Anda di halaman 1dari 21

MINI RISET

“KECEMASAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI ANAK YANG


MULAI MENGIKUTI PEMBELAJARAN TATAP MUKA”

OLEH :

Nama : Evi Bunga Kirani Br. Sinuraya

Nim : 4213141042

Kelas : PSPB E 2021

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Fauzi Kurniawan S. Psi, Psikolog

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehinggan kami masih dapat diberikan kesempatan dan kesehatan
untuk dapat menyelesaikan Mini Riset ini dengan judul “Kecemasan Orang Tua
Dalam Menghadapi Anak Yang Mulai Mengikuti Pembelajaran Tatap Muka”.
Mini Riset ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah
“Perkembangan Peserta Didik”, semoga Mini Riset ini dapat menambah
wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan Mini Riset ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan

2. Kepada Bapak / Ibu dosen pengampu

3. Kepada teman-teman mahasiswa yang saling mendukung

Saya menyadari bahwa Mini Riset ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam Mini
Riset ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………...…………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………….…………………..…………...……..ii
BAB I PENDAHULUAN…...…………………………………….………….…1
A. Latar Belakang……………….………………………...…………...………..1
B. Rumusan Masalah…...……………………..………………………………...3
C. Tujuan penelitian……………………..…………………...………………….4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….……..4
BAB II KAJIAN TEORI……………….…………………………..………...…4
A. Landasan Teori……………………………………………………………...5
B. Kerangka Berpikir…………………………………………………………..10
BAB III METODE PENELITIAN…………………….....…………………....11
A. Tempat dan Waktu Penelitian……...……………………….………………11
B. Subjek Survey………………………………………………………………11
C. Langkah Penelitian………………………………………………………….11
D. Teknik Pengambilan Data……………...…………………………………...11
E. Teknik Analisis Data………………..………………………………………12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….………..……..……………...12
A. Hasil……………………………………………………………………...…12
B. Pembahasan…………………………………………………………....……14
BAB V PENUTUP………...…………………...……………………………...15
A. Kesimpulan…………………..……………..………….…………….…….15
B. Saran……………………………………..…………….…………………....16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari yang namanya pembelajaran.


Pembelajaran merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi
kegiatan belajar mereka (Syah, 2017). Pembelajaran mempunyai nilai-nilai dan
aturan yang harus dipatuhi oleh masiswa dan dosen.

Pembelajaran adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2001). Di negara kita, sebelum
maraknya wabah Covid-19 sistem pembelajaran dilakukan di kampus secara
langsung. Namun, dilihat dari fenomena sekarang ini Pemerintah membuat
suatu kebijakan proses pembelajaran daring. Pembelajaran daring adalah
pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi
pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran ini dilaksanakan selama
pandemi covid-19.

Covid-19 merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome coronavirus(SARS-CoV-2) yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga
infeksi paru-paru, seperti pneumonia. Covid-19 merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh jenis coronavirus, dan bisa menyerang siapa saja baik dari
lansia sampai anak kecil dan mengakibatkan kematian.

Kementerian pembelajaran dan kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan


beberapa surat edaran terkait pencegahan dan penanganan covid-19. Pertama,
surat edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan covid-
19 di lingkungan Kemendikbud. Kedua, surat edaran nomor 3 tahun 2020
tentang pencegahan covid-19 pada satuan pembelajaran. Ketiga, surat edaran
nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pembelajaran dalam masa
darurat penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang antara lain memuat
arahan tentang proses daring di rumah saja. Kampus, di mana setiap hari terjadi
aktivitas berkumpul dan berinteraksi antara dosen dan mahasiswa dapat menjadi
sarana penyebaran covid-19. Guna melindungi warga kampus dari paparan
covid-19, berbagai wilayah menetapkan kebijakan daring dari rumah.

Persiapan pembelajaran daring pada era pandemi covid-19 seharusnya lebih


diutamakan pada persiapan jaringan teknologi agar tidak terjadi amputasi
jaringan pada setiap proses belajar daring apalagi daerah yang susah terjangkau
oleh jaringan. (Kaharuddin, 2020). Kebijakan pembelajaran daring ini
ditetapkan oleh pemerintah, jadi disini pemerintah memiliki tanggung jawab
dalam pembagian kuota selama pandemi covid-19, dan peserta didik juga
mampu menyesuaikan jaringan connect yang ada di daerahnya masing-masing.
Proses pembelajaran dalam bidang pembelajaran harus terus berlangsung meski
saat ini tengah terjadi pandemi Covid-19 tetapi kebijakan pemerintah terhadap
pembelajaran secara daring tetap dilaksanakan agar generasi emas tidak
ketinggalan pengetahuan dalam belajar dan tetap melakukan pembelajaran demi
kemajuan generasi penerus sebagai tunas kemajuan bangsa dimasa mendatang
(Rifa Afiva Firyal, 2020).

Orang tua juga berperan dalam memberikan motivasi kepada anaknya yang
melakukan pembelajaran daring dan tetap semangat mengerjakan tugas-tugas
dari dosen agar tidak ketinggalan pelajaran. Keluarga menjadi unit terkecil
dalam lingkup masyarakat yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
suatu kondisi. Dalam ruang lingkup keluarga terdapat sistem-sistem yang
menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga merupakan
kesatuan yang utuh akan menciptakan dinaminasi dalam berinteraksi,
memberikan keputusan, dan pemecahan masalah. Setiap manusia dituntut untuk
memenuhi kebutuhan hidup kesejahteraan, kesehatannya dan bisa memenuhi
kebutuhan pokok yang menyangkut kelangsungan hidup anak dan keluarga.

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan


ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan
yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Freud mengatakan bahwa kecemasan
merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam.
Kecemasan merupakan kondisi mood yang negatif yang ditandai dengan
simptom-simptom tubuh, ketegangan fisik dan ketakutan pada hal-hal yang
akan terjadi.Dalam hal ini para orang tua mengalami suatu kecemasan yang
diakibatkan oleh maraknya isu wabah covid-19. Risiko penularan covid-19 dari
orang yang tidak ada gejala sama sekali sangatlah rendah. Namun, banyak orang
yang terjangkit covid-19 hanya mengalami gejala-gejala ringan, terutama pada
tahap-tahap awal. Karena itu, covid-19 dapat menular dari orang. Misalnya,
hanya batuk ringan tetapi merasa sehat.

Dilihat dari fenomena yang terjadi saat ini, Kemendikbud telah menetapkan tata
cara proses pembelajaran daring, dalam pembelajaran tersebut tentu
membutuhkan dukungan dari pemerintah, sekolah, guru dan orang tua.
Pembelajaran daring memiliki beberapa keuntungan dan kerugian yang
berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran. Siswa belajar menghargai
waktu yang ada sehinga siswa lebih giat dalam mengerjakan tugas yang
diberikan dosen. Orang tua bisa lebih memantau dan mengetahui perkembangan
belajar anaknya dan lebih peduli dengan tugas-tugas anaknya yang diberikan
oleh dosen disamping itu orang tua juga memiliki kendala terhadap biaya dan
jaringan internet. Namun, hal ini juga memberikan dampak kepada siswa
merasa jenuh belajar di rumah dan ingin segera bertatap muka dengan dosen
dan teman-temannya, karena siswa bosan dengan kondisi dan situasi yang ada
memaksa mereka untuk tetap berada di dalam rumah.

Namun faktanya orang tua merasa kesulitan dalam mendampingi proses belajar
mengajar tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka terhadap
mata pelajaran anak dan tidak adanya waktu bagi orang tua untuk mendampingi
anak mereka belajar. Sehingga hal ini menyebabkan munculnya rasa cemas
orang tua terhadap pendidikan anak mereka ke depannya.Sebagai seorang orang
tua tentu memiliki harapan terhadap kebijakan pembelajaran daring, agar di
mana program belajar secara daring ini dapat memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi anak, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh
capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian


ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kecemasan orang tua terhadap belajar daring di masa pandemi
covid-19?
2. Bagaimanakah persepsi orang tua terhadap kebijakan pembelajaran daring?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan pada orang tua?
4. Bagaimana sikap orang tua dalam menyikapi kecemasan dalam membimbing
anak belajar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini


adalah:
1. Untuk mengetahui kecemasan orang tua terhadap belajar
daring di masa covid-19 ini.
2. Untuk mengetahui persepsi orangtua terhadap kebijakan pembelajaran daring.
3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan pada
orang tua.
4. Untuk mendeskripsikan orang tua dalam menyikapi kecemasan dalam
membimbing anak belajar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :


1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan :
-Sebagai informasi dalam implementasi mengenai kecemasan orang tua
terhadap kebijakan pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 yang
dilakukan.
-Bahan pembelajaran atau referensi tambahan bagi penuntut ilmu di pendidikan
mengenai faktor-faktor timbulnya kecemasan.
-Dapat menjadi bahan evaluasi maupun pengembangan bagi orang tua dalam
meningkatkan motivasi belajar bagi anak.
2. Manfaat Teoritis
-Memberikan kontribusi dan masukan untuk pengembangan penelitian
khususnya dalam bidang pembelajaran.
-Dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau sumber informasi ilmiah
bagi penelitian yang berkaitan dengan kecemasan orang tua terhadap kebijakan
pembelajaran daring di masa pandemi covid-19.
-Diharapkan mampu menjadi tolak ukur bagaimana mengetahui dan menyikapi
kecemasan yang di hadapi orang tua.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Daring dan E-learning

Menurut Dabbagh dan Ritland (dalam Arnesi dan Hamid, 2015), pembelajaran
online adalah sistem belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan
perangkat pedagogi (alat bantu pendidikan) yang dimungkinkan melalui internet
dan teknologi berbasis jaringan untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar
dan pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang berarti.E-learning adalah
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa belajar di
manapun dan kapanpun (Dahiya dalam Hartanto, 2016). E-learning memiliki
dua tipe, yaitu synchronous dan asynchronous.

Synchronous learning atau yang sering disebut virtual classroom berarti


aktivitas sekelompok siswa yang belajar pada waktu yang bersamaan. Dengan
kata lain, proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan
peserta didik. Hal ini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan
peserta didik secara online. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam
bentuk makalah atau slide presentasi, sementara peserta didik dapat
mendengarkan presentasi secara langsung melalui internet. Sebaliknya,
asynchronous learning berarti proses pembelajaran yang waktunya tidak
dilakukan secara bersamaan, peserta didik dapat mengambil waktu
pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi. Peserta didik dapat
melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannya setiap saat sesuai rentang
jadwal yang sudah ditentu-kan. Pembelajaran yang disuguhkan dapat berbentuk
bacaan, animasi, simulasi, permainan edukatif, tes, kuis, dan pengumpulan
tugas.

Komponen yang membentuk e-learning menurut Romi Satria Wahono (dalam


Hartanto, 2016) adalah infrastruktur, sistem dan aplikasi, serta konten.
Infrastruktur merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat
berupa Personal Computer (PC). Pelaku utama dalam pelaksanaan e-learning
dapat dimaksudkan sama dengan proses belajar mengajar konvensional yaitu
perlu adanya pendidik (dosen) sebagai pembimbing ; siswa (peserta didik) yang
menerima bahan ajar; dan administrator yang mengelola administrasi serta
proses belajar mengajar (Hartanto, 2016).
2. Kendala Pembelajaran

Belajar merupakan proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam
bentuk peningkatan perilaku baik secara kuantitas dan kualitas, seperti
kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, daya pikir, dan berbagai kemampuan
lainnya (Thursan Hakim 2005). Pembelajaran idealnya dirancang dan
diselenggarakan secara interaktif dan menyenangkan untuk mendorong
kreativitas dan kemandirian anak sesuai tahapan perkembangannya. Proses
pembelajaran yang berlangsung tanpa perencanaan yang matang dan
pelaksanaan yang kondusif akan menyebabkan munculnya berbagai kendala,
termasuk dalam proses belajar di rumah selama pandemi covid-19.

Sari dkk (2020) mengemukakan bahwa munculnya rasa bosan berada di rumah
dalam jangka waktu yang lama adalah suatu hal yang normal karena pada
fitrahnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan
lingku-ngan sekitar. Adapun Putri dkk (2020) yang mengungkapkan hasil
penelitiannya bahwa salah satu kendala proses belajar di masa pandemi adalah
siswa kurang bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya dan
kurang disiplin dalam belajar. Kendala lain dalam proses belajar dari rumah
adalah ketidakmampuan orang tua mendampingi anak secara maksimal karena
orang tua merasa kelelahan. Kelelahan tersebut dipengaruhi oleh multi peran
orang tua sebagai pendidik, pembimbing, pengawas, dan pengelola rumah agar
rumah senantiasa nyaman dan mendukung aktivitas anggota keluarganya selama
belajar (Kurniati, Nur Alfaeni, dan Andriani 2020). Akibat dari kelelahan adalah
cenderung menelantarkan anak ketika mereka menerima proses pembelajaran
(Griffith 2020).

Kebersihan dan kenyamanan lingkungan rumah dapat menumbuhkan


bakat dan kreativitas anak di masa pandemi (Huda dan Munastiwi 2020).
Ruangan yang tenang akan membantu seseorang dalam berkonsentrasi dan
meminimalisir faktor-faktor yang dapat mengalihkan perhatian anak saat
belajar (Rita Maryana dan Rachmawati, 2010). Kendala selanjutnya adalah
minimnya fasilitas yang mendukung pembelajaran daring. Delapan belas persen
kendala pembelajaran daring di rumah adalah jaringan internet yang kurang
lancar, pembiayaan untuk membeli kuota, dan ketersediaan perangkat, terutama
bagi orang tua yang memiliki anak lebih dari satu. Pernyataan ini sejalan
dengan hasil penelitian Dhawan (2020) bahwa pembelajaran daring yang
dilakukan di masa pandemi merupakan solusi yang tepat agar proses
pembelajaran dapat terus berlangsung karena bersifat fleksibel dalam hal waktu
dan lokasi. Namun demikian, pembelajaran daring masih mengalami beberapa
kendala seperti gangguan dalam instalasi, gangguan login, audio, video, dan
sebagainya.

3. Kecemasan Peserta Didik

Kecemasan merupakan suatu reaksi alami yang berfungsi memperingatkan


individu terhadap sesuatu yang mungkin mengancam tentang masa depan dan
perlu ditangani. Karakteristik utama dari gangguan kecemasan umum adalah
perasaan cemas dan takut yang berlangsung terus-menerus serta tidak dapat
dikendalikan perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan rasa
ketakutan yang sangat kuat yang muncul pada sebagian besar hari. Kecemasan
adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan
apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas
maupun hal-hal yang aneh.
Menurut Corey, bahwa kecemasan terbagi menjadi tiga hal, yaitu:
a. Kecemasan realistik adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal
dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
b. Kecemasan neurotis adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-
naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa
mendatangkan hukuman bagi dirinya.
c. Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Orang yang
hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa berdosa apabila ia
melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya.

Gangguan kecemasan umum yang tampak di berbagai kultur adalah:


pertama, sindrom tubuh yang muncul dalam bentuk keletihan, kurang
konsentrasi, dan otot tegang ; kedua, sindrom psikologis yang muncul dalam
bentuk kecemasan berlarut-larut terhadap performa atau aktivitas sosial
tertentu (Eric B. Shiraev dan David A. Levy. 2016: 329).

4. Manfaat Teknologi Pendidikan

-Terciptanya berbagai platform pembelajaran. Hal ini memberikan kemudahan


bagi dosen dan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran jarak jauh.
Hadirnya berbagai platform, aplikasi, web/blog, video, podcast ataupun yang
lainnya dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru kepada peserta
didik serta dapat menjadi jembatan peserta didik dalam belajar.

-Memudahkan peserta didik dalam mencari sumber belajar. Melihat dari media
pembelajaran yang digunakan saat pandemi, peserta didik lebih leluasa mencari
dan mengakses sumber belajar yang mereka butuhkan.

-Memberi kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran


kepada peserta didik. Dengan adanya teknologi pendidikan, pembelajaran lebih
luwes dilakukan tanpa harus bertatap muka (Unik Hanifah Salsabila dkk 2020).

5. Model Perkuliahan Tatap Muka

Pada masa pandemi model perkuliahan ini bisa dibilang cukup berisiko,
akan tetapi kondisi memaksa kampus untuk tetap melakukan perkuliahan tatap
muka. Model perkuliahan tatap muka saat pandemi ini diambil dan ditempuh
karena banyak faktor. Model perkuliahan ini biasanya banyak diterapkan
kampus-kampus yang memiliki sarana, prasarana, dan SDM (Sumber Daya
Manusia) terbatas sehingga kampus terpaksa melakukan kuliah tatap muka
dengan tetap memenuhi protokol kesehatan walaupun kurang maksimal.
Kesiapan civitas akademik untuk melakukan model perkuliahan ini adalah
dosen menyiapkan perangkat pembelajaran seperti sebelum pandemi, akan
tetapi harus menjaga jarak serta menghindari salaman antara dosen dan
mahasiswa menjadi kewajiban mutlak di kampus. Mahasiswa juga tidak
diperkenankan berkerumun di dalam maupun di luar ruangan kuliah sebelum
maupun setelah perkuliahan berlangsung.

Model perkuliahan tatap muka dengan kelebihannya, komunikasi dan interaksi


lebih jelas dan mudah, tidak membutuhkan jaringan internet sehingga juga tidak
membutuhkan anggaran untuk membeli kuota internet, lebih mudah menilai dan
mendidik karakter mahasiswa, belajar bisa lebih fokus, terkontrol, dan lebih
mudah, efisien, serta efektif. Sedangkan kekurangan belajar tatap muka adalah
waktu belajar yang tidak fleksibel, harus belajar di tempat yang telah
ditentukan, dibutuhkannya biaya lebih untuk transportasi mahasiswa menuju
kampus dan dikekang oleh jarak, artinya dosen dan mahasiswa harus berkumpul
dalam satu tempat yang sama. Kekurangan lainnya adalah rentan terpapar
Covid-19.

Model pengajaran seperti ini dapat mendorong konstruksi pengetahuan secara


aktif. Model pengajaran ini memiliki beberapa ciri:

(1) menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan
mengembangkan ide-ide secara lebih luas;
(2) mendukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat hubungan,
merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan sendiri; (3) sharing
dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah tempat yang
kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan kebenaran merupakan
hasil interpretasi;
(4) menempatkan pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu
mencerminkan berpikir divergen siswa (Santyasa, 2005).

Pada pembelajaran biologi, siswa dibimbing untuk melakukan eksplorasi,


menemukan konsep secara mandiri, dan menerapkan atau mengaplikasikan
konsep pada kasus-kasus di lingkungan sekitar yang relevan dengan konsep
yang dipelajari. Peran guru sebagai fasilitator, menuntut guru untuk menguasi
konsep pokok bahasan secara mantap dan menyeluruh serta menguasai langkah-
langkah model pembelajaran yang sedang diterapkan, sehingga eksplorasi,
penemuan konsep, dan aplikasi konsep siswa masih dalam lingkungan kontrol
guru sehingga meminimalkan miskonsepsi.

B. Kerangka Berpikir

Saat ini corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan mana pun,
corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya
menjadi trending topik. Hal tersebut membuat pemerintah daerah memutuskan
menerapkan kebijakan untuk meliburkan dan mulai menerapkan metode belajar
dengan sistem daring. Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat
yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan
pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial
seperti Whatsapp (WA), Instagram, aplikasi Zoom, ataupun media lainnya.

Permasalahan yang sering terjadi terdapat pada sistem media pembelajaran serta
ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa
dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Hal ini pun
menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka
belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orang tua
mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah bawah
(kurang mampu).

Adapun permasalahan orang tua selama mendampingi anak-anaknya belajar


baik positif maupun negatif. Seperti misalnya, ada orang tua siswa yang sering
marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur sehingga mereka
tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali disekolah. Solusi
atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan
membuka gratis layanan aplikasi daring bekerja sama provider internet dan
aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian yang saya lakukan di Deli Tua pada, 15 Oktober
2021

B. Subjek Survey

Bahan yang diperoleh dari data primer yaitu bersumber dari kedua orang tua.
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli, tidak melalui perantara. Data primer yang digunakan berupa
data subyek (self report data) yang berupa opini dan karakteristik dari
responden.

C. Langkah Penelitian

Langkah penelitian yang kami lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

-Meminta izin terlebih dahulu kepada narasumber

-Membuat jadwal dengan narasumber, dimana dan kapan bisa dilakukan.

-Menyiapkan pertanyaan dengan detail.

-Memberikan link kusioner yang akan di isi serta memberitahu tata cara
pengisiannya.

-Menyiapkan alat untuk merekam atau mencatat selama wawancara.

-Mengucapkan terima kasih setelah narasumber mengisi kusioner

D. Teknik Pengambilan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner atau angket
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan sederet pertanyaan
untuk dijawab oleh responden. Pertanyaan yang diberikan kepada responden
merupakan pertanyaan yang diperlukan untuk penelitian. Penting untuk
diketahui sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner harus diuji
terlebih dulu sebelumnya untuk mengetahui jika butir-butir pertanyaan yang
dimasukkan dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid dan reliabel.

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kuantitatif. Keseluruhan data yang telah didapat akan dianalisis secara kualitatif
atau dikenal dengan teknik analisis data kualitatif. Dimana keseluruhan data
yang terkumpul akan dianalisis secara sistematis, yang berasal dari data-data
yang terjaring dari proses pengumpulan data, yaitu rekam & catat, tinjauan
pustaka, wawancara, serta partisipasi.

Data kuantitatif adalah data numerik yang dapat dihitung secara akurat. Salah
satu contoh data numerik dalam metode penelitian kuantitatif yaitu hasil survey
responden. Teknik analisis data kuantitatif pada umumnya menggunakan model
matematika, model statistik, dan lain-lain

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No. Pertanyaan Ayah Ibu

1. Apabila kampus mengadakan proses belajar Setuju Tidak


mengajar secara tatap muka. Setuju

2. Proses belajar mengajar secara tatap muka Sangat Setuju


dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Setuju

3. Dosen mengajar menggunakan faceshield atau Sangat Sangat


masker sesuai jadwal perkuliahan. Setuju Setuju

4. Dengan tatap muka dosen mampu menggunakan Setuju Tidak


metode dan media pembelajaran untuk Setuju
meningkatkan pemahaman mahasiswa

5. Fasilitas yang ada dikampus lebih mendukung Sangat Setuju


pencapaian hasil belajar anak. Setuju

6. Dalam sehari proses pembelajaran tatap muka Tidak Sangat


berlangsung selama 6 jam. Setuju Setuju

7. Orang tua berharap anak - anak bisa belajar Setuju Tidak


seperti biasa (tatap muka). Setuju

8. Anak merasa kesulitan dalam mendapatkan Tidak Setuju


informasi mengenai proses pembelajaran yang Setuju
dilakukan.

9. Belajar melalui daring memungkinkan anak Sangat Sangat


untuk mengulang materi pembelajaran sesuai Setuju Setuju
kebutuhan.

10. Belajar dirumah memberi rasa aman bagi orang Setuju Sangat
tua akan anak tidak terlular virus covid-19 Setuju

11. Bagaimana interaksi dosen dan siswa saat proses Sangat Sangat
kegiatan belajar mengajar. Kurang Kurang
Baik Baik

12. Apakah pembelajaran secara daring lebih efektif Sangat Baik


Kurang
Baik

13. Lingkungan rumah cukup nyaman untuk Kurang Kurang


digunakan dalam proses pembelajaran daring. Baik Baik
14. Pembelajaran dirumah tetap dapat menyerap Kurang Kurang
materi dengan baik. Baik Baik

15. Jaringan internet dirumah dan lingkungan sekitar Sangat Sangat


memadai. Kurang Kurang
Baik Baik

B. Pembahasan

Berdasarkan kajian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden 1


(ayah) mendukung adanya sistem pembelajaran tatap muka. Hal tersebut
dikarenakan oleh beberapa aspek yaitu diantaranya:

-Merasa khawatir selama proses pembelajaran jarak jauh karena anaknya tidak
bisa berkonsentrasi dengan baik.
-Mengalami kepanikan ketika tahu anaknya mengalami kesulitan saat
mengerjakan tugas.
-Khawatir akan anaknya kurang fokus ketika belajar dari rumah pada masa
pandemi. Berinisiatif harus menemani anaknya selama proses belajar dari
rumah berlangsung.
-Sedikit mengalami ketegangan ketika anaknya mencari jawaban ataupun
keterangan dari pelajaran ataupun tugas-tugas melalui internet. Khawatir
anaknya akan membuka atau menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
pelajaran atau tugas yang dikerjakan ketika mencari informasi atau jawaban
melalui internet.
-Merasa khawatir selama proses pembelajaran jarak jauh karena anaknya
agak malas, yang menjadi indikator untuk kalau anaknya tidak bisa memahami
pelajaran dengan baik.
-Merasa panik ketika anaknya takut tidak mampu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen maupun ketika anak memiliki banyak alasan untuk
menunda mengerjakan tugasnya.

Sedangkan responden 2 (ibu) tidak mendukung atau masih ragu dalam sistem
pembelajaran tatap muka. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa aspek yaitu
diantaranya :
-Mengetahui seberapa jauh anak bisa menerapkan protokol kesehatan dan kedua
orang tua melihat situasi pelaksanaan tatap muka di tempat anak belajar.
-Virus corona yang sepenuhnya belum hilang, menimbulkan risiko paparan
pada anak saat ia kembali aktif beraktivitas di luar rumah.
-Mahasiswa, dosen maupun warga kampus harus paham cara memakai masker
serta disiplin menjaga jarak dan mencuci tangan, boleh mengantar akan ke
sekolah.
-Tidak mampu mengawasi anak selama belajar di kampus karena tuntutan
kebutuhan keseharian.
-Masih banyak orang yang tidak (mau divaksin), hanya karena melihat yang
berita tentang banyak bahaya (vaksin) dari pada sehatnya.
-Ruangan kelas disemprot disinfektan usai pembelajaran tatap muka
berlangsung.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang memungkinkan


interaksi pendidik dan peserta didik dalam satu lingkungan dengan tujuan
untuk mencapai memberikan pengalaman belajar langsung kepada peserta
didik.

2. Berdasarkan makna belajar dan pembelajaran, maka dapat diasumsikan


bahwa pembelajaran tatap muka merupakan seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik secara tatap muka,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian eksternal yang berlangsung di dalam peserta didik
yang dapat diketahui atau diprediksi selama proses tatap muka.

3. Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, diperlukan informasi yang


cukup berkaitan dengan karakteristik yang terdiri dari, potensi dan kebutuhan
peserta didik, sumber daya, fasilitas, lingkungan, dan lain-lain.
4.Berkaitan dengan faktor proses, dosen menjadi faktor utama dalam penciptaan
suasana pembelajaran. Kompetensi dosen dituntut dalam menjalankan tugasnya
secara profesional. Dalam hal ini seorang dosen perlu menerapkan adanya
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan melalui berbagai keterampilan
mengajar di dalam kelas.

5. Pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh, masing-masing


mempunyai kelebihan dan kekurangan.

6. Kecemasan keluarga terhadap belajar daring di era covid-19 yakni,

1. Kurangnya pemahaman dan minat belajar bagi siswa terhadap pelajaran


yang disampaikan oleh guru lewat forum belajar daring,
2. Meningkatnya pengeluaran bagi orang tua seperti pembelian paket
internet untuk anak,
3. Kurangnya pemahaman teknologi internet bagi siswa maupun dosen, dan
4. Kurangnya akses jaringan internet karena banyaknya mahasiswa yang
mengakses forum belajar daring.

7. Persepsi keluarga terhadap kebijakan pembelajaran daring ialah :

1. Pembelajaran daring bagi siswa tidak membantu karena hanya dapat


mendorong siswa untuk bermain game di Handphone,
2. Pembelajaran daring kurang efesien dibandingkan dengan belajar secara
langsung serta kurang mencerdaskan bagi siswa,
3. Kebijakan pemerintah mengenai pedidikan daring merupakan solusi yang
tepat untuk mencegah penula0ran covid-19,
4. Pembelajaran daring (online) dapat lebih menjalin kedekatan antara orang
tua dan anak karena diwaktu yang bersamaan orang tua dapat berperan
sebagai guru dan orang tua siswa itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal


sebagai berikut.
1. Perlu dikaji lebih lanjut pembelajaran tatap muka yang terjadi di Indonesia;
2. Perlu dikaji lebih lanjut hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
pembelajaran tatap muka di Indonesia;
3. Perlu dikaji lebih lanjut hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
pembelajaran tatap muka di luar negeri yang dapat di adaptasi pada
pembelajaran tatap muka di Indonesia.
4.Perlu dikaji lebih lanjut dan dikembangkan berbagai macam strategi dan
pengelolaan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan berbagai macam media.

Kepada pemerintah agar pengadaan paket pelajar kepada para mahasiswa lebih
diutamakan dan dioptimalkan setiap waktu agar pihak keluarga atau orang tua
tidak kesulitan dalam hal kebutuhan paket belajar kepada mahasiswa. Kemudian
kepada pihak kampus agar memberikan kebijakan dengan mengadakan proses
belajar secara bergiliran setiap jenjang dengan waktu yang telah disepakati agar
mahasiswa tetap bisa dikontrol oleh dosen dan selebihnya dilanjutkan melalui
forum sekolah online guna untuk mengoptimalkan pembelajaran sebagaimana
yang telah diharapkan oleh berbagai lembaga kepembelajaran. Kemudian agar
pihak kampus memberikan peran terbaik dalam penanganan covid-19, dan
kepada perserta didik agar lebih memperhatikan materi yang diberikan oleh
dosen walaupun model belajar sekarang dilakukan secara daring, dan kadang
juga rasa bosan datang ketika belajar, akan tetapi hal itu jangan sampai menjadi
suatu ketertinggalan untuk masa depan bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Suprapno, Fadqur, Totok, Haryanto, Nur. M, Hasan. M Wijaksono. A,


Nurhidayati. T, Rafi’i. M, Fridiyanto, Ginting. R, Munthe, Muhaemin. (2021).
Tantangan Pendidikan Di Masa Pandemi Covid-19. Malang : Literasi Nusantara

Alfiani, Nurul. 2021 “Kecemasan Keluarga Terhadap Kebijakan


Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19”,
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13829-Full_Text.pdf, diakses pada 16
oktober 2021 pukul 17.02

Rozaq, Abdul. 2021 “Kecemasan Wali Murid SDN 3 Bangunsari Ponorogo


Dalam Mendampingi Belajar Anak Di Masa Pandemi Covid-19”,
http://etheses.iainponorogo.ac.id/14758/1/Skripsi%20Abdul%20Rozaq.pdf,
diakses pada 16 oktober 2021 pukul 17.00

Novacaeem. 2012 “Pembelajaran Tatap Muka”,


https://id.scribd.com/doc/90930452/Pembelajaran-Tatap-Muka, diakses pada 17
oktober 2021 pukul 21.35

Anda mungkin juga menyukai