Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR TEKS SASTRA DI KELAS MILENIAL

Disampaikan pada Seminar Nasioal


oleh Abdul Rozak
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Cirebon, 15 Agustus 2018

Abstrak
Tulisan ini berfokus pada persiapan guru sastra menyelenggarakan pembelajaran yang
bermartabat. Posisi guru dalam pembelajaran tidak akan berubah. Guru mempunyai tugas
berat, yaitu menjadikan para siswa cerdas menjalankan kehidupan. Guru sastra dapat
berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu unsur penting dalam
pembelaajran adalah tersedianya bahan ajar yang dapat direspons para siswa. Melalui bahan
ajar siswa dapat beraktivitas menuju kehidupan yang lebih baik. Bahan ajar yang disiapkan
guru harus memertimbangkan (1) perkembangan teknologi informasi, (2) perkembangan
perilaku anak-anak, (3) kehidupan sosial dan budaya, (4) model pembelajaran, (5) media
pembelajaran, dan (6) interaksi di kelas. Bahan ajar mutakhir mengantisipasi perkembangan
kondisi siswa dan lingkungannya yang didominasi perkembangan teknologi yang sangat
pesat. Guru zaman sekarang harus berbicara dengan menggunakan bahasa anak muda. Guru
dapat mengikuti perkembang tersebut dengan meningingkatkan kualitas dan kuantitas
membaca. Guru sastra adalah guru pembaca trilunan informasi di dunia maya yang terus
membesar (big data).
Kata-kata kuncui ; guru sastra, teknologi informasi, bahan ajar mutakhir,
pembelajaran sastra.
PENGANTAR
Dunia pendidikan tidak akan pernah selesai. Pendidikan akan terus berkembang
menuruti kondisi zaman (seharusnya pendidikan mengendalikan kondisi zaman,
tetapi kini berbalik, pendidikan yang diatur/dikendalikan kondisi di luar). Istilah
pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan industri, tidak dapat memenuhi
kebutuhan lapangan kerja, misalnya merujuk pada ketertinggalan dunia pendidikan.
Pendidikan dijadikan sebagai media memproduk tenaga kerja yang siap pakai. Oleh
karena itu, dunia pendidikan selalu menjadi yang salah pada saat dunia kerja
kekurangan sumber daya manusia (maksudnya lulusan dunia pendidikan tidak
mampu mengisi dunia kerja). Pikiran-pikiran inovasi, kreatif berjalan dengan cepat
di dunia kerja dan dunia pendidikan tidak dapat mengejar perkembangan itu.
Pendidikan dan perusahaan mempunyai dunianya masing-masing. Pergerakan
perusahaan diatur sendiri. Mereka mengikuti gerak pasar yang dinamis. Dalam
hitungan detik pengembangan terus berjalan. Karena denyut konsumen bagi mereka
sangat penting. Dunia pendidikan diatur melalu jalur birokrat yang tidak
sembarang berubah. Inovasi dan kreativitas diberi peluang, tetapi terbatas.
Pendidikan dan dunia usaha seharusnyaa berjalan bersamaan, saling mengisi, saling
memberi, dan saling menasihati. Komunikasi sejak awal, jika diperlukan harus
dibina, dijalurkan melalui hukum yang mengikat, tetapi memberikan peluang
inovasi dan krerativitas dengan tetap menghormati peran dan tugas yang berbeda.
Dunia pendidikan sesungguhnya bukan pencetak tenaga kerja. Dunia pendidikan
bertugas menyiapkan manusia yang cerdas, fleksibel, siap berubah. Perpaduan
antara lahir dan batin, pikir dan rasa menjadi perhatian utama dunia pendidikan.
Tentu pengetahuan dasar dan penguasaan teknologi pada masa kini dipentingkan.
Akan tetapi, dunia pendidikan tidak mungkin memberikan segalanya. Apalagi pada
masa kini, generasi langgas mudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Dunia
pendidikan memberikan apa yang tidak dapat diperoleh secara mandiri. Belajar
berkomunikasi, belajar berhubungan dengan ragam orang dan rasa tidak dapat
diabaikan begitu saja. Semua itu masalah mengolah rasa yang memerlukan bantuan
guru. Belajar berkomunkasi dengan baik dan cara benar memerlukan pelatihan yang
berkelanjutan. Berkomunikasi memeragakan pengetahuan dan emosi yang
terkendali. Kematangan memadukan kemampuan dan kemahiran tidak dapat serta
merta diperoleh. Bertemu guru adalah cara terbaik menjadi pribadi matang.
Dunia pendidikan masa kini tambah rumit sebetulnya dibandingkan dengan masa
lalu. Banyak hal yang harus dipikirkan guru. Guru tidak dapat sekedar mengetahui
dasar mengajar. Dia memantau peristiwa yang terjadi di luar dan
menyambungkannya dengan peristiwa di kelas dan itu bukan pekerjaan yang
mudah. Guru sekarang dituntut kreatif-inovatif mengikuti perkembangan zaman
yang dikuasai teknologi. Guru tidak boleh dikalahkan dengan kendali teknologi
yang tidak mempunyai hati, hanya mengatakan “ya” atau “tidak”. Guru adalah
makhluk lengkap; punya hati, punya rasa. Kelengkapan itu harus diekspresikan
dalam berinteraksi dengan para murid. Guru belajar mengendalikan teknologi,
bukan dikalahkan tekonologi seperti yang tergambar pada perilaku anak-anak
sekolah zaman now.
Apa sesungguhnya kegiatan guru pada masa sekarang, masa generasi langgas. Guru
adalah sosok yang utuh, siap berubah tanpa menghilangkan kekuatan diri yang
mesti diteladani dengan pengetahun dan pengalaman terus bertambah. Oleh karena
itu, guru harus menjadi manusia pembaca. Kekuatan membaca dengan didorong
oleh keinginan luhur guru dapat menguasai pengetahuan yang luas.
GURU BERTANGGUNG JAWAB
Tugas guru sejak dulu adalah memberi tahu apa yang tidak atau belum diketahui
para muridnya. Memberi tahu itu menjadi berkepanjangan karena membutuhkan
rancangan panjang. Sejumlah pertanyaan muncul, seperti apa yang tidak diketahui
oleh murid, seberapa banyak memberi tahu yang yang tidak diketahui murid,
dengan cara bagaimana memberi tahu, berapa lama, untuk apa murid diberi tahu,
dan pertanyaan lain yang dapat muncul. Jawaban guru bisa panjang, bisa juga
pendek. Pada intinya jawaban guru harus didasarkan pada kebutuhan para murid.

Page | 2
Kebutuhan murid pada masa kini tidaklah banyak. Mereka dapat mencari sendiri
melalui berbagai sumber yang terbuka dan mudah diperoleh. Apa pun yang
dibutuhkan sekarang dapat ditemukan segera dengan mudah dan dengan cepat. Ciri
masa kini adalah kemudahan. Generasi langgas sekarang terbiasa dengan
kemudahan. Dengan memainkan jari semua dapat diperoleh. Apa yang diinginkan
segara tiba di hadapannya. Segala hal dapat diperoleh dengan menggunakan jari di
papan ketik. Gaya mereka adalah gaya berteknologi dan sebagian besar sebagai
pengguna. Pada umumnya kita selalu menjadi pengguna, belum pembuat. Kita
menjadi sasaran jual, pasar yang sangat luas. Pada posisi inilah betapa berartinya
tugas guru, yaitu berusaha memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
membalikkan kondisi dari konsumen ke produsen.
Tugas itu tidak mudah. Guru tidak dapat melaksanakan sendiri karena posisinya
sebagai pelaksana di lapangan. Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud yang
mempunyai kebijakan. Kita harus yakin bahwa segala hal dapat dijalankan dengan
kesungguhan dan kekuatan untuk memohon kepada Allah Subhanawataala
(“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-
Baqarah: 45-46). Keyakinan kita perlu diasah. Kita harus yakin akan pertolongan
Allah dengan senantiasa mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kita
sering lupa banyak meminta kepada-Nya, tetapi tidak mengikuti kehendak-Nya.

Tugas utama guru adalah mengadakan perubahan. Mengubah bukan pekerjaan


sederhana karena banyak unsur yang harus dipikirkan. Apalagi tugas mengubah
yang dikaitkan dengan kondisi sekarang. Guru berhadapan dengan generasi
langgas/milenial. Masih banyak guru yang termasuk generasi tua. Mereka belum
intensif bergaul dengan perangkat IT. Mereka terkadang gagap teknologi. Bagi
mereka teknologi menyusahkan. Bagi kaum muda, generasi langgas teknologi
adalah pembantu yang sangat berarti, tidak bisa dikesampingkan. Hidup tidak
lengkap tanpa telepon genggam di tangan, tanpa tablet, tanpa internet, tanpa wifi,
tanpa powerbank. Perilaku generasi langgas itu diatur hidupnya dengan teknologi.
Pikiran-pikiran mereka berbasis digital. Bertindak serba cepat, serba mudah, tidak
sabar menunggu, kecuali internet lola (loading lama).

Guru tidak lepas dari keharusan mendalami, memahami, dan memiliki kemampuan
berteknologi. Guru tidak bisa menggunakan kebiasaan sendiri yang bertolak
belakang dengan kebiasaan para murid yang akan dibawa ke wilayah perubahan.
Salah satu syarat mengubah satu kondisi adalah pengubah itu harus turut berubah
pada kondisi yang diyakininya baik, positif.

Guru bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan ragam


tujuan. Corak hidup masa depan anak didik pada masa depan, salah satu di
antaranya adalah model pembelajaran di kelas yang dijalankan dengan teratur.
Tentang masa depan itulah, guru harus bersiap menyusun rancangan dengan jelas,
dapat dibaca, dapat diuraikan, dapat dipelajari. Guru menjadi inti dalam rancangan
perbaikan hidup pada masa depan. Oleh karena itu, guru profesional akan terus
menggali kondisi terkini dan kondisi yang diharapkan terjadi sekian tahun yang

Page | 3
akan datang. Guru, memang tidak mempunyai tanggung jawab penuh. Akan tetapi,
pendidikan selalu menjadi bagian yang dipertanyakan pada saat kondisi tertentu
terjadi. Pendidikan maju akan menjadi jaminan negara juga maju dan sebaliknya
negara mundur ditandai dengan prestasi pendidikan yang mundur juga. Kualitas
pendidik menentukan kualitas negara dan kualitas pendidikan bergantung kepada
kualitas guru.

BAHAN AJAR MUTAKHIR


Guru harus selalu mempunyai niat membangkitkan semangat be;ajar para
muridnya. Guru selalu mempertimbangkan dengan pikiran matang setiap
gerakannya. Para guru menyadari bahwa setiap tindakan akan berpengaruh
terhadap murid. Proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas akan
mengingatkan kuat kepada para murid. Setiap gerakan yang terjadi di kelas tercatat
dalam ingatannya. Guru pada masa generasi langgas harus memerhatikan berbagai
aspek.
Pertama, perkembangan teknologi informasi. Laju perkambangan teknologi tidak akan
berhenti. Manusia berlomba megambangkan segala hal baru dengan cara berburu,
meriset dengan dukungan dana yang tidak terbatas. Pengembangan teknologi
didorong berbagai alasan, tetapi alasan yang diduga paling banyak adalah alasan
bisnis karena pengambangan teknologi dilakukan oleh perusahan-perusahaan besar.
Di sampinitu, lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi tidak berhenti
mengembangkan teknologi untuk kepentingan kemanusiaan. Demikian juga di
bidang pendidikan telah banyak dihasilkan dengan bantuan teknologi sehingga
memudahkan pembelajaran. Salah satu contoh pengembangan pesat di bidang
komputer. Komputer setiap saat mengalami perkembangan yang mencengangkan.
Perangkat keras dan perangkat lunak bersaing, saling mengisi. Kita tidak akan
mampu mengikuti perkembangan dalam hal memiliki dan menguasainya karena
sangat beragam dan berjalan dengan cepat. Perusahaan di bidang ini terus
mengembangkan produknya dan misinya. Begitu juga dengan telepon genggam.
Perangkat ini yang paling cepat perkembangannya dan yang paling masif
penggunaannya. Pengguna telepon genggam di Indonesia mencapai 142%. Dengan
demikian, 42 % penduduk Indonesia mempunyai 2 atau lebih telepon genggam.
Indonesia termasuk peringkat keenam dari 6 negara yang penduduknya
menggunakan telepon genggam(penduduk 261 juta; pengguna telepon genggam 283
juta). Adapun 6 negara terbanyak pengguna telepon genggam terbanyak, yaitu
China (penduduk 1, 5 milyar; pengguna telepon genggam 1,321 milyar ), India
(penduduk 1,3 milyar; pengguna telepon genggam 1.183 milyar), Amerika Serikat
(penduduk 312 juta; pengguna telepon genggam 327 juta), Brazil (penduduk 208 juta;
pengguna telepon genggam 281 juta), dan Rusia (penduduk 114 juta; pengguna
telepon genggam 256 juta). Peringkat yang cukup mencengangkan bagi Indonesia.
Jumlah pengguna telepon genggam sejalan dengan jumlah penduduk (China, India,
Amerika, Indonesia). Apakah pengguna telepon genggam juga sejalan dengan
peringkat kemakmuran negara. Mungkin ya, mungkin tidak. Indonesia dikenal
sebagai pangsa pasar besar. Guru tidak boleh lengah dengan perkembangan

Page | 4
teknologi informasi ini karena semua akan berhubungan dengan dunia pendidikan.
Guru bertanggung jawab memberikan kesadaran kepada para murid untuk
menyikapi teknologi dengan arif dan bijak serta bermanfaat.
Kedua, perkembangan perilaku anak-anak. Kehidupan anak-anak sekarang, generasi
langgas dipengaruhi perkembangan teknologi. Hidup serba mudah dan
berkecepatan tinggi adalah keseharian mereka. Hidup masa kini kurang bergerak
karena dapat dikendalikan di suatu tempat dengan satu klik. Pergerakan lebih pada
pikiran. Komunikasi dapat dilaksanakan tanpa bersemuka. Cara ini yang paling
sering digunakan dengan pertimbangan efesiensi waktu, dana, dan memangkas
kemacetan di jalan. Kesibukan lalu lintas darat dapat diatasi dengan lalu lintas
komunikasi udara. Transaksi segala hal yang berhubungan dengan bisnis,
kepentingan diri dan perusahaan dijalankan dengan ketukan jari. Perilaku ini
berdampak pada kekurangluwesan pada saat berkomunikasi langsung, cenderung
mementingkan diri sendiri (individualistis setiap saat akan bertambah, makin
banyak orang yang sangat percaya diri, tidak terlalu memedulikan keberadaan orang
lain.) Anak-anak sekarang berlomba dengan dirinya karena memerhatikan kepesatan
orang lain. Mereka selalu membandingkan dengan dirinya harus lebih baik dari
yang lain, lebih maju, lebih pesat. Segalanya harus lebih. Segalanya harus berbeda
dengan yang lain. Akan tetapi, sesungguhnya mereka menyadari bahwa hidup tidak
dapat berjalan dengan sendirinya. Hidup akan selalu bersinggungan dengan orang
lain dan butuh alat lain. Anak-anak sekarang tanpa telepon pintar, tanpa wifi tidak
dapat bekerja leluasa. Mereka akan kebingungan karena ketergantungan yang sangat
pada teknologi. Perilaku ini harus menjadi perhatian guru pada saat menyusun
bahan kajian. Apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara guru menyajikan
keinginan itu dengan baik, dengan gaya instruksional, berkependidikan kekiniaan,
tidak terlihat instruksi, tidak memaksa. Pendidikan masa kini memerlukan pikiran-
pikiran rumit yang disederhanakan karena media yang digunakan sangat banyak,
variatif, dan banyak juga yang gratis. Guru harus cerdas memilih yang relevan
dengan tujuan pembelajaran dan kondisi kejiwaan pembelajar.
Ketiga, kehidupan sosial dan budaya. Serbuan informasi yang masuk dengan begitu
mudah berdampak dengan cepat pada perubahan budaya bangsa kita, terutama
generasi langgas. Perubahan tata laku dalam segala hal paling mudah terjadi karena
kontak langsung antara persona dengan budaya yang ditemuinya. Internet
membawa segala hal ke hadapan mata dan raga dengan segera, tanpa jeda. Apa
yang diinginkan dengan serta merta dapat terlaksana. Apa yang diinginkan tecapai
tanpa alangan. Semua bisa masuk ke dalam pikiran dan hati. Semuanya dengan
mudah dicontoh segala hal yang dilihat. Budaya dunia bisa dilihat setiap saat, dalam
kesempatan yang dapat disiapkan sendiri, tanpa bantuan orang lain, tanpa bersama-
sama atau bersama-sama. Ketercampuran budaya anak-anak muda, generasi langgas
ini mengkhawatirkan karena bisa terjadi mereka tidak berbudaya. Mereka tumbuh
bersama milyaran data yang begitu besar (the big data). Keterpilihan data menjadi
informasi itu bergantung kepada pengetahuan dan pengalaman serta hati yang
padu. Hati yang kosong mudah dimasuki apa pun. Gaya budaya bangsa lain sangat

Page | 5
mungkin bebreda dengan kita dari berbagai segi. Mereka hidup dan tumbuh dengan
dasar kepercayaan, agama, sistem moral, sistem sosial tertentu yang jauh berbeda
dengan kita. Hal yang dikhawatirkan adalah anak-anak remaja tidak mempunyai
budaya. Mereka hanya meniru tanpa pikiran dan hati yang matang. Orang bijak (hati
yang penuh dengan kekuatan) akan memilih bagian-bagian yang positif untuk
memerkuat hati. Pada posisi ini peran pendidikan menentukan. Mendidik harus
diarahkan kepada siswa secara menyeluruh, bukan pada penguasaan materi didik.
Kemampuan memilih untuk menjalani hidup lebih penting daripada menguasai
bahan, kompetensi tertentu. Pada dasarnya pendidikan itu lebih pada penyiapan
siswa menjalankan hidup dengan baik. Dengan tatanan didik seperti itu diharapkan
siswa mampu memilih segala hal baik dengan pertimbangan matang dan bijak
sehingga dapat menjalani hidup dengan selamat; dunia dan akhirat. Guru harus
membekali dirinya dengan kekuatan dalam hal pengetahuan, pengalaman hidup,
dan penguasaan teknologi informasi yang memadai. Dengan kekuatan ini guru
dapat berdialog dengan siswa yang dibesarkan teknologi.
Keempat, model pembelajaran. Anak-anak zaman sekarang tidak menyukai jalur
langsung, didikte, menerima instruksi. Mereka senang mancari sendiri melalui jalur
internet, meski sebenarnya mereka menerima instruksi juga. Mereka taat pada
perintah yang disusun oleh program yang terasaji di dunia maya. Setiap membuka
laman, misalnya setiap langkah diikuti karena takut melanggar aturan yang
diberlakukan. Mereka menaati perintah yang tidak terlihat. Apakah mereka akan
juga mengikuti perintah guru. Seharusnya siswa mengikuti arahan guru dan guru
seharusnya mengusahakan dengan berbagai cara arahan yang dapat diterima oleh
para siswa masa kini. Guru harus pandai memberikan arahan yang mengeankan
siswa tidak sedang diberi arahan. Tata cara pembelajaran disesuaikan dengan
perilaku dan kecenderungan yang dimiliki anak-anak sekarang. Guru tidak bisa lagi
memaksakan gayanya dengan alasan apa pun. Memang sebetulnya siswa
memerlukan kehadrian guru. Mereka menjadi siswa karena perintah orang tua. Pada
posisi ini sekolah (guru) seharusnya dalam posisi menentukan. Sekolah menentukan
secara terbatas. Banyak hal harus ditimbangkan berbagai unsur agar terjadi peristiwa
belajar yang menyenangkan. Kondisi tersebut dapat tercapai dengan salah satu
persyaratannya adalah pihak yang terlibat dalam kondisi tidak terpaksa. Oleh
karena itu, guru dituntut kreatif memilih cara belajar yang mendorong siswa
mengikuti arah skenario pembelajaran guru. Pancingan perlu dipersiapkan guru
agar kondisi kelas kondusif. Pikiran-pikrian guru sebelum mengajar dikerahkan
untuk menyusun kekuatan yang dapat menarik segala kemampuan yang dipunyai
siswa keluar. Pembelaajran masa kini diarahkan kepada manusianya, kepada
siswanya yang dibawa pada pengalaman mencapai kompetensi sesuatu. Para siswa
diarahkan harus menemukan kemampuannya sendiri, memberdayakan
pengetahuan yang diperolehnya di laur kelas untuk kepentingan perolehan
kompetensi yang disediakan di kelas. Para guru harus berhati-hati dengan anak-
anak sekarang. Mereka terbisa mencari ragam informasi tanpa meminta persetujuan
dari siapa pun, termasuk dari guru. Akses terhadap informasi masa kini sangat
mudah. Kita dapat membaca kapan pun, di mana pun. Dunia maya, internet tidak
akan bertanya (kebanyakan, kadang-kadang muncul juga pertanyaan tentang
identitas) untuk apa dan mengapa mengakses situs tertentu. Misteri hubungan

Page | 6
antara guru dan siswa adalah banyak hal yang sama-sama tidak diketahui hal-hal
tertentu pada guru dan siswa. Kita memang tidak diberi kemampuan untuk
memahami hati masing-masing. “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan
mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha
Mengetahui segala isi hati. (Q.S. At-Taghaabun : 4)”. Kemudahan akses dapat
dimanfaatkan guru dengan baik. Guru seharusnya lebih sering berinterkasi dengan
murid dalam proses pembelajaran. Model diskusi adalah salah satu model yang
dapat dipilih untuk pembelajaran pada masa sekarang. Diskusi lebih pada kegiatan
kerja sama pikiran. Kekuatan masing-masing dan bersama dapat dimunculkan, hati
dan otak dapat berkumpul berbeda dalam diskusi. Interaksi pikiran yang dipandu
rasa saling memiliki, menghormati, menghargai. Diskusi dapat dijadiakan sebagai
media mengetahui pengaruh penggunaan internet terhadap siswa atas perilaku yang
kurang baik atau mungkin memunculkan pengaruh baik. Guru tetap pada tugas
utama membawa penagruh baik kepada seluruh siswa, menyimpan ketahanan diri
yang dapat menghalau segala pengaruh jelek yang merugikan siswa dan bangsa.
Pada posisi inilah sebetulnya tujuan utama pendidikan dan guru harus
menyadarinya bahwa itu adalah tugas sangat berat dan hanya dapat dinyatakan
dengan kesungguhan hati dan pikiran.
Kelima, media pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus menggunakan media pada
masa sekarang. Anak-anak sekarang biasa beraktivitas dengan menggunakan alat
elektronik berbasis komputer dan digital. Segala perilaku kebutuhan manusia masa
kini diatur dengan komputer. Dalam segala hal dan segala keperluan. Oleh karena
itu, pembelajaran harus menggunakan media berbasis teknologi informasi. Pilihan
media tersedia melalui berbagai situs dan perangkat lunak dapat digunakan sebagai
dasar. Guru dapat memilih perangkat yang ada atau membuat sendiri dengan
bantuan orang-orang ICT. Tugas guru sesungguhnya menggunakan, memanfaatkan,
memberdayakan TI, bukan memusuhinya. Kearifan sangat diperlukan pada saat
memilih. Media berbasis ICT sekedar membantu kelancaran pemahaman siswa,
tidak boleh memalingkan perhatian siswa terhadap guru. Media ICT harus lebih
memunculkan kreativitas siswa dengan bimbingan guru. Guru harus memosisikan
dibutuhkan siswa dan guru tetap harus memokuskan perhatiannya kepada siswa.
Kehadiran siswa bersama-sama telepon genggam pintarnya harus dimanfaatkan
dalam kondisi pembelajaran. Mengapa siswa harus dilarang membawa TG ke kelas?
Mereka tetap akan membawa, meski dilarang. Guru harus jeli membaca arah
pergerakan hidup pada siswanya. Orang-orang sekarang sesungguhnya telah
kecanduan TG; remaja, anak-anak , orang tua tidak ada bedanya, hanya frekuensi
yang membedakannya. Anak-anak muda lebih sering berteman dengan TG. Orang
tua seperlunya agar dapat berkomunikasi. Prinsip berkomunikasi yang harus
dijadikan landasan guru pada saat memilih media berbasis TIK.
Keenam, interaksi di kelas. Kelas hidup karena terjalin hubungan instruksional
berbagai unsur yang terlibat di dalamnya; guru, siswa, media, sarana, bahan ajar,
niat/motivasi. Salah satu unsur itu tidak terlibat, pembelajaran berjalan lambat, tidak
sesuai dengan harapan. Pembelajaran pada intinya hubungan aksi antara unsur itu
yang dibalut dengan tujuan. Guru yang bertanggung jawab terhadap keberjalanan
interaksi di kelas. Bangunan kelas harus ditegakkan bersama-sama. Semua unsur

Page | 7
harus memberikan kontribusi yang bermanfaat. Kepedulian guru ditampakkan
dengan aktivitas siswa yang produktif dan kreatif. Mereka mempunyai keyakinan
akan berhasil melalui kelas. Mereka menjadikan pertemuan kelas menjadi bagian
dari perancangan hidup masa depan. Oleh karena itu, guru menjalin interaksi
dengan dunia luar. Pikiran-pikiran guru dan siswa dibawa ke luar dinding kelas.
Jadi, guru menyiapkan skenario interaksi dengan narasumber luar. Pada posisi inilah
fungsi internet, perangkat elektronik berguna. Sekolah-sekolah modern hampir tidak
pernah menggunakan kerta (paperless). Sekolah-sekolah dengan modal beras di
Indonesia menggunakan sistem ini. Mereka memabwa tablet atau laptop yang telah
disiapkan. Ragam data dan perangkat lunak disiapkan. Dengan perangkat itu
komunikasi dapat berjalan dengan cepat dan tepat, tidak terlalu banyak instruksi.
Kekuatan guru dalam hal pengetahuan dan pengalaman sangat menentukan.
Bahan ajar sastra diolah guru dengan memertibangkan hal di atas secara cermat dan
bentuk bahan ajar berbasis digital, bersifat interaktif. Tentu saja guru sastra harus
berkolaborasi dengan ahli TIK. Sajian bahan ajar sastra memaksa para siswa
membaca, berpikir kritis, berkolaborasi, dan mengomunikasikan hasilnya secara
kreatif.
GURU PEMBACA MEMILIH BAHAN DISKUSI SASTRA

Unsur penting dalam pendidikan adalah kegiatan membaca “Bacalah dengan


(menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5). Proses membaca kegiatan yang cukup panjang dan
membutuhkan energi cukup banyak. Bisa juga membaca dalam waktu singkat yang
tidak memerlukan pikiran. Bagi beberapa orang membaca cukup dengan
menggerakkan mata, menelusuri kata untuk menangkap makna kalimat. Bagi orang-
orang tetentu yang bijak membaca adalah menggerakkan hati menemukan makna
terdalam di balik kata-kata. Rangkaian kegiatan yang memerlukan kedalaman dalam
memahami segala hal yang tersurat pada kata-kata untuk mengungkapkan makna
yang tersirat.
Membaca pada dasarnya memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terdapat
pada kata-kata sederhana, tetapi terkadang menjadi rumit. Pikiran orang rumit, ya
kata-katanya rumit juga. Akan tetapi, kerumitan itu tergantung pada niat yang
berpengaruh terhadap cara menyampaikan. Kesederhanaan belum tentu juga mudah
memahami makna. “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak
sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu/Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana/ dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada.” Kata-katanya sederhana, tetapi tidak juga. Kita memahami
makna setiap kata, tetapi tidak sederhana kalau dirangkaian. Baris-baris kalimat
memerlukan hubungan antara pikiran dan perasaan. Padahal bahasa media untuk
menyampaikan gagasan. Pembaca harus berusaha membongkar makna yang
tersembunyi pada rangkaian kalimat.

Page | 8
Guru sastra adalah pembaca teks tingkat tinggi. Guru sastra harus memerlihatkan
kemamampun membaca kritis dengan mengedepankan berpikir kritis, mampu
mentransfer gagasan ke dalam konteks lain, mampu menyelesaikan masalah,
terutama masalah hidup anak-anak didik. Apakah sastra mempunyai kemampuan
menyelesaikan hidup? Teks sastra adalah ruang terbuka yang dapat dijadikan
sebagai media membicarakan banyak hal. Keterbukaan itu mendorong (seharusnya)
guru menelusuri ribuan teks untuk dijadikan sebagai bahan diskusi sastra di kelas.
Pada posisi inilah guru harus terus menagdakan “perjalanan batin” berdialog
dengan para tokoh cerita dan puisi. Pergulatan guru dengan teks sastra dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran sastra. Olahan guru sangat menentukan kuslits
berpikir dan berasa apra siswa. Tugas utama guru sesungguhnya adalah membentuk
tata cara berpikir dan berasa siswa. Mereka selalu hidup di lingkungan masyarakat
aktif (hidup) dan yang tidak hidup (dihidupkan atau dianggap hidup, seperti
internet).
Sekolah bertugas menjadikan anak didik manusia yang berguna, “Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.”
Pesan kurikulum harus diterjadikan guru dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Tujuan besar itu harus diantisipasi dengan pikiran besar juga, termasuk
pikiran besar guru-guru sastra. Pencapaiannya memerlukan usaha yang keras dan
kesabaran tanpa batas. Perilaku-perilaku yang besar seperti itu, salah satu usaha
yang dapat dilakukan oleh guru sastra adalah membahas tokoh-tokoh besar dalam
karya pengarang besar juga. Tesk narasi, teks drama dan teks puisi banyak
membincangkan perilaku baik, pertentangan baik dan buruk, nasihat halus. Guru
yang pembaca teks sastra dapat memahahi kebesaran teks sastra. Pertanyaannya
apakah guru sastra masa kini masih mencintai teks sastra dengan membacanya
secara utuh atau membaca sekedarnya seperti tercantum pada buku teks yang
disediakan Kemendikbud?
Apa yang dapat kita bincangkan dengan siswa tentang perilaku korupsi yang
disajikan W.S. Rendra dengan nada guyonan di bawah ini.

PANTUN KORUPTOR (WS RENDRA)


17 Juni 2014 pukul 18.43

1
Terang bulan terang di kali
Buaya timbul disangka kyai
Katanya ada reformasi
Nyatanya tetap korupsi di sana-sini
2
kalau ada sumur di ladang
Jangan diintip orang yang mandi
Koruptor akalnya panjang
Page | 9
Jaksa dan hakim diajak kompromi
3
Berburu ke padang datar
Mendapat gagak belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan pesiar
Uang rakyat dibawa lari
4
Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil sakit melulu
Maling besar dimuliakan
5
Kura kura dalam perahu
Buaya darat di dalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan
6
Katak hendak menjadi lembu
Katak leler itu namanya
Disuap dan menyuap bisa terpadu
Contohnya ada di KPU
7
Guru kencing berdiri
Murid kencing di belakangnya
Hati abang sudah dicuri
Dompet abang hilang pula
8
Si tukang riba disebut lintah darat
Si hidung belang disebut buaya darat
Pedagang banyak hutang itulah
konglomerat
Mereka yang berhutang yang bayar lha kok
rakyat
9
Beringin tumbuh dibawah emper
Beringin apa itu namanya
Alamak apa arti itu DPR
Dewan Pengganjal Rakyat itu namanya
10
Aduh aduh cantiknya si janda kembang
Sedang menyanyi si Jali Jali
Hujan emas di rantau orang
Hujan babu di negeri sendiri
11
Go go go ale ale ale
Bakso bakso bakso onde onde onde

Page | 10
Mikul duwur mendem jero
Itu ape artinye?
artinye
KALO ENTE JADI PRESIDEN BERDOSA BOLEH AJE

Puisi itu kontekstual. Guru dapat menyusun bahan diskusi dengan cerdas. menajdi
guru yang baik sesungguhnya tidak sulit; berpikir untuk kecerdasan siswa dan
menjadi teladan yang baik. Membaca puisi itu tidak perlu berkerut dahi. Kalimatnya
sederhana. Kata-katanya akrab dengan kita. Siswa tidak sulit membacanya. Guru
dapat mendorong siswa berpikir dengan pertanyaan yang cerdas. Teks puisi itu
berisi ungkapan yang memerlukan pembuktian. Guru dapat meminta siswa mencari
data setiap pernyataan pada teks puisi. Guru dapat membagai kelompok sesuai
dengan jumlah bait, misalnya bait Kura kura dalam perahu/Buaya darat di dalam
sedan/Wakil rakyat jangan ditiru/Korupsinya edan edanan. Guru dapat meminta siswa
untuk mencari data tentang anggota dewan yang kurupsi. Data harus akurat,
berdasarkan sumber yang dapat dipercaya. Banyak cara lain yang dapat digunakan
guru untuk menemukan keasyikan belajar sastra dengan riang dan menndorong
contoh perilaku baik.
PENDORONG
Kedua teks di atas mudah diperoleh melalui internet. Begitu banyak teks cerpen,
novel, puisi, esai yang bertebaran di dunia maya. Guru harus mencermati, menelisik
sampai ke akar-akarnya. Tidak semua teks sastra dapat digunakan sebagai bahan
kajian di kelas. Tidak semua teks itu jelek. Gurulah yang dapat menentukan baik dan
buruknya teks itu. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni guru
dapat mengajak para siswa masuk ke wilayah kebaikan. Pilihan bijak dengan
landasan pikiran kreatif dan kritis, guru dapat menjelmakan sifat baik pada para
siswa. Keterbukaan akses memndorong guru menyiapkan kekuatan memilih pada
diri siswa; lahir dan batin. Dengan demikian diharapkan siswa mampu menyaring
informasi yang bertambah terus di dunia maya. Hanya hati yang lurus dapat
mencegah pilihan rusak. Apa yang terjadi di lapangan sekarang, kerusakan perilaku
anak-anak muda sesunguhnya salah satu di antaranya karena keterbukaan yang
disalahartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Pilihan itu selalu menyisakan baik dan
buruk, bukan sekedar noleh dan tidak dan guru (pendidikan pada umumnya)
sepantasnyalah merupakan lembaga yang mampu membawa siswa memilih yang
baik; baik bagi dirinya dan lingkungannya.
Teks sastra itu bukan barang mati. Teks itu dapat dihidupkan dengan niat baik
pembacanya. Guru harus memberikan contoh memperlakukan dan memperilakukan
teks menuju kebergunaan. Para pengarang selalu mempertimbangkan setiap
gagasan yang dimuatnya, berkecenderungan pada kebaikan. Cerpen yang
bertebaran di internet dapat dimanfaatkan guru begitu juga dengan teks puisi.
Bahkan teks narasi, novel atas keikhlasan pengarang dapat diunduh dengan mudah.
Jadi, apa lagi yang ditunggu guru. Gerakkan hati, tegakkan niat, langkahkan kaki,
ayunkan tangan untuk negeri. Alunan lagu guru di kelas berpadu dengan suara para
Page | 11
siswa akan membangun negeri ini. Kita ingin negeri ini berjaya di negeri sendiri dan
di dunia luar dirinya. Mengapa kita, guru sastra tidak berani bermimpi untuk
berkontribusi pada baris terakhir Pembukaan Undang-Undang dasar 1945, “...serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Kita bisa, Insya
Allah bisa dengan izin Allah. Aamiin.
Senin, 30 Juli 2018

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai