Dosen Pengampu
Dedi Sahputra Napitupulu, S. Pd. I., M. Pd.
Oleh
SYAHIR REZEKI SURBAKTI
0301171268
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guru memiliki peran strategis dalam bidang pendidikan, bahkan
sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti
apabila tidak didukung oleh guru yang berkualitas, dan begitu juga
sebaliknya. Dengan kata lain, guru merupakan ujung tombak dalam upaya
peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Dalam berbagai kasus,
kualitas sistem pendi-dikan secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas
guru.
Guru sebagai salah satu bagian dari pendidik profesional memilikitugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam
melaksanakan tugasnya, guru menerapkan
Guru profesional dalam masyarakat yang semakin maju,
demokratis dan terbuka menuntut suatu interaksi antara pendidik dan
peserta didik secara profesional. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru
profesional, yaitu guru yang memiliki karakteristik profesionalisme.
Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Profil Guru Profesional Studi Pendidikan Alquran Hadis
dan Kimia di MAN 1 Medan”. Guna mengetahui sejauh mana keprofesionalan
guru dalam mengajarkan studi kimia dan Alquran Hadis.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keprofesionalan guru dalam mengajar pelajaran Alquran
Hadis dan Kimia.
2. Bagaimana etika guru profesional dalam mengajarkan pelajaran
Alquran Hadis dan Kimia.
1
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keprofesionalan guru dalam mengajar pelajaran
Alquran Hadis dan Kimia.
2. Untuk mengetahui bagaimana etika guru profesional dalam mengajarkan
pelajaran Alquran Hadis dan Kimia.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana
keprofesionalan guru dalam mengajar dan etika guru profesional dalam
mengajar.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Profesi
Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profession”, dalam bahasa
Belanda “professie”, dalam bahasa latin “professio” yang bermakna pengakuan
atau pernyataan. Kata profesi juga terkait secara generik dengan kata “okupasi”
(Indonesia), accupation (Inggris), accupatio (Latin) yang bermakna kesibukan
atau kegiatan atau pekerjaan ata mata pencaharian.1 Secara harfiah kata profesi
berasal dari kata profesion yang berarti “Mampu atau ahli dalam suatau
pekerjaan”.2
Dalam pengertian lain profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu.
Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya
pembayaran untuk melakukannya.3
Profesional berasal dari kata profesi yang secara analogis berarti
“mampu” atau “ahli”. Profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi
intelektual dan latihan yang khusus, sedangkan profesional adalah sederajat
atau standar feformance anggota profesi yang mencerminkan adanya
kesesuaian dengan kode etik profesi.4
Profesionalisme merupakan kepemilikan seperangkat keahlian atau
kepakaran dibidang tertentu yang dilegalkan dengan sertifikasi oleh sebuah
lembaga. Oleh sebab itu seorang profesional berhak memperoleh reward yang
layak dan wajar yang menjadi pendudukung utama dalam dalam merintis
karirnya kedepan.5
1
Rusydi Ananda, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2018), h. 1
2
Buchari Alma, Dkk, Guru Profesional “Menguasai Metode dan Terampil Mengajar”
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 155.
3
Syafaruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), h. 31.
4
Pupuh Fathurrohman dan Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), h. 1.
5
Siswanto, Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam (Surabaya: CV Salsabila Putra
Pratama’ 2013), h. 83.
3
Menurut Sumaryono yang dikutip oleh Yadi Purwanto menjelaskan,
bahwa sebuah profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan dimana orang yang
menyandangnya mempunyai pengetahuna khusus yang diperoleh melalui
training atau pengalaman lain atau diperoleh melaui keduanya sehingga
penyandang profesi dapat membimbing atau memberi saran juga melayani
orang lain dalam bidangnya sendiri.6
Berikut yang termasuk kedalam kemampuan profesional:
a. Dapat menguasai materi, struktur dan pola pikir keilmuan yang yang
sesuai sehingga dengan begitu dapat mendukung suatu budang studi
yang di ampu.
b. Dapat memanfaatkan teknologi dan informasi sebagai cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Menguasai filosofi, metodologi,teknis, dan fraksis sehingga dapat
mendukung dan sesuai dengan bidang keahliannya.
d. Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian
dalam masyarakat.7
B. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
mengajarnya, ayat (3) butir c ialah kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standat Nasional Pendidikan. Beberarapa ruang lingkup
kompetensi guru yaitu:
1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologi, sosiologi, dan lainnya.
2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai daraf perkembangan
peserta didik.
6
Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 5.
7
Janawi, Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 47-48.
4
3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya.
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervasriasi.
5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan.
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.8
Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial
sebagai berikut:
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini
berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menaungi dan koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep
antarmata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam proses belajar mengajar.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru
harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan bidang studi.
Kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru yakni:
a. Memahami motivasi para siswa
b. Memahami kebutuhan belajar siswa
c. Memiliki kemampuan yang cukup tentang teori dan praktik
d. Mengetahui kebutuhan masyarakat para pengguna pendidikan
e. Mampu menggunakan beragam metode dan teknik pembelajaran
f. Memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi
8
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2019), h. 135.
5
g. Mengetahui bagaimana menggunakann materi yang diajarkan dalam
praktik kehidupan nyata.9
9
Tim Penyusun, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 7.
10
Dedi Sahputra Napitupulu, “Proses Pembelajaran Melalui Interaksi Edukatif Dalam
Pendidikan Islam”, dalam Tazkiya, vol. 8, h. 127.
11
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara , 2004), h. 118.
12
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan Second Edition (Jawa Barat: CV
Jejak, 2017), h. 30.
6
Sebab, jika saja mengajar atau mendidik itu karena keterpaksaan
maka dia akan selalu berfikir untuk meninggalkan profesinya dan mencari
pekerjaan yang lain. Dengan demikian, hal itu akan membuatnya kurang
memikirkan cara terbaik untuk mencari informasi, pengetahuan dan
penyajian ateri-materi pelajaran kepada anak didiknya dengan cara yang
sesuai.
a. Guru harus berwibawa, tenang, khusyu’ dan menunjukkan vitalitas serta
keuletan agar anak didik tidak merassa malas dan bosan atau jenuh.
b. Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani profesi
mengajar, seperti pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak
melamun, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap dan dapat
mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis agar guru berhasil
menjalankan tugasnya sert mempunyai kemauan yang kuat.
7
b. Guru harus menguasai metode mengajar, menelaah buku-buku yang
berkaitan dengan pelajaran,, studi-studi pendidikan, berbagai riset
psikologi dan sosial yang berbicara mengenai anak, tentang remaja,
perubahan-perubahan fisik dan mental yang masing-masing-masing
dilalui anak didik supaya guru sanggup menyampaikan informasi apa
yang akan diberikan dengan cara yang terbaik.
Selain itu, guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peran
organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. Dengan dasar
keenam dari kode etik ini dengan gamblang juga dituliskan bahwa guru
secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan, meningkatkan mutu
dan martabat profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibka kepada
seluruh anggota profesi guru untuk selalu,meningkatkan mutu dan
martabat profesi guru itu sendiri.13
13
Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 7
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yang
memiliki karakteristik alami sebagai sumber data langsung. Penelitian
kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan
tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi. Dalam hal ini
penelitian kualitatif adalah penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita,
perilaku, dan juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan
timbal balik.14
Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan suatu
prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang berperilaku yang dapat diamati dan pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sementara Kirk dan
Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.15
Dalam artian lain paradigma kualitatif ini merupakan paradigma
penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah
dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang
holistik, kompleks dan rinci.16
Pembeda utama metode kuantitatif dan kualitatif adalah metode
kuantitatif itu deduktif dan metode kualitatif itu induktif. Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang diturunkan dari teori/hipotesis menuju
pengamatan empiris yang sistematis untuk sampai pada kesimpulan.
14
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Citapustaka Media,
2012), h. 41.
15
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 5- 6.
16
Jemmi Rumengan, Metodologi Penelitian (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013),
h. 11.
9
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang mengikuti jalan
sebaliknya. Observasi atau pengamatan menjadi dasar untuk merumuskan
teori, hipotesis, dan interpretasi.17
B. Lokasi Penelitian
Adapun Penelitian ini di laksanakan di MAN 1 Medan Jl. Williem
Iskandar No.7b, Bantan Tim., Kec. Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera
Utara 20222
17
Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2012), h. 43.
18
Effi Aswita Lubis, Metode Penelitian Pendidikan (Medan: Unimed Press, 2012), h. 42.
19
Sutrisno Hadi, Metode Reseach (Yogyakarta: Andi, 2004), jilid 2, h.217.
10
Metode Interview (wawancara) adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu.20Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai guru yang
mengajar di bidang studi yang bersangkutan guna untuk mengetahui
keprofesionalan dalam mengajar.
3. Dokumentasi
Dokumetasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Metode dokumentasi dalam hal ini berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah ada dalam
dokumentasi atau arsip.21 Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data kemudian ditelaah dalam penelitian ini meliputi
foto guru mengajar dikelas, buku, profil sekolah dan sebagainya.
20
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Sosial (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2001), h. 180.
21
Lubis, Metode Penelitian Pendidikan, h. 42.
11
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Profil
Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan (MAN 1 Medan) pada awal
berdirinya merupakan Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri yang
disingkat SPIAIN. SPIAIN ini berdiri tanggal 1 Pebruari 1968 bertempat di
gedung Sekolah Hakim Jaksa Negeri di Jalan Imam Bonjol. Selanjutnya
SPIAIN ini pindah ke gedung Yayasan Pendidikan Harapan dengan peserta
didik berjumlah 19 orang. Direktur SPIAIN yang pertama adalah Drs. H.
Mukhtar Ghaffar yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Panitia Nomor
: 08/SP-IAIN/1968 tertanggal 27 Maret 1968.
Terhitung tanggal 1 April 1979 pemerintah merubah seluruh
SPIAIN, PHIAIN, SGHA, PPPUA dan yang lainnya menjadi Madrasah
Aliyah Negeri. SPIAIN Sumatera Utara juga berubah
menjadi MAN dengan gedung tetapnya ada di kompleks IAIN Sumut jalan
Sutomo Ujung Medan. Pada tahun tahun 1980 dan 1981 telah di bangun
gedung MAN Medan di Jalan Williem Iskandar. Selanjutnya MAN Medan
pindah ke lokasi baru tersebut.
Ketika terjadi perubahan tuntutan kebutuhan terhadap kualitas guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mensyaratkan lulusan
Diploma II, maka PGAN 6 tahun dilikuidasi oleh pemerintah menjadi MAN
pada tahun 1992.Maka sejak itulah MAN Medan berubah menjadi MAN-1
Medan.
12
b. Misi Sekolah
pengelolaan pendidikan
School.
B. Temuan Khusus
1. Identitas Guru Studi Fiqih
Nama : Ummi Kalsum, S.Ag
Alamat : Jl. Kutalim Baru, Tuntungan 1 pasar 3
Studi : Guru Alquran Hadits kelas XII
Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Ummi dapat dikatakan guru
yang profesional. Di lihat dari kualifikasi akademik beliau
menyelesaikan strata satu di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
pada prodi Pendidika Agama Islam. Saya sangat tertarik atas konsep
beliau mengajar yang mana beliau mengajar Alquran dan Hadis dengan
mengartikan kata per kata yang menambah wawasan murid tentang
makna ayat Alquran. Kemudian beliau dalam pelajaran Alquran Hadis
mendapat jam pelajaran sebanyak 28 jam/minggu. Ditambah lagi beliau
sudah mengajar selama 23 tahun dan sudah PNS Gol IVA dan sudah
sertifikasi dan sudah dapat kita katakan bahwa Bu ummi adalah guru
yang profesional. Kemudian juga etika pada saat guru mengajar sangat
baik sesuai dengan etika profesi guru
13
2. Identitas Guru Kimia
Nama : Ramlah Khairani, ST, M.Pd
Alamat : Jl. Baru no.20 A
Studi: Guru Kimia kelas X
Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Ramlah menyelesaikan strata
satunya di Institut Teknologi Medan pada prodi Tehnik Kimia dan strata
dua nya Pendidikan Kimia di Universitas Negeri Medan. Dalam
kualifikasi akademik Bu Ramlah dapat dikatakan guru yang
profesioanal, akan tetapi sebelum dia mengambil strata duanya dia
belum dapat mengajar karena belum memenuhi persyaratan guru yang
mana guru harus tamatan dari pendidikan namun setelah beliau
mengambil S2 kemudian mengajar di MAN 1 Medan yang sebelumnya
ketika masih S1 beliau belum belum dapat mengajar di MAN 1 Medan
melainkan hanya disekolah swasta. Ketika Bu Ramlah mengajar di kelas
murid selalu aktif menjawab dan dapat memahami apa yang dijelaskan
oleh Bu Ramlah dan beliau sangat menguasi materi yang diajar.
Ditambah lagi walau beliau masih status honor tetapi beliau sudah
sertfikasi untuk itu sangat dapat dikatakan bahwa Bu Ramlah adalah
guru yang profesional.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Adapun guru yang mengajar di MAN 1 Medan adalah guru yang
profesional dalam segi kualifikasi akademik maupun keahlian mengajar.
2. Pemahaman siswa dalam memahami pelajaran cukup bagus karena di
MAN 1 Medan merupakan sekolah yang cukup baik dan seluruh tenaga
pendidik merupakan profesional dan guru sangat baik dalam etika
profesi guru.
B. Saran
Sebagai saran dari penulis adalah ada baiknya guru-guru yang mengajar
harus sesuai dengan kualifikasi akademik agar guru lebih memahami dalam
menggunakan metode dan media yang digunakan, dan herus beretika sebagai
seorang pendidik.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Lampiran Dokumentasi Penelitian
17
Gambar 5 Tampak Depan Sekolah Gambar 6 Wawancara Dengan Ibu
Ramlah Guru Kimia
18