Anda di halaman 1dari 15

PENINGKATAN PROSES H A S I L PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI

MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP


MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DI KELAS VIII A
SEMESTER GANJIL MTs NEGERI 1 DEMAK KABUPATEN
DEMAK TAHUN PE L AJARAN 2018/2019

WARSITO, S.Pd
MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak Jawa Tengah
Alamat : Jl. Candisari No. 01 Mranggen Demak, Telp.085100703693
Hp. 081390380542, Email, mranggenmtsn@yahoo.co.id

ABSTRAK
Peran guru yang sangat besar dalam proses pembelajaran inilah yang menuntut
seorang guru mempunyai pengetahuan luas tentang cara mengajar, sehingga
mengetahui kekurangan dan cara memperbaiki cara mengajar yang telah
berlangsung. Oleh karena itu, metode yang tepat akan sangat membantu proses
pembelajaran sehingga hasilnya maksimal. Tidak kalah penting adalah penggunaan
media pembelajaran yang tepat juga akan sangat membantu penyampaian materi yang
sedang dibahas.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terjadi peningkatan proses
pembelajaran IP A Biologi p ada materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup dengan menggunakan media visual di kelas VIII A semester ganjil MTs Negeri 1
Demak Kabupaten Demak tahun pelajaran 2018/2019.
Desain penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan yang
dilakukan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A semester ganjil
MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan pendekatan
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran
meningkat dari siklus I ke siklus II. Siklus I, aktivitas tertinggi terjadi pada aspek
Performan (presentasi) sebesar 15% dan terendah pada aspek menarik kesimpulan
sebesar 0%. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Dari hasil perhitungan keaktifan siswa
pada siklus 1 diperoleh rata-tata : 836/40 = 20,9 termasuk kateori aktif. Sedangkan pada
siklus 2 keaktifan siswa dari hasil perhitungan diperoleh 914/40 = 22,85 termasuk
kategori Aktif. Dari hasil perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa
dalam pembelajaran meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil belajar siswa pada
materi pertumbuhan dan perkembangan menggunakan media visual pada siklus I
secara klasikal belum mencapai indikator yang ditentukan sebesar 70%. Ketuntasan
individual belum mencapai indikator yang ditentukan dengan nilai rata-rata sebesar
68,08 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 49,9%. Sedangkan Pada siklus II,
ketuntasan individu sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditentitkan dengan nilai
rata-rata sebesar 72,86 dengan ketuntasan klasikal mengalami peningkatan menjadi
81,1%.
Saran yang dapat siberikan dari hasil penelitian ini adalah Media visual
membantu menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dan menikmati
pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut berperan dalam meningkatnya
motivasi siswa terhadap pembelajaran sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa
dapat meningkat terutama pelajaran IPA Biologi dikelas VIII A semester ganjil MTs
Negeri 1 Demak Kabupaten Demak.
1
Kata kunci : hasil pembelajaran, IPA, media audio visual

Latar Belakang
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah bahwa mata pelajaran IPA pada jenjang SMP/MTs merupakan
IPA tepadu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (BNSP, 2006). Sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 menyebutkan tujuan dan
kurikulum 2013 untuk mempersiapkan manusia mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar adalah proses
pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik atau guru. Berhasil tidaknya suatu
tujuan pendidikan bergantung kepada bagaiaman proses belajar dan mengajar
disajikan. Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam
pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih,
mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan tehnis dalam pendidikan.
Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah tenaga pengajar yang tugas utamanya
adalah mengajar dan sekaligus membimbing. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru
memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar,
dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-
citakan (Sardiman,2012:125).
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi
secara adekuat dalam kehidupan bermasyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan
proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan
(Hamalik, 2003:93).
Dilihat dari hasil belajar siswa dalam kegiatan proses pembelajaran pelajaran
biologi di MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak, dapat diketahui bahwa kondisi
siswa dilihat dari semangat belajar dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
masih kurang. Siswa cenderung pasif/diam di kelas, saat diberi kesempatan untuk
bertanya/berpendapat sebagian siswa hanya diam saja. Penggunaan media
pembelajaran juga belum maksimal, meskipun sarana pendukungnya sudah ada. Hal
tersebut menyebabkan suasana kelas menjadi membosankan baik bagi siswa maupun
guru, akibatnya hasil belajarnya rendah. Berdasarkan rekap nilai, 80% siswa belum
mencapai nilai KKM yang ditetapkan sebesar 72.
Penyebab lain kurang maksimalnya hasil belajar dan keaktifan siswa adalah
metode pembelajaran dan media yang kurang bervariasi sehingga siswa kurang
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Metode dan media yang
digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang di tetapkan
sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media trasnformasi
pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode dan media pengajaran digunakan
harus betul-betul efektif dan efisien (Sudjana, 2000:76).
Iklim belajar dapat dikembangkan apabila guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan fisik
maupun mental sesuai dengan taraf kemapuannya. Jadi tugas guru tidak hanya
2
memberikan pengetahuan saja melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa
untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta mengemukakan fakta dan
konsep sendiri. Pembelajaran biologi juga perlu disusun sedemikian rupa sehingga
siswa terlibat secara aktif. Mengajar dapat dipandang sebagai menciptakan situasi di
mana diharapkan anak-anak akan belajar dengan efektif. Dalam situasi belajar itu ada
kalanya seorang guru memberi instruksi kepada siswanya (direction) dan ada
kalanya ia memberikan saran dan bantuan (guidance). Di dalam kelas, guru juga
berperang sebagai seorang organisator yang bertugas untuk memungkinkan kelompok
dan individu-individu di dalamnya untuk berfungsi bersama, (Mursell dan Nasution,
2002:24).
Agar pembelajaran tidak membosakan maka guru harus memilih metode dan
media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Media
visual adalah salah satu media yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran agar hasil belajar baik berupa proses ataupun hasilnya dapat meningkat.
Sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Arsyad (2000) bahwa media visual
dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Media visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran
dengan dunia nyata. Selain itu dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar siswa, membantu keefektifan proses pembelajaran, menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran, memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau yang diberikan, pembelajaran
menjadi lebih menarik, membawa kesegaran dan variasi baru bagi pengalaman
belajar siswa sehingga siswa tidak bosan dan tidak bersikap pasif, serta dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dengan menghadirkan gambaran
objek yang sedang dipelajari di dalam ruang kelas.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa media visual dapat membantu
meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Levie & Lentz (1982) diacu dalam Arsyad (2000) terdapat empat fungsi media
pengajaran khususnya media visual, yaitu ( 1 ) . Fungsi atensi yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa, ( 2 ) . Fungsi afektif yaitu kenikmatan siswa ketika
belajar, ( 3 ) . Fungsi kognitif, yaitu lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar, dan ( 4 ) . Fungsi kompensatoris yaitu berfungsi untuk
membentuk siswa memahami teks.

Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah apakah terjadi
peningkatan proses pembelajaran IPA Biologi pada materi pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup dengan menggunakan media visual di kelas VIII A
semester ganjil MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah (1). Untuk mengetahui peningkatan proses
pembelajaran IPA Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
dengan menggunakan media visual pada siswa kelas VIII A semester ganjil MTs Negeri
1 Demak Kabupaten Demak Tahun pelajaran 2018/2019, (2). Untuk dijadikan referensi
pembelajaran bagu guru IPA Biologi khusunya untuk MTs Negeri 1 Demak Kabupaten
Demak dan Madrasah/Sekolah lain. Sehingga pelaksanaan pembelajaran IPA dapat
menghasilkan nilai yang baik, (3). Untuk meningkatkan hasil belajar IPA Biologi
khususnya kelas VIII semester ganjil MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak
3
khusunya materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

Manfaat Penelitian
M anfaat penelitian ini yaitu: 1). Dapat digunakan s e b a g a i masukan bagi guru
dalam memilih media dalam proses pembelajaran. 2). Dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa yang diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, 3). Dapat dijadikan contoh bagi mata pelajaran lain dalam memilih media
pembelajaran. 4). Memperkaya media pembelajaran di Madrasah.

Landasan Teori
Pengertian Hasil Belajar
Hasil yaitu sesuatu yang diadakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:343).
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan (Ali, 2008 :14). Belajar merupakan suatu
proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata(Hamalik, 2009:106). Kata
belajar menurut Sadiman (2002:2) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup dan berlangsung sejak bayi
sampai keliang lahat nanti. Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari proses perubahan kehidupan manusia (Kuntowijoyo, 1995 :2).

Belajar dan Pembelajaran


Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama
hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang
menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat
memperbaiki nasib, mencapai cita-cita yang didambakan. Sesuai dengan pengertian
yang dikemukakan oleh Dalyono (1997) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sebagainya.
Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memodifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2003:45).
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar
dan dari luar dirinya. Dalyono (1997:34) mengemukakan faktor-faktor yang
menentukan pencapaian hasil belajar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi aspek
kesehatan, di mana kesehatan dapat mempengaruhi minat seseorang dalam belajar
baik kesehatan fisik maupun mental. Intelegensi dan bakat yang merupakan aspek
kejiwaan (psikis) yang besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar karena
menunjukkan tingkat IQ dan kemampuan dalam bidang tertentu dari seseorang. Aspek
lain yaitu minat dan motivasi yang merupakan pendorong seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu yang diinginkannya baik yang berasal dari dalam atau dari luar. Aspek
lain yang tidak kalah penting yaitu cara belajar, sisa akan memperoleh hasil yang
baik jika cara belajar yang digunakan sesuai dan efektif bagi dirinya. Faktor eksternal
yaitu faktor yang berasal dari luar, dapat berasal dari keluarga, sekolah, masayarakat,
dan lingkungan di sekitar siswa.

4
Aktivitas Belajar
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui
kegiatan. Jadi tidak mungkin belajar tanpa melibatkan aktivitas. Itulah sebabnya belajar
merupakan prinsip yang paling penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam proses
belajar yang berlangsung di dalam kelas sebenarnya banyak melibatkan aktivitas siswa.
Para siswa sudah dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan
mencerna pelajaran yang diberikan guru. Disamping itu sangat dimungkinkan para siswa
memberiikan balikan berupa pertanyaan kepada guru segala sesuatu yang tidak jelas
sehingga menuntut siswa untuk bertanya atau sebaliknya.

Hubungan antara aktivitas belajar dan hasil belajar


Prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku agar
terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah sebabnya dalam belajar aktivitas
merupakan prinsip atau usaha yang sangat penting untuk mencapai hasil belajar yang
baik. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Suwarsi (2000:98) diacu dalam
Rahmawati (2008:21) bahwa belajar merupakan suatu proses melalui berbagai
aktivitas yang dilakukan, seorang siswa akan dapat mencapai prestasi yang lebih baik
dalam belajarnya. Tetapi sebaliknya jika aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut
kurang mendapat perhatian, maka kemungkinan besar siswa akan mengalami
kesulitan dan mengakibatkan kegagalan dalam belajarnya di sekolah/Madrasah.

Metode Pembelajaran
Sudjana (1991:76) mengatakan bahwa metode mengajar ialah cara yang digunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada
dalam kegiatan pembelajaran. Metode mengajar merupakan cara atau teknik yang
digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung (Winatasaputra, 2004 : 4.4).
Metode mengajar merupakan salah satu alat untuk mencapai pembelajaran.
Dalam prosesnya guru perlu menggunakan metode mengajar secara variasi untuk
mencapai pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya. Proses belajar
mengajar yang baik, hendakanya menggunakan beberapa jenis metode mengajar
saling bahu-membahu satu sama lain (Sudjana, 1991:76). Untuk itu peneliti
menggunakan beberapa metode untuk menunjang metode Kerja Kelompok yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar.

Media Pembelajaran Visual


Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 640) mengartikan media sebagai alat atau
sarana. Menurut Rahadi (2003:9) istilah “media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari ‘medium’ yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar”. Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
Menurut Gagne media sebagai jenis komponen dalam lingkukan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan
perangsang siswa agar terjadi proses belajar. Hampir sama dengan definisi diatas, Ali
(2008: 89) mengartikan media pengajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyaluirkan pesan (massage), merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Dari kata yang disandangnya, media visual merupakan sajian yang mengandung
pesan yang penyampaiannya pada alat kesadaran manusia melalui indera penglihatan.
5
Media visual dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu media visual yang yang
materi visualnya tidak diproyeksikan, misalnya foto, materi grafis, model dan realia.
Golongan yang ke dua yaitu media visual yang materi visualnya diproyeksikan,
misalnya over head projector (OHP), dan film strip projector (Prawoto 1989:22).

Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan yaitu “terjadi peningkatkan proses pembelajaran
IPA Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dengan
menggunaan media visual di kelas VIII A semester ganjil MTs Negeri 1 Demak
Kabupaten Demak tahun pelajaran 2018/2019.

Tempat, Waktu, dan Karakteristik Subyek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A semester ganjil MTs Negeri 1 Demak
Kabupaten Demak tahun pelajaran 2018/2019 pada bulan Agustus s /d Oktober 2018.
Di kelas VIII A pada umunya tingkat keaktifan siswa di kelas ini masih rendah
sehingga hasil belajarnya juga rendah. Berdasarkan rekap nilai, 80% siswa belum
mencapai nilai KKM sebesar 72. Jumlah siswa di kelas ini adalah 37 siswa, terdiri
dari 16 siswa perempuan dan 21 siswa laki- laki.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus.
Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, pada siklus pertama masing-masing
terdiri dari 3 jam pelajaran dan pada siklus 2 terdiri dari 3 jam pelajaran.
Kegiatan yang dilakukan setiap siklus meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Sub materi pada siklus pertama adalah pertumbuhan dan perkembangan pada
hewan dan tumbuhan, dan metamorfosis. Pada siklus ke ke dua sub materinya adalah
faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan. Masing-masing siklus menggunakan
media visual dalam pembelajaran.

Identifikasi masalah

Perencanaan

Siklus 1

Refleksi Tindakan

Observasi

Perencanaan Ulang

Siklus Berikutnya (2) dan seterusnya

6
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan selama dua
pertemuan, siklus II dilaksanakan selama dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri
dari dua jam pelajaran. Penelitian ini direncanakan minimal dalam dua siklus dengan
berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap penting sehingga terdapat
perencanaan tahap penelitian siklus I dan perencanaan tahap penelitian siklus II. Setiap
siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.

Perencanaan Siklus I
Siklus I terdiri dari 2 pertemuan dan setiap pertemuan terdiri dari 2 jam
pelajaran. Adapun langkah-langkah siklus I sebagai berikut.
(1) Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan peneliti merancang skenario pembelajaran dan
menyiapkan instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
media pembelajaran appreciation card, tes tertulis dan lembar pengamatan aktivitas
siswa.
(2) Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan,
mengumpulkan dan merekam data dengan menggunakan instrumen penelitian yang
telah disiapkan. Tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
(3) Pengamatan
Peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat aktivitas belajar
siswa antara lain:
(a) Keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
(b) Keberanian siswa dalam bertanya.
(c) Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
(d) Kerjasama siswa dalam kelompok.
(4) Refleksi

Perencanaan Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I selanjutnya diadakan tindakan Siklus II.
Siklus II terdiri dari 2 pertemuan dan setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Adapun
langkah-langkah siklus II sebagai berikut.
(1) Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan peneliti merancang skenario pembelajaran dan
menyiapkan instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
media pembelajaran appreciation card, tes tertulis dan lembar pengamatan
aktivitas siswa.
(2) Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan,
mengumpulkan dan merekam data dengan menggunakan instrumen penelitian yang
telah disiapkan. Tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
(3) Pengamatan
Peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat aktivitas belajar
siswa antara lain: (a). Keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas. (b). Keberanian siswa dalam bertanya. (c). Ketekunan siswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. (d). Kerjasama siswa dalam kelompok.
(4) Refleksi
Analisis data dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada

7
siklus II, kemudian peneliti merepresentasikan data yang diperoleh. Perhatian
peneliti terfokus pada hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. Apabila target
indikator keberhasilan sudah tercapai maka tidak diadakan tindakan selanjutnya, tapi
apabila target indikator keberhasilan belum tercapai maka diadakan tindakan
lagi yaitu siklus III yang langkah-langkahnya sama dengan siklus I dan siklus II.

Metode Pengumpulan Data


Sumber data
Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas VIII A semester ganjil MTs Negeri 1
Demak Kabupaten Demak Tahun Pelajran 2018/2019.

Jenis data pada penelitian ini yaitu berupa:


a. Keaktivan siswa selama proses pembelajaran menggunakan media visual.
b. Hasil belajar siswa.
c. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan media visual

Metode Analisis Data


1. Analisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Untuk menentukan rentang skor masing-masing kriteria aktivitas siswa dalam
pembelajaran, dicari panjang kelas intervalnya (p) terlebih dahulu menggunakan rumus
berikut :
Skor tertinggi = 4
Skor terrendah = 1
Rentang Skor
Kelas Interval = ------------------------- (Sudjana, 2001:92)
Banyaknya Kretaria

32-8
= -----------
4
= 6

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas diperoleh rentang skor


masing-masing kriteria tingkat keaktifan siswa sebagai berikut
Tabel : 1
Skor Tingkat Keaktifan Siswa

Skor Tingkat Keaktifan Siswa


1 - 32 Sangat Aktif
20-26 Aktif
14-19 Cukup Aktif
8-13 Kurang Aktif

Untuk mengetahui skor aktivitas siswa secara klasikal dicari rata-


ratanya menggunakan rumus :
X = Jumlah skor semua siswa
Jumlah siswa

Untuk mengetahui persentase jumlah siswa pada masing-masing kriteria


8
menggunakan rumus :
Jumlah siswa pada kriteria
Persentase = ×100%
Jumlah seluruh siswa
2. Analisis tes hasil belajar
Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan
rumus berikut ini :
Jumlah jawaban benar
Persentase = ×100% (Slameto, 2001:57)
Jumlah seluruh soal

Ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung menggunakan rumus berikut ini :


Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase = ×100% (Mulyasa, 2002:77)
Jumlah seluruh siswa

3. Analisis tanggapan siswa


Banyak siswa yang memilih alternatif jawaban dinyatakan dalam
persentase dan dihitung menggunakan rumus berikut ini :
Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban
Persentase = ×100%
Jumlah seluruh siswa
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara diskriptif
mengacu pada teori-teori yang relevan dan merujuk pada indikator
keberhasilan yang ditetapkan.

Hasil Penelitian
Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran menggunakan media
visual pada materi pertumbuhan dan perkembangan meliputi keaktifan siswa dalam
bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas,
performan, mencatat, menarik kesimpulan dan kerjasama dalam kelompok. Hasil
aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel berikut ini

Siklus I Siklus II Kenaikan


No Aspek yang diamati
∑ Skor % ∑ Skor % Prosentase
1. Bertanya 77 43% 95 53% 10%
2. Menjawab Pertanyaan 72 40% 84 47% 10%
3. Mengemukakan 73 41% 90 50% 9%
pendapat
4. Mengerjakan tugas 130 72% 131 73% 1%
5. Performan (presentasi) 80 44% 106 59% 15%
6. Mencatat 133 74% 135 75% 1%
7. Menarik kesimpulan 136 76% 136 76% 0%
8. Kerjasama 135 75% 137 76% 2%

Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa aktivitas siswa dalam


pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II. Siklus I, aktivitas tertinggi terjadi
pada aspek Performan (presentasi) sebesar 15% dan terendah pada aspek menarik
kesimpulan sebesar 0%. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam proses
9
pembelajaran meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Tingkat keaktifan siswa dalam
pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini .

Kreteria Siklus I Siklus II


No
Keaktifan ∑ Siswa Prosentase ∑ Siswa Prosentase
1 Sangat aktif 7 19% 11 30%
2 Aktif 23 62% 26 70%
3 Cukup Aktif 7 19% 0 0%
4 Tidak Aktif 0 0% 0 0%

Dari hasil perhitungan keaktifan siswa pada siklus 1 diperoleh rata-tata : 836/40
= 20,9 termasuk kateori aktif. Sedangkan pada siklus 2 keaktifan siswa dari hasil
perhitungan diperoleh 914/40 = 22,85 termasuk kategori Aktif. Dari hasil perhtiunag di
atas dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus 1
ke siklus 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Tingkat Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

30
20
10
0
Sangat Aktif Cukup Tidak Aktif
Aktif Aktif

Siklus 1 Siklus 2

Diagram Tingkat Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan menggunakan
media visual pada siklus I secara klasikal belum mencapai indikator yang ditentukan
sebesar 70%. Ketuntasan individual belum mencapai indikator yang ditentukan
dengan nilai rata-rata sebesar 68,08 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 49,9%.
Sedangkan Pada siklus II, ketuntasan individu sudah mencapai ketuntasan klasikal yang
ditentitkan dengan nilai rata-rata sebesar 72,86 dengan ketuntasan klasikal mengalami
peningkatan menjadi 81,1%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini
:

Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2


100
80
60
40
20
0
Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal

Siklus 1 Siklus 2

10
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran


Angket tanggapan siswa diisi oleh seluruh siswa kelas VIII A semester ganjil
MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak. Hasil angket tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran

20

15

10

0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
Series 1 Series 2

Diagram Tingkat Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Hasil refleksi tiap siklus


Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran diperoleh hasil refleksi sebagai
berikut:
a. Siklus I
1) Siswa kurang serius dalam melaksanakan diskusi kelompok, hal ini terlihat
dari seringnya siswa bercanda dan berdiskusi di luar topik pelajaran.
2) Masih ada beberapa siswa yang keaktifannya masih rendah.
3) Dalam berdiskusi siswa takut mengemukakan pendapat karena ada
beberapa siswa yang belum menghargai pendapat teman dengan
mentertawakannya apabila terjadi kesalahan.
4) Ketuntasan belajar klasikal belum mencapai indicator merupakan dampak
dari tingkat keaktifan siswa yang masih rendah dan kondisi siswa yang
kurang kondusif selama pembelajaran berlangsung.
b. Siklus II
1) Siswa serius dalam melaksanakan diskusi kelompok, hal ini terlihat dari
berkurangnya siswa bercanda dan berdiskusi di luar topik pelajaran.
2) Keaktifan siswa dalam berdiskusi meningkat.
3) Dalam berdiskusi, siswa tidak takut lagi dalam mengemukakan pendapat
karena siswa sudah menghargai pendapat siswa lain dengan tidak
mentertawakannya apabila terjadi kesalahan.
4) Ketuntasan belajar klasikal telah mencapai indikator merupakan dampak dari
tingkat keaktifan siswa yang meningkat dan kondisi siswa yang kondusif
selama pembelajaran berlangsung.

11
Pembahasan
Siklus I
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru berupa apersepsi dengan
memberikan fakta tentang petumbuhan dan perkembangan. Tujuanya adalah
memotivasi dan merangsang minat siswa untuk belajar dan mengikuti pelajaran. Sesusi
pendapat Hamalik (2005) yang menyatakan bahwa apersepsi dapat membangkitkan
motivasi dan merangsang minat siswa untuk belajar dan mengikuti pelajaran,.
Melalui kegiatan apersepsi, guru membimbing siswa untuk mengaitkan informasi
yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari. besar kecilnya motivasi
akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan, karena motivasi memiliki 3
fungsi yaitu : (1). Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan belajar, (2).
Mengarahkan perbuatan untuk pencapaian tujuan yang diinginkan, dan (3). Sebagai
penggerak. Kegiatan inti dilakukan menggunakan metode diskusi kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk aktif sehingga
pembelajaran berjalan dengan baik. Hal itu sesuai pendapat Sardiman (1992) bahwa
aktivitas belajar yang baik dapat mengakibatkan proses belajar yang optimal. Hasil
penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada siklus I persentase aktivitas siswa
secara klasikal tertinggi terjadi pada aspek menarik kesimpulan, yaitu sebesar 76%.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa serius dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru untuk dapat menarik kesimpulan dalam pengerjaan tugas yang
diberikan. Akan tetapi pada aspek menjawab pertanyaan dan aspek mengemukakan
pendapat sangat rendah, yaitu sebesar 40% dan 41%. Hal ini dapat terjadi karena
masih ada siswa yang mentertawakan temannya ketika terjadi kesalahan dalam
menyampaikan pendapat dan pada saat presentasi dan tidak memperharikan apa yang
telah disampaiakan keompok lain dalam presentasi. Berdasarkan hasil refleksi, hal
itulah yang menyebabkan siswa merasa takut dan malu apabila salah pada saat
mengemukakan pendapat dan presentasi.
Berdasarkan tabel 3 hasil perhitungan keaktifan siswa pada siklus 1 diperoleh
rata-tata 20,9 termasuk kateori aktif. Sedangkan pada siklus 2 keaktifan siswa dari hasil
perhiutngan diperoleh 22,85 termasuk kategori Aktif. Dari hasil perhitungan tersebutn
dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus 1 ke
siklus 2. Hal tersebut memperlihatkan bahwa beberapa siswa tidak tertib dan tidak
sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan ada beberapa siswa yang berdiskusi di luar materi, bercanda, mengantuk,
dan sibuk sendiri. Keadaan ini terjadi karena kurangnya motivasi belajar siswa.
Motivasi yang kurang mengakibatkan antusia siswa untuk mengikuti pelajaran kurang,
sehingga siswa melakukan kegiatan lain yang lebih menarik minatnya. Oleh karena
itu guru harus memberi motivasi kepada siswa agar pembelajaran berjalan dengan
baik dan hasil belajarnya juga baik.
Hasil belajar siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan menggunakan
media visual pada siklus I secara klasikal belum mencapai indikator yang ditentukan
sebesar 70%. Ketuntasan individual belum mencapai indikator yang ditentukan
dengan nilai rata-rata sebesar 68,08 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 49,9%.
Sedangkan Pada siklus II, ketuntasan individu sudah mencapai ketuntasan klasikal yang
ditentitkan dengan nilai rata-rata sebesar 72,86 dengan ketuntasan klasikal mengalami
peningkatan menjadi 81,1%.
Kinerja peneliti dalam pembelajaran menggunaan media visual tergolong
sangat baik. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran sangat baik ditunjukkan dengan
jumlah siswa yang setuju terhadap penggunaan media visual. Mengacu hasil
12
pengamatan pada siklus I diadakan refleksi oleh peneliti. Kekurangan-kekurangan
pada siklus ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut: (a). Siswa kurang serius dalam
melaksanakan diskusi kelompok, hal ini terlihat dari seringnya bercanda dan
berdiskusi di luar topik pelajaran, (b). Masih ada beberapa siswa yang keaktifannya
masih rendah. (c). Dalam berdiskusi siswa takut mengemukakan pendapat karena ada
beberapa siswa yang belum menghargai pendapat teman dengan mentertawakannya
apabila terjadi kesalahan. (d). Ketuntasan belajar klasikal belum mencapai indikator
merupakan dampak dari tingkat keaktifan siswa yang masih rendah dan kondisi siswa
yang kurang kondusif selama pembelajaran berlangsung.

Siklus II
Berdasarkan data h a s i l penelitian siklus II proses pembelajaran semakin
meningkat ditunjukkan dengan persentase keaktifan siswa yang meningkat.
Berdasarkan Tabel 2 seluruh aspek aktivitas siswa mengalami peningkatan. Aktivitas
siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II. Siklus I, aktivitas
tertinggi terjadi pada aspek Performan (presentasi) sebesar 15% dan terendah pada
aspek menarik kesimpulan sebesar 0%. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Berdasarkan refleksi
siklus II hal ini terjadi karena siswa telah berani dalam mengemukakan pendapat. Selain
itu siswa sudah mulai menghargai pendapat siswa lain dengan tidak mentertawakan
ketika ada siswa yang salah dalam mengemukakan pendapat.
Hasil belajar diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakan pada setiap akhir
siklus. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar
siswa y a n g pada akhirnya dapat mencapai nilai Ketuntasan Klasikal Minimal (KKM)
Madrasah aitu penguasaan materi individual sebesar ≥ 72 dan ketuntasan klasikal
siswa sebesar 80%.
Hasil belajar siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan menggunakan
media visual pada siklus I secara klasikal belum mencapai indikator yang ditentukan
sebesar 70%. Ketuntasan individual belum mencapai indikator yang ditentukan
dengan nilai rata-rata sebesar 68,08 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 49,9%.
Sedangkan Pada siklus II, ketuntasan individu sudah mencapai ketuntasan klasikal yang
ditentitkan dengan nilai rata-rata sebesar 72,86 dengan ketuntasan klasikal mengalami
peningkatan menjadi 81,1%.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat seiring dengan
meningkatnya a k t i v i t a s siswa, sesuai pendapat yang dikemukakan Suwarsi
(2000) diacu dalam Rahmawati (2008) yang menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seorang siswa untuk mencapai
prestasi yang lebih baik dalam belajarnya.
Pada siklus I guru belum efisien dalam menggunakan waktu ketika memberi
penegasan konsep. Hal tersebut terjadi karena penegasan konsep yang menuntut guru
menggunakan perangkat komputer, tetapi guru belum terbiasa. Pada siklus II guru telah
mengetahui cara menggunakan perangkat komputer dengan baik sehingga dapat
menggunakan waktu secara efisien. Berdasarkanhasil perhitungan tanggapan siswa
terhadap pembelajaran menggunakan media visual meningkat menjadi 98,25%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa setuju dan menyukai media visual diterapkan dalam
pembelajaran khususnya pada materi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Media visual membantu menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran
dan menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut berperan dalam
meningkatnya motivasi siswa terhadap pembelajaran sehingga k e a k t i f a n dan
hasil belajar siswa dapat meningkat pada siklus II. Meskipun mengalami beberapa
13
kesulitan dalam menggunakan media visual khususnya perangkat komputer, tidak
menyurutkan keinginan peneliti untuk tetap menggunakan media visual untuk tahun
berikutnya.Adanya keinginan tersebut karena mengingat manfaat yang ditimbulkannya
yaitu dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Meningkatnya proses pembelajaran dalam penelitian ini merupakan dampak
dari kondisi siswa yang kondusif selama pembelajaran, siswa mulai terbiasa dengan
media dan metode pembelajaran yang diterapkan, meningkatnya motivasi siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan meningkatnya hasil belajar siswa pada
akhir pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh teori bahwa aktivitas belajar sangat
erat hubungannya dengan motivasi, di mana perubahan suatu motivasi akan merubah
wujud, bentuk, dan hasil belajar (Walker 1967 diacu dalam Rohani 2004).
Motivasi tidak hanya berasal dari guru, akan tetapi motivasi dapat muncul
dengan adanya media visual berupa LDS bergambar dan CD pembelajaran sebagai
media pembelajaran seperti dalam penelitian ini. Hasil penggunaan media visual dalam
penelitian ini adalah lahirnya motivasi, yaitu minat dan merangsang siswa mengikuti
pembelajaran dengan baik. Hal tersebut didukung oleh fungsi atensi yang dimiliki
media visual, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi
kepada isi pelajaran, menenangkan dan mengarahkan perhatian siswa kepada
pelajaran yang akan di terima siswa (Levie & Lentz 1982 diacu dalam Arsyad 2000).
Informasi yang diberikan menggunakan media visual dapat melibatkan siswa
baik dalam mental maupun dalam bentuk aktivitas nyata sehingga pembelajaran
berjalan dengan baik. Selain itu media visual memberikan pengalaman yang
menyenangkan, sehingga siswa menikmati seluruh proses pembelajaran dengan
menyenangkan pula. Hasil angket tanggapan siswa menunjukkan bahwa lebih dari
90% siswa menyatakan setuju dengan penggunaan media visual dalam pembelajaan.
Hal tersebut didukung oleh fungsi afektif yang dimiliki media visual, yaitu dapat
meningkatkan kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
Hal tersebut terjadi karena gambar atau visual dapat menggugah emosi dan sikap
siswa (Levie & Lentz 1982 diacu dalam Arsyad 2000).
Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu keterbatasan kemampuan
guru dalam menggunakan peralatan yang dibutuhkan seperti komputer dan LCD.
Guru belum terbiasa menggunakan komputer dan perangkat pendukungnya sehingga
sedikit terhambat ketika menggunakan CD pembelajaran. Akan tetapi, kendala
tersebut dapat segera diatasi dengan berusaha bertanya kepada teknisi yang ada di
sekolah. Bertanya kepada teknisi dapat menyelesaikan kendala tersebut pada saat itu
juga. Selanjutnya diharapkan guru harus mampu menggunakan perangkat media
pembelajar dengan baik agar tidak tergantung kepada teknisi.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : (1 ) .
Hasil belajar siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan menggunakan media
visual pada siklus I secara klasikal belum mencapai indikator yang ditentukan sebesar
70%. Ketuntasan individual belum mencapai indikator yang ditentukan dengan nilai
rata-rata sebesar 68,08 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 49,9%. Sedangkan
Pada siklus II, ketuntasan individu sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditentitkan
dengan nilai rata-rata sebesar 72,86 dengan ketuntasan klasikal mengalami peningkatan
menjadi 81,1%. ( 2 ). Dari hasil perhitungan keaktifan siswa pada siklus 1 diperoleh
rata-tata 20,9 termasuk kateori aktif. Sedangkan pada siklus 2 keaktifan siswa dari hasil
perhitungan diperoleh 22,85 termasuk kategori Aktif. Dari hasil perhtiunag di atas dapat
dikatakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus 1 ke siklus
14
2. (3 ). Terdapat peningkatan proses pembelajaran IPA Biologi pada materi
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup di kelas VIII A semester ganjil MTs
Negeri 1 Demak Kabupaten Demak tahun pelajaran 2018/2019 dengan digunakannya
media visual berupa LDS bergambar dan CD pembelajaran sebagai media
pembelajaran.

Saran-Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan adalah :
1. Media visual membantu menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dan
menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut berperan dalam
meningkatnya motivasi siswa terhadap pembelajaran sehingga k e a k t i f a n dan
hasil belajar siswa dapat meningkat terutama pelajaran IPA Biologi dikelas VIII A
semester ganjil MTs Negeri 1 Demak Kabupaten Demak.
2. Penggunaan media visual LDS bergambar dan CD pembelajaran perlu
dikembangkan untuk materi lain pada mata pelajaran IPA biologi dan mata
pelajaran lainnya agar mendapatkan hasil yang baik terutama untuk ketuntasan belajar
siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arsyad A. 2002.
Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.
Dalyono M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik O. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pengajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ibrahim M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mursell J & S Nasution. 2002. Proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution S. 1994. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara.
Popham WJ & EL Baker. 2005. Teknik Mengajar secara Sistematis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prawoto. 1989. Media Instruksional Untuk Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan
dan Kebudayaan.
Rohani A. 2002. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana N. 1999. Penelitian Hasil belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sanjaya W. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi pada Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo
Persada.
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Waji SDP. 2007. Keefektifan Metode Ceramah yang Menggunakan Media Visual
dan Metode Ceramah Murni dalam Pembelajaran Pendidikan Nilai di
Sekolah Dasar. Jurnal. http://www.journal.um.ac.id.

15

Anda mungkin juga menyukai