Anda di halaman 1dari 4

ULASAN TENTANG TINGKATAN LITERASI

Dosen Pengampu : Drs. M. JOHARIS LUBIS, M.Pd

“LITERASI BAHASA INDONESIA”

NAMA : MELI MIRANDA TAMBUNAN


NIM : 2202111001
MATA KULIAH : LITERASI BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
TUGAS 7 :

MEMBERI ULASAN TENTANG TINGKATAN LITERASI

Syarif menjelaskan, jika mengacu pada standar literasi yang disyaratkan UNESCO,


setidaknya ada empat tingkatan literasi. Pertama, tersedianya akses kepada sumber-sumber
bahan bacaan baru yang terbaru (up to date).Kedua, standar literasi seperti yang disyaratkan
UNESCO adalah kemampuan memahami bacaan secara tersirat dan tersurat. Ketiga,
kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru. Dan keempat,
literasi adalah soal kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi
masyarakat. Menurut saya Mahasiswa berada pada level ke 3, yang dimana mahasiswa
memiliki kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru.

Mahasiswa mempunyai tugas besar yang harus diembannya, yaitu ikut andil dalam
mencerdaskan masyarakat. Mahasiswa merupakan sekelompok siswa yang tingkatannya
lebih tinggi dikarenakan mahasiswa berperan penting dalam perubahan di masyarakat.
Berbeda dengan siswa, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif di dalam ruang pembelajaran
untuk menginterpretasikan apa yang diketahuinya melalui opini yang di sampaikan. Sesuai
dengan julukan mahasiswa sebagai agent of changes, sepatutnya mahasiswa mampu memberi
perubahan untuk sekitarnya. Dalam suatu perubahan yang dibawa oleh mahasiswa,
budaya literasi tidak pernah lepas darinya. 

Budaya literasi sangatlah penting diterapkan dalam lingkup pendidikan terutama lingkup
kampus yang pemikirannya sudah masuk dalam taraf kematangan. Dalam KBBI, literasi
merupakan kemampuan menulis dan membaca. Kemampuan tersebut harus diasah sejak dini.
Namun melihat perkembangan teknologi yang pesat, membuat mahasiswa sekarang menjadi
tersisihkan oleh suatu bacaan maupun tulisan. Mereka menganggap budaya literasi
merupakan budaya kuno atau yang mereka sebut dengan jadul.

Literasi bagi mahasiswa bermanfaat untuk penyusunan tugas akhir baik skripsi, tesis,
maupun disertasi. Tanpa kita membiasakan berliterasi kita akan kesulitan dalam penyusunan
tugas akhir tersebut dan akan membutuhkan seorang pendamping. Maka dari itu budaya
literasi dalam ranah mahasiswa sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup
mahasiswa dalam menempuh pendidikan.
Tingkat literasi pada suatu negara berpengaruh penting dalam wawasan suatu masyarakat
di negara tersebut dan berpengaruh untuk membangun kualitas suatu bangsa. Kualitas suatu
bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan
pengetahuan dihasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang didapat, sedangkan ilmu
pengetahuan didapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. 

Indonesia termasuk dalam negara yang tingkatan literasinya rendah, itu terbukti bahwa
generasi sekarang lebih menyukai menonton televisi atau gadget daripada membaca buku.
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) di 2006 menunjukkan 85,9 persen
masyarakat memilih menonton televisi daripada mendengarkan radio (40,3 persen) dan
membaca koran (23,5 persen). Dalam lingkup kampus, mahasiswa harus mempunyai
kemampuan berliterasi.  Tanpa budaya literasi yang tidak ditumbuhkan dalam diri serasa sop
tanpa bumbu. Karena dengan literasi kita bisa mendapatkan pengetahuan lebih. Seperti
pepatah tanpa pengetahuan hidup serasa mati, tak tahu arah tujuan. Dengan adanya budaya
literasi, mahasiswa mampu mengasah daya kritis akan suatu masalah yang timbul di
lingkungan sekitar.

Banyak berbagai faktor yang mempengaruhi rendahnya budaya literasi di kalangan


remaja, baik dibangku kuliah maupun bangku sekolah konvensional. Kebiasaan membaca
dan menulis menjadi faktor utama kenapa budaya literasi tidak diminati oleh generasi z. Dr.
Roger Farr (1984) menyebutkan bahwa "reading is the heart of education". Seharusnya para
orang tua mampu  membina dan  mendidik anak-anaknya untuk terbiasa akan sebuah bacaan
maupun tulisan, agar nantinya mereka tidak buta pengetahuan. Sebab dengan membaca kita
dapat membuka jendela dunia, membuka pengetahuan seluas-luasnya untuk menuju suatu
masa depan yang cerah.

Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan baru.


Dengan kegiatan membaca kita dapat mengasah susunan paragraf yang benar, menggunaan
diksi kata yang sesuai dengan EBI dan membiasakan diri dengan budaya literasi. Pembiasaan
yang terus diasah akan membuahkan hasil nantinya, dengan adanya pembelajaran tentang
literasi kita dapat mengetahui bagaimana menyusun kalimat yang benar dan sinkron. 

Anda mungkin juga menyukai