Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan penting dalam kehidupan manusia, dan

setiap orang akan mengalami proses belajar dalam kehidupannya. Kemudian

belajar juga merupakan proses kompleks yang terjadi dalam kehidupan setiap

orang, sejak lahir hingga meninggal. Setiap orang membutuhkan proses yang

matang, termasuk kematangan fisik dan psikis. Kematangan seseorang tidak

akan sempurna tanpa dukungan pengalaman berupa latihan, pembelajaran,

dan proses belajar. Artinya, belajar dan belajar adalah proses penting bagi

seseorang untuk menjadi dewasa. Salah satu tanda seseorang telah belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan

tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikap. (Mustafiqon, 2012:2)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran ini merupakan proses

interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan sumber

belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pada tingkat nasional, pembelajaran

dipandang sebagai suatu proses interaktif yang melibatkan komponen utama

yaitu peserta didik, pendidik dan sumber belajar, yang berlangsung dalam

suatu lingkungan belajar untuk mencapai suatu hasil, hasil yang diinginkan,

sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

berkembang menuntut peran guru untuk memberikan, menunjukkan,


memandu, dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan

berbagai sumber belajar. Kurikulum 2013 mengimplementasikan

pembelajaran tematik, di mana pembelajaran tematik merupakan kegiatan

belajar terpadu yang mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema,

sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang bermakna melalui

pengalaman mereka. Menurut Rusyana, tema adalah gagasan utama yang

menjadi topik pembicaraan. Dengan demikian, pembelajaran tematik

membutuhkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar, sehingga mereka

dapat memperoleh pembelajaran langsung dan menemukan konsep materi

sendiri melalui pengalaman mereka. (Maistika Ratih, 2015)

Media pembelajaran menjadi daya tarik bagi dunia pendidikan, karena

tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sarana untuk

menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Penggunaan media pendidikan

dalam proses belajar mengajar dapat membantu meningkatkan kelancaran,

efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan belajar. Media pendidikan

merupakan salah satu komponen yang tidak dapat diabaikan dalam

mengembangkan sistem pembelajaran yang sukses. Penggunaan media

pembelajaran akan membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan bagi

siswa dan tentu saja akan membuat pembelajaran lebih bermakna. Meskipun

pendidikan yang diperoleh di sekolah merupakan hal yang penting, tidak

semua siswa dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru

dengan baik, terutama siswa sekolah dasar. Guru memiliki peran penting

dalam proses belajar mengajar dan harus bisa menjadi motivator dengan
menciptakan kondisi yang tepat dan mengarahkan siswa untuk melakukan

aktivitas belajar.

Agar siswa dapat memahami dan menguasai mata pelajaran yang

dipelajarinya, seorang guru atau pendidik harus dapat memilih dan

menggunakan media pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Alat yang disebut media pembelajaran digunakan untuk

memberikan pesan atau informasi dengan tujuan pembelajaran (Arsyad, 2012,

hal 16). Akibatnya, media pembelajaran memainkan peran penting dalam

menyampaikan pesan atau informasi selama proses belajar mengajar,

membantu meningkatkan minat siswa terhadap materi pelajaran dan

pemahaman mereka tentang materi yang disampaikan oleh guru.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan faktor

yang memotivasi siswa untuk belajar. Penggunaan media dalam proses

pembelajaran saat ini sangat membantu guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Media yang menarik akan mempengaruhi hasil belajar siswa,

jika guru menyajikan media pembelajaran yang menarik, maka siswa akan

merasa terdorong dan merasa tertantang untuk mengetahui apa yang akan

disampaikan guru, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang dapat membantu siswa

memahami isi pembelajaran adalah media powerpoint. Media powerpoint

merupakan program komputer yang sering digunakan untuk keperluan

presentasi, terutama dalam pembelajaran tematik kelas II Tema 3 Subtema 1".

Pembelajaran tematik menggabungkan semua mata pelajaran dengan


menggunakan satu tema, sehingga siswa harus melihat dan mendengar

langsung pembelajaran tersebut agar lebih mudah memahami materi yang

diberikan oleh guru.

Penulis menyatakan bahwa saat proses pembelajaran di kelas II SDN

Nambak Bungkal Ponorogo, guru hanya menerapkan empat dari lima

komponen pembelajaran, yaitu memberikan video pembelajaran, kuis,

diskusi, dan pendalaman materi kepada siswa. Guru jarang mereview materi

selama proses pembelajaran, sehingga siswa kurang memahami materi dan

merasa malas untuk mengikuti pembelajaran karena kurangnya dorongan dan

kreativitas guru dalam proses pembelajaran.

Menurut hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru kelas II

SDN Nambak Bungkal Ponorogo disebutkan bahwa faktor penyebab siswa

tidak mencapai nilai KKM dalam pembelajarannya adalah karena kurangnya

penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran. dan proses

pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Beberapa faktor penyebabnya

adalah pertama kurangnya fasilitas di sekolah untuk memfasilitasi proses

pengajaran guru. Alasan kedua adalah keterbatasan alat dan bahan untuk

memproduksi media dalam proses pengajaran. Alasan ketiga adalah siswa

memahami kesulitan belajar.

Kemudian faktor lainnya adalah kecenderungan siswa yang

berteknologi tinggi. dan kurangnya fokus siswa dalam belajar. Hal ini juga

ditunjukkan saat peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan

pembelajaran yang sedang berlangsung, terlihat beberapa siswa mengalami


kesulitan memahami pelajaran saat guru sedang menjelaskan kemudian saat

guru menjelaskan siswa cenderung bermain-main, berbicara dengan

temannya dan kemudian melakukan hal lain. Hal itu menyebabkan mereka

lalai dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Berdasarkan hal tersebut,

maka perlu diterapkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Berdasarkan pengamatan siswa di SDN Nambak Bungkal

Ponorogo, salah satu media yang dapat diterapkan dalam penelitian ini adalah

media pembelajaran berbasis audio visual yaitu media power point.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu

Yekti Nurwahyuni pada tanggal 12 Juni 2021 di SDN Nambak Bungkal

Ponorogo, ibu Yekti Nurwahyuni, selaku guru kelas, mengatakan bahwa dia

menggunakan media pembelajaran berupa media powerpoint. Sebelum

memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang

dibutuhkan. Selain itu, ibu Tetti Diana Harahap menyatakan bahwa: “Dalam

pembelajaran di kelas II sudah menggunakan media pembelajaran, yaitu

media powerpoint. Ini tentu saja bertujuan untuk memudahkan siswa dalam

belajar, selain itu, mengajak siswa agar lebih semangat untuk melakukan

pembelajaran”. Media pembelajaran powerpoint memberikan keunggulan

karena di dalamnya terdapat banyak pilihan animasi yang menarik yang dapat

memikat perhatian siswa. Desain pembelajaran berbasis media powerpoint

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Hasil belajar

merupakan hasil yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan

tes hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu, dan mem membantu
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan pada akhirnya akan

meningkatkan nilai hasil belajar dari peserta didik.

Pembelajaran adalah kegiatan mengajar di kelas berdasarkan rencana

pembelajaran. Kegiatan instruksional terintegrasi dengan penerapan teknologi

pembelajaran, termasuk metode penggunaan, strategi dan model

pembelajaran. Ketiga teknik ini biasanya dituangkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, faktor penting dalam pencapaian

tujuan pembelajaran terletak pada penggunaan media pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran merupakan faktor penunjang yang sangat

penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. (Ida Bagus Made Astawa

dan Gede Ade Putra Adnyana, 2018:20)

Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar dengan memperjelas makna dari informasi yang disampaikan

sehingga tujuan pembelajaran dapat terkomunikasikan dengan lebih baik.

Media pembelajaran merupakan sarana untuk meningkatkan kegiatan proses

belajar mengajar (Usep Kustiawan, 2016: 6). Penggunaan media

pembelajaran ini juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses

pembelajaran, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan

meningkatkan keaktifan siswa, ilmu yang ingin disampaikan tetap dapat

disampaikan kepada siswa dalam segala keterbatasan ruang. dan waktu Media

pembelajaran untuk semua Siswa diberikan pengalaman yang sama sehingga

menerima konsep yang sama, selain itu guru lebih produktif dan dapat
membimbing siswa dalam mendapatkan informasi dari media yang

digunakan. (Ajeng Rizki Safira, 2020: 17-20)

Selama proses pembelajaran, siswa memiliki perbedaan karakteristik

dan gaya belajar yang beragam, ada yang cepat memahami hanya dengan

mendengar dan ada juga yang mudah memahami dengan melihat atau

membaca. Untuk mengatasi ini, seorang guru dapat menggunakan media

pembelajaran seperti media audio visual. Media audio visual adalah media

yang dapat didengar dan dilihat secara bersamaan dan dapat menggerakkan

indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Penggunaan media ini

dapat membantu mengatasi masalah dalam proses pembelajaran dan

meningkatkan pemahaman siswa. Bentuk media audio visual termasuk

televisi diam dengan slide dan suara, televisi dengan gambar dan suara.

(Septy Nurfadhillah, 2021: 62)

Saat proses pembelajaran sedang berlangsung, setiap siswa pasti

memiliki perbedaan gaya dan karakteristik belajar yang beragam. Ada siswa

yang cepat memahami hanya dengan mendengar, ada juga yang cepat

memahami hanya dengan melihat atau membaca. Untuk mengatasi perbedaan

ini, seorang pendidik dapat menggunakan media pembelajaran, salah satunya

adalah media audio visual. Media ini bisa meningkatkan pemahaman siswa

selama proses pembelajaran. Media audio visual merupakan media yang

dapat didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra

pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Jenis media audio visual


yang dapat digunakan termasuk televisi diam, slide dan suara, televisi, dan

gambar dan suara. (Septy Nurfadhillah, 2021: 62)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Avy Angraeni tahun

2021, hasil rata-rata persentase menunjukkan bahwa media pembelajaran

interaktif berbasis power point interaktif layak digunakan dalam proses

pembelajaran. Persentase rata-rata 77,08% mendapat kriteria "sangat layak"

dari ahli media, 75% mendapat kriteria "layak" dari ahli media, 95%

mendapat kriteria "sangat baik" dari ahli bahasa, 98,44% mendapat kriteria

"sangat sesuai" dari guru, dan 94,83% mendapat kriteria "sangat sesuai" dari

siswa. Rata-rata penilaian keseluruhan sebesar 88,07% menunjukkan bahwa

media ini layak digunakan sebagai sarana pembelajaran oleh guru. (Avy

Anggraeni, 2021)

Penggunaan media power point memiliki beberapa fungsi dalam

pembelajaran, seperti mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan

menjadikan pembelajaran lebih menarik dengan menampilkan slide video dan

gambar yang dapat membantu siswa memahami materi. Meskipun ada

hambatan dalam penggunaan media power point interaktif, ada juga

kelebihannya. Media pembelajaran interaktif memungkinkan siswa untuk

tidak hanya mendengarkan materi yang dijelaskan, tetapi juga berinteraksi

selama kegiatan pembelajaran. Power point dapat menjadi media

pembelajaran interaktif jika dibuat dengan tepat menggunakan fasilitas yang

tersedia.
Penelitian ini memfokuskan pada pembelajaran tematik dengan KD

3.5 Menjelaskan nilai dan kesetaraan pecahan mata uang dan 4.5

Mengurutkan nilai mata uang serta mendemonstrasikan berbagai kesetaraan

pecahan mata uang dalam tema 3 subtema 1 tugasku sehari-sehari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian tentang

Penerapan Media Pembelajaran Microsoft Power Point Sebagai Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Tema 3 Subtema 1 Siswa Kelas II

Sekolah Dasar Negeri Nambak Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo

B. Batasan Masalahi

Peneliti mengidentifikasi beberapa batasan masalah yang didasarkan

pada perumusan latar belakang. Batasan masalah dalam pelaksanaan

penelitian diantaranya adalah:

1. Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada kegiatan

belajar pada mata pelajaran Matematika jenjang kelas II Sekolah Dasar

dengan materi nilai dan kesetaraan pecahan mata uang.

2. Sampel penelitian ini merupakan siswa kelas II SD Negeri Nambak

Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.

3. Fokus penelitian yang ingin diukur adalah kemampuan siswa kelas II SDN

Nambak Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan

hasil belajaran Tema 3 Subtema 1 pada komptensi dasar Matematika yaitu

menjelaskan inilai dan ikesetaraan ipecahan imata uang idan Mengurutkan

nilai imata uang iserta imendemonstrasikan iberbagai ikesetaraan pecahan

mata iuang.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan ilatar ibelakang iyang idikemukakan idi atas, maka

rumusan imasalah idalam ipenelitian iini iadalah:

Bagaimana iPenerapan iMedia iPowerPoint idalam Pembelajaran

Tematik iTema 3 iSubtema 1 iSiswa Kelas II di iSekolah iDasar Negeri

Nambak iKecamatan iBungkal iKabupaten Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan irumusan imasalah di atas, imaka itujuan yang ingin

dicapai idalam penelitian iini adalah iUntuk imengetahui ipenerapan media

powerpointi dalam iPembelajaran iTematik Tema 3 iSubtema 1 iSiswa Kelas

II di iSekolah Dasar iNegeri Nambak iKecamatan iBungkal Kabupaten

Ponorogo.i

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan itujuan di atas, imaka ikegunaan ipenelitian iini iadalah:

1. Bagi ipeneliti

Sebagai ipenambah ipengetahuan idan iwawasan iserta ipengalaman

tentang pembelajaran.

2. Bagi ipeserta ididik

Sebagai iupaya ipeningkatan imotivasi ibelajar isiswa idengan penggunaan

media ipembelajaran.

3. Bagi iGuru
Sebagai imasukan ibagi iguru imata ipelajaran iTematik dalam

menggunakan imedia iPower iPoint.

4. Bagi isekolah

Sebagai isalah satu iupaya untuk imendorong iguru mengembangkan

kreatifitas idalam iproses ipembelajaran idengan imenggunakan imedia.


BAB II

KAJIAN iPUSTAKA iDAN iHIPOTESIS iPENELITIAN

A. KAJIAN iPUSTAKA

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata Latin media, madius, secara langsung diterjemahkan

menjadi "perantara, perantara, perantara". Alat yang dapat membantu

proses belajar mengajar dengan memperjelas makna, menyampaikan

informasi, sehingga tujuan pembelajaran dapat lebih baik dan lebih

maksimal tercapai. Media pembelajaran merupakan sarana untuk

meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Mengingat berbagai

macam media, guru harus dapat memilih mereka dengan hati-hati

sebanyak mungkin untuk menggunakannya dengan tepat. Dalam

kegiatan pengajaran, penggunaan istilah media pembelajaran sering

diganti dengan istilah-istilah seperti bahan ajar, komunikasi

audiovisual, alat bantu pendidikan visual, alat peraga, dan media

interpretative. Dimas Qondias dkk, 2016: 4

Menurut Heinich, Molenda, dan Russell, 2013 berpendapat

bahwa komunikasi adalah Segala sesuatu, seperti alat, lingkungan dan

segala bentuk kegiatan dapat meningkatkan pengetahuan, perubahan

sikap, dan menanamkan keterampilan pada setiap orang. Sedangkan

NEA (Education Association) dan AECT (Association ifor Education

iand iCommunication Technology) sama -isama imendefinisikan imedia


isebagai ibenda yang dapat dipegang, idilihat, ididengar, idibaca, iatau

ididiskusikan iserta alat yang digunakan idengan ibaik idalam ikegiatan

ibelajar imengajar dan dapat mempengaruhi iefektivitas iprogram

pendidikan, iAECT mendefinisikan media isebagai isegala bentuk

iyang digunakan iuntuk iproses penyebaran informasi.

Dari idefinisi itersebut dapat idisimpulkan ibahwa media adalah

sebuah alat untuk memberikan bantuan selama proses pengajaran.

Segala sesuatu yang dapat digunakan mendorong proses belajar dengan

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau

keterampilan belajar. Keterbatasan ini cukup luas dan mendalam dan

mencakup pengertian tentang sumber, lingkungan, orang dan metode

yang digunakan untuk pembelajaran atau pelatihan. Nizwardi Jalinus

Dan Ambiyar, 2016: 3.

Setiap orang melalui proses belajar yang kompleks yang

berlangsung sepanjang hidupnya, dari lahir sampai mati (pembelajaran

seumur hidup). Tanggung jawab dan kewajiban guru berkembang

seiring dengan iperkembangan iilmu ipengetahuan idan iteknologi. Hal

ini sejalan dengan banyaknya anak yang membutuhkan pendidikan,

namun harus diakui bahwa siswa dapat belajar dari berbagai sumber

selain dari gurunya. Guru akan merasa kesulitan jika dibiarkan

menanganinya sendiri karena setiap siswa memiliki kualitas,

pengalaman, dan lingkungan yang berbeda, tetapi kurikulum dan mata

pelajaran masing-masing siswa sama.


b. Fungsi Media Pembelajaran

Berikut ini dapat di tekankan sebagai peran media pembelajaran:

1) Penggunaan imedia ipembelajaran imemiliki tujuan tersendiri

sebagai alat untuk membantu menciptakan lingkungan belajar yang

lebih produktif; itu bukan fungsi tambahan.

2) Penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan tersendiri sebagai

alat untuk membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih

produktif; itu bukan fungsi tambahan. Penggunaan media

pendidikan sangat penting untuk keseluruhan proses pembelajaran.

Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran merupakan

komponen yang tidak berada dalam ruang hampa melainkan

berinteraksi dengan komponen lain untuk menghasilkan lingkungan

belajar yang diinginkan

3) Media pembelajaran harus senantiasa mempertimbangkan

kompetensi dan bahan ajar ketika menggunakannya untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

4) Media pendidikan tidak dapat digunakan sebagai hiburan. Oleh

karena itu, menggunakannya secara eksklusif untuk tujuan rekreasi,

permainan, atau memancing bagi siswa tidak diperbolehkan.

5) Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk mempercepat

proses pembelajaran, yang memungkinkan siswa lebih cepat dan

mudah mengingat tujuan dan isi pembelajaran.


6) Media pendidikan meningkatkan standar prosedur pembelajaran.

Hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran

biasanya akan bertahan lebih lama sehingga menghasilkan

pembelajaran yang bernilai tinggi.

7) Karena media pembelajaran memberikan kerangka kognitif yang

konkret, mereka dapat mengurangi verbalisme.

c. Peranan Media Pembelajaran

Media pembelajaran juga memiliki peran dan manfaat sebagai

berikut:

Berikut ini peran keunggulan media pembelajaran, meliputi;

1) Konsep yang disarankan hanya dapat disederhanakan atau

diperjelas melalui penggunaan media pembelajaran; masih abstrak

dan menantang untuk dijelaskan kepada siswa secara langsung.

Gunakan video dasar, foto, atau bagan, misalnya, untuk

mengilustrasikan cara kerja sistem peredaran darah manusia, cara

kerja listrik, atau cara angin bertiup.

2) Menempatkan item di lingkungan belajar yang terlalu berbahaya

atau menantang untuk dicapai. Sebagai ilustrasi, instruktur

menggunakan harimau, beruang, atau makhluk lain seperti gajah,

jerapah, dan lainnya untuk mendemonstrasikan konsep.

3) Bisa menampilkan objek dan subjek yang tidak proporsional.

Misalnya, guru dapat menggambar kapal, pesawat terbang, pasar,


atau menunjukkan hal-hal terkecil seperti bakteri, virus, semut,

nyamuk, dan makhluk kecil lainnya.

4) Mendemonstrasikan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Kita

dapat menggambarkan lintasan peluru, panah yang meleset,

ledakan, dan aksi yang terjadi terlalu lambat, seperti pertumbuhan

kecambah dan bunga yang mekar, dengan menggunakan teknik

gerakan lambat di media sinematik.

d. Prinsip-prinsip Media Pembelajaran

Setiap kegiatan belajar mengajar yang melibatkan penggunaan

media harus berpedoman pada prinsip dasar yaitu mempermudah siswa

dalam belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Oleh karena

itu, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan siswa ketika

menggunakan media. Hal ini perlu ditekankan karena media seringkali

dirancang semata-mata untuk kepentingan guru. Misalnya ikarena iguru

kurang menguasai imateri ipelajaran yang iakan diajarkan, imaka iguru

membuat media iOHT (Overhead iTransparency). iKarena iOHT

idigunakan untuk kepentingan guru, maka itransparansi itidak

idirancang sesuai dengan iprinsip imedia ipembelajaran, imelainkan

isemua pesan dituliskan idiatas itransparan isedemikian irupa isehingga

iterlihat seperti koran. iKesesuaian ikualitas imedia dalam ikaitannya

dengan karakteristik imateri pelajaran iyang disajikan iharus

idiperhitungkan saat imenggunakan media.


Penggunaan imedia perlu idisesuaikan dengan ijenis kegiatan

pembelajaran iyang idilakukan, iseperti ibelajar imandiri, belajar

kelompok ikecil, atau ibelajar itradisional. iAlim Sumarno, 2014:24).

Penggunaan media harus didukung dengan persiapan yang memadai,

seperti mengkaji materi yang dimaksud dan menyiapkan berbagai

perlengkapan kelas.

Untuk memperlancar dan memperlancar pencapaian tujuan

pembelajaran, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

memilih media pembelajaran, antara lain:

1) Sasaran dan tujuan pemilihan media pembelajaran harus jelas.

adalah proses pemilihan media untuk pendidikan dan informasi

umum. Atau itu hanya sesuatu untuk menghabiskan waktu?

Apakah target populasinya adalah siswa TK, SD/MI, SLTP, SMU,

atau SLB.

2) Keistimewaan media pendidikan Setiap jenis media pendidikan

memiliki kualitas yang berbeda-beda, baik dari segi

keunggulannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.

Keterampilan mendasar yang harus dimiliki guru untuk membuat

pemilihan media pembelajaran yang efektif adalah pemahaman

tentang fitur media pembelajaran. Selain itu, memberikan guru

pilihan untuk menggunakan berbagai media pembelajaran dalam

berbagai cara.
3) Alternatif pemilihan media, atau tersedianya berbagai media yang

dapat dikontraskan atau disaingi. Jika terdapat beberapa media

pembelajaran yang dapat diperbandingkan, guru dapat memilih

salah satunya. Rohmat, 2010: 83-84.

e. Macam-macam Media Pembelajaran

Menurut peneliti, Media pembelajaran adalah alat atau sarana

yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.

Ada berbagai macam jenis media pembelajaran, seperti:

1. Media cetak: seperti buku, koran, majalah, dan lain-lain.

2. Media audio: seperti rekaman suara, radio, musik, dan lain-lain

3. Media video: seperti film, video, televisi, dan lain-lain

4. Media digital: seperti komputer, laptop, tablet, smartphone, dan

lain-lain

5. Media interaktif: seperti simulasi, game, dan lain-lain

6. Media pembelajaran jarak jauh: seperti e-learning, webinar, dan

lain-lain

7. Media lainnya: seperti alat peraga, model, dan lain-lain. Darmadi,

2014: 80

Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan membantu

meningkatkan efektivitas pembelajaran dan meningkatkan minat belajar

siswa.

1) Media Visual
Media visual adalah metode komunikasi yang

memanfaatkan panca indera penglihatan dan kombinasi warna,

gambar, dan grafik untuk secara aktif menarik mata terhadap pesan

yang disampaikan (penglihatan). Media visual memanfaatkan mata,

salah satu dari panca indera kita. Oleh karena itu, perlu dibuat

komposisi yang menarik perhatian kita saat berbicara atau

menyampaikan informasi. Contoh sumber informasi media visual

adalah gambar yang dapat kita lihat secara fisik dengan mata kita,

seperti foto, gambar, lukisan, dan lainnya.

2) Media Audial

Media audial adalah segala bentuk media yang

menggunakan indra pendengaran, salah satu dari panca indera kita,

dalam penyampaiannya. Riyana, 2014, mendefinisikan media

audial sebagai segala bentuk media yang menggunakan indera

pendengaran untuk mengkomunikasikan informasi kepada audiens

sebagai audio atau suara. Radio, musik, suara manusia yang sering

kita dengar, rekaman, dan berbagai bentuk media pendengaran

lainnya adalah contoh penyampaian informasi. Dalam konteks ini,

beberapa ayat dalam Alquran menyebutkan ketersediaan materi

pembelajaran audio, antara lain Surat Al-Isra' (17) ayat 14:

َ ۗ َ‫اِ ْق َرْأ ِك ٰتب‬


‫ك َك ٰفى بِنَ ْف ِسكَ ْاليَوْ َم َعلَ ْيكَ َح ِس ْيبًا‬

Artinya: iBacalah ikitabmu, icukuplah idirimu isendiri

pada waktu iini isebagai ipenghisab iterhadapmu.


3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah media pembelajaran yang

menggabungkan suara dan gambar atau video. Media audio visual

dapat menyampaikan informasi dengan cara yang lebih menarik

dan interaktif dibandingkan dengan hanya menggunakan teks atau

suara saja. Contoh dari media audio visual adalah film, video,

televisi, power point presentation, dan lain-lain. Rosid Tamami,

2016: 23

Media audio visual dapat digunakan dalam berbagai jenis

pembelajaran, seperti pembelajaran sains, sejarah, bahasa, dll.

Dengan menggunakan media audio visual, siswa dapat melihat dan

mendengar informasi yang disampaikan, sehingga dapat membantu

mempermudah proses pemahaman dan meningkatkan minat belajar

siswa.

Selain itu, media audio visual juga dapat digunakan untuk

menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang lebih

menyenangkan dan interaktif, seperti dengan menggunakan

animasi atau video game. Hal ini dapat membantu siswa untuk

belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan tidak merasa

bosan. Jika dibandingkan dengan guru, akan lebih mudah bagi


siswa untuk menyerap informasi atau pengetahuan jika

menggabungkan kedua inderanya, yaitu indera penglihatan dan

indera pendengaran. Penciptaan dan penggunaan media audio

visual adalah penyebaran informasi yang dapat dipahami sebagian

atau seluruhnya tanpa memerlukan kata-kata atau bahasa simbolik

lainnya. Televisi, video, film, dan bentuk media audio visual

lainnya adalah beberapa contohnya.

4) Projected Still Media

Projected idalam ibahasa Indonesia iberarti iproyektor, dan

still iartinya idiam /ibisu. iProjected still imedia iadalah isalah satu

media iyang idigunakan iuntuk imemutar igambar iagar dapat

memberikan irangsangan ikepada iindra ipenglihatan ikita untuk

melihatnya. iGambar yang iada iakan ilangsung iberintraksi

dengan pesan imedia iyang ibersangkutan idengan iproyeksi, imaka

proyeksi iakan imenghubungkan idengan iproyektor iagar gambar

tersebut idapat idilihat. Biasanya, imedia ini idapat menggunakan

audio iatau ihanya ivisual isaja. Contoh idari imedia ini iyaitu

seperti slide, iLCD iproyektor, iinfocus dan ilain sebagainya.

Dalam bahasa Indonesia, kata diproyeksikan dan masih

sama-sama merujuk pada proyektor. iSalah isatu imedia yang

digunakan iuntuk imemutar igambar iagar idapat imerangsang

indera ipenglihatan kita iuntuk imelihatnya adalah media diam

yang diproyeksikan. Gambar yang ada akan berinteraksi langsung


dengan pesan media proyeksi sebelum proyeksi dihubungkan ke

proyektor dan gambar ditampilkan. Jenis media ini biasanya

menggunakan konten terutama visual. Media tersebut antara lain

slide, LCD proyektor, infocus, dan lain-lain.

5) Projected iMotion iMedia

Salah isatu imedia yang idigunakan iuntuk menyampaikan

pengetahuan idan iinformasi dengan imemanfaatkan gambar

bergerak, iseperti audio ivisual, adalah animasi yang diproyeksikan.

Video i(pada iDVD, iVTR, atau iVCD), ifilm, ikomputer, ilaptop,

dan bentuk media lainnya adalah beberapa contohnya.

6) Media Teks

Media berbasis teks adalah mereka yang mengirimkan

pesan mereka melalui teks tertulis. Siswa harus membaca tulisan

pada halaman ketika menggunakan media teks ini. Siswa biasanya

tidak menikmati bahan bacaan karena membuat mereka tidak

nyaman. Selain itu, siswa mengalami kebosanan, dan teks dalam

media pendidikan dipandang negatif oleh siswa. Meskipun media

berbasis teks sangat mudah digunakan, membaca juga

memungkinkan siswa mempelajari hal-hal baru. Modul, majalah,

surat kabar, dan bentuk media teks lainnya adalah contohnya.

(Muhammad Alif dan Siti Maemunawati, 2020: 75–78.

f. Prosedur Penyusunan Media


Untuk menyusun bahan ajar, ada beberapa proses yang harus diikuti,

antara lain:

1) Dalam setahun membaca dan menganalisis KD dari berbagai KI.

2) Meneliti isi yang telah disajikan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa.

3) Memetakan urutan bahan ajar dan menempatkannya dalam urutan

sistematik yang tepat, seperti:

a) Pendahuluan

b) pengamatan terhadap contoh-contoh atau kesaksian-

kesaksian tentang perilaku material tertentu

c) Menumbuhkan pertanyaan what-why-how

d) Eksplorasi informasi (meminta siswa membaca pengetahuan

tentang bahan ajar atau materi tertentu)

e) Menalar iatau imendikusikan itentang apa ibedanya,

fungsinya, idampaknya idan lain isebagainya idari materi

yang ada.

f) Menganalisis atau memperdebatkan perbedaan konten yang

ada, fungsi, dampak, dan sebagainya

g) Menyajikan narasi

h) Merenungkan

i) Ayo bertindak (mencoba berbuat), Noor Fitratul Jannah

(2004, hlm 56).

2. Power Point
a. Pengertian Power Point

Menurut Arsyad, 2013: 193, PPT atau PowerPoint, adalah

program yang sering digunakan orang untuk menampilkan laporan,

karya, atau status mereka. Microsoft Power Point adalah program

komputer yang ditemukan dan dikembangkan oleh perusahaan

Microsoft, menurut Daryanto, 2016:181. Alat ini biasanya disertakan

dalam suite Microsoft Office. Dengan sejumlah karakteristik yang

menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik, program ini

secara khusus dibuat untuk memberikan presentasi, baik yang

diselenggarakan oleh dunia usaha, pemerintah, perguruan tinggi,

maupun masyarakat.

Microsoft iPower iPoint atau iPPT iadalah isuatu isoftwere yang

digunakan iuntuk imenyusun isebuah ipresentasi yang iefektif,

profesional, iserta mudah. iMicrosoft iPPT akan imenjadi subuah

gagasan, iide imaupun imateri imenjadi ilebih imenarik, ijelas serta

mudah idimengerti i(M. Syamsul Hadi, 2008:1). iSedangkan microsoft

PPT i2010 ihadir idengan isejumlah ifitur -ifitur ibaru. iSebagian fitur -

fitur baru merupakan suatu ihasil perkembangan idari fitur-fitur

sebelumnya iyang isudah ada idan isebagian ilagi imerupakan fitur-fitur

yang ibenar -ibenar ibaru. Kombinasi ini imenghasilkan aplikasi

microsoft iPPT 2010 iyang isemakin sempurna, iefesien, idan dapat

memenuhi iberbagai ikebutuhan. iOscar iYulus, i2010: 161.


Microsoft Power Point, juga dikenal sebagai PPT, adalah

program yang digunakan untuk menyajikan presentasi yang efisien,

ahli, dan sederhana. Microsoft PPT akan membuat konsep, ide, dan

konten lebih menarik, mudah dipahami, dan jelas (M. Syamsul Hadi,

2008, hal 1). Sementara itu, Microsoft PPT 2010 memiliki sejumlah

fitur baru. Beberapa fitur baru merupakan konsekuensi dari peningkatan

fitur yang sudah ada, sementara yang lain sepenuhnya asli. Aplikasi

Microsoft PPT 2010 yang lebih ideal, efektif, dan serbaguna dihasilkan

sebagai hasil dari kombinasi ini. (Oscar Yulus, 2010: 161).

Penulis menarik kesimpulan bahwa perangkat lunak yang dibuat

dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, pada komputer, program

ini biasanya dikelompokkan ke dalam program Microsoft Office dan

digunakan untuk menyusun presentasi yang efisien, profesional, dan

sederhana berdasarkan pendapat dari berbagai ahli yang disebutkan di

atas. Selain itu, dengan memanfaatkan sejumlah kemampuan baru,

Microsoft Power Point akan membuat konsep, ide, atau konten menjadi

lebih menarik, mudah dipahami, dan jelas.

b. Cara Membuat Media Power Point

Seperti yang dikemukakan Dina Indriana dalam Esti, 2013: 25,

pertimbangan berikut harus dilakukan saat membuat presentasi power

point: Pilih program berdasarkan konten, tujuan, latar belakang siswa,

usia, dan tingkat pendidikan, dan identifikasi materi pendukung seperti

ilustrasi, animasi, video, dan sebagainya.


1) Menyusun materi pendukung, seperti film, gambar, animasi, dan

suara, sesuai dengan tujuan dan kebutuhan materi.

2) Masukkan informasi ke dalam program Power Point setelah

mengumpulkan materi dan meringkasnya.

3) Periksa setiap slide dari persiapan bahan setelah semuanya selesai

c. Langkah-langkah Menyajikan Media Pembelajaran Template Power

Point

Menurut iSiswaryanti, 2012: 17-18 imemaparkan bahwa

langkah ipembelajaran imenggunakan imedia ipembelajaran adalah

sebagai iberikut:

1) Pastikan semua bahan dan alat sudah lengkap dan siap digunakan.

2) Uraikan tujuan yang harus dicapai

3) Garis besar untuk siswa apa yang harus mereka lakukan selama

proses pembelajaran.

4) Hindari apa pun yang dapat menggagalkan perhatian/konsentrasi

tenang anak-anak.

d. Kelebihan dan Kekurangan Power Point

Berikut ini adalah beberapa manfaat menggunakan Microsoft Power

Point:

1) Mudah digunakan

2) Mudah dibuat sendiri

3) Dapat digunakan oleh satu orang

4) Dapat diulang untuk efektivitas yang lebih besar


5) Memiliki traksi (daya tarik)

6) Penggunaannya disesuaikan

7) Dapat diterapkan berulang kali pada kelompok yang sama atau

berbeda.

Sedangkan menurut Daryanto, 2016: 182) menjelaskan bahwa

PPT memiliki berbagai kelebihan diantaranya:

1) Penggunaan permainan warna, huruf, dan animasi membuat

presentasi menarik.

2) Animasi teks, gambar, atau foto

3) Mendorong anak-anak untuk belajar lebih banyak tentang bahan

ajar

4) Siswa dapat dengan mudah menyerap pesan informasi ketika

disajikan secara grafis.

5) Pendidik tidak perlu menjelaskan banyak materi pendidikan yang

digunakan

6) Ini dapat direproduksi dan digunakan kembali berkali-kali.

7) Dapat dibawa kemana-mana dengan mudah karena dapat disimpan

sebagai data optik atau magnetik (CD/Disket/Flashdisk).

Salah satu kelemahan Power Point adalah

1) Membutuhkan proses desain yang Panjang.

2) Siswa yang jauh dari layar mungkin kesulitan membaca atau

memahami pelajaran jika layar monitornya kecil.


3) Guru harus dapat menggunakan program ini agar tidak banyak

kendala dalam penyampaiannya.

4) Mengangkut dan menyimpan komputer sambil memberikan

presentasi merepotkan.

5) Perubahan desain sangat signifikan sehingga pengguna harus

mempelajarinya kembali sampai menjadi kebiasaan.

6) Antarmuka yang baru diperkenalkan terkadang sulit digunakan.

7) Tab kontekstual dan galeri gaya mungkin menggunakan beberapa

perbaikan.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipahami sebagai perubahan yang terjadi

pada diri siswa akibat keikutsertaannya dalam kegiatan pembelajaran,

yaitu berupa komponen kognitif, emosional, dan psikomotorik.

Hasil belajar menurut Aqib, 2017: 311-312 adalah keterampilan

yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Ada

dua jenis faktor dasar yang mempengaruhi hasil belajar siswa: faktor

internal dan faktor eksternal, kadang-kadang dikenal sebagai faktor

lingkungan. faktor yang mempengaruhi informasi yang dipelajari anak-

anak tentang keterampilan mereka. Tujuan pembelajaran yang harus

dipenuhi sangat dipengaruhi oleh masalah ini. Ciri-ciri lain yang ada

selain bakat, seperti motivasi, minat perhatian, sikap, kebiasaan belajar,

ketekunan, keadaan sosial ekonomi, kondisi fisik, dan keadaan


psikologis. Kualitas instruksi adalah salah satu elemen kontekstual

kunci yang mempengaruhi hasil belajar. Derajat atau keberhasilan

proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran merupakan

tujuan dari mutu pengajaran.

Unsur lain seperti faktor strategi pembelajaran mempengaruhi

hasil belajar siswa selain pengaruh internal dan kontekstual. Hal ini

berkaitan dengan upaya yang dilakukan siswa untuk belajar, termasuk

metode dan strategi belajarnya. Ketiga elemen ini terhubung dalam

beberapa cara dan berdampak satu sama lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, hasil belajar adalah hasil

penilaian atau pengukuran kemampuan siswa dalam memvisualisasikan

sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Berikut adalah contoh hasil belajar yang lebih spesifik yang

melibatkan pemahaman konseptual (unsur kognitif), kemampuan proses

(aspek psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif):

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman suatu gagasan digambarkan sebagai

kemampuan untuk memahami makna dari materi pelajaran yang

dipelajari. Pemahaman ini mengacu pada seberapa baik siswa dapat

menerima, mengolah, dan memahami pelajaran yang diajarkan

kepadanya oleh guru mereka atau seberapa baik mereka dapat

memahami dan mengolah apa yang mereka baca, lihat, alami, atau
rasakan dalam bentuk penelitian. temuan atau pengamatan

langsung, yang dia lakukan.

2) Keterampilan Proses

Keterampilan proses berfungsi sebagai katalis untuk bakat

yang lebih tinggi pada setiap siswa dengan membantu mereka

mengembangkan kapasitas mental, fisik, dan sosial dasar mereka.

Kemampuan untuk menggunakan pikiran, akal, dan tindakan secara

berhasil dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu disebut

sebagai keterampilan, yang di dalamnya termasuk kreativitas.

Dalam proses pengembangan keterampilan, sikap-sikap yang

diinginkan seperti kreativitas, kerja sama, tanggung jawab, dan

disiplin dibentuk secara bersamaan sesuai dengan fokus mata

pelajaran yang bersangkutan.

3) Sikap

Selain memiliki komponen mental, sikap juga memiliki

komponen fisik. Jika hanya pikiran yang dinaikkan, maka tidak

jelas sikap seperti apa yang dia tunjukkan. Selanjutnya, Azwar

menunjukkan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yang saling

bergantung, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Tiga

bagian sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif. Komponen

kognitif adalah representasi dari apa yang diyakini oleh individu

pemilik sikap, sedangkan komponen afektif dan konatif masing-

masing adalah perasaan dan emosi. Susanto, 2016: 9–10.


c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pembelajaran merupakan suatu proses perkembangan, sesuai

dengan pembahasan teori Gestalt oleh Susanto (2016). Dengan kata

lain, tubuh dan jiwa anak secara alami mengalami perkembangan.

Pengembangan diri panggilan untuk perilaku positif pada bagian dari

siswa serta pengaruh lingkungan. Pertama, siswa: dalam hal kapasitas

pemikiran atau perilaku intelektual, serta dorongan, antusiasme, dan

persiapan mereka pada tingkat fisik dan spiritual. Kedua adalah

lingkungan, khususnya sumber daya, pembelajaran, teknik pengajaran,

dan dukungan lingkungan, serta keluarga dan lingkungan.

Dua ikomponen iutama iyang imempengaruhi ihasil belajar

siswa, imenurut iSlamet, idalam bukunya Salamah, 2015: 9–10, adalah

ipengaruh idari ilingkungan dan ifaktor iyang iberasal idari siswa,

khususnya ikemampuan iyang idimilikinya. iHasil ibelajar iyang

dicapai sangat idipengaruhi ioleh ikemampuan isiswa. iSelain ifaktor

kemampuan iyang idimiliki isiswa, iterdapat ifaktor ilain iseperti

motivasi ibelajar, iminat dan iperhatian, isikap dan ikebiasaan belajar,

ketekunan, ifaktor sosial, iekonomi, ifisik, dan ipsikologis ikarena

semua faktor itersebut iakan imendorong siswa iuntuk lebih

iberprestasi. aktif dan ikreatif idalam ipembelajarannya. iSeperti yang

idiungkapkan Clark, hasil ibelajar isiswa di isekolah 70% idipengaruhi

ioleh kemampuan siswa, dan i30% idipengaruhi ioleh ilingkungan.

d. Bentuk-bentuk Hasil Belajar


Efek akhir yang diantisipasi untuk dicapai setelah pembelajaran

dikenal sebagai hasil belajar. Sasaran atau tujuan pembelajaran menurut

Tafsir 2008 adalah bentuk perubahan perilaku atau hasil belajar yang

diharapkan. M. Gagne menegaskan bahwa ada 5 kategori hasil belajar

yang berbeda:

1) Kemampuan ikognitif (yang imerupakan ihasil ibelajar terpenting

dari sistem lingkungan).

2) Strategi ikognitif (mengendalikan proses ibelajar iseseorang dalam

arti iseluas-luasnya, itermasuk ikemampuan imemecahkan

masalah).

3) Pengetahuan iverbal, ipengetahuan idalam iarti ifakta idan informasi

4) Keterampilan imotorik yang idipelajari idi sekolah, iseperti menulis,

mengetik, imenggunakan ikompas, idll.

5) Sikap dan nilai-nilai yang berhubungan dengan intensitas emosional

seseorang yang dibuktikan dengan bagaimana mereka cenderung

bertindak terhadap orang lain, benda, dan peristiwa (Mudjiono, dan

Dimyati, 2006: 206).

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu (integrated instruction), suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa secara aktif menyelidiki dan menemukan topik


dan prinsip ilmiah secara komprehensif, bermakna, dan otentik, baik

secara individu maupun kelompok. (Majid, 2014: 80).

Sedangkan ipembelajaran itematik iadalah ipembelajaran yang

dimulai idengan imata pelajaran atau itema tertentu iyang dikaitkan

dengan imata ipelajaran lain, ikonsep tertentu idikaitkan idengan

konsep lain, yang idilakukan secara ispontan atau iterencana, baik

idalam satu bidang istudi atau ilebih, dan idengan berbagai ipengalaman

belajar siswa. iMenurut iSubroto dan iTrianto (2007), pembelajaran

tematik ilebih bermakna dibandingkan dengan jenis pembelajaran

lainnya.

Berdasarkan beberapa kriteria di atas, dapat dikatakan bahwa

pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang

menghubungkan banyak disiplin ilmu dengan Kompetensi Dasar (KD)

terkait dalam satu tema tertentu. Pembelajaran ini dapat meningkatkan

efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Tematik

Tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

1) Permudah konsentrasi pada satu tema

2) Siswa memperoleh pengetahuan dan menumbuhkan berbagai

keterampilan dasar di seluruh materi pelajaran dalam tema yang

sama.

3) Tercapainya pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh

terhadap masalah
4) Dengan menggabungkan pengalaman pribadi mahasiswa dengan

mata kuliah yang berbeda, kompetensi dasar dapat dibina secara

lebih efektif.

5) Karena informasi disampaikan dalam konteks tema yang berbeda,

maka manfaat dan makna pembelajaran dapat lebih dirasakan.

6) Siswa lebih terlibat karena mereka dapat berinteraksi dalam suasana

otentik untuk mengasah keterampilan di satu bidang sekaligus

belajar tentang topik lain.

7) Mata pelajaran yang disajikan secara tematis dapat disiapkan

sekaligus, ditawarkan dalam dua atau tiga kali pertemuan, dan sisa

waktu dapat digunakan untuk latihan penguatan, kegiatan korektif,

atau pengayaan konten. Sugiyar et al, 2009: 17.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Ciri-ciri berikut menggambarkan pembelajaran tema

sebagai strategi pengajaran di sekolah dasar (Majid, 2014: 89):

1) Siswa adalah fokus

2) Tawarkan pengalaman praktis

3) Pemisahan subjek tidak terlalu jelas

4) Memperkenalkan ide-ide dari disiplin ilmu lain

5) Beradaptasi

d. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Berikut indikator pembelajaran tema (Majid, 2014: 91):

1) Tidak semua mata pelajaran perlu digabungkan


2) Dapat memadukan keterampilan dasar dari semester yang berbeda

3) Tidak perlu mengintegrasikan keterampilan dasar yang tidak

digabungkan

4) Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam beberapa topik harus

diajarkan melalui tema tersebut, atau harus diajarkan secara

individu atau melalui tema alternatif.

5) Membaca, menulis, berhitung, dan pengembangan nilai moral

ditekankan dalam kegiatan pembelajaran.

6) Mata pelajaran yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan anak,

lingkungan sekitar dan lingkungan sekitar.


B. KERANGKA BERPIKIR

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Penerapan media pembelajaran power


Pembelajaran poin untuk meningkatkan hasil belajar
tematik tema 3 siswa
subtema 1 yang
dilaksanakan
oleh guru belum
optimal

Siklus 1: Siklus 1:
menerapkan menerapkan
Hasil belajar
media media
siswa rendah
pembelajaran pembelajaran
power poin power poin
saat proses saat proses
C. HIPOTESIS TINDAKAN

Rumusan imasalah ipenelitian iyang telah idiberikan idalam bentuk

pertanyaan imemiliki isolusi isementara idalam ibentuk hipotesis. Pernyataan

ini dibuat hanya sementara karena solusi yang ditawarkan hanya didasarkan

pada teori yang ada dan belum pada bukti empiris yang dikumpulkan melalui

pengumpulan data. Sebagai tanggapan teoretis terhadap rumusan masalah

penelitian daripada yang empiris, hipotesis juga dapat dinyatakan (Sugiyono,

2018: 63).

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis tindakan bahwa

jika media pembelajaran power point digunakan di SDN Nambak Bungkal

Ponorogo maka hasil belajar siswa pada pembelajaran tema kelas II akan

meningkat.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah SDN

Nambak kecamatan Bungkal, kabupaten Ponorogo.

Penelitian dilakukan di SDN Nambak di Kecamatan Bungkal Kabupaten

Ponorogo.

2. Waktu Pelaksanaan

Peneliti menggunakan dua siklus, atau (Siklus 1) dan (Siklus 2) pada Juni

2022, dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini.

3. Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang diteliti adalah Tematik dengan pokok bahasan

Menilai mata uang dan mengenal kesetaraan mata uang, Kelas II Semester

I SDN Nambak Tahun Pelajaran 2022/2023

4. Jumlah Siswa

Jumlah siswa SDN Nambak Kelas II berjumlah 20 siswa, terdiri dari 10

siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

5. Karakteristik Siswa

Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa berasal dari keluarga

menengah kebawah, pendidikan orang tua pada aumumnya hanya sebatas

lulus SMP dan SMA, hal ini mengakibatkan orang tua menyerahkan
sepenuhnya masalah pendidikan kepada guru (sekolah). Karena mereka

rata- rata adalah buruh.

Sebagian besar anak-anak berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah,

dan pendidikan orang tua biasanya hanya sampai tamat SMA. Karena

mereka sering pekerja, mereka sepenuhnya mendelegasikan segala

kekhawatiran tentang pendidikan anak-anak mereka kepada SDN Nambak.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), suatu jenis penelitian yang sangat

praktis di dalam kelas untuk meningkatkan efektivitas proses belajar-

mengajar, meningkatkan hasil belajar siswa, dan menemukan teknik

pengajaran mutakhir untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa,

digunakan dalam penelitian ini. belajar. Sifat kolaboratif dari penelitian

tindakan kelas ini berarti bahwa peneliti bekerja sama dengan instruktur

daripada melakukan penelitian secara mandiri. PTK, sebagaimana

didefinisikan oleh Wardani, adalah penelitian yang dilakukan oleh instruktur

pada mata kuliahnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan meningkatkan

kinerjanya untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi

isu-isu aktual yang muncul di kelas dan untuk meningkatkan partisipasi nyata

guru dalam kegiatan pengembangan profesional mereka. Empat siklus

kegiatan yang membentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut sering

diulang. Ada empat kegiatan utama dalam siklus ini: perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan refleksi. Penulis dapat menyimpulkan dari


uraian di atas bahwa ada empat rangkaian tugas yang harus diselesaikan

dalam satu siklus yang berulang untuk melakukan PTK.

C. Subjek Penelitian

Siswa kelas dua SDN Nambak dijadikan sebagai subjek penelitian.

Ada 15 siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media power point pada

pembelajaran kelas 2 di SDN Nambak dapat meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran Tematik tema 3 subtema 1.

D. Teknik Pengumpulan Data

Karena pengumpulan data adalah tujuan utama dari penelitian ini,

teknik pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam prosesnya.

Peneliti menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data dalam hal

ini:

1. Observasi

Saat menggunakan media interaktif power point untuk latihan

pembelajaran, lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data.

Lembar observasi dibagi menjadi dua bagian: satu untuk kegiatan siswa

dan satu lagi untuk kegiatan guru. Lembar observasi dilengkapi dengan

menempatkan lingkaran pada kolom yang menempel pada citra yang

diamati. Pengamat disediakan lembar observasi agar mereka dapat

merekam pengamatan mereka dari setiap kegiatan pembelajaran.


2. Tes

Berdasarkan indikator yang digunakan dalam RPP, soal ujian

berbentuk tes objektif. Setelah menggunakan media power point interaktif,

siswa menjalani post-test untuk mengukur tingkat kemahiran mereka.

Guru yang mengajar di kelas memberikan arahan dan validasi untuk soal-

soal yang akan ada pada tes ini di masa lalu.

E. Prosedur Penelitian

Masnur (2009:12) menyebutkan beberapa ciri PTK, antara lain: (1)

Masalah PTK bermula dari guru yang merasa ada yang tidak beres dengan

kelasnya saat mengajar dan berusaha mengatasi masalah tersebut melalui

penelitian yang disebut PTK (2) Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki

pembelajaran, dan guru berupaya untuk memperbaiki proses pembelajaran

agar lebih efektif. Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses

pembelajaran untuk melakukan PTK; (3) PTK bersifat kolaboratif dan

dilaksanakan bekerjasama dengan dosen dan rekan sejawat; (4) PTK

mengusulkan tindakan tertentu untuk meningkatkan kegiatan belajar

mengajar di kelas; (5) PTK menjembatani kesenjangan antara kesenjangan

antara teori dan praktik pendidikan.

Proses desain penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui beberapa

siklus. Dalam penelitian ini peneliti membuat dua siklus yang masing-masing

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan pelaksanaan

bekerjasama dengan guru kelas II SDN Nambak Bungkal Ponorogo.


Peneliti menggunakan model Stephan Kemmis dan Robin McTaggart

dalam penelitian ini. Model Kurt Lewin dan model ciptaan Stephan Kemmis

dan Robin McTaggart terlihat sangat mirip. Dikatakan demikian karena,

menurut Kurt Lewin, terdiri dari empat komponen dalam satu siklus atau

putaran, mencegah perubahan yang terlihat. Merencanakan, melakukan atau

bertindak, mengamati, dan merefleksi adalah empat unsur (Paizaluddin dan

Ermalinda, 2016: 30).

Menurut Hopkins (1993), langkah awal dalam melakukan penelitian

tindakan kelas adalah merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan

mengevaluasi kemajuan tindakan (Observasi dan evaluasi). Merencanakan,

melakukan, mengamati, dan merefleksi adalah empat langkah pertama dalam

proses penelitian tindakan kelas. Langkah-langkah ini diulang sampai hasil

yang diinginkan tercapai (kriteria keberhasilan). Berikut adalah ilustrasi dan

deskripsi langkah-langkah penelitian tindakan kelas:

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian

tindakan kelas. Pendekatan ini berkembang dari penelitian tindakan. Oleh

karena itu, untuk memahami makna penelitian tindakan kelas, penelitian

tindakan harus digali. Kemmis (1998) memandang penelitian tindakan

sebagai suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh

peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran yang dipaksakan

secara sosial. Pandangan ini sejalan dengan pandangan Elliot (1982) bahwa

penelitian tindakan adalah jenis penelitian sosial yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosa, perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan, dan mempelajari efek yang akan dihasilkan

darinya.

Identifikasi Masalah

Refleksi

Observasi SIKLUS 1 Perencanaan

Pelaksanaan

REFLEKSI

Identifikasi Masalah

Refleksi

Observasi SIKLUS 2 Perencanaan

Pelaksanaan

Dst

Gambar 2. Langkah-langkah penelitian model Stephan Kemmis dan Robin


McTaggart
Sumber: Gunawan, 2009.
1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan, khususnya langkah-langkah yang dilakukan untuk

menjalankan Penelitian Tindakan Kelas, seperti membuat sumber belajar

dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Mengambil tindakan, yang meliputi menjelaskan tindakan yang

akan diambil, menguraikan skenario kerja untuk tindakan korektif yang

diperlukan, dan menyusun rencana tindakan.

3. Observasi (Observe),

Pengamatan (Observe), Pengamatan ini dilakukan untuk

memastikan bahwa semua rencana yang telah disusun dengan benar

dilaksanakan dan tidak ada penyimpangan yang dapat memberikan

konsekuensi yang kurang ideal untuk peningkatan pembelajaran siswa.

Dengan memberikan formulir observasi atau dengan cara lain yang sesuai

dengan data yang diperlukan, kegiatan observasi dapat dilakukan.

4. Refleksi (Reflecting),

Reflecting, yaitu penilaian terhadap modifikasi yang telah

dilakukan atau hasil yang telah dikumpulkan sebagai bentuk dampak dari

tindakan yang direncanakan. Perubahan yang terjadi akan diketahui akibat

dari fase ini. Seberapa baik dan seberapa jauh langkah-langkah yang

disarankan mampu membawa perubahan substansial atau menyelesaikan

masalah Suatu perbaikan tindakan dalam bentuk perencanaan ulang dapat

dilakukan mulai dari refleksi ini.


1. Deskripsi Per Siklus

a. Gambaran Siklus I

Untuk Matematika, perencanaan untuk menerapkan perbaikan

pembelajaran melalui tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus,

dengan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

Dimungkinkan untuk mengulangi pelaksanaan siklus dalam

penelitian tindakan kelas ini sampai tujuan penelitian tercapai. Hanya

ada dua siklus yang diperbolehkan untuk penelitian ini, dan peneliti

hanya diminta untuk melengkapi informasi siklus 1. Siklus 2 dilakukan

dengan anggapan bahwa jika Siklus 1 tidak berhasil, maka Siklus 2

akan memperbaiki masalahnya. Siklus 2 dilakukan sebagai penguatan

dari Siklus 1 jika Siklus 1 berhasil. Hasil dari siklus 1 akan diperkuat

dengan pemantapan ini.

1) Menyusun rancangan Tindakan

a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengidentifikasi

keterampilan dasar yang akan diajarkan kepada siswa

b) Memilih dan mencari materi pelajaran

c) Membuat lembar kerja siswa

d) Menyusun alat penilaian

e) Pembelajaran
2) Acting (pelaksanaan) Tindakan

Pada hakekatnya, pelaksanaan tindakan merupakan

kenyataan dari tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk

lebih spesifik mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti,

maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Membuat materi pendidikan dengan menggunakan media

pembelajaran PowerPoint.

b) Disediakan kesempatan bagi siswa untuk bertanya tentang

materi pelajaran.

c) Menanyai siswa tentang topik yang dibahas sebelumnya

d) Melakukan penilaian.

3) Observasing (observasi/pengamatan)

Peneliti sendiri dapat melakukan observasi, observasi, atau

pemantauan; dia sebenarnya dituntut untuk melakukannya. Semua

kegiatan atau kejadian di kelas penelitian harus dicatat pada saat

observasi. Misalnya, seberapa baik kinerja guru, bagaimana kelas

berjalan, bagaimana siswa bersikap dan bertindak, bagaimana konten

disajikan atau didiskusikan, seberapa baik siswa mengingat

informasi yang diajarkan, dan sebagainya. Peneliti telah melakukan

pengamatan sebagai berikut:

a) Sifat kegiatan pembelajaran

b) Sikap siswa terhadap proses pembelajaran

c) Hasil belajar siswa.


4) Reflecting (refleksi)

Secara umum refleksi mengacu pada proses merenungkan

sesuatu, memikirkannya, atau menilai kontribusi yang telah

diberikan peserta atau penyusun terhadap PTK yang sedang

dilakukan. Refleksi ini dilakukan secara berkelompok, yaitu dengan

membicarakan berbagai isu yang muncul di kelas penelitian. Setelah

implementasi, tindakan penelitian, dan hasil observasi, refleksi dapat

didefinisikan. Atas dasar refleksi ini juga dibuat perencanaan

tambahan (Paizaluddin dan Ermalinda, 2016, hlm. 80-81). Peneliti

mengevaluasi siklus yang sedang digunakan; jika hasil tidak

memenuhi kriteria keberhasilan, siklus ini akan diubah pada siklus

berikutnya.

Untuk menghentikan penelitian ini, dilakukan refleksi untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan PTK siklus 1 oleh siswa telah

sesuai dengan harapan peneliti. Namun, peneliti menemukan bahwa:

a) pemahaman siswa tentang reproduksi generatif masih kurang; b)

Aktivitas siswa masih kurang.c. Siswa masih kurang serius dalam

mengerjakan tugas.

Jika temuan yang dikumpulkan menunjukkan keberhasilan dan

menurut pendapat peneliti masalah telah ditangani (idealnya setelah

berkonsultasi dengan rekan dan sekolah), PTK selesai pada siklus 1.

Siklus 2 akan dilakukan dengan tahapan kegiatan yang sama dengan

siklus 1. Siklus 1 penelitian dapat dilanjutkan, dan siklus 3 dapat


dimulai jika kesimpulan siklus 2 juga tidak memuaskan atau gagal

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Gambaran Siklus II

1) Planning (perencanaan)

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti membuat rencana

pembelajaran. Perencanaan siklus II tidak mengalami perubahan

dari siklus I.

2) Acting (pelaksanaan)

Tentunya berdasarkan strategi pembelajaran siklus I, peneliti

melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan media

pembelajaran berbasis power point.

3) Observasing (observasi/pengamatan)

Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis power point,

peneliti mengamati kegiatan pembelajaran.

4) Reflecting (refleksi)

Peneliti imelakukan irefleksi iterhadap ipelaksanaan

isiklus iII dan memperbaiki ikekurangan dan ikelemahan dari

ipelaksanaan siklus I. iDalam penelitian ini, ipeneliti hanya

imendesain idua siklus. Jika isiklus I dan isiklus II belum

iberhasil imaka peneliti melanjutkan ipada siklus III idengan

tahapan isama idengan siklus I idan siklus II iyaitu terdiri idari

iperencanaan, ipelaksanaan, pengamatan, irefleksi, dan


ikolaborasi antara iPeneliti dengan guru kelas II SDN Nambak

Bungkal Ponorogo.

F. Instrumen Penelitian

Salah satu alat yang digunakan dalam penelitian untuk mencari data

adalah instrumen penelitian. Peneliti menggunakan skala penilaian atau

graded scale sebagai alat penelitian mereka dalam penelitian ini. Kualitas

instrumen menentukan jenis data yang dapat dikumpulkan, dan kualitas

penelitian ditentukan oleh kualitas data. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini:

1. Lembar Observasi

Dalam acara-acara pendidikan termasuk media Power Point,

lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi. Lembar

observasi dibagi menjadi dua bagian: satu untuk kegiatan siswa dan satu

lagi untuk kegiatan guru. Lembar observasi dilengkapi dengan

menempatkan lingkaran pada kolom yang berhubungan dengan citra

yang diamati. Pengamat disediakan lembar observasi agar mereka dapat

merekam pengamatan mereka dari setiap kegiatan pembelajaran.

2. Lembar Soal Tes

Berdasarkan indikator yang digunakan dalam RPP, soal ujian

berbentuk tes objektif. Setelah menggunakan media power point

interaktif, siswa menjalani post-test untuk mengukur tingkat kemahiran


mereka. Guru yang mengajar di kelas memberikan arahan dan validasi

untuk soal-soal yang akan ada pada tes ini di masa lalu.

G. Teknik Analisis Data

Tahapan penelitian yang paling krusial adalah pendekatan analisis

data karena pada titik inilah semua data dikumpulkan dan temuan penelitian

dapat dikembangkan. Informasi yang dikumpulkan dari temuan penelitian

kemudian diperiksa, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Lembaran Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah

mengolah atau menggunakan temuan dari penelitian untuk menarik

kesimpulan. Rumus persentase yang mencoba menetapkan apakah

pendekatan yang ditempuh sudah sesuai dengan yang direncanakan,

digunakan penulis untuk mengkaji data hasil belajar siswa.

Kegiatan ianalisis iini dilakukan imenggunakan irumus presentase

sebagai iberikut:

F
n= X 100 %
N

Keterangan:

P = persentase iketuntasan iindividual

F = jumlah iskor yang idiperoleh

N = jumlah iskor imaksimal


Anak idikatakan imengalami ipeningkatan apabila jumlah

persentase iyang mencapaii keberhasilan lebihi besar darii 65% i(≥65%).

Kemudiani Sugiyono mengemukakani rumusan persentasei keberhasilan

klasikal i(PKK) isebagai iberikut:

Jika lebih dari 65% siswa berhasil, maka jumlah anak dikatakan

mengalami peningkatan. Kemudian Sugiyono mengusulkan persamaan

berikut untuk persentase keberhasilan tradisional (PKK):

PKK =

banyak anak yang mengalami perubahan ≥ 65 %banyak subyek penelitia n


jumlah anak

X 100%

Jika nilai PKK mencapai minimal 80%, kelas dikatakan

berkembang, siklus tidak berlanjut, dan pembelajaran tindakan kelas

dianggap berhasil.

Tabel 3.1 Kategori Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan Guru dan


Siswa

No Nilai Kategori Penilaian

1 80-100 Baik Sekali

2 66-79 Baik

3 56-65 Cukup

4 40-55 Kurang

5 30-39 Gagal

2. Analisis Hasil Belajar Siswa


Keefektifan ipembelajaran idapat iditentukan dengan

menggunakan ianalisis ideskriptif idata hasil ibelajar siswa iyang

bertujuan iuntuk menggambarkan iketuntasan hasil ibelajar siswa. Data

yang idianalisis untuk imenggambarkan iketuntasan ihasil ibelajar siswa

adalah idata iposti-itest idan ikuis.

Berdasarkan iKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN

Nambak Bungkal Ponorogo, isetiap isiswa idikatakan ituntas ibelajar jika

siswa itersebut itelah mencapai inilai iKKM 71, isedangkan isecara

klasikal ituntas belajar ijika kelas itersebut imendapat nilai i80 siswa

yang telah iselesai ibelajar. iAnalisis ini idilakukan iuntuk imengetahui

apakah ada ipeningkatan ihasil belajar melalui ipenggunaan imedia

ipower point interaktif idalam meningkatkan ihasil belajar isiswa pada

pembelajaran tematik itema 3 isubtema i1.

Dengan menggunakan analisis deskriptif data hasil belajar siswa,

yang mencoba menjelaskan ketepatan hasil belajar siswa, efektivitas

pembelajaran dapat dinilai. Hasil posttest dan kuis merupakan jenis data

yang diteliti untuk menunjukkan seberapa komprehensif hasil belajar

siswa.

Menurut iKriteria iKetuntasan iMinimal i(KKM) SDNN Nambak

Bungkal Ponorogo, setiap siswa dianggap tamat belajar jika mendapat

nilai KKM 75, sedangkan kelas secara keseluruhan mendapat nilai 80.

media PowerPoint interaktif meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran tematik topik 3 subtema 1, analisis ini dilakukan.


Rumus persentase dapat digunakan untuk menguji adanya

ketuntasan belajar siswa. Rumus berikut digunakan untuk menentukan

persentase hasil belajar tuntas dan tidak tuntas:

F
n= X i100 %
N

Keterangan:

P = ipersentase iketuntasan individual

F = ijumlah iskor yang diperoleh

N = ijumlah iskor maksimal

Hasil belajar setiap siswa dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus ini. Siswa dinyatakan tamat jika hasil belajarnya sama atau lebih

tinggi dari KKM. Jika belum mencapai KKM atau di bawahnya, maka

siswa tersebut belum tamat.

H. Indikator Penilaian

Indikator ikeberhasilan ipada ipenelitian iini berdasarkan

persentase berikut:

1. Presentase iketuntasan ihasil ibelajar isiswa iyakni imencapai i≥ 80%.

2. Jumlah inilai irata-rata kelas imencapai i≥ 75%, idan

3. Aktivitas iguru idan isiswa iterlaksana idan imencapai ipersentase ≥

85%.

Anda mungkin juga menyukai