
dalam keputusan yang sama s untuk kualifikasi umum (SK 986/1998, Keputusan
865/2005).
30

C. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional


1. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional Menurut Pandangan
Indonesia
a. Syarat-syarat Guru Profesional
Suatu pekerjaan yang dikategorikan profesional harus memenuhi serta
memerlukan persyaratan khusus, yaitu:
1) Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai.
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannaya.
5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Selain persyaratan di atas ada beberapa persyaratan lain, yaitu:
1) Memilki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
2) Memilki klien (objek) layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya,
guru dengan muridnya.
3) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di dalam
masyarakat.
Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara
lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi
keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemapuan
berkomunikasi dengan peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continuous improvement)
melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya.

b. Sikap Dan Sifat Guru Profesional


Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-
tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain
itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. E. Mulyasa (2011 : 164) Guru profesional hendaknya mampu
31

memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
1) Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelola dirinya, mengendalikan dan menghargai serta mengembangkan
dirinya.
2) Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam
memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
3) Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui pengusaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang
tugas-tugasnya.
4) Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru
sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak menyimpang
dari norma-norma agama.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, artinya dirinya
adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk atau dalam
belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta
didik itu belajar. Oleh karena itu, apabila ada kegagalan peserta didik, guru
terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama
peserta didik bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.Sikap yang
harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak
untuk memurnikan keguruannya.Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk
menjadi guru.Seorang guru yang tidak sedia belajar, tak mungkin kerasan dan
bangga menjadi guru.Kerasan dan kebanggan atas keguruannya adalah langkah
untuk menjadi guru yang profesional.
Sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
1) Bersikap adil
2) Percaya dan suka kepada murid-muridnya
3) Sabar dan rela berkorban
4) Memiliki wibawa di hadapan peserta didik
5) Penggembira
32

6) Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya


7) Bersikap baik terhadap masyarakat
8) Benar-benar menguasai mata pelajarannya
9) Suka dengan mata pelajaran yang diberikannya
10) Berpengetahuan luas.

2. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional Menurut Pandangan Islam


a. Syarat-syarat Guru Profesional
Menurut Sulani (1981: 64), Agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru
harus memiliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :
1) Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan)
2) Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni)
3) Syarat Idofiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang
dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak
didik menuju tujuan yang ditetapkan)
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa misi
ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu
pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran
agama kepada murid, sehingga murid dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan
norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru
menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.

b. Sikap Dan Sifat Guru Profesional


Menurut Ghofir (Muhammad Nurdin, 2004 158) Untuk mewujudkan misi ini,
guru harus seperangkat kemampuan, sikap, dan keterampilan sebagai berikut :
1) Landasan moral yang kokoh untuk melakukan jihad dan mengemban
amanah.
2) Kemampuan mengembangkan jaringan kerjasama/silaturahmi
3) Membentuk team work yang kompak
4) Mencintai kualitas yang tinggi.
Dari hasil analisis terhadap sejumlah literature, secara umum kepribadian
guru profesional dalam pandangan Islam adalah :
33

1) mempunyai kematangan, artinya Kematangan (mantap) diperlukan oleh


orang yang mengharapkan kepribadiannya dihormati dan dihargai oleh
manusia, terlebih seorang guru dan teladan generasi muda. Orang-orang
yang tidak matang kepribadiannya, prilaku mereka mengisyaratkan adanya
kekurangan pada akal dan sifat kejantanan yang sempurna, serta hilangnya
kehormatan ilmu. Orang yang kondisinya seperti ini membuat murid-murid
mencemooh dan melecehkannya.
2) Dewasa artinya Tugas mendidik antara lain, harus dilakukan bagi seorang
pendidik yang sudah dewasa, baik dewasa dalam ilmunya dan juga
umurnya. Sebab anak-anak tidak dapat dimintai pertanggung jawaban. Di
negara kita Indonesia, seseorang dianggap dewasa sejak ia berumur 18
tahun atau dia sudah kawin. Menurut ilmu pendidikan adalah 21 tahun bagi
laki-laki dan 18 bagi seorang perempuan. Bagi pendidik asli, yaitu orang tua
anak, maka mereka boleh mendidik anaknya.
3) Arif dan bijaksana artinya Allah memerintahkan umat Islam untuk
mengembangkan sikap arif dan bijaksana dalam melakukan dan
menyelesaikan suatu aktivitas, seperti mengajar, mendidik para murit-
muridnya (berdiskusi dan bermusyawarah) serta bertawakal kepada Allah
Swt.
4) Berwibawa diartikan sebagai sikap atau penampilan yang dapat
menimbulkan rasa segan dan hormat, sehingga anak didik merasa
memperoleh pengayoman dan perlindungan.
5) Menjadi suri tauladan yang baik (Uswatun hasanah) artinya Seorang guru
adalah sebagai panutan para murit-muritnya. Keteladanan dalam pendidikan
merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam
mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak.
Seorang pendidik tidak dapat mendidik murid-muridnya dengan sifat utama
kecuali apabila ia memiliki sifat utama dan ia tidak dapat memperbaiki
mereka kecualai saat shalih, karena murid-murid akan mengambil keteladan
darinya lebih banyak dari pada mengambil kata-katanya. Mengingat
pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-
tanduk, dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka.
34

Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa


tertanam dalam kepribadian anak. Seorang anak, bagaimana pun besarnya
usaha yang dipersiapkan untuk kebaikannya, bagaimana pun sucinya fitrah,
ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok
pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan
dari nilai-nilai moral yang tinggi.
6) Berakhlak mulia. Akhlaq merupakan fitrah bagi setiap insan. Diatasnyalah
risalah Islam tumbuh dan karenalah Rasulullah saw diutus. Allah telah
memuji utusan-Nya tersebut sebagai sosok yang memiliki kesempurnaan
akhlak mulia. Aisyah mengatakan Akhlak beliau adalah Al-Quran.
Seorang pendidik harus memiliki akhlak yang baik dan terpuji agar dapat
menarik simpati masyarakat dan bisa bersabar dalam menghadapinya. Jika
seorang pendidik, tidak berakhlak mulia, ilmu dan amalnya tidak akan
bermanfaat.
7) Keikhlasan artinya merupakan sebagian sifat-sifat guru pendidikan Islam
yang harus dimiliki. Pendidik hendaknya mencanangkan niatnya semata-
mata karena Allah dalam seluruh pekerjaan edukatifnya, baik berupa
perintah, larangan, nasehat, pengawasan, atau hukuman. Kesembilan, Sabar
dalam mengajarkan ilmu. Menurut Al-Ghazali, karakter shobir (sabar)
terkait dengan dua aspek, yaitu: pertama, fisik (badani), yaitu menahan diri
(sabar) dari kesulitan dan kelelahan badan dalam menjalankan perbuatan
yang baik. Dalam kesabaran ini sering kali mendatangkan rasa sakit, luka
dan memikul beban yang berat; kedua, psikis (nafsi), yaitu menahan diri
dari natur dan tuntutan hawa nafsu.
8) Menurut Menurut Moh. Athiyah al-Abrasyi guru harus bersifat pemaaf
terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang
hati, banyak bersabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil.
Berpribadi dan mempunyai harga diri. Pribadi yang arif bijaksana
seperti ini sangat perlu dimiliki seorang guru yang menginginkan anak
didiknya memiliki perilaku-prilaku yang baik menurut syariat.
35

3. Syarat-syarat dan Sikap Guru Profesional Menurut Pandangan Barat


(Finlandia)
Semua guru di Finlandia harus memiliki gelar master / S2. Sebagaimana
kualifikasi guru yang dipersyaratkan di Finlandia adalah guru TK (sarjana/S1),
guru SD (master / S2), guru Sekolah Terpadu / Peruskoulu (master / S2), guru
SMP (master / S2), dan guru SMA (master / S2). Disini terlihat jelas,
bahwasanya guru harus benar-benar profesional sesuai dengan bidang
kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Tugas guru tidak
hanya mengajar dan berhenti pada tataran S1 saja, akan tetapi menjadi guru
pembelajar, dan guru riset. Menurut Ann Lieberman (Senior Scholar, Stanford
University) fokus reformasi pendidikan Finlandia adalah pada program
pendidikan guru. Mereka yang berprofesi sebagai guru tidak hanya terus
mengajar, tetapi banyak yang melanjutkan studi, bukan untuk melepaskan
profesi ini, melainkan untuk belajar lebih banyak dan berkontribusi lebih banyak
kepada profesi.
Sederhananya guru-guru Finlandia adalah guru pembelajar, guru riset dan
guru pemimpin. Bahkan pemimpin adalah guru. Karena kebanyakan sekolah di
Finlandia, kepala sekolah adalah seorang guru berpengalaman yang sudah teruji
kompetensi kepemimpinan dan kepribadiannya. Di banyak sekolah, kepala
sekolah juga memegang sejumlah kelas kecil untuk ia ajar setiap minggunya.
Kepemimpinan pedagogik adalah salah satu bidang kunci dalam kepemimpinan
sekolah yang profesional di Finlandia. Menurut Martti Hellstrom (Kepala
Sekolah di Sekolah Aurora, Kota Espoo), menjadi kepala sekolah bukan seperti
menjadi adiministrator atau pelatih sebuah klub olahraga. Seorang kepala
sekolah bertanggung jawab atas sebagian dari sebuah sistem sosial yang
kompleks yang terus menerus berubah. Tanpa pengalaman sebagai guru, akan
sangat sulit untuk berhasil memenuhi amanat pekerjaan ini.
Selain keunggulan guru, banyak faktor lain yang telah berkontribusi pada
ketenaran sistem pendidikan Finlandia, seperti adanya Sekolah Terpadu 9 tahun
(Peruskoulu) untuk semua anak, kurikulum modern yang berfokus pada
pembelajaran, perhatian sistematis kepada siswa-siswa berkebutuhan khusus
yang beragam serta otonomi lokal dan tanggung jawab bersama. Reformasi
36

sekolah terpadu (Peruskoulu) memicu pengembangan tiga aspek tertentu dalam


sistem pendidikan Finlandia, yang belakangan telah terbukti berperan penting
dalam menciptakan sistem pendidikan berkinerja tinggi. Pertama, prinsip
berkesempatan sama (equal opportunity principle) yaitu menerima semua siswa
tanpa memandang domisili, latar belakang sosial ekonomi dan minatnya. Kedua,
bimbingan karier dan konseling menjadi bagian wajib dalam kurikulum sekolah
terpadu di semua sekolah. Bimbingan dan konseling ini membantu siswa dalam
menentukan arah pendidikan dan masa depan mereka, seperti melanjutkan ke
sekolah atas umum, melanjutkan ke sekolah kejuruan atau mencari kerja.
Ketiga, Peruskoulu menuntut guru-guru untuk profesional dan kreatif dalam
mengajar siswa yang kemampuannya beragam.
Guru dianggap paling tahu bagaimana cara mengevaluasi murid-muridnya.
Karena Itu, Ujian Nasional Tidaklah Perlu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar
yang tinggi memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab
membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka.
Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian
Nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang
yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai
dengan siswa-siswa mereka. Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan
sosial atau latar belakang kultur biasanya jadi tantangan sendiri dalam
menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem
pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan
caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan
potensinya secara maksimal.

D. Peran Guru Profesional dalam Proses Pembelajaran


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa professional guru mengandung
pengertian yang meliputi unsur kepribadian, keilmuan dan ketrampilan. Dengan
demikian dapat diartikan, bahwa kompetensi profesinalisme guru tentu saja akan
meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada
ketrampilan sesuai dengan peranan yang telah dikerjakan. Adapun fungsi dan
peranan guru secara umum, yaitu :
37

1. Guru sebagai Pendidik


Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standart kualitas pribadi tertentu, yang menyangkup tanggung jawab, wibawa,
madiri dan disiplin (Mulyasa, 2005:37). Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila
guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penugasan ilmu. Guru akan mampu
mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa
tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistik, jujur
dan terbuka serta peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi
pendidikan.
Sehubung dengan peranannya sebagai pendidik, guru harus menguasai
ilmu antara lain mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran
serta ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran/bidang study yang
diajarkan, menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode
pengajaran, teknologi pendidikan teori evaluasi psikologi belajar dan sebagainya.

2. Guru sebagai Pengajar


Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, menguasai
penggunaan strategi dan metode yang akan diguanakan dalam proses belajar
mengajar dan memahami materi standart yang dipelajari serta menentukan alat
evaluasi belajar yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa (Mulyasa,
2005:38).
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Sehubungan dengan itu, sebagai seorang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru
harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha
lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang
perludilakukangurudalampembelajaran,yaitu:Membuatilustrasi, mendefinisikan,
menganalisis,mensintesis,bertanya,merespon, mendengarkan, dan menciptakan
kepercayaan.
38

3. Guru sebagai Pembimbing


Guru sebagai pembimbing, harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu, dilakukan berdasarkan
kerjasama yang baik dengan peserta didik. Tetapi guru memberikan pengaruh
utama dalam perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan
tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah perjalanan merupakan proses belajar mengajar, baik didalam kelas
maupun diluar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. selain itu, guru juga perlu
memiliki kemampuan untuk membimbing siswa, memberikan dorongan psikologi
agar siswa dapat mengesampingkan faktor-faktor internal yang akan menggangu
proses pembelajaran, serta guru juga harus dapt memberikan arah dan pembinaan
karier siswa sesui dengan bakat dan kemampuan siswa. Guru memerlukan 4
kompetensi, yaitu:
a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik
sehubung dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa
yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk
merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruhaspek
perjalan.Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada
kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikirannya secara jelas.
b. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
Peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah
tapi juga harus terlibat secara psikologi. Dengan kata lain, peserta didik harus
dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang
akan mengantar mereka mecapai tujuan. Dalam setiap hal peserta didik harus
belajar, untuk itu mereka harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang
dapat menimbulkan kegiatan belajar.
c. Guru harus memaknai kegiatan belajar mengajar.
Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena
guru harus memberikan kegidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Bisa
39

jadi pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara tuntas dan


rinci, tetapi kurang relevan, bermakna, dan imaginative.
d. Guru harus melaksanakan penilaian.
Guru diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peserta didik yang merupakan kegiatan penilaian yang hasilnya sangat
bermanfaat terutama untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

4. Guru sebagai Pelatih


Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik
intelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis
kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu
menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan madir dalam berbagai
macam ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh
karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta
didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-
masing.
Pelatihan yang dilakukan, disamping memperhatikan kompetensi dan
materi dasar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta
didik dengan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak tahu, meskipun tidak
mencakup semua hal secara sempurna. Guru menciptakan situasi agar peserta
didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus
bisa menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan
kepadanya, sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kreativitas
peserta didik.

5. Guru sebagai Penasehat


Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
berbagai hal dapat berharap untuk menasehati orang lain. Makin efektif guru
menangani setiap permasalahan, maka makin banyak kemungkinan peserta didik
berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri. Agar guru
dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasehat secara lebih
40

mendalam, ia harus lebih memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan


mental.

6. Guru sebagai Pembaharu (Innovator)


Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan
yang bermakna bagi peserta didik. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan
dan pengalaman yang berharga ke dalam istilah atau bahasa modern yang akan
diterima oleh peserta didik.

7. Guru sebagai model dan Teladan


Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Peran dan fungsi ini patut dipahami,
dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan, sehingga dengan ketrampilan
dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Yang harus
diperhatiakn oleh guru bila menjadi seorang teladan yaitu sikap dasar, bicara dan
gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian,
hubungan kemanusiaan, proses berfikir, prilaku neurotis, selera, keputusan,
kesehatan, dan gaya hidup secara umum. Guru yang baik adalah yang menyadari
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya,
kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang bersalah.

8. Guru sebagai Pribadi


Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang pendidik. Ujian berat
bagi seorang guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan yang memancing
emosinya. Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga
perlu memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, dan keluwesannya dalam bergaul.
Untuk menyempurnakan itu semua, seorang guru bisa meminta pendapat
pada teman sejawatnya atau mungkin peserta didik tentang penampilannya sehari-
hari, baik didalam kelas maupun di luar kelas dan segera memanfaatkan pendapat
yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan
tertentu yang kurang tepat.
41

9. Guru sebagai Peneliti


Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan
berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru
adalah seorang pencari atau peneliti. menyadari akan kekurangannya, guru
berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas. Bagaimana menemukan apa yang tidak diketahuinya?
Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula. Apa yang
harus dikerjakan, yakni penelitian.

10. Guru sebagai Fasilitator


Tugas guru tidak hanya menyampaiakan informasi kepada peserta didik,
tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar
bagi peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan suasana yang
menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka. Sebagai fasilitator tugas guru yang
paling utama adalah memberi kemudahan belajar dengan pembelajaran yang
terpadu, accelerated learning, moving class, konstruktivisme, contextual learning,
quantum learningdigunakan sebagai model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi peserta didik.
Guru harus siap menjadi fasilitator yang demokratis professional, karena
dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi dan globalisasi yang begitu
cepat. kondisi ini menuntut guru untuk senantiasa belajar meningkatkan
kemampuan, siap dan mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat, bahkan tidak
menutup kemungkinan untuk belajar dari peserta didiknya.

E. Sistem Pelatihan Guru Profesional di Indonesia


1. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Organisasi Profesi
Menurut Gitosudarmo, Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola
aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan (Ardana, 2008:1). Berdasarkan
definisi di atas dapat dipahami bahwa organisasi memiliki unsur-unsurnya, yakni
sebagai berikut : sistem, pola aktivitas, sekelompok orang ,tujuan.
42

Sementara itu, Robbins (1994) mengatakan struktur organisasi adalah kerangka


kerja formal suatu organisasi dengan kerangka mana tugas-tugas pekerjaan dibagi-
bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan.
Organisasi profesi guru di antaranya yaitu Persatuan Republik Indonesia
(PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Organisasi MGMP
bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam
kelompoknya masing-masing (Soetjipto,2007:36). Dengan mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada dalam organisasi selain PGRI ada organisasi profesi dibidang
pendidikan yaitu Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Dengan telah
terbentuknya organisasi profesi, guru dapat meningkatkan kemampuan dirinnya
dan berlomba dalam kebaikan dengan sesama teman profesi.

2. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan yaitu proses pemberian layanan bantuan profesional
kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-
tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada hakikatnya
supervisi adalah perbaikan proses pembelajaran.
Berikut merupakan prinsip-prinsip supervisi, di antaranya:
a. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
b. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
c. Supervisi pendidikan harus demokratis.
d. Program supervisi pendidikan harus komprehensif.
e. Supervisi pendidikan harus konstruktif.
f. Supervisi pendidikan harus objektif.
Teknik-teknik supervisi pendidikan, di antaranya yaitu:
a. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk
seorang guru secara individual.
Teknik yang bersifat individual yaitu perkunjungan kelas, observasi kelas,
percakapan pribadi, intervisitasi penyeleksi berbagai sumber materi untuk
mengajar, dan menilai diri sendiri
b. Teknik yang bersifat kelompok yaitu teknik yang dilaksanakan untuk
melayani lebih dari seorang guru.
43

Teknik yang bersifat kelompok yaitu; pertemuan orientasi bagi guru baru,
panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai
proses kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar,
simposium, diskusi mengajar, perpustakaan jabata, buletin supervisi, membaca
langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, dan
perjalanan sekolah untuk staf.
Menurut Soetjipto dan Raflis (2007) ada empat pendekatan supervisi yaitu:
a. Pendekatan Humanistik. Menempatkan guru sebagai makhluk yang punya
pikiran, rasa dan kehendak yang terus bisa tumbuh kembang, dan bahkan
sebagai alat semata untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
b. Pendekatan Kompetensi. Pendikatan ini memiliki makna bahwa guru harus
mempunyai kompetensi tertentu untuk menjalankan tugasnya.
c. Pendekatan Klinis. proses tatap muka antara supervisor dengan guru
membicarakan masalah mengajar dan yang berhubungan dengannya, oleh
karenanya dalam supervisi klinis, supervisor dan guru sebagai teman sejawat
dalam memecahkan maslah-maslah pembelajaran. Adapun sasaran supervisi
klinis yaitu perbaikan pengajaran, bukan kepribadian guru.
d. Pendekatan Profesional. Berasumsi bahwa tugas utama profesi guru itu
mengajar, sehingga sasaran supevisi harus mengarahkan pada hal yang
menyangkut tugas ,mengajar, bukan yang administratif.
Peran supervisi pendidikan dalam peningkatan kemampuan diri guru yakni
supervisi bukanlah ajang untuk mengadili, melainkan aktifitas membantu guru
untuk keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan sekaigus mendorong
untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan pekerjaannya. Kegiatan supervisi
tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar
mengajar.

3. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Sertifikasi


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
44

Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu


proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah
lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Yunus, 2009)
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang disahkan tanggal 30 Desember 2005.
Pasal yang terkait langsung yakni pasal 8, pasal 11 ayat 1, pasal 11 ayat 2, pasal
11 ayat 3, dan pasal 11 ayat 4.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang ditetapkan
pada tanggal 4 mei 2007.
Ada beberapa tujuan sertifikasi di antaranya:
1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2) Meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
3) Meningkatkan martabat guru
4) Meningkatkan profesionalisme guru
Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, sertifikasi guru juga memiliki
manfaat tertentu sebagai berikut: melindungi profesi guru dari praktik-praktik
yang tidak kompeten yang dapat merusak citra guru, melindungi masyarakat dari
praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, dan
meningkatkan kesejahteraan guru.
Prosedur atau kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru, baik untuk
lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1 non kependidikan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Lulusan program sarjana kependidkan sudah mengalami Pembentukan
Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan
uji kompetensi yang dilaksanakan oleh perpendidikan yang memiliki PPTK
terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.
2) Lulusan program sarjana non-kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti
proses Pembentukan Kompetensi Mengajar (PKM) pada perguruan tinggi
45

yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara


terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru lulusan S1 non kependidikan.
3) Penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK
yang terakreditasi. Untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai sebagai bentuk
evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK
terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.
4) Peserta uji kompetensi yang lulus, baik yang berasal dari lulusan program
sarjana pendidikan maupun non-pendidikan diberikan sertifikat kompetensi
sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan
praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Sertifikasi guru dibagi menjadi dua yakni sertifikasi guru dalam jabatan dan
sertifikasi guru pra jabatan. Sertifikasi guru dalam jabatan ada 2 tahapan,
yakni:
1) Sertifikasi melalui penilaian portofolio
Para guru dalam jabatan yang akan mengikuti sertifikasi diharuskan
mengumpulkan dokumen-dokumen portofolio yang mencakup pencapaian,
prestasi, pengalaman kerja atau pendidikan, dan pelatihan yang diikuti
sebelumnya. Portofolio adalah dokumen atau bukti-bukti fisik yang
memperlihatkan prestasi dan kemampuan serta pengalaman yang dimiliki oleh
guru dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Secara spesifik, terdapat
10 komponen yang dinilai dalam rangka uji kompetensi untuk memperoleh
sertifikat pendidik melalui jalur portofolio yakni:
a) Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai oleh
peserta sertifikasi yang dibuktikan melalui ijazah atau diploma yang dimiliki.
b) Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
c) Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas
dari lembaga yang berwenang.
46

d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, perencanaan pembelajaran yakni


persiapan pembelajaran yang dibuat guru sebelum melaksanakan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau topik tertentu. Sedangkan
pelaksanaan pembelajaran yakni, kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual.
e) Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi, dll.
f) Prestasi akademik, yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait
dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia
penyelenggara.
g) Karya pengembangan profesi, yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya
upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
h) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, yaitu berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah
yang relevan dengan bidang tugasnya. Bukti fisik yang dilampirkan berupa
makalah dan setifikat/piagam bagi narasumber, dan sertifikat/piagam bagi
peserta.
i) Pengalaman organisasi, yaitu pengalaman guru menjadi pengurus organisasi
kependidikan, organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan.
j) Penghargaan yang relevan dalam bidang pendidikan, yaitu penghargaan yang
diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan
tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif, kualitatif, dan relevansi (Mansur,
2007)
k) Sertifikasi melalui PLPG
Bagi guru yang belum lulus penilaian portofolio, dalam arti belum mencapai
skor minimal yang dipersyaratkan untuk kelulusan portofolio, terdapat 2
kemungkinan :
a) Melengkapi dokumen portofolio yang diperkirakan dapat mempengaruhi
peningkatan skor kelulusan portofolio atau
b) Diharuskan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG)
47

Pelaksanaan PLPG dimulai dengan pre test secara tertulis (1 JP) untuk
mengukur kompetensi pedagogis dan profesional awal peseta. Dilanjutkan dengan
pembelajaran yang mencakup penyampaian materi secara teoritis (30 JP) dan
implementasi teori ke dalam praktik (60 JP). Pada akhir PLPG dilakukan uji
kompetensi yang mencakup ujian tulis dan ujian praktik. Adapun butir-butir
penilaian yang terkait dengan kompetensi tersebut adalah : (Yunus,2009)
kedisiplinan, penampilan, kesantunan dalam berprilaku, kemampuan dalam
bekerjasama, kemampuan berkomunikasi, komitmen, keteladanan, semangat,
empati, dan tanggung jawab.
Model sertifikat guru lainnya adalah sertifikasi guru pra-jabatan. Mungkin
sedikit rancu istilah sertifikasi guru pra jabatan, karena calon-calon guru pra
jabatan yang ingin menjadi guru sudah diseleksi melalui proses pendidikan di
lembaga pendidikan guru (LPTK) dan sudah mengantongi ijazah keguruan
tertentu. Akan tetapi perjuangan untuk menjadi guru tidak sampai di sini saja,
perlu diberikan suatu proses pemantapan khusus bagi calon yang ingin memasuki
sebuah profesi setelah menyelesaikan program kualifikasi akademik. sertifikasi
untuk model ini diterapkan dalam sebuah program pendidikan khusus yang
disebut pendidikan profesi.
Istilah pendidikan profesi ini tersurat dalam Undang-undang No.20 tahun 2003
tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan profesi adalah pendidikan
tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian khusus. Karena itu Pendidikan Profesi Guru (PPG)
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S1 kependidikan
dan S1 non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar
mereka dapat menjadi guru yang profesional.
Mengingat Input untuk PPG meliputi lulusan S1 kependidikan dan S1 non-
kependidikan maka kurikulum yang diterapkan dibuat secara berdiferensiasi
dimana lulusan S1 kependidikan lebih berorientasi pada pemantapan dan
pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik
dan program PPL kependidikan. Sedangkan lulusan S1 non-kependidikan
memiliki struktur kurikulum yang mencakup: kajian tentang teori pendidikan dan
pembelajaran, kajian tentang peserta didik, pengemasan materi bidang studi yang
48

mendidik, pembentukan kompetensi kepribadian pendidik, dan PPL kependidikan


(Yunus, 2009).

4. Peningkatkan Kemampuan Guru melalui Kualifikasi dan Pembinaan


Guru

Program kualifikasi guru adalah prakarsa inovatif dan efisien untuk


memberikan layanan pendidikan yang memungkinkan tidak mengganggu
pelaksanaan tugas-tugas keseharian masing-masing guru. Departemen Agama
menyelenggarakan program kualifikasi sarjana (S1) bagi guru MI dan PAI pada
sekolah dengan menggunakan dual mode system bertujuan untuk :
1) Menghasilkan lulusan yang berkualifikasi akademik sarjana pendidikan untuk
guru MI dan guru PAI padasekolah.
2) Memberikan layanan peningkatan kualifikasi sarjana (S1) bagi guru MI dan
guru PAI pada sekolah lulusan PGA (SLTA) dan D-II sebagaimana
diamanatkan perundang-undangan.
Berikut merupakan kurikulum program kualifikasi, yaitu:
1) Kompetensi lulusan
Program peningkatan kualifikasi akademik sarjana (S1) bagi guru pada
sekolah dengan menggunakan pendekatan duel mode system mengarahkan
lulusannya untuk memiliki kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
2) Struktur kurikulum dan sebaran mata kuliah
Struktur kurikulum program ini terdiri dari kelompok mata kuliah dasar,
mata kuliah utama dan mata kuliah lainnya, dengan keseluruhan sks yang harus
ditempuh sejumlah 144 sks dengan rincian 80% (116 sks) kurikulum inti dan 20%
(28 sks) kurikulum lokal. Kurikulum inti diterapkan oleh direktorat jendral
pendidikan islam, sedangkan kurikulum lokal ditetpkan oleh PTAI yang tunjuk
sebagai penyelenggara oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam.
3) Beban studi dan lama program
Beban studi (satuan kredit semester) dan lama program yang harus
ditempuh mahasiswa disesuaikan dengan latar belakang pendidikan calon
49

mahasiswa dengan mengacu pada Surat Keputusan Mendiknas Republik


Indonesia.

F. Dukungan Penuh Pemerintah dalam Finansial untuk Mengembangkan


SDM Guru di Finlandia

Human Capital adalah sebuah investasi dalam bentuk pengembangan dan


pendidikan sumberdaya manusia. Modal sumber daya manusia (human capital)
merupakan stok kekayaan pengetahuan yang sangat berharga sehingga setiap
negara yang memilikinya dapat memajukan kegiatan ekonomi melalui pencapaian
tenaga kerja yang produktif (Yustika, 2008:23). Investasi sumberdaya manusia
umumnya memerlukan dana yang besar dan berkelanjutan. Namun, hasil dari
investasi SDM ini tidak dapat langsung dinikmati dengan rentang waktu yang
cepat. Butuh waktu bertahun-tahun bahkan dalam satuan dekade, agar investasi
human capital ini dapat dinikmati oleh suatu negara dan berdampak pada
peningkatan kualitas SDM. Hampir 98% biaya pendidikan di semua tingkatan
jenjang pendidikan di Finlandia adalah ditanggung oleh pemerintah, bukan oleh
sumber swasta (NCES, 2007; DarlingHammond, 2009). Hal ini pun, seharusnya
menjadi cerminan bagi tanah air untuk lebih memperhatikan dana pendidikan
guna meningkatkan investasi modal manusia. Bentuk investasi sumberdaya
manusia yang dimaksud di sini adalah investasi dalam program peningkatan
profesionalisme guru di Indonesia. Pemerintah diharapkan memberikan dukungan
dana dalam program peningkatan profesionalisme guru yang meliputi: 1) dana
bagi pendidikan guru di tingkat universitas; 2) dana bagi kompensasi
kesejahteraan (gaji) guru yang baik; dan 3) dana bagi program pengembangan dan
pelatihan tenaga pendidik (guru) secara kontinu. Pertama, pemerintah dalam
membenahi sumberdaya guru, diharuskan memulai dari akar suatu program
peningkatan profesionalisme guru, yakni di tingkatan universitas. Dalam artian,
pemerintah mendukung penuh pendanaan dalam tahapan pertama pendidikan bagi
pendidik (guru) di tingkat universitas atau Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan
(LPTK) yang telah ditunjuk pemerintah sebelumnya. Dana disediakan mulai dari
pengeluaran beasiswa bagi calon mahasiswa di Lembaga Perguruan Tinggi
Keguruan (LPTK), proses pendidikan di universitas, sampai penyertifikasian atau
50

pemberian lisensi bagi lulusan guru yang dikeluarkan universitas tersebut.


Selanjutnya, guru yang sudah terjun mengajar dan mengabdi bagi negara, wajib
diberikan kompensasi kesejahteraan berupa gaji maupun tunjangan yang lainnya
sesuai dengan kedudukan guru sebagai profesi penting di suatu negara.
Kompensasi kesejahteraan merupakan penghargaan bagi seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Nantinya dengan kesejahteraan yang terpenuhi akan
membantu individu lebih meningkatkan kesungguhan dalam menjalankan
profesi/pekerjaannya. Dengan demikian, dengan dihargainya keprofesionalan
seorang pekerja akan membantu pekerja tersebut lebih bersungguh-sungguh
dalam menjalankan pekerjaannya, tidak terkecuali bagi profesi guru. Dan terakhir
dalam program peningkatan profesionalisme guru, dukungan dana secara
berkelanjutan harus dikucurkan bagi program pengembangan dan pelatihan tenaga
pendidik (guru). Kebutuhan finansial dalam program pengembangan dan
pelatihan tenaga pendidik (guru) setiap tahun wajib dianggarkan pemerintah pusat
dan bekerjasama dengan pemerintahan lokal sebagai bagian dari sistem
desentralisasi. Sehingga terjadinya keselarasan antara kebutuhan guru melalui
program pengembangan dan pelatihan tenaga pendidik dengan pemenuhan
kebutuhan tersebut secara finansial oleh pemerintahan lokal di mana sekolah
tersebut berada. Hal ini telah dilakukan pemerintahan Finlandia yang mendanai
kebutuhan program pengembangan pelatihan dan pendidikan yang diajukan
guru/sekolah sesuai dengan kebutuhan mereka (Sahlberg, 2010). Di Finlandia,
transisi sistem otorisasi dari pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah
melalui sistem desentralisasi terjadi pada tahun 1990-an. Penerapan ini membawa
dampak positif di bidang keuangan negara selama krisis ekonomi yang terjadi saat
itu dan anggaran publik atas pendidikan pun tidak terkena dampaknya (Aho et al.,
2006; Sahlberg, 2007). Dikatakan bahwa hal ini terjadi karena otoritas negara
tidak ingin membuat keputusan keuangan yang sulit yang akan memotong
anggaran pendidikan di saat ketidakpastian ekonomi yang terjadi yang akan
berefek negatif pada sekolah. Namun, dengan pembagian tanggungjawab kepada
pemerintahan lokal, pendanaan pendidikan pun bisa diselamatkan. Dan yang
terpenting, tingkat korupsi yang sangat rendah menambah andil kesuksesan
pendanaan investasi modal manusia ini.
51

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Perbandingan Konsep Profesionalisme Guru Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Istilah profesionalisme berasal dari kata Moh Uzer Usman mengartikan guru Secara sosiologi, Vollmer & Mills
profession. Dalam Kamus Inggris profesional adalah seseorang yang dalam Abin Syamsuddin (1996:47)
Indonesia, profession berarti pekerjaan mempunyai kemampuan dan keahlian mempersepsikan bahwa profesi itu
dimana pekerjaan yang dilakukan oleh khusus dalam bidang keguruan. Sehingga hanyalah merupakan jenis model atau tipe
seseorang akan menjadi sumber penghasilan ia mampu melakukan tugas dan tujuan pekerjaan ideal saja, karena dalam
kehidupan yang memerlukan keahlian, sebagai guru dengan maksimal. realitanya bukanlah hal yang mudah untuk
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi Berbeda dengan pendapat tokoh mewujudkannya. Namun tetap bisa
standar mutu atau norma tertentu serta pendidikan di atas. Zakiah Drajat diwujudkan, bila dilakukan dengan
memerlukan pendidikan profesi. Menurut mengartikan guru secara otomatis itu sudah sungguh-sungguh. Parelius and Parelius
(Sudarwan Danim, 2002:23). Pandji Anoraga profesioal. Dia berpendapat bahwa pada dalam Wuradji (1988:50) memberikan
& Sri Suyati (1995:85) menyatakan dasarnya tugas mendidik dan membimbing batasan tentang pekerjaan profesi itu
profesionalisme merupakan suatu tingkah anak adalah mutlak tanggung jawab orang menuntut adanya spesialisasi secara
laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas tua. Tapi karena alasan tertentu orang tua menjurus (highly specialized), dilandasi
yang menandai atau melukiskan coraknya menyerahkan tugas itu kepada guru. oleh pengetahuan-pengetahuan yang
suatu profesi. Profesional dalam Islam khususnya khusus (esoteric knowledge), dilandasi
Profesinalisme mengandung pula dibidang pendidikan, seseorang harus oleh pendidikan yang tinggi dengan
pengertian menjalankan suatu profesi untuk benar-benar mempunyai kualitas keilmuan program-program pendidikan dan latihan
keuntungan atau sebagai sumber kehidupan. kependidikan dan kenginan yang memadai yang matang.

52
52

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Sebagaimana dinyatakan oleh Oemar guna menunjang tugas jabatan profesinya, Selanjutnya istilah profesionalisme
Hamalik (2006:42) bahwa profesionalisme serta tidak semua orang bisa melakukan diangkat dari bahasa Inggris
guru mengandung pengertian yang meliputi tugas dengan baik. Apabila tugas tersebut professionalism yang secara leksikal
unsur-unsur kepribadian, keilmuan, dan dilimpahkan kepada orang yang bukan berarti sifat professional Profesionalisme
keterampilan. Dengan demikian dapat ahlinya maka tidak akan berhasil bahkan itu berkaitan dengan komitmen para
diartikan, bahwa kompetensi professional akan mengalami kegagalan, sebagaimana penyandang profesi. Untuk meningkatkan
tentu saja meliputi ketiga unsur itu walaupun sabda nabi Muhammad SAW: kemampuan profesionalnya secara terus
tekanan yang lebih besar terletak pada unsur menerus, mengembangkan strategi-strategi
keterampilan sesuai dengan peranan yang .(
) baru dalam tindakannya melalui proses
dikerjakan. Sehingga Danim (2002) Artinya: Apabila suatu perkara pembelajaran yang terus menerus pula.
menyatakan bahwa orang yang profesional diserahkan kepada yang bukan ahlinya Dalam hal ini Peter Jarvis (1992:28)
memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan maka tunggulah kehancurannya. (HR. menyatakan: professionalism
orang yang tidak profesional meskipun dalam Bukhori). commitment to the accupa-tional
pekerjaan yang sama atau katakanlah berada Firman Allah SWT QS. al-Isra ayat 84: organization, and dedication to being
dalam satu ruang kerja. Dedi Supriyadi masier knowledge and skillful provider of
(1998:95) istilah profesionalisme merujuk service stemming from the knowledge upon
pada derajat penampilan individu sebagai Artinya : Katakanlah: "Tiap-tiap orang which the occupation is based. Sementara
seorang professional atau penampilan suatu berbuat menurut keadaannya masing- itu Friedson (1970:151) mendefisikan:
pekerjaan sebagai suatu profesi. Oleh masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui professionalism as commitment to
karenanya dapat dimaknai sebagai mutu, siapa yang lebih benar jalannya. professional ideal and career.
kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan Paul D. Travers (1990: 1) mengatakan
ciri suatu profesi atau orang yang profesional, bahwa:
atau sifat profesional. Teachers despite differing
53

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Rusman (2010:19) berpendapat Guru personality types, must have some common
professional adalah orang yang terdidik dan traits. Superior intelligence, compassion,
terlatih dengan baik, serta memiliki humor, respect for children, and patience
pengalaman yang luas dibidangnya. Menurut are necessary ingredients for good
Akhmad Sudrajat (2010) Guru professional teachers.
adalah guru yang memiliki kemampuan Guru memang memiliki karakter
mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan yang berbeda-beda, namun pada umumnya
guru. Sedangkan Oemar Hamalik harus memiliki ciri sebagai berikut:
mengemukakan bahwa guru profesional kecerdasan yang tinggi, kasih sayang,
merupakan orang yang telah menempuh humor, kewibawaan, dan kesabaran untuk
program pendidikan guru dan memiliki menjadi guru yang baik.
tingkat master serta telah mendapat ijazah Kepribadian yang baik perlu dimiliki
negara dan telah berpengalaman dalam oleh setiap guru agar peserta didik dapat
mengajar pada kelas-kelas besar. menghomati serta mematuhi perintah guru.
Menjadi seorang guru tidak hanya cukup
dengan kecerdasan yang memadai, namun
perlu adanya kasih sayang terhadap peserta
didik agar mereka merasa nyaman dalam
mengikuti pembelajaran. Dalam
pembelajaran perlu diselingi dengan
humor, agar peserta didik tidak merasa
bosan. Peserta didik mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda untuk itu
54

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


perlu adanya kesabaran dalam menghadapi
tingkah laku peserta didik di dalam atau di
luar kelas.

Analisis Penulis : Menurut Pandangan Indonesia profesionalisme guru adalah pekerjaan dimana
pekerjaan yang dilakukan oleh guru akan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Pandangan Islam
profesionalisme guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan tujuan sebagai
guru dengan maksimal. Menurut Pandangan Barat pekerjaan profesi itu menuntut
adanya spesialisasi secara menjurus (highly specialized), dilandasi oleh pengetahuan-
pengetahuan yang khusus (esoteric knowledge), dilandasi oleh pendidikan yang tinggi
dengan program-program pendidikan dan latihan yang matang serta berkaitan dengan
komitmen para penyandang profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
secara terus menerus, mengembangkan strategi-strategi baru dalam tindakannya melalui
proses pembelajaran yang terus menerus pula.

Berdasarkan penjelasan konsep profesionalisme guru menurut pandangan Indonesia,


Islam dan Barat dapat disimpulkan bahwa ketiga pandangan merujuk pada maksud yang
sama, dimana profesionalisme guru adalah sikap guru dalam menjalankan profesinya
sebagai pendidik yang disertai dengan kecerdasan yang tinggi, kepribadian yang baik,
dan keterampilan yang baik serta dilatarbelakangi oleh pendidikan tinggi.
55

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Pro : Penulis Pro dengan pengertian profesionalisme guru menurut pandangan Indonesia
dimana pekerjaan yang dilakukan oleh guru akan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi guru. Karena seorang guru
profesional memang harus memiliki keahlian, kemahiran dan kecakapan dan pendidikan
profesi guru agar guru dapat mendidik dengan baik dan kemampuan ini disertai dengan
penghasilan yang akan diterima guru.
Penulis Pro dengan pengertian profesionalisme guru menurut pandangan Islam yakni
seseorang yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan tujuan sebagai guru dengan maksimal. Karena
menjadi seorang guru profesional salah satu kompetensinya adalah kompetensi
pendagogik, dimana guru harus memiliki kemampuan menguasai kelas dan peserta didik,
maka seorang guru profesional seharusnya berlatarbelakang dari bidang keguruan.
Penulis Pro dengan pengertian profesionalisme guru menurut pandangan Barat dimana
profesionalisme dipandang sebagai pekerjaan profesi yang menuntut adanya spesialisasi
secara menjurus (highly specialized), dilandasi oleh pengetahuan-pengetahuan yang
khusus (esoteric knowledge), dilandasi oleh pendidikan yang tinggi dengan program-
program pendidikan dan latihan yang matang serta berkaitan dengan komitmen para
penyandang profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus
menerus, mengembangkan strategi-strategi baru dalam tindakannya melalui proses
pembelajaran yang terus menerus pula. Hal ini karena seorang guru profesional memang
harus berasal dari latarbelakang pendidikan yang tinggi mengenai keguruan, memiliki
pengetahuan khusus, disiplin, banyak latihan, dan mau memperbaiki kesalahan dan mau
56

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


belajar terus menerus sehingga memiliki kemampuan khusus dan mendalam di
bidangnya.
Kontra : Penulis kontra terhadap pernyataan tentang profesionalisme guru karena kenyataan
dilapangan guru guru masih banyak yang belum memilik kemahiran dan kecakapan,
serta pendidikan profesi guru.

B. Matriks Perbandingan Kompetensi Guru Profesional Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Syah (2000) mengemukakan, Guru profesional juga mempunyai Profesi guru diatur di Finlandia dalam
kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, kompetensi yang harus dimiliki. Moh. Keputusan Pengajaran Kualifikasi
keadaan berwenang, atau memenuhi syarat Uzer Usman menyebutkan sedikitnya ada 986/1998. (Keputusan Nomor 986/1998
menurut ketentuan hukum.Sedangkan dua kompetensi yang harus dimiliki oleh tentang persyaratan kualifikasi bagi
menurut Mulyasa kompetensi guru. Yaitu, kompetensi kepribadian dan personil pengajar dan perubahan keputusan
adalah perpaduan dari pengetahuan, profesionalisme. Dalam kompetensi tersebut, SK No 865/2005.
keterampilan, nilai dan sikap yang pribadi, yang di dalamnya memuat Dewan Nasional Pendidikan Finlandia
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan berbagai kemampuan yang harus dimiliki, Kualifikasi untuk guru mata pelajaran di
bertindak. Kemendiknas No. 045/U/2002 seperti berkomunikasi, melaksanakan Finlandia tergantung pada
menyebutkan bahwa: bimbingan dan penyuluhan, melaksanakan tingkatan sekolah. Untuk menjadi guru
Kompetensi sebagai seperangkat administrasi sekolah, dan melakukan mata pelajaran yang berkualitas di sekolah
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab penelitian sederhana untuk keperluan yang komprehensif (Kelas 1 hingga 9) di
dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai pengajaran. Finlandia, seseorang harus telah
57

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


dengan pekerjaan tertentu. Sehingga Selain kompetensi pribadi, seorang menyelesaikan :
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai guru profesional juga dituntut mengusai 1. Universitas tingkat yang lebih tinggi
kebulatan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi kewajibannya sebagai guru. (gelar Master)
sikap yang berwujud tindakan cerdas dan Yakni, kompetensi profesional. Hal ini 2. pada studi paling dasar dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan mensyaratkan seorang guru profesional menengah atau setara dengan 60
tugas sebagai agen pembelajaran. harus mengetahui dan melaksanakan dua kredit ECTS (35 minggu studi)
Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 10 point. Yaitu, landasan pendidikan, dan dalam suatu mata pelajaran yang
ayat 1 dan PP RI No. 19/2005 Pasal 28 ayat 3: menyusun program pengajaran. diajarkan di sekolah-sekolah yang
komprehensif
Kompetensi profesional guru diartikan 3. 60 ECTS studi pedagogis guru
sebagai kebulatan pengetahuan, kete- Untuk menjadi guru mata pelajaran
rampilan, dan sikap yang diwujudkan yang berkualitas di sekolah menengah atas
dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh di Finlandia, seseorang harus telah
tanggung jawab yang dimiliki seseorang menyelesaikan :
yang memangku jabatan guru sebagai a. Universitas tingkat yang lebih tinggi
profesi. (gelar Master)
Kompetensi profesional sangat berkaitan erat b. Setidaknya 120 kredit ECTS dalam
dengan kemampuan dalam menguasai meteri satu mata pelajaran yang diajarkan di
pada bidang studi manapun dengan berbagai sekolah menengah atas dan
substansi keilmuan lainnya sebagai guru. setidaknya 60 kredit dalam mata
Indikator keberhasilan yang ada pada guru pelajaran lain .
yang memiliki kompetensi profesional dapat c. Minimal memiliki 60 ECTS untuk
diukur dengan indikator esensial, meliputi: studi pedagogis guru
1. memahami materi ajar yang ada pada Agar memenuhi syarat untuk mengajar
58

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


kurikulum sekolah. di sebuah sekolah dasar Finlandia, guru
2. mampu memahami konsep, struktur, juga harus memiliki kompetensi yang
metode keilmuan, koheren materi ajar. sangat baik pada penguasaan bahasa
3. Mampu memahami konsep mata pelajaran Finlandia atau Swedia). Di sekolah
tertentu. menengah atas kebutuhan kompetensi guru
4. Menerapkan segala konsep yang ada pada harus memiliki kompetensi bahasa
kehidupan sehari-hari. swedia/finladia. Peraturan tersebut diatur
Undang-Undang Guru dan Dosen dan dalam keputusan yang sama untuk
Peraturan Pemerintah No. 19 (Depdiknas, kualifikasi umum (SK 986/1998,
2005) menyatakan kompetensi guru meliputi Keputusan 865/2005).
kompetensi kepribadian, pedagogik,
profesional, dan sosial. Keempat jenis
kompetensi guru tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia.
b. Kompetensi Pedagogik merupakan
kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola
pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
59

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Secara substantif, kompetensi ini
mencakup kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
c. Kompetensi Profesional merupakan
kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang
studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai seorang guru.
d. Kompetensi Sosial berkenaan dengan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
60

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT

Analisis Penulis : Menurut Pandangan Indonesia Kompetensi Guru Profesional berdasarkan Undang-
Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 (Depdiknas, 2005)
menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional,
dan sosial. Menurut Pandangan Islam Kompetensi Guru Profesional sedikitnya ada
dua kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Yaitu, kompetensi kepribadian dan
profesionalisme. Menurut Pandangan Barat Kompetensi Guru Profesional meliputi
kompetensi profesional, kompetensi pendagogis, dan kompetensi yang sangat baik pada
penguasaan bahasa Finlandia atau Swedia.

Berdasarkan Penjelasan mengenai kompetensi guru professional menurut ketiga


pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pandangan sama-sama menuntut
Kompetensi kepribadian, kompetensi pendagogi dan professional. Dimana menurut
pandangan Indonesia memiliki empat kompetensi di tambah kompetensi sosial, menurut
pandangan Islam kompetensi sosial sudah masuk dalam kompetensi kepribadian,
kompetensi pendagogi sudah masuk dalam kompetensi professional, menurut pandangan
Islam pada pesantren kompetensi tambahan yakni kompetensi religius, menurut
pandangan Barat selain kompetensi professional, kompetensi pendagogi, juga ditambah
kompetensi penguasaan bahasa Finlandia atau Swedia, yang berarti bahwa penguasan
bahasa ini tidak lain bertujuan untuk komunikasi dan termasuk dalam kompetensi sosial,
kompetensi kepribadian juga termasuk didalamnya. Pandangan barat memiliki disiplin
yang baik tapi tidak terlalu ditekankan pada agama.
Pro : Penulis Pro dengan kompetensi profesional menurut pandangan Indonesia yakni
61

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Kompetensi Guru Profesional berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah No. 19 (Depdiknas, 2005) menyatakan kompetensi guru meliputi
kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Hal ini dikarenakan seorang
guru profesional selain memiliki ilmu yang tinggi di bidangnya, juga harus bisa
menguasai kelas, peserta didik, mengetahui tentang landasan ilmu pendidikan, perubahan
kurikulum, kemampuan komunikasi yang baik, kepribadian yang baik dan bisa menjadi
tauladan.
Penulis Pro dengan kompetensi profesional guru menurut pandangan Islam yaitu
kompetensi kepribadian dan profesionalisme karena menjadi seorang guru profesional
memang yang menjadi dasar adalah kemampuan guru dalam bidang dan kepribadian
yang baik, ditambah kemampuan komunikasi dan penguasaan kelas.
Penulis Pro dengan kompetensi profesional guru menurut pandangan Barat yaitu
kompetensi pendagogi, kompetensi profesional dan kompetensi penguasaan bahasa.
Ketiga kompetensi ini dasar guru dalam mendidik selain ilmu dan pengetahuan yang
tinggi , penguasaan kelas, kemampuan berbahasa finlandia dan swedia juga menjadi
kompetensi yang penting karena berhubungan dengan cara guru mengkomunikasikan
materi pembelajaran dan bersosialisasi di lingkungan.
Kontra : Penulis Kontra dengan kompetensi profesional guru menurut pandangan Islam
seharusnya kompetensi guru lebih dirinci menjadi empat kompetensi dan pisahkan satu-
satu agar jelas seperti kompetensi guru profesional menurut pandangan Indonesia.
Penulis kontra dengan kompetensi guru profesional menurut pandangan barat bagian
kompetensi penguasaan bahasa hal ini berarti pemerintah tidak terbuka secara global
karena kompetensi bahasa yang disyaratkan adalah bahasa finlandia atau swedia tidak
62

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


berbahasa inggris.

C. Matriks Perbandingan Syarat-Syarat Dan Sikap Guru Profesional Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Suatu pekerjaan yang dikategorikan Menurut Sulani (1981: 64), Agar tujuan Semua guru di Finlandia harus
profesional harus memenuhi serta pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki gelar master / S2. Sebagaimana
memerlukan persyaratan khusus, yaitu: memiliki syarat-syarat pokok. Syarat kualifikasi guru yang dipersyaratkan di
1. Menuntut adanya keterampilan pokok yang dimaksud adalah : Finlandia adalah guru TK (sarjana/S1),
berdasarkan konsep dan teori ilmu 4. Syarat Syahsiyah (memiliki guru SD (master / S2), guru Sekolah
pengetahuan yang mendalam. kepribadian yang diandalkan) Terpadu / Peruskoulu (master / S2), guru
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam 5. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan SMP (master / S2), dan guru SMA (master
bidang tertentu sesuai dengan bidang yang mumpuni) / S2). Disini terlihat jelas, bahwasanya guru
profesinya. 6. Syarat Idofiyah (mengetahui, harus benar-benar profesional sesuai
3. Menuntut adanya tingkat pendidikan mengahayati, dan menyelami dengan bidang kemampuannya dalam
yang memadai.
manusia yang dihadapinya, sehingga menjalankan tugasnya sebagai guru. Tugas
4. Adanya kepekaan terhadap dampak
dapat menyatukan dirinya untuk guru tidak hanya mengajar dan berhenti
kemasyarakatan dari pekerjaan yang
membawa anak didik menuju tujuan pada tataran S1 saja, akan tetapi menjadi
dilaksanakannaya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan yang ditetapkan) guru pembelajar, dan guru riset. Menurut
dengan dinamika kehidupan. Guru dalam Islam sebagai pemegang Ann Lieberman (Senior Scholar, Stanford
Selain persyaratan di atas ada beberapa jabatan professional membawa misi ganda University) fokus reformasi pendidikan
dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi Finlandia adalah pada program
63

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


persyaratan lain, yaitu: agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi pendidikan guru. Mereka yang berprofesi
c. Memilki kode etik, sebagai acuan agama menuntut guru untuk sebagai guru tidak hanya terus mengajar,
dalam melaksanakan tugas dan menyampaikan nilai-nilai ajaran agama tetapi banyak yang melanjutkan studi,
kepada murid, sehingga murid dapat
fungsinya. bukan untuk melepaskan profesi ini,
menjalankan kehidupan sesuai dengan
d. Memilki klien (objek) layanan yang norma-norma agama tersebut. Misi ilmu melainkan untuk belajar lebih banyak dan
tetap, seperti dokter dengan pasiennya, pengetahuan menuntut guru berkontribusi lebih banyak kepada profesi.
guru dengan muridnya. menyampaikan ilmu sesuai dengan Sederhananya guru-guru Finlandia
e. Diakui oleh masyarakat karena perkembangan zaman. adalah guru pembelajar, guru riset dan guru
memang diperlukan jasanya di dalam Menurut Ghofir (Muhammad Nurdin, pemimpin. Bahkan pemimpin adalah guru.
2004 158) Untuk mewujudkan misi ini, Karena kebanyakan sekolah di Finlandia,
masyarakat.
guru harus seperangkat kemampuan, sikap, kepala sekolah adalah seorang guru
Seorang guru profesional dituntut dengan berpengalaman yang sudah teruji
dan keterampilan sebagai berikut :
sejumlah persyaratan minimal, antara lain: c. Landasan moral yang kokoh untuk kompetensi kepemimpinan dan
memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang melakukan jihad dan mengemban kepribadiannya. Di banyak sekolah, kepala
memadai, memiliki kompetensi keilmuan amanah. sekolah juga memegang sejumlah kelas
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, kecil untuk ia ajar setiap minggunya.
d. Kemampuan mengembangkan
memiliki kemapuan berkomunikasi dengan Kepemimpinan pedagogik adalah salah
jaringan kerjasama/silaturahmi satu bidang kunci dalam kepemimpinan
peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan e. Membentuk team work yang kompak sekolah yang profesional di Finlandia.
produktif, mempunyai etos kerja dan f. Mencintai kualitas yang tinggi. Menurut Martti Hellstrom (Kepala Sekolah
komitmen tinggi terhadap profesinya, dan Dari hasil analisis terhadap sejumlah di Sekolah Aurora, Kota Espoo), menjadi
selalu melakukan pengembangan diri secara literature, secara umum kepribadian guru kepala sekolah bukan seperti menjadi
terus-menerus (continuous improvement) adiministrator atau pelatih sebuah klub
profesional dalam pandangan Islam adalah
melalui organisasi profesi, internet, buku, olahraga. Seorang kepala sekolah
: bertanggung jawab atas sebagian dari
seminar, dan semacamnya. 1) mempunyai kematangan, artinya sebuah sistem sosial yang kompleks yang
64

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


Guru profesional adalah guru yang Kematangan (mantap) diperlukan terus menerus berubah. Tanpa pengalaman
mengenal tentang dirinya, artinya dirinya oleh orang yang mengharapkan sebagai guru, akan sangat sulit untuk
adalah pribadi yang dipanggil untuk kepribadiannya dihormati dan berhasil memenuhi amanat pekerjaan ini.
Profesi guru diatur di Finlandia dalam
mendampingi peserta didik untuk atau dalam dihargai oleh manusia, terlebih
Keputusan Pengajaran Kualifikasi
belajar. Guru dituntut mencari tahu terus- seorang guru dan teladan generasi 986/1998. (Keputusan Nomor 986/1998
menerus bagaimana seharusnya peserta didik muda. Orang-orang yang tidak tentang persyaratan kualifikasi bagi
itu belajar. Oleh karena itu, apabila ada matang kepribadiannya, prilaku personil pengajar dan perubahan keputusan
kegagalan peserta didik, guru terpanggil mereka mengisyaratkan adanya tersebut, SK No 865/2005.
untuk menemukan penyebabnya dan mencari kekurangan pada akal dan sifat Dewan Nasional Pendidikan Finlandia
jalan keluar bersama peserta didik bukan kejantanan yang sempurna, serta Kualifikasi untuk guru mata pelajaran di
mendiamkannya atau malahan hilangnya kehormatan ilmu. Orang Finlandia tergantung pada
menyalahkannya.Sikap yang harus senantiasa yang kondisinya seperti ini membuat tingkatan sekolah. Untuk menjadi guru
dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal murid-murid mencemooh dan mata pelajaran yang berkualitas di sekolah
diri dan kehendak untuk memurnikan melecehkannya. yang komprehensif (Kelas 1 hingga 9) di
keguruannya.Mau belajar dengan meluangkan 2) Dewasa artinya Tugas mendidik Finlandia, seseorang harus telah
waktu untuk menjadi guru.Seorang guru yang antara lain, harus dilakukan bagi menyelesaikan :
tidak sedia belajar, tak mungkin kerasan dan seorang pendidik yang sudah a. Universitas tingkat yang lebih tinggi
bangga menjadi guru.Kerasan dan kebanggan dewasa, baik dewasa dalam ilmunya (gelar Master)
atas keguruannya adalah langkah untuk dan juga umurnya. Sebab anak-anak b. pada studi paling dasar dan
menjadi guru yang profesional. tidak dapat dimintai pertanggung menengah atau setara dengan 60
kredit ECTS (35 minggu studi)
Sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah: jawaban. Di negara kita Indonesia,
dalam suatu mata pelajaran yang
1) Bersikap adil seseorang dianggap dewasa sejak ia
diajarkan di sekolah-sekolah yang
2) Percaya dan suka kepada murid- berumur 18 tahun atau dia sudah
komprehensif
65

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


muridnya kawin. Menurut ilmu pendidikan c. 60 ECTS studi pedagogis guru
3) Sabar dan rela berkorban adalah 21 tahun bagi laki-laki dan 18 Untuk menjadi guru mata pelajaran
4) Memiliki wibawa di hadapan peserta bagi seorang perempuan. Bagi yang berkualitas di sekolah menengah atas
didik pendidik asli, yaitu orang tua anak, di Finlandia, seseorang harus telah
5) Penggembira maka mereka boleh mendidik menyelesaikan :
6) Bersikap baik terhadap guru-guru anaknya. 1) Universitas tingkat yang lebih tinggi
lainnya 3) Arif dan bijaksana artinya Allah (gelar Master)
7) Bersikap baik terhadap masyarakat 2) Setidaknya 120 kredit ECTS dalam
memerintahkan umat Islam untuk
8) Benar-benar menguasai mata
mengembangkan sikap arif dan satu mata pelajaran yang diajarkan
pelajarannya
bijaksana dalam melakukan dan di sekolah menengah atas dan
9) Suka dengan mata pelajaran yang
menyelesaikan suatu aktivitas, setidaknya 60 kredit dalam mata
diberikannya
seperti mengajar, mendidik para pelajaran lain .
murit-muridnya (berdiskusi dan 3) Minimal memiliki 60 ECTS untuk
bermusyawarah) serta bertawakal studi pedagogis guru
kepada Allah Swt. Agar memenuhi syarat untuk mengajar
4) Berwibawa diartikan sebagai sikap di sebuah sekolah dasar Finlandia, guru
atau penampilan yang dapat juga harus memiliki kompetensi yang
menimbulkan rasa segan dan sangat baik pada penguasaan bahasa
hormat, sehingga anak didik merasa Finlandia atau Swedia). Di sekolah
memperoleh pengayoman dan menengah atas kebutuhan kompetensi guru
perlindungan. harus memiliki kompetensi bahasa
5) Menjadi suri tauladan yang baik swedia/finladia. Peraturan tersebut diatur
(Uswatun hasanah) artinya Seorang dalam keputusan yang sama untuk
66

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


guru adalah sebagai panutan para kualifikasi umum (SK 986/1998,
murit-muritnya. Keteladanan dalam Keputusan 865/2005).
pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling
berhasil dalam mempersiapkan dan
membentuk aspek moral, spiritual,
dan etos sosial anak. Seorang
pendidik tidak dapat mendidik
murid-muridnya dengan sifat utama
kecuali apabila ia memiliki sifat
utama dan ia tidak dapat
memperbaiki mereka kecualai saat
shalih, karena murid-murid akan
mengambil keteladan darinya lebih
banyak dari pada mengambil kata-
katanya. Mengingat pendidik adalah
seorang figur terbaik dalam
pandangan anak, yang tindak-
tanduk, dan sopan santunnya,
disadari atau tidak, akan ditiru oleh
mereka. Bahkan bentuk perkataan,
perbuatan dan tindak tanduknya,
akan senantiasa tertanam dalam
67

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


kepribadian anak. Seorang anak,
bagaimana pun besarnya usaha yang
dipersiapkan untuk kebaikannya,
bagaimana pun sucinya fitrah, ia
tidak akan mampu memenuhi
prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-
pokok pendidikan utama, selama ia
tidak melihat sang pendidik sebagai
teladan dari nilai-nilai moral yang
tinggi.
6) Berakhlak mulia. Akhlaq merupakan
fitrah bagi setiap insan. Diatasnyalah
risalah Islam tumbuh dan karenalah
Rasulullah saw diutus. Allah telah
memuji utusan-Nya tersebut sebagai
sosok yang memiliki kesempurnaan
akhlak mulia. Aisyah mengatakan
Akhlak beliau adalah Al-Quran.
Seorang pendidik harus memiliki
akhlak yang baik dan terpuji agar
dapat menarik simpati masyarakat
dan bisa bersabar dalam
menghadapinya. Jika seorang
68

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


pendidik, tidak berakhlak mulia,
ilmu dan amalnya tidak akan
bermanfaat.
7) Keikhlasan artinya merupakan
sebagian sifat-sifat guru pendidikan
Islam yang harus dimiliki. Pendidik
hendaknya mencanangkan niatnya
semata-mata karena Allah dalam
seluruh pekerjaan edukatifnya, baik
berupa perintah, larangan, nasehat,
pengawasan, atau hukuman.
Kesembilan, Sabar dalam
mengajarkan ilmu. Menurut Al-
Ghazali, karakter shobir (sabar)
terkait dengan dua aspek, yaitu:
pertama, fisik (badani), yaitu
menahan diri (sabar) dari kesulitan
dan kelelahan badan dalam
menjalankan perbuatan yang baik.
Dalam kesabaran ini sering kali
mendatangkan rasa sakit, luka dan
memikul beban yang berat; kedua,
psikis (nafsi), yaitu menahan diri
69

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


dari natur dan tuntutan hawa nafsu.
8) Menurut Menurut Moh. Athiyah al-
Abrasyi guru harus bersifat pemaaf
terhadap muridnya, ia sanggup
menahan diri, menahan kemarahan,
lapang hati, banyak bersabar dan
jangan pemarah karena sebab-sebab
yang kecil. Berpribadi dan
mempunyai harga diri. Pribadi
yang arif bijaksana seperti ini
sangat perlu dimiliki seorang guru
yang menginginkan anak didiknya
memiliki perilaku-prilaku yang baik
menurut syariat.

Analisis Penulis : Menurut Pandangan Indonesia Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah
persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki
kemapuan berkomunikasi dengan peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continuous improvement) melalui
organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya. Sikap dan sifat-sifat guru
yang baik adalah bersikap adil, percaya dan suka kepada murid-muridnya, sabar dan rela
70

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


berkorban, memiliki wibawa di hadapan peserta didik, penggembira, bersikap baik
terhadap guru-guru lainnya, bersikap baik terhadap masyarakat, benar-benar menguasai
mata pelajarannya, suka dengan mata pelajaran yang diberikannya, berpengetahuan luas.
Menurut Pandangan Islam syarat pokok seorang guru adalah syarat syahsiyah
(memiliki kepribadian yang diandalkan), syarat imiah (memiliki pengetahuan yang
mumpuni), syarat idofiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang
dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju
tujuan yang ditetapkan). guru harus seperangkat kemampuan, sikap, dan keterampilan
sebagai berikut yakni landasan moral yang kokoh untuk melakukan jihad dan
mengemban amanah, kemampuan mengembangkan jaringan kerjasama/silaturahmi,
membentuk team work yang kompak, dan mencintai kualitas yang tinggi.
Menurut Pandangan Barat syarat pokok seorang guru yakni memiliki gelar master
(s2). Semua guru di Finlandia harus memiliki gelar master / S2. Sebagaimana kualifikasi
guru yang dipersyaratkan di Finlandia adalah guru TK (sarjana/S1), guru SD (master /
S2), guru Sekolah Terpadu / Peruskoulu (master / S2), guru SMP (master / S2), dan guru
SMA (master / S2). Disini terlihat jelas, bahwasanya guru harus benar-benar profesional
sesuai dengan bidang kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru,
memiliki kemampuan penguasaan bahasa finlandia atau swedia.
Pro : Penulis Pro dengan syarat dan sikap guru profesional menurut pandangan Indonesia
Karena seorang guru profesional memang harus dituntut dengan sejumlah persyaratan
minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki
kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemapuan
berkomunikasi dengan peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
71

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan
pengembangan diri secara terus-menerus (continuous improvement) melalui organisasi
profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya. Sikap dan sifat-sifat guru yang baik
adalah bersikap adil, percaya dan suka kepada murid-muridnya, sabar dan rela
berkorban, memiliki wibawa di hadapan peserta didik, penggembira, bersikap baik
terhadap guru-guru lainnya, bersikap baik terhadap masyarakat, benar-benar menguasai
mata pelajarannya, suka dengan mata pelajaran yang diberikannya, berpengetahuan luas.
Penulis pro dengan syarat dan sikap guru profesional menurut pandangan Islam
karena seorang guru harus memilikisyarat syahsiyah (memiliki kepribadian yang
diandalkan), syarat imiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni), syarat idofiyah
(mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat
menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan). guru
harus seperangkat kemampuan, sikap, dan keterampilan sebagai berikut yakni landasan
moral yang kokoh untuk melakukan jihad dan mengemban amanah, kemampuan
mengembangkan jaringan kerjasama/silaturahmi, membentuk team work yang kompak,
dan mencintai kualitas yang tinggi.
Penulis pro dengan syarat dan sikap guru profesional menurut pandangan barat
karena seorang guru memang harus memilki pendidikan yang tinggi.
Kontra : Penulis kontra dengan syarat dan sikap guru profesional menurut pandangan Islam
menurut penulis syarat guru profesional masih kurang yakni syarat kemampuan
berkomunikasi belum ada dan syarat untuk mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya juga belum ada.
Penulis kontra dengan syarat dan sikap guru profesional menurut pandangan Barat
72

MENURUT INDONESIA MENURUT ISLAM MENURUT BARAT


karena syarat yang mengharuskan memiliki kompetensi penguasaan bahasa finlandia
atau swedia ini berarti negara finlandia mengajarkan peserta didik tidak menggunakan
bahasa global yang berarti menutup kemungkinan tenaga pendidik dari luar.

D. Matriks Perbandingan Guru Menurut Pandangan Indonesia, Islam Dan Barat

Indikator Menurut Pandangan Indonesia Menurut Pandangan Islam Menurut Pandangan Barat
(Finlandia)
Kualifikasi Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Berarti suatu pekerjaan/jabatan itu Jenjang Pendidikan Dasar (SD dan
Menengah (SD,SMP, dan SMA) harus dikerjakan oleh orang yang SMP) minimal lulusan Master's
minimal lulusan Sarjana (S1) sudah terlatih/disiapkan untuk Degree (S2). Guru juga harus
dilanjutkan dengan program PPG melakukan pekerjaan tersebut. memiliki kompetensi yang sangat
atau sertifikasi sebagai tanda memerlukan persiapan atau baik pada penguasaan bahasa
kelayakan sebagai guru. pendidikan khusus (ijazah, sertifikat, Finlandia atau Swedia.
pelatihan, dan sebagainya),
membutuhkan pendididkan prajabatan,
dan memenuhi persyaratan
(administrative, dan akademik). Guru
mesti menerima segala problem anak
didik dengan hati dan sikap yang
terbuka lagi tabah, bersikap penyantun
dan penyayang (QS. 3 : 159), tidak
angkuh terhadap sesama (QS.53:32)
tawadlu (QS.15:88), taqarrub
73

Indikator Menurut Pandangan Indonesia Menurut Pandangan Islam Menurut Pandangan Barat
(Finlandia)
(QS.98:5), menghindari aktifitas yang
sia-sia, lemah lembut pada anak, tidak
pemarah, tidak menakutkan bagi anak,
memperhatikan pertanyaan mereka,
menerima kebenaran dari anak yang
membantahnya, mencegah anak
mempelajari ilmu yang berbahaya,
serta mengaktualisasikan ilmu yang
dipelajarinya
Proses Perekrutan Proses perekrutan guru di indonesia Proses perekrutan guru harus memiliki Seorang guru calon harus memiliki
menggunakan ujian nasional CPNS kompetensi profesional dan nilai yang sangat baik dan harus
atau jika diperlukan mendesak di kompetensi kepribadian yang baik memerangi perlawanan sengit untuk
daerah-daerah yang membutuhkan ditambah lagi kompetensi religius di menjadi seorang guru. Hanya sekitar
guru, diadakan ujian CPNS setingkat pesantren. 10% dari pelamar untuk program
daerah. tertentu berhasil.
Gaji Gaji guru di Indonesia berkisar Gaji pokok di sekolah internasional di Rata-rata guru bergaji USD28.780
antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta negara Abu Dhabi dimulai Dh 8 ribu, atau Rp321 juta per tahun atau
rupiah per bulan. kemudian naik menjadi Dh 35 ribu. sekitar Rp 27 juta per bulan.
Menurut data Bayt.com, gaji guru rata-
rata di Uni Emirat Arab adalah Dh
9.750 atau Rp 32 juta dengan kisaran
Dh 3.500-16.000 atau Rp 11 juta-52
juta.
Analisis Penulis : Untuk tenaga pendidik yaitu guru, Finlandia memiliki kualifikasi guru paling tinggi. Di Finlandia, guru merupakan
profesi yang sangat diminati dan peluang untuk menjadi guru sangat kecil karena proses perekrutan yang sangat ketat.
Untuk di Indonesia sendiri, sedang digalakkan program program untuk peningkatan kualitas guru. Program terbaru
74

Indikator Menurut Pandangan Indonesia Menurut Pandangan Islam Menurut Pandangan Barat
(Finlandia)
dari pemerintah ialah, adanya program PPG untuk mendapatkan sertifikat mengajar bagi guru. Kesejahteraan guru di
Finlandia jauh diatas Indonesia jika dilihat dari jumlah gaji yang diterima. Untuk pandangan Islam kualifikasi guru
dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih/disiapkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. memerlukan persiapan atau
pendidikan khusus (ijazah, sertifikat, pelatihan, dan sebagainya), membutuhkan pendididkan prajabatan, dan
memenuhi persyaratan (administrative, dan akademik). Gaji guru di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara
Islam dan negara finlandia.
Pro : Penulis pro dengan kualifikasi guru yang diajukan di Indonesia, Islam dan Finlandia, dan proses perekrutannya pun
sudah baik, dilihat dari kompetensi masing-masing calon guru. Penulis pro dengan gaji yang diberikan oleh negara
islam dan negara Finlandia, hal ini dikarenakan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan guru.
Kontra : Penulis kontra dengan perekrutan guru dengan hanya tes CPNS di Indonesia, harus nya juga dilihat secara
keseluruhan, akan lebih baik ditambah dengan tes mengajar dan penguasaan kelas. Dan penulis juga kontra dengan
gaji guru di Indonesia yang masih rendahnya dibandingkan negara lain.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai profesionalisme guru menurut pandangan
Indonesia, Islam dan Barat dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsep profesionalisme guru adalah suatu tingkah laku dalam profesi sebagai
guru dimana pekerjaan yang dilakukan guru akan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
2. Kompetensi profesional guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, kete-
rampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang yang memangku jabatan guru sebagai
profesi. Undang-Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19
(Depdiknas, 2005) menyatakan kompetensi guru professional meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi
professional guru dalam Islam yakni kompetensi pribadi dan professional.
3. Syarat-syarat dan sikap guru professional memiliki kualifikasi pendidikan
profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang
yang ditekuninya, memiliki kemapuan berkomunikasi dengan peserta didiknya,
mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen
tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara
terus-menerus (continuous improvement) melalui organisasi profesi, internet,
buku, seminar, dan semacamnya. Dalam Islam seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok : Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan)
Yaitu :Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni), Syarat Idofiyah
(mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya,
sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan
yang ditetapkan). Di Finlandia syarat pendidik memiliki gelar master.
4. Peran guru professional dalam pembelajaran adalah sebagai pengajar, pendidik,
pembimbing, fasilitator, innovator, teladan, dan penasehat.

75
76

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2010. Profenasionalisme


Guru.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/11/07/tentang-
profesionalisme-guru/ diakses tanggal 10 November 2016.
Anonim. Guru yang profesional dan efektif.
http://www.lpmpdki.web.id/index.php/artikel-pendidikan/195-guru-yang-
profesional-dan-efektif. diakses tanggal 10 November 2016.
Anonim. Pengertian guru profesional. http://www.informasi-
pendidikan.com/2013/07/pengertian-guru-profesional.html diakses tanggal
10 November 2016.
Barnawi & Arifin, M. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Ginarti, ratih. Kompetensiguru dalam meningkatkan profesionalisme.
http://www.slideshare.net/ratihginarti/28526777-
makalahkompetensigurudalammeningkatkanprofesionalismeguru diakses
tanggal 10 November 2016.
Hernowo. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara
Menyenangkan. http://www.m-edukasi.web.id/2013/03/bagaimana-guru-
profesional-itu.html. diakses tanggal 10 November 2016.
Ibnu Fajar. 2012. Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Guru
Profesional. http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-
kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru-profesional/ diakses 10
November 2016.
Kemendikbud Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan mutu pendidikan pusat pengembangan
profesi pendidik. 2012. Juknis PK Guru
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Gur, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke-1.
Mendiknas. 2007. Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. DEPDIKNAS. (Permen16-
2007KompetensiGuru.pdf) Robandi B. Standar Kompetensi Guru Kelas
SD/MI, Disajikan pada kegiatan PPM di UPTD Baleendah Bandung.
Pedagogik, FIP, UPI.
(STANDAR_KOMPETENSI_GURU_KELAS_SD.pdf)

77
78

Mulyasa, E. 2008 Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Namsa, M. Yunus, 2006. Kiprah Baru Profesi Guru Indonsia Wawasan
Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Mapan, Cet. Ke-1.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008
Rusman. 2010. ModelModel Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme
guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007, Cet. Ke-2

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Bafadal, Ibrahim.2006. Peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar.


Jakarta:Bumi Aksara

Yunus Abu Bakar,Syarifan Nurjan.2009. Profesi Keguruan, Surabaya:Aprint

Buchory.2015.makalah profesionalisme guru.


http://mustanginbuchory89.blogspot.co.id/2015/05/makalah-
profesionalisme-guru.html

Hendi.2012.https://hendisuhendi2012.wordpress.com/2013/02/09/download-
standar-isi-pai-kurikulum-2013/

Anda mungkin juga menyukai