Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan IPTEK merupakan suatu kebutuhan dan tuntutan di era

globlisasi. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini

sudah mengalami peningkatan yang sangat cepat khususnya pada bidang

pendidikan. Untuk bisa mengikuti perkembangan yang terjadi maka

dibutuhkanlah sumber daya manusia yang berkompetensi agar dapat mengikuti

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi modal utama yang harus dimiliki

oleh suatu bangsa untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang tidak akan dapat berkembang apabila seseorang tersebut

tidak dilatih dengan menempuh melalui pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan dilakukan untuk memaksimalkan tujuan pendidikan

didalam bidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Sisdiknas, 2003).

Pendidikan dijadikan sesuatu yang sangat berharga untuk kehidupan mendatang.

Bukan hanya di kehidupan saat ini, melainkan dalam kehidupan yang mendatang.

Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan untuk mengubah tingkah

laku menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Oleh karena itu setiap manusia

memerlukan pendidikan sebagai bekal untuk menghadapi persaingan global yang

semakin hari semakin cepat dalam perkembangannya. Untuk mencapai tujuan

1
2

yang diharapkan maka perlu adanya suatu proses pembelajaran yang baik dan

terencana di sekolah. Dengan terciptanya proses pembelajaran yang baik maka

akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang digunakan untuk melakukan

kegiatan belajar mengajar antara siswa dengan guru. Kegiatan belajar di sekolah

didukung oleh sarana dan prasarana serta aturan yang sudah dirancang.

Pemerintah sudah melakukan upaya untuk menyempurnakan segala kegiatan yang

dilaksanakan di sekolah. Misalnya mulai dari penyempurnaan kurikulum yang

berlaku, melakukan kegiatan seminar untuk guru agar guru dapat memberikan

pelayanan yang terbaik kepada peserta didik dengan menyesuaiakan kurikulum

yang berlaku sekarang. Kurikulum merupakan suatu bagian yang penting dalam

bidang pendidikan. Tanpa adanya kurikulum maka pendidikan akan susah untuk

diatur dan cenderung tidak sesuai apa yang diinginkan. Kurikulum merupakan

sekumpulanan rencana pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan materi

pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru atau pengajar

demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kurikulum berfungsi

sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses kegiatan di sekolah bagi kepala

sekolah, guru, orangtua, dan siswa (Kurniaman dan Edy, 2017). Kurikulum yang

digunakan di sekolah saat ini menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013

memiliki cakupan yang sangat luas seperti ranah kognitif, ranah afektif, serta

ranah psikomotor. Dengan demikian, potensi prestasi yang dimiliki oleh peserta

didik dapat dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang berlakau (Setiadi,

2016). Pada Kurikulum 2013 proses pembelajaran yang diterapkan di SD

menggunakan pembelajarann tematik terpadu.


3

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang saling berkaitan antara

beberapa aspek mata pelajaran yang digabungkan menjadi satu tema.

Pembelajaran tematik di sekolah dasar digunakan untuk meningkatkan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dijadikan satu kesatuan dengan

menggunakan kompetensi dari beberapa pelajaran yang dihubungkan dengan

pelajaran lainnya (Sari., dkk, 2018). Dengan mengaitkan antara mata pelajaran

satu dengan yang lainnya, maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih

bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 lebih

berpusat pada siswa dari pada guru. Siswa dituntut lebih aktif pada saat mengikuti

proses pembelajaran dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan informan

bagi siswa. Sehingga guru dapat membantu siswa dalam berfikir lebih inovatif,

mandiri, dan aktif. Dengan demikian guru dapat menciptakan suasana belajar

menjadi lebih aktif agar siswa merasa senang saat mengikuti proses pembelajaran.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat mewujudkan pembelajaran secara

efektif dengan bantuan media pembelajaran.

Secara harifah kata media berasal dari bahasa latin medium yang artinya

sebagai perantara (Mustika, 2015). Media pembelajaran adalah alat bantu yang

digunkan untuk merangsang pikiran, perhatian dan keterampilan sehingga dapat

mendorong terjadinya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi

siswa (Tafonao, 2018). Media pembelajaran adalah sebuah alat bantu yang

berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Supardi, 2017). Media dapat

dijadikan sebagai suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk menyampaikan

suatu tujuan yang diharapkan (Karo-Karo & Rohani, 2018). Hal ini berarti media
4

merupakan alat bantu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

maksimal. Jadi pengertian media pembelajaran adalah media alat bantu yang

digunakan guru untuk membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan semangat siswa dalam

belajar dan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang

akan diajarkan (Dewanti, dkk., 2018). Pemilihan media pembelajaran yang tepat

tentunya dapat meningkatkan kualitas belajar serta dapat meningkatkan

pencapaian tujuan belajar bagi siswa dengan baik. Selain itu sebelum memilih

media pembelajaran apa yang akan digunakan, maka guru sebaiknya memahami

karakteristik siswa terlebih dahulu. Dengan pemilihan media pembelajaran yang

tepat maka siswa akan tertarik dan cepat dalam memahami materi yang akan

diajarkan. Siswa juga tidak akan merasa cepat bosan saat mengikuti proses

pembelajaran apabila dibantu dengan media pembelajaran yang menarik.

Corona virus merupakan salah satu virus yang telah menginfeksi jutaan

orang lebih di 200 Negara di dunia dan menyebabkan kematian. Salah satunya

adalah Negara Indonesia (Wahyuno.,dkk, 2020). Pemerintah melakukan antisipasi

penyebaran Covid-19 dengan mengeluarkan kebijakan seperti melakukan kegiatan

di rumah masing-masing dengan melakukan pembatasan sosial (Tuwu, 2020).

Pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini pelaksanaan pembelajaran di sekolah

dilaksanakan secara daring. Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran

yang dilaksanakan secara online dengan menggunakan bantuan internet. Selama

pembelajaran daring berlangsung guru harus memastikan kegiatan belajar

mengajar tetap berjalan dengan baik dan guru harus memastikan siswa memahami
5

materi pelajaran yang diberikan. Pembelajaran daring dilakukan melalui bantuan

media internet dan menggunakan alat penunjang seperti penggunaan perangkat

komputer, laptop atau handphone yang terhubung dengan jaringan internet

(Putria., dkk. 2020). Guru dan siswa dapat melakukan pembelajaran daring

dengan menggunakan aplikasi whatsapp, zoom, google classroom ataupun

aplikasi lainnya. Dengan pembelajaran daring seperti ini inovasi baru dalam

kegiatan pembelajaran perlu dilakukan guru dalam menyampaikan materi untuk

siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SD Gugus IX Kecamatan

Buleleng ditemukan beberapa hambatan saat melaksanakan kegiatan pembelajaran

daring seperti ada beberapa siswa dan orangtua yang tidak memiliki handphone

untuk menunjang kegiatan pembelajaran, belum meratanya jaringan internet

sehingga mengakibatkan tidak ada signal, kurangnya pemahaman siswa pada

materi yang diberikan secara daring oleh guru, siswa merasa bosan dengan

pembelajaran yang monoton menggunakan handphone, guru memberikan materi

dan tugas melalui buku siswa, media yang digunakan masih sederhana dan kurang

menarik, seringnya melihat layar handphone dapat berdampak negatif pada

kesehatan mata anak. Selain itu, sesuai dengan tahap perkembangan pada anak

sekolah dasar mereka masih dalam tahap operasional konkret yang artinya anak

masih membutuhkan media-media yang konkret atau nyata untuk memudahkan

siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Untuk itu sangat

diperlukanlah media pembelajaran untuk mendukung kegiatan pembelajaran

siswa. Apabila siswa tidak menggunakan bantuan media pembelajaran maka

siswa kurang paham saat guru menjelaskan materi yang diajarkan. Media juga
6

sangat bermaanfaat bagi siswa dalam membantu pola belajar siswa yang nantinya

akan berpengaruh pada semangat belajar siswa.

Salah satu bagian penting yang harus dikembangkan adalah materi dan

media pembelajaran. Namun pada kenyataannya, kita masih menemukan guru-

guru yang belum mengembangkan materi dan media secara maksimal dalam

menunjang pembelajaran. Guru masih cenderung menggunakan materi yang ada

pada buku siswa dan buku guru. Guru hanya memakai media sederhana dalam

kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil studi dokumen buku siswa khususnya

pada kelas I (satu) bahwa materi yang tersedia dalam buku masih sangat terbatas.

Dengan demikian siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran dan dapat

mengakibatkan penurunan semangat siswa untuk belajar. Apabila penurunan

semangat siswa untuk belajar sudah tidak ada maka tujuan pembelajaran yang

diharapkan tidak bisa tercapai secara maksimal. Saat siswa merasa malas belajar,

pemahaman terhadap materi yang diajarkan tidak bisa dipahami oleh siswa secara

maksimal karena kurangnya bantuan media pembelajaran untuk menunjang

kegiatan pembelajaran. Dengan demikian materi dan media pembelajaran perlu

dikembangkan agar dapat menambah pengetahuan siswa.

Perlunya pengembangan media pembelajaran didukung oleh hasil

penyebaran kuesioner dari tanggal 2 sampai dengan 3 Desember 2020 yang

diberikan kepada guru kelas 1 SD Gugus IX Kecamatan Buleleng yang

mendapatkan hasil bahwa 1) 93,3% guru menyatakan perlu menggunakan media

pembelajaran dalam mengajar, 2) 88,9% guru perlu menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi, 3) 95,6% guru menyatakan bahwa dengan

menggunakan media pembelajaran siswa lebih semangat belajar, 4) 95,6% guru


7

merasa media pembelajaran dirancang dengan teknik belajar sambil bermain, 5)

91,1% guru menytakan bahwa perlu dikembangkan media pembelajaran tematik,

6) 91,1% guru merasa perlu dikembangkan media menjadi media fun thinkers, 7)

82,2% guru merasa kehadiran media fun thinkers dimasa pandemi dapat

membantu siswa dalam belajar di rumah, 8) 84,4% guru merasa media fun

thinkers dapat memudahkan pemahaman belajar, 9) 88,9% guru menyatakan

bahwa media fun thinkers dapat mengemas materi pelajaran dengan cara yang

berbeda, 10) 88,9% guru menyatakan bahwa media fun thinkers dijadikan sebagai

salah satu media pendukung dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pemasalahan diatas maka perlu dikembangkan media

pembelajaran yang didalamnya terdapat pengembangan materi tematik yang

mencangkup beberapa mata pelajaran menjadi satu dengan berbasis soal fill the

blank. Alasan pemihan media yang menggunakan tematik dikarenakan pada

media yang terdapat di sekolah-sekolah kebanyakan hanya mengacu pada 1 mata

pelajaran saja, materi pembelajaran yang ada pada buku siswa masih kurang

lengkap dan luas, kurangnya kreatifitas guru dalam mengembangkan materi dan

media pembelajaran. Sehingga guru tidak memiliki sumber lain selain buku siswa

untuk dipelajari secara luas oleh siswa. Dengan demikian pengembangan media

yang dikembangkan perlu mengambil 1 tema yang mengaitkan beberapa mata

pelajaran didalamnya. Sehingga penggunaan media lebih praktis digunakan untuk

beberapa mata pelajaran. Pembuatan soal tipe fill the blank dilakukan dengan

memasukkan jawaban soal diantara kata atau kalimat yang kosong yang kemudian

harus diisi oleh peserta didik dengan tepat Hernawati (dalam Ikhwan, dkk., 2015).

Soal tipe fill the blank menuntut siswa untuk menjawab soal lebih teliti. Maka
8

media yang dapat dikembangkan untuk siswa yaitu dengan mengembangkan

media pembelajaran fun thinkers berbasis soal fill the blank unyuk siswa SD kelas

I (satu).

Media fun thinkers merupakan media interaktif yang dibuat untuk dapat

meningkatkan semangat belajar siswa, dapat meningkatkan rasa ingin tau siswa,

dan dapat mengasah kemampuan otak dan perkembangan intelektual siswa

(Saroh, 2016). Media fun thinkers adalah media yang dikemas untuk menciptakan

kegiatan belajar dengan bermain yang menyenangkan sehingga siswa merasa

senang dan tidak bosan untuk mengikuti proses pembelajaran. Media fun thinkers

merupakan media khusus yang dibuat untuk siswa (Kurniawati, 2017).

Keunggulan pengembangan media fun thinkers ini adalah dengan menggunakan

tipe soal berbasis fill the blank dengan cara mengisi jawaban yang rumpang pada

soal. Fill the blank adalah salah satu tipe pertanyaan yang terdapat bagian kosong

atau rumpang dimana peserta didik pada saat mengerjakan soal harus mengisi

bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang jelas dan tepat. Harapan

dikembangkannya media fun thinkers agar membantu siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, dapat

meningkatkan semangat belajar siswa dalam pembelajaran tematik, dan membuat

siswa ikut langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dilaksanakan penelitian

pengembangan dengan judul “Pengembangan Media Fun Thinkers Berbasis Soal

Fill The Blank Untuk Siswa SD Kelas 1 Pada Tema 3 Kegiatanku”.


9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa identifikasi

masalah sebagai berikut.

1) Pada buku siswa materi pembelajaran masih kurang lengkap.

2) Kurangnya media yang digunakan dalam kegiata pembelajaran.

3) Diperlukannya media pembelajaran untuk menyeimbangi kegiatan

pembelajaran daring di rumah.

4) Sumber belajar siswa saat melakukan pembelajaran daring hanya

menggunakan pada buku tema.

5) Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran daring, sehingga

membuat siswa kurang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

6) Adanya beberapa hambatan pada pembelajaran daring sebagai berikut : 1)

siswa tidak memiliki fasilitas handphone untuk menunjang kegiatan

pembelajaran; 2) kurangnya pemahaman siswa pada materi yang diberikan

secara daring oleh guru; 3) belum meratanya jaringan internet sehingga

mengakibatkan susah signal; 4) siswa merasa bosan dengan pembelajaran

yang monoton menggunakan handphone.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah agar mencangkup masalah-masalah utama yang

harus dipecahkan serta mendapatkan hasil yang optimal. Adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini yaitu pada pengembangan media fun thinkers

berbasis soal fill the blank untuk siswa SD kelas 1 pada tema 3 kegiatanku.
10

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah yang diajukan pada penilitian ini sebagai berikut.

1) Bagaimana proses pengembangan media fun thinkers berbasis soal fill the

blank yang dikembangkan untuk siswa SD kelas 1 pada tema 3 kegiatanku?

2) Bagaimana validitas media fun thinkers berbasis soal fill the blank yang

dikembangkan untuk siswa SD kelas 1 pada tema 3 kegiatanku ?

3) Bagaimana respon guru dan siswa terhadap media fun thinkers berbasis soal

fill the blank yang dikembangkan untuk siswa SD kelas 1 pada tema 3

kegiatanku ?

1.5 Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas, maka tujuan penelitian

pengembangan ini sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui proses pengembangan media fun thinkers berbasis soal

fill the blank yang dikembangkan untuk siswa SD kelas 1 pada tema 3

kegiatanku.

2) Untuk mengetahui validitas media fun thinkers berbasis soal fill the blank

yang dikembangkan untuk siswa SD kelas 1 pada tema 3 kegiatanku.

3) Untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap media fun thinkers

berbasis soal fill the blank yang dikembangkan untuk siswa SD kelas 1 pada

tema 3 kegiatanku.
11

1.6 Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis. Adapun manfaat yang diperoleh dipaparkan sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis merupakan manfaat jangka panjang dalam pengembangan

teori pembelajaran. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi untuk peneiti sejenis dalam melaksanakan penelitian terkait

pengembangan media fun thinkers berbasis soal fill the blank untuk siswa SD

kelas 1 tema 3 kegiatanku.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dapat memberikan dampak secara langsung kepada segenap

komponen pembelajaran. manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan suasana baru dalam kegiatan proses

pembelajaran, dan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga siswa lebih

cepat dalam memahami materi yang diberikan. Selain itu siswa merasa senang

dan tidak membosankan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif atau referensi dalam

menciptakan pembelajaran yang menarik, sehingga dapat memudahkan guru saat

menjelaskan materi yang akan disampaikan, dan dapat membangkitkan semangat

siswa untuk belajar.


12

3) Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan kepustakaan untuk penelitian

lanjutan, penelitian perbandingan, serta sebagai bahan referensi penelitian dalam

pengembangan media fun thinkers berbasis soal fill the blank.

1.7 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan pada media fun thinkers adalah sebagai

berikut.

1) Produk pengembangan yang dihasilkan adalah media fun thinkers yang

dapat digunakan untuk beberapa mata pelajaran yang dirangkai menjadi satu

yang diajarkan pada kelas 1 tema 3 kegiatanku.

2) Cover depan media fun thinkers didesain dengan menggunakan warna yang

menarik dan cerah..

3) Setelah cover terdapat daftar isi di dalam media buku fun thinkers.

4) Media fun thinkers dilengkapi dengan petunjuk agar mudah memahami

penggunaan media dalam menggunakannya.

5) Latihan soal yang diberikan sesuai dengan materi yang dipaparkan pada

buku tema 3 kegiatanku.

6) Media yang digunakan berbentuk buku dan memiliki bingkai kotak peraga

yang terdapat balok sebagai nomor angka yang disertai warna dibelakang

balok.

7) Proses pembuatan media fun thinkers diawali dengan menganalisis materi

pada buku guru dan siswa kelas 1 tema 3 kegiatanku, merancang desain,

kemudian dicetak menjadi media buku pembelajaran.


13

8) Media fun thinkers memiliki ukuran A3. Untuk bingkai media fun thinkers

memiliki ukuran 18 x 19 cm dan 4 x 4 cm pada kotak balok.

9) Bahan yang digunakan pada media fun thinkers yaitu mengunakan kertas

glossy dan pada bingkai media funt hinkers menggunakan acrilic.

Berdasarkan spesifikasi produk diatas, maka dapat dilihat gambar media fun

thinkers berbasis soal fill the blank pada Gambar 1.1, Gambar 1.2, Gambar 1.3,

dan Gambar 1.4.

Gambar 1.1
Alat Peraga Media Fun Thinkers

Gambar 1.2
Sampul Media Fun Thinkers
14

Gambar 1.3
Bagian Isi Media Fun Thinkers

Gambar 1.4
Cara Bermain Media Fun Thinkers

1.8 Pentingnya Pengembangan

Media sangat diperlukan dalam kegiatan pemelajaran. Media pembelajaran

dapat membantu suasana belajar siswa menjadi lebih menyenangkan dan tidak
15

membosankan apabila digunakan sambil bermain. Dengan adanya media

pembelajaran fun thinkers akan membantu guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran, yang kemudian siswa akan lebih mudah memahami terkait latihan

soal yang diberikan. Pengembangan produk penting dilakukan untuk digunakan

saat proses pembelajaran. Jika siswa tidak memahami secara utuh materi apa yang

diajarkan, maka materi yang diajarkan tidak bisa optimal dipahami oleh siswa.

Dengan demikian, materi akan dipahami secara maksimal oleh bantuan media fun

thinkers berbasis soal fill the blank.

1.9 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi pengembangan dan keterbatasan media fun thinkers berbasis soal

fill the blank di kelas 1 (satu) pada tema 3 kegiatanku adalah sebagai berikut.

1.9.1 Asumsi Pengembangan

Pengembangan media fun thinkers berbasis soal fill the blank dilakukan

dengan asumsi sebagai berikut.

1) Dapat membantu guru dalam memberikan latihan soal yang bervariasi

menyeimbangkan pembelajaran daring yang dilakukan secara daring,

sehinggga siswa akan tertarik dan akan meningkatkan minat belajar siswa di

dalam kegiatan pembelajaran.

2) Dapat membantu siswa kelas 1 dalam memahami suatu pembelajaran

melalui media pembelajaran fun thinkers berbasis soal fill the blank.

1.9.2 Keterbatasan Pengembangan

Adapun keterbatasn yang mempengaruhi pengembangan media fun thinkers

berbasis soal fill the blank sebagai berikut.


16

1) Pengembangan media pembelajaran fun thinkers berbasis soal fill the blank

dikembangkan berdasarkan karakteristik siswa kelas 1, sehingga hasil

produk yang dikembangkan hanya digunakan bagi siwa SD kelas 1 tema 3

kegiatanku.

2) Pengembangan media fun thinkers dengan menerapkan model ADDIE

(Analyze, Design, Devolment, Implementation, Evaluation). Pada penelitian

pengembangan pada tahap yang digunakan yaitu hanya sampai pada tahapan

development (pengembangan) dikarenakan keterbatasan waktu, kondisi,

tenaga dan finansial.

1.10 Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan pada

penelitian pengembangan ini, maka perlu diberikan batasan-batasan istilah

sebagai berikut.

1) Penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk

mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa media

pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi masalah dalam pendidikan

dan pembelajaran. penelitian pengembangan juga merupakan suatu usaha

meningkatkan kemampuan konseptual sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran.

2) Media pembelajaran adalah media alat peraga yang digunakan sebagai alat

bantu dalam kegiatan pembelajaran.

3) Media fun thinkers adalah sebuah media pembelajaran yang digunakan

sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran bagi guru dan siswa yang

didalamnya terdapat latihan soal yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
17

4) Fill the blank (pengisian kata rumpang) merupakan jenis soal rumpang yang

dihilangkan dengan diberikan titik-titik pada jawaban soal yang harus diisi.

5) Model ADDIE adalah model yang dirancang dan dikembangkan agar

pembelajaran berjalan secara efektif. Model ADDIE ini merupakan

modeldesai yang terdiri dari lima tahap yaitu analisis (Analyze),

perencanaan (Design), pengembangan (Development), implementasi

(Implementation), dan evaluasi (Evaluation). Penelitian ini hanya

dilaksanaka pada tahap ADD saja, yaitu analisis, perencanaan, dan

pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai