Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REPORT

KEPEMIMPINAN
DOSEN PENGAMPU: Diah Eka Sari S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh : Meli Miranda Tambunan

Nim : 2202111001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur selalu penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan cucuran karunia yang telah diberikan-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas
Critical Book Report ini Sesuai waktu yang telah ditentukan. CRITICAL BOOK REPORT
( CBR) ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KEPEMIMPINAN.
Dalam kata pengantar ini penulis terkhusus mengucapkan ribuan terima kasi kepada Ibu
Diah Eka Sari S.Pd, M.Pd Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah KEPEMIMPINAN. Begitu
juga saya ucapkan terima kasih sebesarnya kepada kedua orang tua saya yang tiada henti
memberikan dukungan serta motivasi dan didikannya serta doa-doa yang selalu menyertai saya
selaku penulis. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah
membantu penulis hingga CBR ini tersajikan.
Penulis sangat menyadari bahwasanya tugas ini masih memiliki banyak kekurangan serta
adanya kesalahan dalam penulisan dan kritik yang kurang tepat oleh karena itu penulis memohon
maaf dan penulis membutuhkan saran serta kritik dari Ibu Dosen serta pembaca untuk
kesempurnaan tugas ini.

Medan, Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR.........................................................................1


B. Tujuan CBR......................................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................................2
D. Identitas Buku Pertama.....................................................................................3
E. Identitas Buku Kedua........................................................................................4

BAB II RINGKASAN BUKU......................................................................................5

A. Ringkasan Buku Pertama..................................................................................5


B. Ringkasan Buku Kedua...................................................................................16

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................23

A. Kelebihan Buku..............................................................................................23
B. Kekurangan Buku...........................................................................................23

BAB IV PENUTUP....................................................................................................25

1. Simpulan.........................................................................................................25
2. Saran...............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iii

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Dalam menentukan sebuah buku, mahasiswa masih terkendalah dengan kualitas buku
yang di sajikan di dalam bukunya. Apalagi saat penyusunan sebuah tugas makalah, laporan
mini riset, jurnal maupun karya ilmiah sejenisnya yang membutukan buku sebagai
referinsinya terkadang sulit di temukan semuah buku dengan kualitas bacaan yang sesuai
kebutuhan mahasiswa. Sedangkan mahasiswa berburu dengan waktu. Untuk mencari buku
dengan kualitas bacaan yang sesuai dengan kebutuhan bukan suatu hal yang mudah dan
memerlukan waktu yang cukup panjang. Mahasiswa harus membaca secara intensif dengan
waktu yang tidak cukup cepat karena mahasiswa diharap mendalami dan memahami isi buku
secara keseluruan untuk mengetahui buku sesuai dengan kebutuhannya. Dan tidak seperti itu
saja, terkadang karena ingin menyelesaikan tugas dengan cepat maka mahasiswa mengambil
jalan pintas dengan melakukan asal catat atau copy paste dari internet dikarenakan tidak
menemukan buku yang sesuai . Oleh karena itu, melalui pembuatan CBR ini mahasiswa
dapat belajar mencari referinsi yang sesuai dengan kebutuhan dengan mudah dan cepat
karena sudah memiliki dasar dan dari hasil CBR ini maka mahasiswa dapat menjadikan
sebagai rujukan jika diperlukan sesuatu.

B. Tujuan Penulisan CBR

1. Sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah pengantar sistem kurikulum KKNI di
Universitas Negeri Medan.
2. CBR ( Critical Book Report ) untuk menumbukan dan menambah minat baca mahasiswa
dan melatih keterampilan dalam hal mengkritisi sebuah karya ilmiah seperti buku.
Dengan menumbuhkan minat baca mahasiswa maka pada nantinya mahasiswa akan
menjadi kegiatan membaca sebagai rutintas maupun kebiasaan yang baik sehingga
mempunyai wawasan luas apabila terjun kedalam masyakat untuk mengimpletasikannya.

1
Sedangkan dalam hal mengkritisi karya ilmiah seperti buku , mahasiswa akan terbiasa
berpikir kritis dan menganalisis dalam memaknai dan memahami sebuah ilmu.
3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap sebuah bahan bacaan yang
akan menjadi referinsi tugas Untuk melakukan perbedaan isi tersebut dan dapat
mengetahui kelebiha dan kekurangan buku.

C. Manfaat CBR
Mahasiswa mudah menentukan pilihan terhadap sebuah buku yang akan menjadi
bahan bacaan dan rujukan dalam penyusunan tugas sesuai dengan kebutuhannya serta
untuk dapat menambah wawasan tidak hanya dari satu sumber tapi biasa dari berbagai
sumber buku yang dapat dipahami serta diterapkan.

2
C. Identitas Buku Pertama

Judul Buku                  : Kepemimpinan Pendidikan ( Kepala sekolah sebagai leader)


Pengarang Buku          : Nurtanio Agus Purwanto
Penerbit Buku             : Interlude
Kota Terbit Buku        : Yogyakarta
Cetakan Buku             : Pertama (1)
Tahun Terbit Buku      : Mei, 2019
Halaman Buku         : 128 halaman    

ISBN : 978-602-5873-73-7

3
D. Identitas Buku Kedua

Judul Buku                  : Kepemimpinan Pendidikan

Pengarang Buku          : Rohmat, M, Ag, M.Pd

Penerbit Buku             : STAIN Press

Kota Terbit Buku        : Purwokerto

Cetakan Buku             : Pertama (1)

Tahun Terbit Buku      : 2010

Tebal Buku                  : 180  halaman

4
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku Pertama

1. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


A. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Sebelum mengetahui pengertian kepemimpinan kepala sekolah secara menyeluruh, terlebih


dahulu harus diketahui dua pokok sub pembahasan, yakni kepemimpinan dan kepala sekolah. Di
masa lalu, terdapat dua persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu (Simerson & Venn,
2006: 4). 1. Only a small number of individuals are considered to have the right things to be
served and can be called leaders. 2. People who make themselves and are smart enough to create
new products or launch services at the right time and thus are raised to the level of leadership.

Apabila dijabarkan dua persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin tersebut sebagai
berikut:

1. Hanya sebagian kecil individu yang dianggap memiliki hal yang tepat untuk melayani dan
dapat disebut sebagai pemimpin. Secara alami, individu tersebut memiliki kapasitas mental,
emosional, dan fisik untuk berpikir dan bertindak sebagai pemimpin.
2. Orang-orang membuat sendiri dan cukup pintar untuk menciptakan produk atau
meluncurkan layanan baru pada waktu yang tepat dan dengan demikian dinaikkan ke tingkat
kepemimpinan. Seorang kepala sekolah yang diangkat diharapkan memiliki kepribadian
yang baik, jujur, bertanggungjawab, dan sesuai dengan kepemimpinan yang akan
dipegangnya.

Syarat seorang kepala sekolah untuk memenuhi hal tersebu antara lain sebagai berikut:

1. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

2. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah
yang dipimpinnya.

5
3. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang
diperlukan bagi kepentingan pendidikan.

4. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenai bidang-bidang


pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya.

5. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolah.

Daryanto (2001: 92) Sementara itu, Reinhartz & Don (2004: 17) menyatakan bahwa sebagai
kepala sekolah yang amanah, tangguh, dan berkomitmen, maka harus dapat memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut.

1. Mempunyai kompetensi yang tepat atau yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin
sekolah. 2. Menyukai guru dan murid.

3. Memiliki etika kerja yang kuat dan menyukai tantangan. Nurtanio Agus Purwanto - 3
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager dan Leader)

4. Mengusahakan dan mendorong peningkatan secara terus menerus.

5. Mengetahui cara dalam menangani konflik.

6. Memiliki komitmen terhadap masyarakat.

7. Memiliki keterampilan manajemen dan organisasi untuk menciptakan budaya sekolah yang
positif serta mengetahui nilai penting dari kegiatan belajar mengajar.

8. Memiliki rasa humor. Kepala sekolah yang memenuhi persyaratan di atas, diharapkan mampu
membawa sekolahnya pada keberhasilan lembaga maupun pada peningkatan mutu pendidikan.
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan.

2. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MANAGER

A. Pendahuluan Sebelum mengetahui peran kepala sekolah sebagai manager

6
pertama harus diketahui mengenai beberapa prinsip manajemen menurut Taylor, yaitu
(Lunenburg & Ornstein, 2008: 6).

1. Analysis of scientific work, through observation, data collection, and careful


measurement.

2. Personal selection, namely choosing fully scientific and then training, teaching, and
developing workers.

3. Management cooperation to complete all work carried out in accordance with the
principles of science that has been developed.

4. Functional Supervision, starting from planning, organizing, to decision making.

Empat prinsip manajemen menurut Taylor di atas, sebagai berikut.

1. Analisis pekerjaan ilmiah, melalui pengamatan, pengumpulan data, dan pengukuran


yang cermat.

2. Pemilihan personel, yaitu memilih secara ilmiah dan kemudian melatih, mengajar,
serta mengembangkan pekerja. 12 - Nurtanio Agus Purwanto KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager dan Leader)

3. Kerja sama manajemen untuk memastikan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan.

4. Pengawasan fungsional, mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, sampai


dengan pengambilan keputusan.

Sementara itu, berikut tujuh fungsi manajemen menurut Luther Gulick yang dikembangkan
dari pendapat Fayol (Lunenburg & Ornstein, 2008: 7).

1. Planning that involves developing an outline of the things that must be achieved and
the methods to achieve them.

2. Organizing is to determine the formal structure of authority through which the work
subdivision is regulated, defined, and coordinated to implement the plan.

7
3. Staffing involves all functions of personnel in selecting, training, and developing staff
and maintaining favorable working conditions.

4. Directing is closely related to leading, making decisions, communicating,


implementing decisions, and evaluating subordinates correctly.

5. Coordination involves all activities and efforts needed to tie together organizations to
achieve.
6. Reporting, is verifying progress through records, research and inspection.

7. Budgeting concerns all activities that accompany budgeting, including fiscal,


accounting and control planning.

3. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI LEADER

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan lingkungan di mana semua orang


tahu kontribusi apa yang diharapkan dan merasa benar-benar berkomitmen untuk melakukan
pekerjaan yang hebat. Kepemimpinan merupakan keterampilan penting bagi semua kepala
sekolah yang menginginkan kesuksesan dengan cara belajar dan berlatih secara teratur. Kepala
sekolah sebagai pemimpin menjalankan peran untuk menjadi teladan sekaligus mampu
mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan bijaksana.

Pendapat dari Kowalski (2010: 23), menjelaskan fungsi kepala sekolah sebagai leader “…
principals functioning as leaders make decisions about what needs to be done to improve
schools.” Artinya kepala sekolah berfungsi sebagai 28 - Nurtanio Agus Purwanto
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager dan Leader) pemimpin
yang membuat keputusan tentang apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sekolah.

Kepemimpinan memiliki banyak sisi dan tidak ada definisi sederhana. Kemampuan kepala
sekolah untuk menginspirasi dan mendorong orang lain agar dapat mengatasi tantangan,
menerima perubahan terus-menerus, dan mencapai tujuan. Pernyataan ini ialah kapasitas untuk
membangun tim yang kuat dan efektif serta merupakan proses untuk menggunakan pengaruh
yang dimiliki, sehingga dapat membujuk dan mengarahkan. Para pemimpin memberi contoh

8
yang kuat melalui prinsip-prinsip kehidupan yang dianut, sehingga selain pemimpin dapat
mencapai hasil, tetapi juga bertanggungjawab atas kegagalan. Prinsip hidup ini dapat berupa
aturan, kepercayaan, atau kode moral yang penting dan memandu pengambilan keputusan
sepanjang hidup.

Nurtanio Agus Purwanto - 29 KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai


Manager dan Leader)

Kepala Sekolah sebagai Leader Para kepala sekolah memberi teladan yang kuat melalui prinsip-
prinsip kehidupan mereka sendiri.

Kepala sekolah memiliki tujuan utama untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan, tetapi
juga bertanggungjawab atas kegagalan dari pencapaian hasil tersebut. Kepala sekolah yang baik
harus menjalankan peran baik sebagai manager maupun sebagai leader sesuai dengan pernyataan
Kowalski (2010: 23) “effective principals must lead and manage, principals are viewed as
administrator who continuously transition between and coordinate their leadership and
management functions.” Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa kepala sekolah yang
efektif harus memimpin dan mengelola, sementara kepala sekolah yang dipandang sebagai
administrator harus terus bertransisi untuk mengoordinasikan fungsi kepemimpinan dan
manajemen.

4. PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

Pembinaan (Coaching) 1. Pengertian Pembinaan Pembinaan merupakan upaya yang


dilakukan untuk meningkatkan kompetensi. Fullan (2008: 1) menyatakan bahwa terdapat
delapan perubahan yang dihadapi oleh kepala sekolah, empat yang pertama dapat menjadi
problem, empat berikutnya dapat menjadi pendukung maupun faktor yang melemahkan kepala
sekolah.

Berikut delapan perubahan yang dihadapi kepala sekolah.

a. Initiatives (inisiatif).

9
b. High-stakes vulnerability (sensitivitas yang tinggi).

c. Managerial diversions (teknik manajerial).

d. Unfit for purpose (ketidaksesuaian dengan tujuan).

e. Strategies with potential (strategi yang memiliki potensi).

f. Recruitment and succession (rekruitmen dan suksesi).

g. Clusters, networks, and partnership (kelompok, jaringan, dan kerja sama).

h. International benchmark (standar internasional).

Nurtanio Agus Purwanto KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai


Manager dan Leader) Pembinaan didefinisikan oleh Ivancevich (2008: 46) sebagai usaha untuk
meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang
akan dijabatnya segera. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas mengenai
pembinaan adalah adanya upaya pemberian bantuan secara terus menerus untuk meningkatkan
kinerja dalam memberikan layanan.

Model Pembinaan Pembinaan dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dan dilaksanakan
demi kebaikan ke dua belah pihak yang terkait. Gilley & Eggland (1993: 107) menjabarkan
“organizing is based on the goals and objectives establish through the planning process”.
Menurut Gilley & Eggland, pengendalian didasarkan pada tujuan akhir yang akan dicapai dan
yang sudah ditentukan dalam perencanaan.

Hasan (2009: 37) menjabarkan definisi evaluasi sebagai sebuah kegiatan yang bertujuan
untuk merumuskan apa yang harus dilakukan, Nurtanio Agus Purwanto .

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager dan Leader)


mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna bagi penetapan alternatif
keputusan. Evaluasi dapat dilakukan oleh semua pihak, baik intern maupun ekstern. Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh ke dua belah pihak akan saling melengkapi informasi yang
diperoleh tentang organisasi.

10
Dalam rangka untuk menghasilkan kepala sekolah yang profesional dalam mengembangkan
kualitas pembelajaran di sekolah, Manna (2015: 51) mengidentifikasi beberapa hal yang harus
dilakukan oleh kepala sekolah, di antaranya.

a. Setting principal leadership standards;

b. Recruiting aspiring principals into the profession;

c. Approving and overseeing principal preparation programs;

d. Licensing new and veteran principals;

e. Supporting principals’ growth with professional development;

Evaluating principals. Berdasarkan atas pernyataan Manna di atas, langkah pertama untuk
menyiapkan kepala sekolah yang profesional adalah menentukan standar kepemimpinan kepala
sekolah yang jelas. Penentuan standar kepemimpinan yang jelas dapat digunakan sebagai acuan
kerja kepala sekolah, standar pembinaan, dan menentukan standar untuk perekrutan kepala
sekolah.

5. PENJAMINAN MUTU DI SEKOLAH

A. Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Brown (2004: 28) mengutarakan beberapa tahapan
dalam mengembangkan pendekatan terhadap pencapaian sebuah mutu, yaitu.

1. Quality Control The initial stage will determine what someone wants to achieve in
relation to the goals and objectives. Standards are also needed as part of this specification
to measure achievement levels. Usually, the next development stage will involve quality
control, that is, a procedure to check whether the goal has been achieved at the desired
level of performance.

2. Quality Assurance Quality assurance involves establishing that there are systems and
procedures to ensure that goals are fulfilled consistently and reliably and are reviewed
regularly.

3. Quality Improvement and Transformation Quality improvement can be understood as


the next and consequent stage of each of these dimensions. For example, improving

11
quality must follow quality control by correcting errors or blocking gaps in 66 - Nurtanio
Agus Purwanto KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager
dan Leader) achieving goals. At this level, quality improvement becomes a quality
transformation.

Tiga tahapan yang dikemukakan oleh Brown dilakukan dalam mengembangkan


pendekatan terhadap sebuah mutu, sebagai berikut.

1. Pengontrolan Mutu Tahap awal akan menentukan apa yang ingin dicapai seseorang
sehubungan dengan tujuan dan sasaran. Standar juga diperlukan sebagai bagian dari spesifikasi
ini untuk mengukur tingkat pencapaian. Biasanya, tahap pengembangan selanjutnya akan
melibatkan pengontrolan mutu, yaitu prosedur untuk memeriksa apakah tujuan telah tercapai
pada tingkat kinerja yang diinginkan.

2. Penjaminan Mutu Penjaminan mutu melibatkan penetapan bahwa terdapat sistem dan prosedur
untuk memastikan bahwa tujuan terpenuhi secara konsisten dan andal serta ditinjau secara
berkala.

3. Peningkatan dan Transformasi Mutu Peningkatan mutu dapat dipahami sebagai tahap
berikutnya dan konsekuen dari masing-masing dimensi. Misalnya, peningkatan mutu harus
mengikuti kontrol mutu dengan memperbaiki kesalahan atau menyumbat kesenjangan dalam
pencapaian tujuan. Pada tingkat di luar ini, peningkatan mutu menjadi transformasi mutu.

6. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Pengertian manajemen berbasis sekolah terus


mengalami perkembangan. Manajemen berbasis sekolah dapat dilihat secara konseptual sebagai
perubahan formal dari struktur tata kelola dan bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi
sekolah individual sebagai unit utama perbaikan. Manajemen berbasis sekolah bergantung pada
redistribusi otoritas pengambilan keputusan sebagai sarana utama, sehingga perbaikan dapat
distimulasi dan dipertahankan. Di dalam manajemen berbasis sekolah, tanggungjawab dan
otoritas pengambilan keputusan atas operasi sekolah dialihkan kepada kepala sekolah, guru,
orang tua, dan kadang-kadang kepada siswa dan anggota komunitas sekolah lainnya. Namun,

12
para aktor di tingkat sekolah ini harus menyesuaikan diri atau beroperasi dalam serangkaian
kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah pusat.

Sementara itu, Zajda & Gamage (2009: 3) menerangkan pengertian manajemen berbasis
sekolah, yaitu. School -based management (SBM) became the centrepiece for the restructuring
of public education systems in many different countries around the world. In the mid-1970s,
effective research on schools, not only emphasised the importance not only of strong school
leadership but also parental involvement in improving school effectiveness. Since the late 1980s,
the concept of community participation in school management has become a major theme in
school reforms. Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan bahwa manajemen berbasis
sekolah atau MBS menjadi pusat dari restrukturisasi sistem pendidikan publik di banyak negara
di seluruh dunia. Pada pertengahan 1970-an, penelitian membuktikan bahwa efektivitas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan pada pentingnya
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, tetapi juga keterlibatan orangtua.

7. PEMBUATAN KEPUTUSAN

Konsep Pembuatan Keputusan Berdasarkan National Research Council (2002: 1), latar
belakang adanya pembuatan keputusan yakni. Communities across the nation are faced with
difficult and complex decisions about how to respond to change, plan sensibly, and improve the
quality of life for all of their members. More and more, people demand a voice in what happens
in their communities and an active role in deciding what, where, and how change occurs. In
order to participate meaningfully in this process of decision making and to make well-informed
decisions affecting quality of life, communities need information from specialized data and from
decision-support tools that assess the implications of alternatives. The extent to which available
data and tools can be used by communities to make these complex decisions.

Dari pendapat di atas, kesimpulannya yaitu masyarakat di seluruh negara dihadapkan dengan
keputusan yang sulit dan kompleks tentang bagaimana menanggapi perubahan, merencanakan
dengan bijaksana, dan meningkatkan kualitas hidup untuk semua anggota masyarakat. Semakin
banyak orang menuntut suara mengenai apa yang terjadi di komunitasnya dan 88 - Nurtanio

13
Agus Purwanto KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager dan
Leader) peran aktif dalam memutuskan apa, di mana, dan bagaimana perubahan terjadi.

Oleh karena itu, diperlukan partisipasi secara bermakna dalam proses pembuatan keputusan
dan untuk membuat keputusan yang diinformasikan dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi
kualitas hidup, sehingga masyarakat membutuhkan informasi dari data khusus dan alat
pendukung keputusan yang dapat menilai implikasi dari alternatif. Sejauh mana data dan alat
yang tersedia dapat digunakan oleh masyarakat untuk membuat keputusan yang rumit.

8. MEMBANGUN JEJARING DAN KERJA SAMA

Pengertian Membangun Jejaring dan Kerja Sama Boden, Epstein, & Kenway (2005: 7)
menyatakan pengertian jejaring, sebagai berikut “the sorts of contacts we need in order our
school in teaching and those we need to disseminate of such science are what we mean by
networks.”

Jejaring adalah jenis-jenis kontak yang dibutuhkan sekolah untuk melakukan pengajaran
melalui orangorang yang diperlukan bagi penyebarluasan ilmu pengetahuan. Selanjutnya,
pengertian membangun kerja sama menurut Child, Faulkner, & Tallman (2005: 1), yaitu.
Cooperative strategy is the attempt by organizations to realize their objectives through
cooperation with other organizations rather than in competition with them. It focuses on the
benefits that can be gained through cooperation and how to manage the cooperation so as to
realize them.

Membangun kerja sama adalah upaya organisasi untuk merealisasikan tujuan melalui kerja
sama dengan organisasi lain daripada bersaing dengan organisasi tersebut. Hal ini berfokus pada
manfaat yang dapat diperoleh melalui kerja sama dan bagaimana mengelola kerja sama tersebut
untuk mewujudkannya. 98 - Nurtanio Agus Purwanto KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
(Kepala Sekolah sebagai Manager dan Leader) Dari dua paparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa membangun jejaring dan kerja sama merupakan kegiatan membangun beragam jenis
kontak dan kerja sama yang dibutuhkan organisasi untuk merealisasikan tujuan daripada

14
bersaing dengan organisasi lain. Membangun jejaring dan kerja sama berfokus pada manfaat
yang dapat diperoleh serta cara mengelola kedua kegiatan tersebut agar dapat mewujudkannya.

A. Pentingnya Membangun Jejaring dan Kerja Sama Boden, Epstein, & Kenway (2005: 7)

Menurut Boden, Epstein, & Kenway, membangun dan memelihara jejaring secara efektif
merupakan bagian yang mendasar dari kehidupan akademik. Banyak pekerjaan akademis yang
tidak dapat dilakukan secara terpisah dari yang lain. Pekerjaan akademis ini memerlukan akses
ke seluruh jajaran sumber daya yang berkaitan dengan orang, bahkan komunitas akademik yang
lebih luas, kritis, dan generatif. Selain itu, membangun jejaring juga berkaitan dengan
pendanaan, lokasi, dan data lainnya. Pekerjaan pendidikan tersebut tidak dapat dilaksanakan
sendiri dan sangat bergantung pada orang lain untuk mewujudkannya.

9. TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MANAJEMEN SEKOLAH

A. Konsep Teknologi Informasi Tatnall, Kereteletswe, & Visscher (2010: 152)

memaparkan pengertian tentang teknologi informasi, yakni. …new technologies such as the
Internet have extended the reach of our interactions beyond the geographical limitations of
traditional communities, but the increase in flow of information does not obviate the need for
community. In fact, it expands the possibilities for community and calls for new kinds of
communities based on shared practice. Pendapat dari Tatnall, Kereteletswe, & Visscher tersebut
dapat diterjemahkan, yaitu teknologi baru seperti internet telah memperluas jangkauan interaksi
seseorang di luar batasan geografis masyarakat tradisional, tetapi peningkatan arus informasi ini
tidak meniadakan kebutuhan masyarakat, bahkan memperluas kemungkinan untuk menyerukan
komunitas baru berdasarkan praktik bersama. 110 - Nurtanio Agus Purwanto

B. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai Manager dan Leader)


Pengertian teknologi informasi menurut Crawford (2003: 1) sebagai berikut

Information Technology (IT) is a powerful tool. It significantly extends what people can
do and as a learning tool it is particularly effective. Pupils encounter different facets and levels
of knowledge using IT. Learning experiences can involve learning about a topic, and learning

15
how to use the IT tools required, at both operational and conceptual levels. Pengertian teknologi
informasi atau TI menurut Crawford adalah alat yang ampuh, karena secara signifikan
memperluas apa yang dapat dilakukan oleh seseorang dan sebagai alat pembelajaran yang sangat
efektif. Siswa di sekolah dapat menghadapi berbagai aspek dan tingkat pengetahuan
menggunakan teknologi informasi. Pengalaman belajar dapat melibatkan pembelajaran tentang
suatu topik dengan menggunakan alat-alat teknologi informasi yang diperlukan, baik di level
operasional maupun konseptual.

Berdasarkan pendapat dari Tatnall, Okamoto, & Visscher, dapat diketahui bahwa tidak
terdapat keraguan bahwa open source software (OSS) merupakan topik modis saat ini di sektor
teknologi, bersama dengan yang lain, seperti konektivitas di mana-mana dan peningkatan
interaksi manusia dengan mesin atau kemungkinan masa depan dengan menggunakan internet.

B. Ringkasan Buku kedua

.  1.   KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

1.      Teori Perilaku
Ada tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan
situasional. Pendekatan sifat, mendasarkan pada sifar-sifat yang membuat seseorang berhasil.
Penganut ini berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin
yang berhasil dan yang tidak berhasil. Pendekatan ini lebih beranggapan pada sifat-sifat tertentu,
yang dimiliki oleh seorang pemimpin seperti kekuatan fisik, keramahan, dan intelegensi menjadi
penentu bagi kepemimpinan yang efektif.
Pendekatan perilaku, fokus pada perilaku yang spesifik dari pemimpin dalam rangka
aktifitas untuk mempengaruhi para pengikut. Banyak pendapat dari para ahli, salah satunya
sistem kepemimpinan Likert, Likert menghubungkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu
berorientasi pada tugas dan individu. Empat sistem kepemimpinannya yaitu :
a.       Sistem 1 pemimpin sangat otokratis
b.      Sistem 2 otokratis yang baik hati
c.       Sistem 3 gaya kepemimpinan yang sering disebut manajer konsultatif

16
d.      Sistem 4 pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif

2.      Teori Situasional
Dalam pendekeatan ini, kepemimpinan lebih menekankan pada fungsi situasi daripada
kualitas pribadi, dan merupakan kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi
tertentu. Teori kepemimpinan situasional, merupakan gaya kepemimpinan yang didasarkan pada
hubungan antara tiga faktor yang saling berkaitan, yaitu perilaku tugas (task oriented behavior),
perilaku hubungan (relationship oriented behavior), dan maturity.
Pertama, perilaku yang berorientasi pada tugas (task oriented behavior). Manajer yang
efektif tidak menjadikan waktu dan usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama dengan
pengikutnya, tetapi sebaliknya bahwa manajer yang efektif berkonsentrasi pada fungsi-fungsi
yang berorientasi pada tugas.
Kedua, perilaku yang berorientasi pada hubungan (relationship oriented behavior). Para
manajer yang efektif lebih penuh perhatian mendukung dan membantu para pengikut.

2.   HAKIKAT KINERJA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

Kepemimpinan dan manajemen adalah dua konsepsi yang berbeda. Manajemen adalah
seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang kompleks yang terdiri dari orang dan
teknologi yang berjalan secara perlahan. Aspek-aspek terpenting dalam manajemen
meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (penyusunan
personalia), leading (pengarahan), dan controlling (pengawasan).
Kepemimpinan adalah seperangkat proses untuk menciptakan organisasi di tempat
pertama atau mengadaptasikannya pada lingkungan yang berubah secara signifikan.
Kepemimpinan melakukan proyeksi apakah masa depan yang direncanakan, membimbing
personel organisasi sesuai dengan visi dan memberi inspirasi kepada semua personel sekolah
dalam merealisasikan visi.
Dalam dunia pendidikan, kepemimpinan memerlukan kecintaan atau pemimpin menjadi
pelayan memberi. Guru dan personel institusi pendidikan menginginkan perbedaan ritme
kegiatan pemimpin, cara pandang pemimpin yang berbeda, fokus yang berbeda dan perbedaan
hubungan antara pemimpin dalam suasana kerja yang kondusif.

17
Terdapat tiga perubahan mendasar dari tugas dan tanggung jawab pemimpin yaitu:
1.      Dari strategi menjadi visioner
2.      Dari komandan menjadi motivator
3.      Dari penyusun sistem menjadi agen perubahan dan pelayan

3.      KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga dikenal sebagai
kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas
manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Menurut George Terry, kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan menurut Cyriel
O’Donnel, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai
tujuan umum.
Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan  bahwa kepemimpinan terdiri atas
aktifitas:
1.      Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu
2.      Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan
3.      Untuk mencapai tujuan manajer
4.      Untuk memperoleh manfaat bersama
Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin sebagai berikut:
1.      Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
2.      Perilaku pemimpin merupakan teladan dan sumber inspirasi para pengikut
3.      Kemampuan untuk mengadakan perubahan budaya organisasi yang lebih maju
4.      Kemampuan dalam menggerakkan orang lain, modal, sumber daya intelektual yang ada pada
organisasi pada arah yang benar
Dengan demikian, kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan pemimpin pendidikan
dalam mempengaruhi para guru, staf administrasi dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan
serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki pendidikan.

18
4.   TIPOLOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

1.      Gaya Kepemimpinan Partisipatif


Gaya kepemimpinan partisipatif atau disebut gaya kepemimpinan demokratik merupakan
gaya kepemimpinan yang menitikberatkan pada usaha seorang pemimpin dalam melibatkan
partisipasi para pengikutnya dalam setiap pengambilan keputusan.
2.      Gaya Kepemimpinan Otokratik
Kepemimpin otokratik lebih menitikberatkan pada otoritas pemimpin dengan mengesampingkan
partisipasi dan daya kreatif para pengikut. Gaya ini jika diterapkan dalam dunia pendidikan
cenderung akan mengesampingkan peran serta guru, siswa, dan staf dalam setiap kebijakan yang
ditempuhnya.
3.      Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Pemimpin bergaya ini lebih memposisikan dirinya sebagai “fasilitator”. Hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa para anggota organisasi telah dapat mengetahui dan cukup dewasa untuk taat
kepada semua aturan pencapaian yang telah ditetapkan . pemimpin ini cenderung pasif dan
membiarkan organisasinya berjalan sesuai temponya sendiri tanpa banyak peran untuk
mencampuri arah dan perkembangan organisasi.
4.      Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan ini berorientasi kepada proses membangun komitmen menuju sasaran organisasi
dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Teori
ini mempelajari cara para pemimpin mengubah budaya organisasi dan menata struktur organisasi
serta melakukan strategi-strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasi.

5.    TUGAS KEPEMIMPINAN

1.      Kepemimpinan Pendidikan Sebagai Manajer


Fungsi pemimpin pendidikan sebagai manajer identik dengan keharusan menjalankan
berbagai fungsi yang ada pada manajemen. Fungsi-fungsi tersebut

19
adalah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (penyusunan
personalia), leading (pengarahan), dan controlling (pengawasan).
2.      Kepemimpinan Pendidikan Sebagai Leader
Keberhasilan pemimpin pendidikan sebagai seorang leader mendasarkan pada kuatnya
kepengikutan menjadi unsur utama keberhasilan seorang pemimpin. Kemampuan untuk
menggerakkan personil pendidikan bekerjasama dalam pencapaian tujuan menjadi penting.
3.      Kepemimpinan Pendidikan Sebagai Educator
Pemimpin pendidikan disamping menempatkan fungsi manajer dan pemimpin, dituntut
untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai seorang pendidik. Pemimpin pendidikan sebagai
seorang pendidik paling tidak harus dapat mentransfer nilai-nilai, sebagai berikut: mental, moral,
fisik, dan artistik.
4.      Level dan Keterampilan yang Perlu Dimiliki
Kepemimpinan dibagi ke dalam tiga level, yaitu:
a.       Level top leader/top management, misalnya: direktur utama
b.      Level middle leader/middle management, misalnya: manajer, staf
c.       Level lower leader/lower management, misalnya: supervisor, mandor

6.    KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA SEKOLAH

1.      Pengembangan budaya sekolah


a.       Sosialisasi visi dan membangun komitmen
Pengembangan potensi kepemimpinan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat
hanya dengan mempelajari kepemimpinan, meski hal itu dapat menmbantu penguasaan teoritis
tentang kepemimpinan. Sebagian besar pengembangan kepemimpinan dapat diperoleh melalui
pengalaman pekerjaan atau dinamika organisasi.
b.      Arah pemberdayaan institusi pendidikan
Penciptaan budaya organisasi merupakan sebuah latihan dalam transformasi kepemimpinan
pendidikan melalui: meningkatkan urgensi pengembangan organisasi, menciptakan koalisi
pemandu, dan seterusnya.
c.       Proses perubahan menuju komitmen organisasi pendidikan

20
Tahap pertama, dalam proses transformasi kepemimpinan termasuk dalam pendidikan, mengurai
status quo yang kuat. Tahap kedua, mengintrodusir banyak hal yang bersifat praktis menjadi
esensial. Tahap ketiga, melakukan perubahan kultur institusi untuk melakukan penguatan
lembaga.
2.      Kepemimpinan dan pembelajaran kondusif
Organisasi pendidikan berbeda dari organisasi komersial karena guru melakukan peran
ganda dan institusi pendidikan merupakan faktor penting dalam membedakan sekolah dari
organisasi lainnya. Selanjutnya, kepemimpjnan berarti bekerja untuk memenuhi tantangan dan
perubahan, sedangkan guru mempertahankan komitmen berjuang untuk siswa.
3.      Organisasi sekolah dan budaya belajar
a.       Pemahaman tentang proses belajar-mengajar
Prinsip dasar proses belajar-mengajar didasarkan pada perbedaan persepsi dari sikap guru
terhadap siswa dan sikap siswa terhadap tugas belajar.
b.      Kepemimpinan pendidikan dan budaya organisasi belajar
Kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi para personel sekolah untuk
mengidentifikasi arah pendidikan, memotivasi staf, dan mengkoordinasikan perkembangan ke
arah strategi perbaikan dalam mengajar dan belajar. Efek dari kepemimpinan pendidikan
sebagian besar dimediasi oleh akademisi dan kondisi sosial yang ada di dalam pendidikan dan
ditujukan ke arah hasil pembelajaran.

7.   EFEKTIFITAS KINERJA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

1.      Pengembangan lembaga pendidikan


Kepemimpinan pendidikan secara menyeluruh dapat dikatakan efektif dengan
berdasarakan pada indikator-indikator yang telah ada. Namun, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain menjalin hubungan dengan masyarakat dan menumbuhkan komitmen
personal pendidikan pada pengembangan pendidikan.
2.      Reorientasi pengembangan lembaga pendidikan
Ada beberapa faktor penyebab kegagalan transformasi kepemimpinan dalam pendidikan
yaitu:
Kesalahan 1: Memberikan terlalu banyak janji (yang memuaskan)

21
Kesalahan 2: Gagal menciptakan koalisi kekuatan yang memadai
Kesalahan 3: Mengabaikan kekuatan visi
Kesalahan 4: Kurang mengkomunikasikan visi
Kesalahan 5: Membiarkan hambatan mengganggu visi baru
Kesalahan 6: Gagal membuat keberhasilan jangka pendek
Kesalahan 7: Menyatakan keberhasilan terlalu cepat
Kesalahan 8: Gagal melakukan perubahan-perubahan secara kuat dalam budaya organisasi
3.      Pengembangan kurikulum pendidikan Islam
Manajemen kurikulum dapat dilakukan dengan membuat desain kurikulum, proses
pelaksanaan kurikulum sampai dengan evaluasi kurikulum. Perkembangan masyarakat yang
selalu dinamis menuntut kurikulum harus disesuaikan dengan era peradaban. Kurikulum
pendidikan Islam yang menekankan pada isi materi tentang pembentukan akhlak karimah
merupakan salah satu perangkat yang mendukung terbentuknya akhlak siswa.
4.      Orientasi pengembangan mutu pendidikan
Kepemimpinan dikatakan efektif apabila: kinerja dan pertumbuhan meningkat, adanya
kepuasan para pengikut terhadap pemimpin, dan adanya kesejahteraan psikis pada para pengikut
5.      Dinamisasi kepemimpinan pendidikan
Pencapaian mutu pendidikan  tidak hanya bertumpu pada guru, tetapi pemimpin
pendidikan sebagai seorang pemimpin harus dapat mengadakan perubahan-perubahan ke arah
perbaikan.

22
BAB III
PEMBAHASAN BUKU
A. Kelebihan dan kekurangan buku pertama

A. KELEBIHAN

1) Penjelasan didalam buku sesuai dengan judul buku.


2) Covernya berwarna, jelas, dan menarik.
3) Penjelasan Buku ini sangat lengkap dan Bahasa yang digunakan mudah dipahami.
4) Biodata penulis dan penerbit sangat jelas.
5) Penjelasan tidak bertele-tele, sehingga poinnya sampai kepada pembaca.
6) Banyak menggunakan poin-poin yang tersusun dengan rapi sehinnga pembaca mudah
mengerti.
7) Penyusunan Setiap bab sangat bagus.

B.     KEKURANGAN

1) Sedikit contoh dari penjelasan yang dipaparkan.


2) Ada beberapa bab yang sedikit didukung oleh pendapat ahli

23
3) Sering terjadi pengulangan kalimat pada paragraf-paragraf selanjutnya

B. Kelebihan dan kekurangan buku kedua


A.    KELEBIHAN
1)      Buku ini memiliki bahasan yang menyeluruh, padat, dan sistematis.
2)      Pemaparan isi di buku ini sangat kompleks dan terstruktur sehingga memudahkan
pembacanya dalam memahami isi bukunya.
3)      Kutipan di buku ini mengambil banyak pendapat tokoh-tokoh terutama dalam hal
perekrutan definisi, sehingga banyak referensinya. Dan diakhiri dengan kesimpulan dari
sekian banyak definisi.
4)      Isinya sangat kompleks memaparkan realita pendidikan pada masa sekarang serta masalah-
masalahnya sehingga kita dapat menganalisanya dan dapat mengetahui solusi-solusinya.
5)      Penjabaran di masing-masing sub bab sangat jelas dan sangat relevan sekali dengan bab
yang dibahas dan memberikan pemahaman yang komprehensif tanpa ada kebingungan di
setiap sub bab yang dipaparkan.

B.     KEKURANGAN
1)      Penyajian buku kurang menarik pembacanya.
2)      Penyusunan katanya ada yang kurang sesuai sehingga pemahaman pembacanya kurang
mengena.
3)      Buku ini hanya memaparkan konsep dan teorinya saja, kurang memberikan implementasi
yang nyata di dunia pendidikan, terutama pendidikan di Indonesia.

24
BAB IV
PENUTUP
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan lingkungan di mana semua orang
tahu kontribusi apa yang diharapkan dan merasa benar-benar berkomitmen untuk melakukan
pekerjaan yang hebat. Kepemimpinan merupakan keterampilan penting bagi semua kepala
sekolah yang menginginkan kesuksesan dengan cara belajar dan berlatih secara teratur. Kepala
sekolah sebagai pemimpin menjalankan peran untuk menjadi teladan sekaligus mampu
mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan bijaksana.

Kepemimpinan memiliki banyak sisi dan tidak ada definisi sederhana. Kemampuan kepala
sekolah untuk menginspirasi dan mendorong orang lain agar dapat mengatasi tantangan,
menerima perubahan terus-menerus, dan mencapai tujuan. Pernyataan ini ialah kapasitas untuk
membangun tim yang kuat dan efektif serta merupakan proses untuk menggunakan pengaruh
yang dimiliki, sehingga dapat membujuk dan mengarahkan. Para pemimpin memberi contoh
yang kuat melalui prinsip-prinsip kehidupan yang dianut, sehingga selain pemimpin dapat
mencapai hasil, tetapi juga bertanggungjawab atas kegagalan. Prinsip hidup ini dapat berupa
aturan, kepercayaan, atau kode moral yang penting dan memandu pengambilan keputusan
sepanjang hidup.

25
Pembinaan (Coaching) 1. Pengertian Pembinaan Pembinaan merupakan upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi. Fullan (2008: 1) menyatakan bahwa terdapat
delapan perubahan yang dihadapi oleh kepala sekolah, empat yang pertama dapat menjadi
problem, empat berikutnya dapat menjadi pendukung maupun faktor yang melemahkan kepala
sekolah.

Ada tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan
situasional. Pendekatan sifat, mendasarkan pada sifar-sifat yang membuat seseorang berhasil.
Penganut ini berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin
yang berhasil dan yang tidak berhasil. Pendekatan ini lebih beranggapan pada sifat-sifat tertentu,
yang dimiliki oleh seorang pemimpin seperti kekuatan fisik, keramahan, dan intelegensi menjadi
penentu bagi kepemimpinan yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Baxter, V., Thessing, R.A., & Clayton, J. (2014). Communitarian Leadership Practice
Acquisition in Educational Leadership Preparation. International journal of
educationalleadership preparation, 9:2.
Blandford, S. (2000). Managing Professional Development in Schools. London: Routledge.
Boden, R., Epstein, D., & Kenway, J. (2005). Building Networks. London: Sage
Publications, Ltd. Bouchamma.
Y. & Basque, M. (2012). Supervision pratices of school principals: reflexion in action. US-
China Education Review, 7. Boyle, M.J., Haller, A., & Hunt, E. (2016). The
leadership challenge: Preparing and developing catholic school principals.
Journal of Catholic Education, 19:3.
Brown, R. (2004). Quality Assurance in Higher Education the UK Experience Since 1992.
London: RoutledgeFalmer. Bubb, S. & Earley, P. (2008). Leading and Managing
Continuing Professional Development. London: Paul Chapman Publishing.

26
Chan, T.C., Webb, L., & Bowen, C. (2003). Are assistant principals prepared for
principalship? How do assistant principals perceive?. American Education
Consortium.
Cheney, G.R. & Davis, J. (2011). Gateways to the principalship: state power to improve the
quality of school leaders. Bank Street College of Education.

27

Anda mungkin juga menyukai