Anda di halaman 1dari 17

Laporan Proposal Mini Riset

PROFIL GURU PROFESIONAL DI


MAS AMALIYAH SUNGGAL
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Wahyuddin Nur Nasution, M. Ag
Dr. Nirwana Anas, M. Pd

Diajukan untuk memenuhi tugas pada


Mata Kuliah
Pengembangan Profesional Guru
PAI

Oleh:

PANDI KURNIAWAN

NUR IKHWANA HARAHAP

MAYANG MUSTIKA DEWI

PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan miniriset yang berjudul
“Profil Guru Profesional”. Shalawat berangkaikan salam kami sampaikan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada Bapak Prof. Dr. Wahyuddin Nur Nasution, M. Ag, dan ibu Dr. Nirwana Anas,
M. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Pengembangan Profesi Guru PAI
Semester III Prodi Magister Pendidikan Agama Islam yang sudah memberikan
penulis kesempatan untuk menyelesaikan miniriset ini sebagaimana mestinya untuk
memenuhi proses pengumpulan nilai.
Miniriset ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan miniriset ini, maka dari itu kritik
dan saran dari pembaca kami harapkan agar dapat memperbaiki dan menyempurkan
laporan miniriset ini. Atas kritik dan saran serta perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

Medan, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 1


A. Ciri-ciri Profesional Guru ....................................................................... 1
B. Factor Penentuan Dan Penilaian Kinerja Guru Sebagai Jabatan Professional
.....................................................................................................................4
C. Membangun Profesionalisme Guru..............................................................5
D. Masalah Terkait dengan Profesi Guru..........................................................6

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................8


A. Jenis Penelitian.............................................................................................8
B. Lokasi Penelitian..........................................................................................9
C. Subjek Penelitian..........................................................................................9
D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Guru menempati kedudukan yang terhormat dimasyarakat. Guru dihormati dikalangan


masyarakat karena kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragukan peran seorang guru
tersebut. Dalam pengertian sederhana guru diartikan orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Sedangkan dikalangan masyarakat guru dapat diartikan sebagai orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat tertentu tidak mesti di lembaga yang formal saja tetapi dapat
dilaksanakan dilembaga pendidikan non formal. Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut
kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Mendidikan mengajar dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai sebagai profesi.
Tugas guru sebagai pendidik meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak
didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik tersebut. Guru juga mempunyai
kemampuan keahlian atau sering disebut dengan kompetensi professional. Kompetensi
profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang
sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak
dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.

B. Rumusan Masalah.
1. Apakah ciri-ciri profesional guru?
2. Apa saja factor penentuan dan penilaian kinerja guru sebagai jabatan professional?
3. Bagaimana cara membangun profesionalisme guru?
4. Apa saja masalah yang terkait dengan profesi guru?

1
C. Tujuan masalah.
1. Untuk mengetahui ciri-ciri professional guru.
2. Untuk mengetahui factor penentuan dan penilaian kinerja guru sebagai
jabatan professional.
3. Untuk mengetahui cara membangun professionalism guru.
4. Untuk mengetahui masalah yang terkait dengan profesi guru.

D. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian yang saya lakukan adalah untuk mengetahui tingkat
professional guru yang mengajar di MAS Amaliyah terpadu yaitu pada bidang studi PAI dan
Bahasa Indonesia.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Ciri-ciri professional guru.


1. Konsep dasar ciri professional.
Kata ciri mengacu pada tanda atau gambaran dari sesuatu yang menjelaskan
bagaimana keutuhan dari sesuatu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ciri
adalah tanda-tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain. Dengan ciri ini sesuatu yang
ada akan berbeda dengan sesuatu yang lain. Demikian pula profesi kependidikan, sebagai suatu
jabatan juga memiliki tanda-tanda khas yang dapat membedakannys dengan profesi-profesi lain.
Banyak pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai profesi, namun setiap jabatan tersebut
memiliki ciri khas tersendiri.
2. Ciri-ciri professional guru.
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat
11, ciri-ciri guru yang professional sebagai berikut:
1. Mempunyai Kompetensi Pedagogik, yaitu menyangkut kemampuan mengelola
pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas
pokok yang harus dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.
2. Mempunyai Kompetensi Kepribadian, yaitu menyangkut kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik.
3. Mempunyai Kompetensi Profesi, yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan
kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila
seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin
mampu memahami persoalam pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu,
untuk menjadi professional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari
perkembangan pengetahuan yang berkaiatan dengan hal tersebut.
4. Mempunyai Kompetensi Sosial, yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan
berinteraksi dengan peserta didik, sesame guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan

1
Pasal 10 (4) UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3
berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam
kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa
berkaitan dengan interaksi akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta
didik memiliki keterbukaan dengan gurunya.

Seorang guru dapat dikatakan guru yang professional apabila guru tersebut memiliki
kompetensi baik kompetensi pedagogic ataupun kompetensi professional dalam mengajar,
seseorang yang dengan tekun menggali terus menerusilmu dan kemampuannya serta
menyalurkan ilmu dan kemampuannya itu kepada siswa maka dapat pula dikatakan sebagai guru
yang professional, komunikasi yang baik antara guru dan siswa maupun mendekatkan diri
kepada siswa juga dipelukan seseorang guru professional, guru harus mempunyai lingkungan
social yang baik pula, dan guru juga harus mempunyai keterampilan yang baik dalam
pengajaran. Menurut Suyanto ciri-ciri guru yang professional yaitu2:
1. Ahli di bidang teori dan prkatik keguruan. Penguasaan ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan kepada siswa merupakan kemampuan yang harus dimiliki seoarang guru
professional. Selain itu, guru harus menjadi ahli dalam menyampaikan atau mengajarkan
ilmu yang sudah dikuasai oleh guru tersebut kepada siswa. Dengan kata lain, guru
professional adalah guru yang mampu membelajarkan siswanya tentang pengetahuan
yang dikuasainya dengan baik.
2. Senang memasuki organisasi profesi keguruan. Suatu profesi memiliki syarat salah
satunya adalah adanya organisasi profesi tersebut. Dalam hal ini, profesi guru tergabung
dalam suatu organisasi yaitu organisasi profesi keguruan yang memiliki profesi yang
serupa. Guru sebagai jabatan professional seharusnya terus meningkatkan peran
organisasi profesinya. Fungsi organisai profesi selain untuk melindungi kepentingan
anggotanya juga sebagai dinamisator dan motivator anggotanya.
3. Memiliki latar belakang kependidikan keguruan yang memadai. Pendidikan keguruan
juga merupakan salah satu ciri yang harus dimiliki guru professional. Dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan seorang guru memperoleh pengetahuan atau
kemampuan tersebut melalui berbagai tahap dalam pendidikan keguruan. Seorang tenaga
pendidikan memiliki beberapa peran, diantaranya:

2
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi guru Profesional, (Jakarta:Erlangga, 2013), hlm.26

4
a. Sebagai pekerja professional yaitu berfungsi dalam mengajar, membimbing dan
melatih siswa.
b. Sebagai pekerja kemanusiaan dengan fungsi merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki.
c. Sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat
untuk menjadi warga Negara yang baik.
Peran guru seperti diatas menuntut pribadi yang harus memiliki kemampuan
manajerial dan teknis, prosedur kerja sebagai ahli, serta keikhlasan bekerja yang dilandaskan
pada panggilan hati untuk melayani orang lain, seperti:
1) Melaksanakan kode etik guru. Sebagai jabatan professional, guru dituntut untuk
memiliki kode etik, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi Nasional Pendidikan 1
tahun 1988, bahwa profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik, yaitu
norma-norma tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai
oleh masyarakat. Kode etik berfungsi untuk mendinamiskan setiap anggotanya guna
meningkatkan diri, dan meningkatkan layanan profesionalismenya demi keselamatan
orang lain.
2) Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi yang dimaksud adalah mampu
mengatur diri sendiri. Dengan demikian, guru harus memiliki sikap mandiri dalam
mengambil keputusan sendiri dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan yang
dipilihnya.
3) Emiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Guru sebagai tenaga pendidikan
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Untuk itulah
guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat khususnya dalam
membelajarkan anak didik.
4) Bekerja atas penggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada
masyarakat, hendaknya didasari atas dorongan atau penggilan hati nurani.

B. Factor Penentuan Dan Penilaian Kinerja Guru Sebagai Jabatan Professional.


Kinerja yang didefinisikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dapat
diartikan juga sebagai hasil kerja guru yang dapat dicapai selama melaksanakan tugas pelayanan

5
bagi warga belajar dibidang pendidikan dan pembelajaran pada satuan pendidikan. Kinerja guru
ditentukan oleh berbagai factor yang satu sama lain saling berkaitan seperti kepemiminan kepala
sekolah, fasilitas kerja, rekan guru, karyawan, maupun anak didik. Menurut Pidarta seperti yang
dikutip dalam Yasaratodo Wau dalam buku Profesi Kependidikan bahwa ada beberapa factor
yang dapat memengarui kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu :
a. Kepemimpinan kepala sekolah.
b. Fasilitas kerja.
c. Harapan-harapan.
d. Kepercayaan personalia sekolah.
Factor internal dapat menentukan tingkat kinerja sejauh bagaimana guru memandang dan
memperlakukan jabatan guru. Jika jabatan guru dipandang sebagai kewajiban, maka kinerjanya
hanya sebatas melaksanakan tugas semata. Jika selesai bertugas berarti selesai tanggung jawab
tinggal melaksanakannya dikelas. Jika dipandang sebagai kebutuhan maka kinerjanya tidak
hanya sebatas melaksanakan tugas tetapi sampai pada apakah yang dikerjakannya itu telah
memenuhi kebutuhan dirinya sebagai pelayan bagi warga belajar dan juga kebutuhan yang
dilayaninya sehingga merasa puas.
Factor lingkungan tempat mengabdi dapat menemukan kinerja guru sejauh lingkungan
mendukung setiap upaya yang baik dari guru. Jika lingkungan dapat di tata sedemikian rupa
dengan menciptakan dan memelihara seluruh komponen berfungsi sebagaimana semestinya
melalui kepemimpinan administrator atau manajer sekolah yang efektif dan efesien sehingga
suasa sekolah benar-benar aman, nyaman, menyejukkan, guru akan termotivasi dan berjuang
untuk menampilkan kinerja yang terbaik. Guru akan memiliki daya juang dalam melaksanakan
tugas keprofesionalnya jika suasana sekolah memberi dukungan penuh kepada mereka.
Factor kebijakan pemerintah dapat menentukan kinerja guru sejauh bagaimana
pemerintah memperlakukan jabatan guru dan guru itu sendiri. Jika pemerintah memandang dan
meperlakukan jabatan guru sebagai profesi, sehingga yang mengisi jabatan itu hanya mereka
yang benar-benar professional dapat diprediksi kinerja guru akan tinggi. Kebijakan pemerintah
menyangkut penyelesaian dan penempatan kadang tidak mendukung kinerja guru karena guru
yang seharusnya belum layak menjadi guru diangkat juga dan ditempatkan menjadi guru yang
tidak sesuai dengan latar belakangnya.

6
Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun
kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Dale Yoder dalam Hasibuan dalam Yasaratodo
mendefinsikan penilaian kinerja sebagai prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi
untuk mengevaluasi pengawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. Penilaian kinerja
sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian
tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi yang sebenarnya pegawai dilihat dari kinerja dan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Hasil penilaian
kinerja guru dapat dimanfaatkan untuk menentukan sejauhmana guru telah mampu atau terampil
sebagai guru yang professional di bidangnya. Dinegara Indonesia penilaian kinerja guru telah
diatur dalam Peraturan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi
Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Anka Kreditnya dan Peraturan
Bersama Mentri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun
2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Anka
Kreditnya tanggal 1 Desember 2010.
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar, terdapat
Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2005 pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 3

C. Membangun Profesionalisme Guru.


Profesionalisme guru bukanlah barang jadi yang diperoleh atau mungkin didapatkan oleh
seorang guru, akan tetapi satu keadaan dari sebuah proses. Untuk itu profesionalisme guru harus
direncanakan, dibangun dan dikembangkan menjadi bagian yang menyatu dengan pembinaan
guru secara kontiniu. Selama ini telah banyak upaya yang dilakukan untuk membangun
profesionalisme guru, baik oleh guru itu sendiri maupun pemerintah yang memiliki kewenangan
tersebut.
Membangun, mengembang dan membina guru adalah tugas yang harus dilakukan bila
guru ingin menjadi professional. Profesionalisme guru dapat dibangun dengan tujuan
menciptakan lingkungan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang kondusif bagi pekerjaan
guru. Lingkugan pengembangan guru sedikitnya mempunyai empat tujuan yakni :

3
Yasaratodo, Profesi Kependidikan,(Medan:UNIMED PRESS,2018)h.10

7
1. Menyelesaikan tugas personal yang mudah.
2. Menyelesaikan tugas pengajaran yang mudah.
3. Menyelesaikan tugas personal yang komplek.
4. Menyelesaikan tugas pengajaran yang komplek.
Itu berarti bahwa membangun profesionalisme guru adalah bersamaan memberikan
pembianaan bagaimana guru menghadapi masalaj, menyelesaikan masalah dan kemudian mejadi
masalah adalah bagian dari tugas-tugas seharian guru. Dari beberapa analisis, khususnya analisis
manajemen pengelolaan guru, maka profesionalisme juga terkait dengan manajemen pengelolaan
guru, dari sejak perencanaan, pengelolaan, sampai pada pembinaan guru. Dalam hal ini
sedikitnya ada 2 langkah yang diusulkan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
rangka membangun citra masa depan : pertama, guru harus sungguh menguasai bahan yang nanti
akan diajarkan, kedua guru perlu mempunyai kompetensi dalam bidang pengayaan disekitar
bidang utama. Secara keseluruhan penanganan guru saat ini memang terus dilakukan oleh
pemerintah, berbagai kemajuan telah dicapai, berbagai kebijakan telah diterapkan.
Profesionalisme guru pada gilirannya tidak akan berhenti diperbincangkan sampai tugas guru itu
selesai.

D. Masalah Terkait Dengan Profesi Guru.


Ketika guru menjadi sebuah profesi tentu banyak konsekuensi yang harus dihadapi.
Dalam perspektif manajemen kerja, maka profesionalisme harus disandarkan pada tingkat
kepuasan kerja, bahkan kepuasan pelanggan. Untuk itu berbagai standar atau ukuran-ukuran
kepuasan banyak ditetapkan, yang didukung oleh berkembangnya ilmu ekonomi kuantitatif.
Begitu juga halnya dengan peningkatan kemampuan si empunya profesi, ia tidak dapat lengah
dari standar yang ditetapkan. Bahkan kadang kala seorang professional terbelenggu dengan
ukuran-ukuran yang ia rumuskan sendiri. Dalam hal ini Ryan dan Cooper dalam Amini (1984:9)
menjelaskan bahwa profesionalimes itu adalah :
a. Menekankan pelayan diatas keuntungan pribadi.
b. Memiliki standar penilaian yang tinggi.
c. Menekankan peningkatan profesionalisme dan pertumbuhan diri yang terus
menerus bagi setiap anggota.
d. Dipertimbangkan sebagai pekerjaan seumur hidup.

8
e. Tampak bahwa profesionalisme itu sesuatu nilai yang mengikat orang dengan
pekerjaannya bahkan hingga sampai akhir hayatnya.
Sementara itu menurut Imam chourmain 2002 Profesionalisme adalah :
a. Melayani masyarakat sebagai jabatan karir sepanjang hayat.
b. Berbasis ilmu dan keterampilan tertentu.
c. Berbasis hasil penelitian penerapan teori dan praktek.
d. Memerlukan adanya pendidikan dan pelatiahn yang mendalam.
e. Pengendalian disiplin dengan sejumlah pesyaratan.
f. Kemandirian dalam mengambil keputusan.
g. Menerima dan memikul tanggung jawab.
h. Memiliki komitmen terhadap pekerjaannya.
i. Ada system dan prosedur kerja yang jelas.
j. Ada asosiasi profesi.
k. Ada system kode etik.
l. Kepercayaan dan ketergantungan kepada diri sendiri.
m. Ada status social tertentu yang jelas dan tranparan.
Jadi semakin jelas, bahwa profesionalisme ada yang sedang terjadi pada diri seseorang, ada yang
akan menjadi impian, dan ada pula yang telah direncanakannya sejak dulu. Salah satunya
seorang guru yang professional adalah terus menerus mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan, sehingga pengetahuan dan wawasannya tidak tertinggal dari dunia kependidikan
secara keseluruhan. Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru tidak dapat dipisahkan
dengan masalah kehidupan sehari,hari baik dengan keluarga dengan pekerjaan maupun dengan
masyarakat dan bahkan dengan pemerintah. Guru yan professional adalah guru yang mampu
mengelola masalah menjadi bagian dari upaya meningkatkan kualitad guru sebagai sebuah
pekerjaan.4

4
Amini, Profesi Keguruan, (Medan:Perdana Publishing, 2016)h.39-41

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Istilah kualitatif menurut Kirk dan

Miller (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif

melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam

pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat

mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Mengacu kepada Strauus

dan Corbin (1990) penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuannya

adalah suati jenis penelitian yang dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik atau

kuantifikasi. Dalam hal ini penelitian kualitatif adalah penelitian tentang kehidupan seseorang,

ceriyta, prilaku, dan juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik. 5

Penelitian kualitatif dari sisi defenisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan

penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Penulis lainnya memaparkan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk

mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang

berkonteks khusus.

Penelitian ini memiliki karakteristik diantaranya:


1. Latar alamiah
2. Manusia sebagai alat
3. Metode kualitatif

5
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h. 41.

10
4. Analisis data secara induktif
5. Teori dan dasar
6. Deskriptif

B. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di MAS Amaliyah Sunggal, Kecamatan Tanjung Gus, Kabupaten

Deli Serdang, Sumatera Utara.

C. Subjek Penelitian.

Subjek penelitian yang saya lakukan secara langsung pada guru bidang mata pelajaran

PAI dan Bahasa Indonesia. Di MAS Amaliyah.

D. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama dalam penelitian kareta tujuan

melakukan penelitian tersebut ialah mendapatkan data. Jika tidak mengetahui teknik

pengumpukan data maka penelitian tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian adalah :

a. Metode Wawancara.

Metode wawancara adalah bentuk komunikasi anatara dua orang yang melibatkan

seseorang ingin memperoleh informasi dari seseorang laiinya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyan yang sudah dipersiapkan orang pewawancara berdasarkan

tujuan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai 2 guru di MAS

Amaliyah.

b. Metode Observasi.

11
Metode observasi ialah mengamati secara sistematik terhadap gejala yang tampak

pada obejek penelitian tersebut. Metode ini digunakan agar mrndapatkan data guru

yang ada di MAS Amaliyah tersebut.

c. Metode Dokumentasi.

Metode dokumentasi ini mengambil gambar saat dilakukannya observasi disekolah

tersebut. Dokumen-dokumen yang berupa buku yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti dimana hal ini adalah sumber utama yang dipergunakan peneliti selain hasil

penelitian yang relevan dengan focus penelitian tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amini. 2016. Profesi Keguruan. Medan: Perdana Publishing.


Pasal 10 (4) UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Salim dan Syahrum. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka
Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga.
Yasaratodo. 2018. Profesi Kependidikan. Medan: UNIMED PRESS

13
14

Anda mungkin juga menyukai