Anda di halaman 1dari 22

1.

PENDAHULUAN

2. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan,


melalui pendidikan seseorang bisa mencapai tujuan dan cita-cita yang
diinginkan. Pendidikan sangat berperan penting karena Pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat diperlukan oleh individu kapanpun dan
dimanapun. Pendidikan juga berperan penting dalam usaha untuk
memajukan bangsa karena pendidikan merupakan alat untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Indonesia
masih terus berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan yang efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. (Reny
Apriwahyuni 2021:89)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era milenial saat
ini tergolong pesat. Sebagai indikator kemajuan suatu bangsa, pendidikan
menjadi hal yang penting dalam menyikapi perkembangan tersebut.
Pendidikan berperan penting untuk menciptakan sumber daya manusia
yang unggul dan kompetitif. Melalui pendidikan diharapkan bangsa
Indonesia dapat beradaptasi dengan perkembangan tersebut. (Ulfa Septi M,
M., 2018:1)
Dalam perkembanganya pendidikan dan teknologi tidak dapat
dipisahkan, dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dapat dapat
meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga dapat
mempermudah setiap warga Negara Indonesia dalam menuntut ilmu. Al-
Qur’an juga telah menjelaskan pentingnya pendidikan, serta janji Allah
untuk meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu dalam surah
Al-‘Ankabuut ayat 43. Allah SWT berfirman:
َ‫اس َو َما َي ْعقِلُهَا ِإالَّ ْال َعالِ ُمون‬
ِ َّ‫ك اَأل ْمثَا ُل نَضْ ِربُهَا لِلن‬
َ ‫َوتِ ْل‬
Artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.” (Al-’Ankabuut:43)
Ayat di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia itu
dapat dipelajari dan dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, setiap umat
manusia yang hidup di dunia itu wajib menuntut ilmu sehingga dapat
mempermudah segala sesuatu yang ada dikehidupan dunia itu sendiri.
Peran guru semakin penting dan strategis sekarang, hal ini dikarenakan
saat ini terjadi pergeseran prioritas pembangunan oleh pemerintah. Setelah
fokus pada pembangunan infrastruktur, mulai tahun 2019 pemerintah
sedang mengupayakan untuk peningkatan mutu sumber daya manusia
(SDM). Pembangunan mutu SDM berarti bertumbu pada guru, sehingga
guru diharapkan mampu menjadi agen transformasi penguatan SDM dalam
membangun talenta peserta didik, mengelola pembelajaran secara lebih
kreatif, dan membentuk karakter anak bangsa. Untuk itu guru dituntut terus
meningkatkan profesionalitas menuju pendidikan abad ke-21 (kompas, 2
Desember 2018).
Dunia pendidikan saat ini juga dituntut mampu membekali para peserta
didik dengan keterampilan abad 21. Keterampilan ini adalah keterampilan
peserta didik yang mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah,
kreatif dan inovatif, ketrampilan berkomunikasi dan kolaborasi. Selain itu
keterampilan mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta
terampil menggunakan teknologi dan informasi. Kemampuan yang harus
dimiliki di abad 21 ini meliputi: Leadership, Digital Literacy,
Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global
Citizenship, Problem Solving, Team-working. Sedangkan tiga isu
pendidikan di Indonesia saat ini adalah Pendidikan karakter, pendidikan
vokasi, inovasi (Wibawa, 2018)
Pada pembelajaran IPA di SDN 2 Kedungdawa Kelas IV pada tahun
pelajaran 2021/2022 secara kualitatif dan kuantitatif dapat diidentifikasi
bahwa hasil belajar IPA dalam aspek pengetahuan masih rendah dengan
nilai rata-rata 55, sedangkan kriteria ketuntasan minimal adalah 70,
sehingga penguasaan konsep IPA peserta didik masih belum memuaskan.
Hasil belajar peserta didik masih rendah dikarenakan rendahnya minat dan
motivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses kegiatan
pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran kurikulum 2013 yang dilakukan
di sekolah selama ini, guru masih lebih sering menggunakan metode
ceramah dan diskusi. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru.
Selain itu, guru masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif
yang lebih mementingkan hafalan materi. (Eti Kadarsih, 2022).
Pembelajaran konvensional yang sifatnya searah yaitu dari guru ke
peserta didik dan peserta didik hanya pasif menerima materi dari pengajar,
sekarang dianggap cara yang kurang tepat lagi. Diperlukan model
pembelajaran yang lebih efektif yaitu dapat membuat peserta didik lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk maksud ini adalah model pembelajaran Problem
Based Learning (pembelajaran berdasarkan masalah). (Jogiyanto, 2006).
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan
pembelajaran peserta didik pada masalah autentik. Model pembelajaran
PBL telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai
diangkat sebab ditinjau secara umum PBL terdiri dari menyajikan kepada
peserta didik situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri. Menurut Amir dalam Betsi (2016) problem based learning
merupakan metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar
untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata masalah ini digunakan untuk meningkatkan rasa
keingintahuan serta kemampuan analitis dan inisiatif atas materi pelajaran.
Adapun menurut Duch dalam Wulandari (2015) problem based learning
(PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Problem Based
Learning (PBL) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna
bagi peserta didik, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog pada kegiatan pembelajaran.
Pada model pembelajaran PBL, kelompok-kelompok kecil peserta didik
bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh peserta
didik dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran
tersebut, seringkali peserta didik menggunakan bermacam-macam
keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Penggunaan media pembelajaran yang dapat menarik minat belajar dan
menyesuaikan kondisi peserta didik juga merupakan hal yang sangat
penting. Media pembelajaran yang termasuknya adalah (orang, alat, bahan
dan lingkungan) yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran
dalam hal penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik dan
menstimulasi peserta didik dalam belajar dan dalam mencapai tujuan
belajar (Ratumanan & Rosmiati, 2018). Media pembelajaran yang interaktif
dan variatif memudahkan dalam menjelaskan atau memvisualisasikan suatu
materi yang sulit dipahami jika hanya menggunakan ucapan verbal. Dengan
penggunaan media pembelajaran yang menarik dapat menumbuhkan minat
peserta didik pada suatu konsep yang disampaikan sehingga dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan
oleh guru.
Seiring perkembangan zaman yang di ikuti dengan kemajuan teknologi
dan informasi, menyebabkan perubahan dalam dunia pendidikan. Selain itu
dalam kondisi pandemi Covid-19 ini juga menyebabkan pembelajaran
dilakukan secara daring. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan media
yang sesuai dengan kondisi pembelajaran daring agar lebih memudahkan
peserta didik untuk lebih memahami konsep materi yang disampaikan.
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah simulasi
PhET (Physics Education Technology). Simulasi PhET adalah simulasi
yang di buat oleh University of Colorado, yang mana simulasi PhET ini
merupakan salah satu solusi yang tanggap terhadap perkembangan
teknologi pembelajaran dan dapat juga digunakan saat kegiatan
pembelajaran dilakukan secara daring maupun tatap muka di kelas.
Simulasi PhET ini merupakan salah satu virtual labolatory, yaitu media
berbasis Website yang dapat digunakan untuk melakukan percobaan dan
pengamatan secara virtual. Dapat digunakan untuk membantu peserta didik
lebih mudah memahami konsep materi pelajaran yang bersifat abstrak
menjadi konkret. Simulasi PhET ini sangat menarik, mudah, dan
menyenangkan. Selain digunakan secara online, simuasi PhET ini juga
dapat digunakan secara offline dikelas maupun dirumah.
Dalam penggunaanya media simulasi PhET ini perlu diintergrasikan
dengan media pembelajaran lain, media yang dimaksud adalah LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik). LKPD merupakan sebuah pedoman yang
digunakan peserta didik dalam pengembangkan keterampilan serta
penyelesaian terhadap sebuah masalah kognitif. LKPD berisikan rangkaian
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik berdasarkan indikator penilaian
yang telah dibuat dan harus dicapai oleh peserta didik (Trianto, 2011).
Dalam penyusunan LKPD, LKPD disusun dengan bantuan
laboratorium virtual yaitu PhET. PhET merupakan subuah sarana simulator
berbagai percobaan yang terdapat dalam beberapa disiplin ilmu khususnya
pada sains. Penelitian ini memiliki tujuan untuk Mengembangkan Lembar
Kerja Peserta didik (LKPD) yang interaktif menggunakan metode
pembelajaran PBL khususnya pada materi Perubahan Bentuk Energi kelas
IV di SDN 2 Kedungdawa.

3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka terdapat


beberapa masalah yang dapat diidentifikasi. Adapun identifikasi masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
4. Kurangnya variasi pada media pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam mengajar.
5. Belum dikembangkanya media pembelajaran LKPD yang
menggunakan metode PBL PheT simulation.
6. Siswa tidak memahami materi yang di disampaikan oleh guru.

7. Batasan Masalah

Berdasarkan pada Identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi


masalah sebagai berikut:
1. Media yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) menggunakan metode Problem Based
Learning (PBL) berbantu PheT simulation.
2. Materi yang dimuat dalam LKPD yaitu perubahan bentuk energi kelas
IV.
3. LKPD ini memuat kegiatan praktikum didalamnya.

8. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dapat disimpulkan rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Apakah LKPD berbasis PBL berbantu PheT simulation pada materi
perubahan bentuk energi layak untuk di implementasikan?.
2. Bagaimana respon guru dan peserta didik terhadap LKPD berbasis PBL
berbantu PheT simulation pada materi perubahan bentuk energi kelas
IV?.

9. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diatas, dilakukanya penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis PBL menggunakan PheT
simulation pada materi perubahan bentuk energi kelas IV di SDN 2
Kedungdawa.
2. Untuk mengetahu respon guru terkait kelayakan media pembelajaran
LKPD berbasis PBL berbantu PheT simulation pada materi perubahan
bentuk energi kelas IV Di SDN 2 Kedungdawa.

10. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan serta
memajukan pola pikir peneliti dan pembaca LKPD berbasis PBL
berbantu PheT simulation pada materi perubahan bentuk energi
untuk melatih pemahaman tentang sains..
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dan pengalaman nyata tentang
mengembangkan LKPD berbasis PBL pada materi perubahan
bentuk energi berbantu PheT simulation untuk menambah
pemahaman konsep peserta didik.
b. Bagi Pendidik
Meningkatkan variasi media pembelajaran,dan menjadi bahan
pertimbangan untuk penggunaan LKPD metode PBL berbantu
PhET sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan minat
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Bagi Peserta Didik
Sebagai media pembelajaran yang interaktif, sehingga dapat
membantu kesulitan peserta didik dalam memahami konsep pada
pembelajaran IPA khususnya materi perubahan bentuk energi.
11. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Spesifakisi produk LKPD yang saya kembangkan adalah sebagai


berikut:
1. LKPD yang saya kembangkan ini menggunakan metode pembelajaran
PBL dan berbantu media virtual lab simulation PhET.
2. Dengan menggunakan metode PBL ini, mendorong siswa untuk
memahami materi yang dipelajari, kemudian siswa akan mengamati
dan mempraktikanya dan terakhir siswa akan mempresentasikan hasil
pengamatan tersebut.
3. Kegiatan pembelajaran bisa dilakukan secara kelompok dan individu.
4. Penggunaan media PhET membantu siswa untuk mengamati dan
mencoba secara nyata bagaimana terjadinya proses perubahan bentuk
pada energi.
5. Walau dalam PhET ini simulasi/praktik dilakukan secara virtual
melalui situs https//phet.colorado.edu/en akan tetapi kesan yang
diberikan seperti hal nya praktik secara langsung.
6. LKPD yang saya kembangkan ini terintegrasi langsung ke situs web
PhET tersebut.
12.

TINJAUAN PUSTAKA

13. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran
Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang
sangat strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan
dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Kata media pembelajaran
berasal dari bahasa latin ”medius” yang secara harfiah berarti ”tengah”,
perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan
Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual dan verbal. Association for Education and
Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu
segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran
informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan
sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruksional. (Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran.)
Media pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran
karena guru dapat menyampaikan materi kepada siswa menjadi lebih
bermakna. Guru tidak hanya menyampaikan materi berupa kata-kata
dengan ceramah tetapi dapat membawa siswa untuk memahami secara
nyata materi yang di sampaikan tersebut. (Nurfadhillah, S. 2021).
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar kerja peserta didik merupakan lembaran tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu
tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar (KD) yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat
digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah
lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara
baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang
terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada
peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis.
( Mawardi, M. Duskri 2013:39).
LKPD dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk mengembangkan semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
LKPD yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa,
sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar
tersebut secara mandiri.Jadi, LKPD adalah lembaran dimana peserta
didik mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang
dipelajarinya, seperti melakukan percobaan, mengidentifikansi bagian-
bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan
mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau
menggambar hasil pengamatannya, melakukan pengukuran dan
mencatat hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan. (Nurul Fitriani,
Gunawan dan Sutrio, 2013:40).
3. PBL (Problem Based Learning)
Menurut Brian dalam jurnal Paul Suparno 2011, Problem
Based Learning (PBL) adalah stategi pembelajaran dimana siswa
ditatapkan pada persoalan yang real, kontekstual, yang tidak terstruktur
ketat dan mereka berusaha untuk menemukan pemecahannya yang
berarti (Rhem, 1998). PBL mempunyai kekhasan, yaitu bahwa
mahasiswa belajar dari persoalan yang real, dan dari sana mencoba
menggali keterangan dan pemecahan persoalan. Biasanya PBL
dilakukan dalam kelompok kecil (3 sampai 5 siswa tiap kelompok).
Skema metode pembelajaran PBL sebagai berikut:
a. Persoalan real diungkapkan. Pengajar mengungkapkan persoalan
yang mau didalami dengan PBL. Persoalan ini harus kompleks,
dari kehidupan real, dan siswa dapat mencari jawabannya.
Persoalan tidak boleh terlalu mudah dan tidak boleh yang sangat
sulit. Persoalan harus terbuka (open ended); sehingga siswa dapat
mengembangkan gagasan dan daya kritis. Biasanya guru harus
belajar mencari persoalan yang sesuai dengan situasi mahasiswa,
yang menantang mereka untuk mau berpikir kritis.
b. Pembagian kelompok kecil. siswa dikelompokkan dalam
kelompok kecil, antara 4 atau 5 orang. Sangat baik bila kelompok
adalah campuran: putra dan putri, yang sangat pandai dan kurang.
Hal ini untuk merangsang mereka mau saling membantu dalam
belajar dan belajar makin efektif.
c. Kelompok aktif mencari pemecahan. Kelompok kemudian
merencanakan bersama, bagaimana persoalan itu dapat
dipecahkan. Mereka mengadakan pembagian tugas secara adil.
Mereka mencari data dan informasi yang diperlukan, mencari
sumber baik di internet, perpustakaan, ataupun melakukan
penelitian di lapangan dengan wawancara maupun observasi
lapangan. Guru dapat membantu kelompok-kelompok sewaktu
mereka merencanakan bagaimana akan memecahkan persoalan itu.
Namun guru bukan sebagai ahli yang mencekoki, tetapi sebagai
teman atau fasilitator sehingga mahasiswa sendiri aktif mencari.
d. Diskusi dalam kelompok kecil. Kelompok berdiskusi atau
mengerjakan bersama temuan-temuan yang sebelumnya mereka
cari. Dalam diskusi ini, guru dapat berkeliling membantu proses
pembelajaran agar berjalan dengan lancar.
e. Menuliskan temuan. Langkah berikut adalah siswa dalam
kelompok menuliskan temuan mereka dalam bentuk catatan
kelompok masing-masing.
f. Presentasi hasil temuan. Kelompok mempresentasikan hasil
temuan mereka di depan kelas. Teman-teman lain dapat ikut
menanggapi secara kritis apa temuan mereka.
g. Asesmen. Guru memberikan tanggapan dan penilaian, apakah
temuan kelompok sudah sangat baik atau perlu ada beberapa
tambahan. Dapat juga setelah semua presentasi dosen baru
memberikan tanggapan umum dan memberikan tambahan demi
kelengkapan pengertian untuk semua.
Dari skema PBL di atas jelas bahwa PBL merupakan model
pembelajaran yang konstruktivistis. Siswa dituntut belajar aktif
menggali dalam kelompok. Mereka menjadi semakin mengerti karena
mereka mengalaminya secara langsung, menggali, mencerna, dan
mengolah persoalan dalam kelompok.
4. PhET Virtual Lab Simulation
Physics Education Technology (PhET). Menurut The PhET
Team (2015) PhET adalah situs yang menyediakan simulasi
pembelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika, yang diberikan
secara gratis oleh Universitas Colorado untuk kepentingan
pembelajaran di kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar
individu. Simulasi dirancang secara interaktif, sehingga penggunanya
dapat melakukan pembelajaran secara langsung. Simulasi PhET dapat
diunduh melalui laman https://phet.colorado.edu (Al Biruni, 2016:55).
Contoh simulasi pada media PhET:
Gambar 2. 1 Tampilan laman PhET

Adapun penjelasan mengenai simulasi PhET sebagai berikut:


a. Terdapat lebih dari 140 materi yang dapat digunakan sebagai
penunjang pembelajaran.
b. Dapat digunakan baik secara online maupun offline.
c. Menggunakan bahasa pemograman Java dan Flash.
d. Dapat digunakan dengan mode Bahasa Indonesia.
e. Terdapat beberapa materi yang berbayar tetapi lebih banyak
materi yang tidak berbayar.
5. Perubahan Bentuk Energi
Materi IPA Kelas 4 Tema 2 Subtema 2selanjutnya adalah
tentang perubahan energi. Beberapa macam perubahan energi antara
lain:
a. Perubahan Energi Panas Matahari menjadi Energi Listrik. Energi
Matahari bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik. Caranya adalah
dengan menggunakan panel surya yang menyerap energi Matahari.
Kemudian, di dalam panel surya itu akan terjadi proses yang
menghasilkan arus listrik. Dengan begitu, kita bisa memenuhi
kebutuhan listrik dari sumber energi alternatif.
b. Perubahan Energi Angin menjadi Energi Gerak. Energi angin bisa
dimanfaatkan menjadi energi gerak. Misalnya pada perahu layar
yang memanfaatkan energi angin untuk menggerakkan perahu.
Selain itu, contoh perubahan energi angin menjadi energi gerak
juga terlihat pada penggunaan kincir angin.
c. Perubahan Energi Listrik menjadi Energi Cahaya. Energi listrik
bisa diubah menjadi energi cahaya, misalnya pada lampu, televisi,
dan komputer. Pada lampu, energi listrik mengalir melewati
bohlam dan menyala.
d. Perubahan Energi Kimia menjadi Energi Cahaya. Energi kimia bisa
diubah menjadi energi cahaya. Misalnya pemanfaatan energi kimia
menjadi energi cahaya ini terlihat pada penggunaan baterai di
lampu senter.
e. Perubahan Energi Listrik menjadi Energi Panas. Energi listrik bisa
diubah menjadi energi panas pada peralatan elektronik. Misalnya,
setrika listrik yang dialiri arus listrik akan memanaskan elemen
pemanas setrika. Sehingga setrika bisa mengalirkan panas pada
pakaian dan membuat pakaian menjadi rapi.
f. Perubahan Energi Listrik menjadi Energi Gerak. Ada juga
peralatan elektronik yang memanfaatkan perubahan energi listrik
menjadi energi gerak. Misalnya, arus listrik mengalir melewati
motor penggerak pada kipas angin, motor berputar dan
menggerakkan bilah-bilah kipas angin. Dengan begitu, udara di
sekitarnya jadi bergerak dan ruangan menjadi lebih sejuk.
14.

METODOLOGI PENELITIAN

15. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
pengembangan atau yang disebut Research and development (R&D).
Sugiyono (2009:407) dalam Haryati, S. (2012) berpendapat bahwa, metode
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk tersebut. Untuk
dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat
analisis kebutuhan (digunakan metode survey atau kualitatif) dan untuk
menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat
luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keektifan produk tersebut
(digunakan metode eksperimen). Lebih lanjut Borg and Gall (dalam
Sugiyono:2009:11) menyatakan bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan
sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan
metode penelitian dasar (basic research). Selanjutnya untuk menguji produk
yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen atau action
research. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian
produk dengan eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied
research). Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.( Haryati, S. (2012:13).
Penelitian yang diterapkan adalah Research and development (R&D).
dalam dunia pendidikan penelitian ini biasanya menghasilkan suatu produk
media pembelajaran beruba modul, RPP dan LKPD. Model pengembangan
dalam penelitian ini menggunakan model ADDIE. Model penelitian ADDIE
memiliki 5 tahapan yaitu: analisis (analysis), (2) perancangan produk awal
(design), (3) pengembangan produk (development), implementasi produk
(implementation), (5) evaluasi produk (evaluation). Sugiyono, dalam
(Alfabeta, 2017:38).

16. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal akademik yang


telah diinformasikan sebelumnya, yaitu selama 5 bulan dari bulan Maret
sampai bulan Agustus 2022. Adapun jadwal kegiatan penelitian sebagai
berkut:

Tabel 3. 1
Jadwal Kegiatan Peneitian

Waktu Pelaksanaan
Maret April Mei Juni Juli Agustus
No Tahap
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul
Bimbingan
2 Proposal

Sidang Ujian
3 Proposal

Penelitian dan
4 Penulisan Skripsi

Sidang Ujian Skripsi


5
17. Partisipan

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah yang dalam pembelajaranya


tidak memakai LKPD, subjek dari penelitian adalah siswa kelas 4 di SDN 2
Kedungdawa. Dalam pelaksanaanya kelas akan dibagi menjadi 2 yaitu A
dan B, dikelas A pembelajaran pada materi perubahan bentuk energi
dilakukan tanpa menggunakan media LKPD simulasi PhET, di kelas B
pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan LKPD berbantu
simulasi PhET.

18. Tahapan Penelitian

1. Tahap analisis (Analysis)


Kegiatan awal sebelum melakukan pengembangan terhadap produk
LKPD ini adalah penelitian pendahuluan.Penelitian pendahuluan berupa
observasi awal dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
observasi sekolah sekaligus pemberian angket kepada peserta didik kelas
IV di SDN 2 Kedungdawa.
2. Tahap perancangan produk awal (Design)
Setelah melakukan tahap analisis dari di temukannya masalah pada
tahap sebelumnya, maka kemudian peneliti melakukan pengkajian
materi dan pengkajian konten pada LKPD, lalu hasil dari analisis
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKPD model
pembelajaran PBL berbantu PhET simulation.
Setelah melakukan penetapan dan pemantapan materi, kemudian
peneliti melakukan perencanaan awal dalam pembuatan produk berupa
Lembar Kerja Peserta Didik. LKPD yang dirancang sesuai dengan
kompetensi dasar, silabus, berbasis PBL, dan terintergrasi dengan media
PhET pada materi perubahan bentuk energi kelas IV.
3. Tahap pengembangan produk (Development)
Setelah dilakukan desain produk, kemudian dilakukan validasi
desain yang terdiri dari validasi ahli. Validasi ini merupakan proses atau
kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk LKPD model PBL dan
berbantu PhET simulation ini sudah di katakan efektif dan efesien dalam
melatih pemahaman konsep peserta didik. Validasi ahli ini dilakukan
oleh ahli materi dan ahli media dengan menggunakan instrumen
validasi. Pada langkah ini akan didapatkan masukan dari validator
sebagai bahan perbaikan LKPD kedepannya sebelum diujikan kepada
peserta didik.
4. Implementasi
Uji coba produk di maksudkan untuk mengumpulkan data yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui daya tarik, tingkat
kelayakan, dan efektivitas LKPD metode PBL berbantu PhET
simulation ini.
Uji coba produk akan dilakukan dengan siswa kelas IV dengan
kelompok kecil terlebih dahulu yaitu hanya 5 orang siswa saja.
5. Revisi Dan Evaluasi
a. Revisi
Setelah desain produk divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan
dilanjutkan dengan uji coba produk, maka dapat diketahui kelemahan
dari produk tersebut. Jika memang masih dalam kriteria layak
digunakan dan terdapat saran selama uji coba, maka produk akan
direvisi sesuai saran untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi.
b. Evaluasi
Jika kelayakan menunjukan pada kriteria cukup layak, maka produk
rivisi dan hasil perbaikan akan diuji cobakan kembali. Hasil uji coba
ini apabila guru maupun peserta didik mengatakan bahwa produk
baik dan menarik, maka LKPD ini telah selesai dan menjadi produk
akhir. Jika belum sempurna maka hasil uji coba ini dijadikan bahan
perbaikan dan penyempurnaan LKPD (dilakukan evaluasi) agar
kemudian dapat diperbaiki menjadi LKPD yang siap digunakan di
sekolah.
19. Instrumen Penilaian

1. Lembar Validasi Media


Lembar validasi media berisi tentang tampilan pembelajaran IPA
dalam bentuk LKPD metode PBL berbantu simulasi PhET pada materi
perubahan bentuk energy kelas IV. Ahli media menganalisis dan
mengkaji dari segi kemenarikan tampilan media dan kemudahan
penggunaan media secara menyeluruh. Aspek validasi materi terdiri dari
4 aspek seperti tampilan, konsistensi, penggunaan huruf, dan kriteria
fisik. Masing-masing aspek dikembangkan menjadi beberapa
pernyataan/pertanyaan.
2. Lembar Validasi Materi
Lembar validasi materi berisi tentang kelayakan materi
pembelajaran IPA dalam LKPD metode PBL yaitu materi perubahan
bentuk energi, kedalaman materi, kesesuaiannya dengan kompetensi
inti dan tujuan pembelajaran, serta kebahasaannya. Aspek validasi
materi terdiri dari 3 aspek, seperti kualitas isi, penyajian, dan bahasa.
Masing-masing aspek dikembangkan menjadi beberapa
pernyataan/pertanyaan.
3. Lembar Angket Respon Pendidik
Berupa angket yang digunakan untuk mencermati produk
LKPD metode Problem Based Learning yang dihasilkan, kemudian
guru bidang studi diminta kesediaannya untuk memberika penilaian
dan saran perbaikan LKPD metode PBL ini melalui
pertanyaan/pernyataan yang disediakan.
4. Lembar Angket Respon Peserta Didik
Berupa angket yang digunakan untuk mengetahui respon
peserta didik terhadap produk LKPD metode Problem Based Learning
berbantu simulasi PhET pada materi perubahan bentuk energi. Peserta
didik juga diminta kesediaannya memberikan tanggapan terhadap
produk LKPD metode PBL yang telah dikembangkan melalui
pertanyaan/pernyataan yang disediakan.

20. Analisis Data

Analisis data instrumen non tes pada penelitian ini menggunakan


teknik analisis data deskriptif menggunakan skala likert. Jenis data yang
diperoleh dari hasil penelitian ini ialah data kualitatif di analisis
menggunakan data kuantitatif, yang berupa data angka dan di
interpretasikan dalam bentuk kata-kata. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
suatu fenomena sosial. Dalam penelitian ini menggunakan skala 1 sampai 5,
dengan skor 1 terendah dan skor tertinggi 5. Sugiyono, (alfabeta, 2010:139)
1. Angket Validasi Ahli
Instrument validasi berisi pertanyaan yang telah disediakan oleh
peneliti. Nilai akhir suatu butir merupakan persentase nilai rata-rata dari
perindikator dari seluruh jawaban validator. Dari perhitungan skor
masing-masing pernyataan, dicari persentasi jawaban keseluruhan
responden dengan rumus:
∑x
P= X 100 %
∑ χᵢ
Keterangan:
P : Presentase
∑x : Jumlah jawaban responden dalam satu item
∑xi : Jumlah nilai ideal dalam item

Nilai akhir suatu butir merupakan persentase nilai rata-rata dari


perindikator dari seluruh jawaban responden. Rumus untuk menghitung nilai
rata-rata per indikator adalah sebagai berikut:
∑x
¿
N
Keterangan :
: Nilai rata-rata per aspek penilaian
∑x : Jumlah total skor dari responden
N : Jumlah responden

2. Angket Respon Guru Dan Peserta Didik


Angket guru dan peserta didik menggunakan skala likert dengan
penilaian;
a. Jawaban sangat layak/menarik mendapatkan skor 5.
b. Jawaban layak/menarik mendapatkan skor 4.
c. Jawaban cukup diberi skor 3.
d. Jawaban tidak layak/tidak menarik diberi skor 2.
e. Jawaban sangat tidak layak/sangat tidak menarik diberi skor 1.

Dari perhitungan skor masing-masing pernyataan, dicari

presentasi jawaban keseluruhan responden dengan rumus:

∑x
P= X 100 %
∑ χᵢ
Keterangan:
P : Presentase
∑x : Jumlah jawaban responden dalam satu item
∑xi : Jumlah nilai ideal dalam item

Penentuan kriteria interpretasi skor angket dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 3.2. Konversi Interval Persentase

Inrterval Kriteria
80 < X≤ 100% Sangat Menarik
60 < X ≤ 80% Menarik
40 < X ≤ 60% Cukup
20 < X ≤ 40% Tidak Menarik
0 < X ≤ 20% Sangat Tidak Menarik

Anda mungkin juga menyukai