Anda di halaman 1dari 25

Nama : Yulia Satria Winata Sihombing

Nim : 855833688

Pokjar : Humbang Hasundutan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting bagi seluruh aspek kehidupan


manusia. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang diajar dan
dilatih untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai dengan
yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.
20 tahun 2003
Hasbullah (2005:307) menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,
bangsa, dan negara.
Berdasarkan Undang - Undang diatas tersirat bahwa suasana belajar dan
pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa (student
active learning). Menurut John Dewey dalam Nurhadi (2004: 43), “siswa akan
belajar dengan baik, apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri”. Jadi tujuan pendidikan adalah
seperangkat hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya
kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan seperti pembimbingan,

1
pengajaran dan pelatihan yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Slameto (2003:1), “dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok”. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimanaproses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Salah satu masalah yang dihadapi
pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran (Wina Sanjaya,
2006: 1). Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berfikir. Sedangkan, keberhasilan suatu proses
pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang
disampaikan guru.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, diantaranya pemahaman siswa dalam menguasai pokok bahasan
yang diberikan, serta guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
mengajar seperti pendekatan ataupun model pembelajaran yang diberikan. Dengan
demikian siswa diharapkan dapat meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan
belajar mengajar salah satu pada pelajaran IPS
IPS dianggap perlu diberikan kepada anak SD karena IPS merupakan Ilmu yang
didalamnya mempelajari tentang cara untuk melakukan interaksi sosial.
pengetahuan untuk berinteraksi perlu dibekalkan kepada siswa agar nantinya bisa
berbaur di dalam masyarakat. Tetapi kenyataan bahwa seringnya guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran IPS terkesan monoton dan pengetahuan hanya
terpusat pada guru semata maka tidak mengherankan apabila banyak siswa SD
merasa bosan terhadap penyampaian materi IPS. Dengan pengajaran IPS
diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara
rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah- masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Namun dalam kenyataannya motivasi belajar siswa pada pelajaran IPS masih
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti
pelajaran yang berlangsung di kelas. Umumnya para siswa hanya duduk diam dan
mendengarkan penjelasan guru semata. Tidak jarang ditemukan diantara siswa yang
membuat keributan ketika jam belajar berlangsung. Kondisi ini tentunya sangat
berdampak terhadap perolehan hasil belajar siswa nantinya. Selain itu, di kalangan
siswa sendiri beranggapan bahwa pelajaran IPS itu sulit dan membosankan,
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dari hasil
2
Belajar siswa SD Negeri 173321 Lobutolong diperoleh data bahwa nilai rata-rata
Ujian Mid Semester Kelas V SD Negeri 173321 Lobutolong pada bidang studi IPS
6,52 ( KKM 6,50). Hal ini menunjukkan masih banyaknya nilai siswa yang berada
dibawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal pada saat itu.
Djamarah (2006: 96) menyatakan “salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar tersebut adalah metode atau model pembelajaran yang
digunakan guru kurang bervariasi. Waktu guru mengajar bila hanya menggunakan
salah satu metode maka akan membosankan, siswa tidak tertarik perhatiannya pada
pelajaran”. Upaya yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kelemahan proses
pembelajaran tersebut adalah memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai
dengan pokok bahasan, serta lebih modern dan lebih menarik bagi peserta didik.
Salah satu yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa adalah bentuk
pembelajaran guru yang mengutamakan metode konvensional. Dalam mengajar
umumnya guru membelajarkan siswa dengan menggunakan metode ceramah atau
satu arah, tanpa harus memperhatikan unsur keaktifan siswa dalam belajar. Padahal
aktifitas siswa dalam belajar di sekolah. Siswa dapat belajar dengan baik dan
menerima materi pelajarn yang disampaikan oleh guru dengan perasaan

3
senang, nyaman dan tentram. Hal ini dapat diminimalkan oleh pendidik dengan
mengupayakan terciptanya masyarakat belajar (learning community).
Dari uraian diatas membuktikan bahwa bahwa motivasi dan hasil belajar siswa pada saat
pembelajaran berlangsung masih rendah. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari jalan
keluar untuk mengatasi hal tersebut, diantaranya dengan menggunakan metode yang
berbeda dari kesehariannya. Banyak cara agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti
pelajaran, peneliti tertarik menggunakan meodel yang berbeda yakni salah satunya adalah
dengan menerapkan model pembelajaran Picture And Picture berbantu media audio visual
didalam kelas.
Picture And Picture merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar dan
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Model pembelajaran ini mengandalkan
gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.
Gambar dapat membantu guru mencapai tujuan intruksional karena selain merupakan media
yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu,
pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi keterampilan siswa dalam mengurutkan atau
menempelkan gambar dengan benar sesuai intruksi yang diberikan oleh guru.

Menurut Hamdani dalam Nugraheni Ardhina Maya (2015:4) metode pembelajaran


Picture and Picture adalah model pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa
jadi diurutkan menjadi urutan yang logis. Kelebihan model Picture and Picture adalah
memudahkan siswa untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh guru ketika
menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa cepat tanggap atas materi yang
disampaikan karena diiringi dengan gambar-gambar.
Penerapan model pembelajaran Picture and Picture akan lebih efektif jika didukung
dengan media audio visual. Media pembelajaran audio visual menurut Kustiono dalam
Nugraheni Ardhina Maya (2015:5) merupakan bentukan media baik software maupun
hardware yang mengandung dan mampu menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara
auditif sekaligus visual. Media audio visual dapat memproyeksikan gambar hidup dengan
bantuan suara sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi. Kelebihan media
audio visual menurut Hamdani (2011:120) antara lain; (1) dapat melengkapi pengalaman-
pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca,berdiskusi, berpraktik, dan
lain-lain; (2) menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara
berulang-ulang jika dipandang perlu; (3) mendorong dan meningkatkan motivasi siswa;
4
serta (4) menanamkan sikap dan segi-segi afektif.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merasa perlu melakuka
n penelitian dengan judul “Perbaikan Pembelajaran IPS Pada Materi Kenampakan
Alam Dengan Menggunakan Metode Picture And Picture Di Kelas V SDN 173321
Lobutolong Kab.Humbang Hasundutan Tahun Ajaran 2021/2022.
1. Identifikasi masalah
Berdasrkan latar belakang masalah diatas, masalah yang diidentifikasi pada penelitian ini
sebagai berikut:
• Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 173321 Lobutolong Kecamatan paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pembelajaran IPS pada materi Kenampakan
Alam masih rendah.
• Penggunaan model dan media yang kurang bervariasi.
• Kurangnya minat siswa kelas V SD Negeri 173321 Lobutolong Kecamatan paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pembelajaran IPS pada materi Kenampakan
Alam masih rendah.
• Dalam pembelajaran guru hanya mempokuskan perbelajaran pada metode ceramah
• Media yang digunakan kurang tepat

2. Analisis masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas , adapaun analisis masalah yang dapat dibuat
adalah
• Guru kurang kreatif dalam memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran
• Guru dalam memilih media pembelajaran kurang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah melalui model pembelajaran Picture and Picture l dapat
memperbaiki hasil belar siswa pembelajaran khususnya pembelajaran IPS
pada materi Kenampakan Alam di kelas V SDN 173221 Lobutolong Kec.
Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan?

5
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai


berikut:
C. 1. Tujuan Umum
Untuk memperbaiki pembelajaran khususnya pembelajaran IPS pada materi
Kenampakan Alam dengan metode Picture and Picture siswa kelas V SDN 173321
Lobutolong, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbang Hasundutan.

C. 2. Tujuan Khusus
➢ Untuk meningkatan keterampilan guru kelas V SDN 173321Lobutolong Kec.
Paranginan Kab. Humbang Hasundutan dalam proses pembelajaran khususnya
Pembelajaran IPS pada materi Kenampakan Alam melalui model pembelajaran
Picture and Picture.
➢ Untuk meningkatan aktivitas siswa kelas kelas V SDN 173321Lobutolong Kec.
Paranginan Kab. Humbang Hasundutan dalam proses pembelajaran khususnya
Pembelajaran IPS pada materi Kenampakan Alam melalui model pembelajaran
Picture and Picture.
➢ Untuk meningkatan Perbaikan belajar siswa kelas V SDN 173321Lobutolong
Kec. Paranginan Kab. Humbang Hasundutan dalam proses pembelajaran
khususnya Pembelajaran IPS pada materi Kenampakan Alam melalui model
pembelajaran Picture and Picture.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


➢ Manfaat Teoritis
Secara teoretis, penelitian dengan model Picture and Picture dapat memberikan
manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berupa implementasi
model Picture and Picture pada pembelajaran disekolah dasar
➢ Manfaat Praktis
Hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan juga dapat memberikan
manfaat bagi:
a Guru
Menumbuhkan kreativitas dalam proses pembelajaran khususnya dalam
6
menerapkan model pembelajaran dan media pembelajaran yang
bermakna sehingga guru dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.

b Siswa
Dengan penerapan model pembelajaran Picture and Picture berbantu
siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bermakna, dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbicara atau menyampaikan pendapat, sehingga siswa
lebih termotivasi dan berminat pada proses pembelajaran setiap hari didalam
kelas.
c Bagi Sekolah
Sebagai sarana meningkatkan kinerja guru dan kinerja sekolah dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.

Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memotivasi peneliti lain untuk
melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan beragam metode dan
media pembelajaran baru dalam membaca khususnya dan dapat meningkatkan
mutu pendidikan pada umumnya

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian beajar dan Pembelajaran, Mengajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Belajar itu
bukan sekedar menambah ilmu, tetapi juga merupakan suatu kegiatan yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang lebih baik dan perubahan bersifat
menetap.
Gagne dalam Suprijono (2010:2) belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. James O. Wintaker dalam
Soemanto (2003:104) menyatakan belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Satu
definisi lagi yang perlu dikemukakan disini yaitu yang ditemukan oleh Howard L.
Kingsley (Soemanto, 2003:104) “belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”.
Lebih lanjut Selameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang di
lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara ke seluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya. Djamarah (2011:12) menyatakan bahwa belajar adalah suatu kata
yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Aunurrahman (2012:33)
dengan demikian, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan
dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah
dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya
aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Dari definisi-definisi tersebut di atas, terlihat bahwa belajar melibatkan
tiga hal pokok. Pertama, belajar mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku.
Kedua, perubahan yang terjadi karena belajar bersifat relatif permanen atau tetap.
Ketiga, perubahan tersebut disebabkan oleh hasil latihan atau pengalaman bukan
8
oleh proses pertumbuhan atau perubahan kondisi fisik.
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu sebagai berikut : 1) Faktor internal,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang belajar (intern), dan ada
pula faktor yang berasal dari luar dirinya (ekstern).
Faktor-faktor Intern meliputi pribadi siswa diantaranya kesehatan.
Kesehatan adalah seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu akan cepat lelah,
kurang semangat, mudah pusing dan ngantuk. Cacat tubuh adalah suatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat itu dapat
berupa buta, tuli, patah kaki dan lumpuh. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi
belajar. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga fapendidikan khusus
atau diusahakan alat bantu agar dapat mrenghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatan itu dengan lingkunganya.
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokan
menjadi 3 faktor, yaitu : (1) Faktor Keluarga . Peranan keluarga didalam proses
belajar sangat tidak penting karena keterlibatan orang tua akan sangat

9
berpengaruhi keberhasilan seseorang anak dalam mencapai rumah yang tenang dan
tentram agar anak betah tinggal dirumah dan dapat belajar dengan baik, dengan
dorongan dan pengertian orang tua ,maka semangat anak bertambah dan anak
mendapatkan hasil belajar yang baik. (2) Faktor Sekolah. Lingkungan sekolah juga
memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswa. Terutama
sistem pengajaran disekolah, maka dari itu seorang guru harus kreatif dalam
membuat bahan pembelajaran dengan cara-cara mengajar, serta cara belajar harus
seefektif mungkin, dan sekolah juga harus menerapkan hubungan yang baik antara
guru dengan siswa. (3) Faktor Masyarakat. Masyarakata merupakan faktor yang
juga menentukan hasil belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat terhadap perkembangan pribadinya. Seperti dalam teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa,dan pengawasan orang tua dan
pendidik harus cukup bijaksana jangan terlalu ketattetapi juga jangan terlalu lengah.
Karena kehidupan masyarakat sekitar siswa juga sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi proses pembelajaran, baik
dengan cara sengaja maupun tidak sengaja. Menurut Oemar Hamalik (2011:57)
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsue-unsur
mahasiswa, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Piaget dalam Dimyati dan
Mudjiono (2006:14) pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu :

(1) Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. (2) Memilih
atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. (3) Mengetahui
adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang
menunjang proses pemecahan masalah. (4) Menilai pelaksanaan tiap
kegiatan, memperhatikan kebersihan, dan melakukan revisi.

10
Dari pendapat diatas, dapat diartikan bahwa pembelajaran adalah suatu
proses pembelajaran yang terjadi tanpa sengaja yang meliputi unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhimencapai
tujuan pembelajaran.
2. Pengertian Mengajar

Smith dalam Sanjaya (2011:96) mengajar adalah proses mengajar, sebagai


proses menyampaikan pengetahuan, akan lebih tepat jika jika diartikan dengan
menanamkan ilmu pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting
knowledge or skill). Sedangkan menurut W Gulo (2008:8) mengajar adalah usaha
untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar itu secara optimal.
Menurut John R. Pancella dalam Slameto (2003: 33) berpendapat tentang
mengajar adalah mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision
making) dalam intraksi, dan hasil keputusan guru adalah jawaban siswa atau
sekelompok siswa, kepada siapa guru berintraksi.
Dari pendapat-pendapat tersebut, maka mengajar dapat diartikan bahwa
mengajar adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan guru dan siswa. Guru dapat
menciptakan kondisi atai suatu lingkungan yang mendukung yangmemungkinkan
untuk tercipta berlangsungnya proses belajar .
3. Hasil Belajar

Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu


hasil belajar. Dalam hal ini Soedijarto mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat
penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan

11
Briggs menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Reigeluth mengemukakan bahwahasil
belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang
dimiliki seseorang.
Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa hasil belajar untuk
sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada
bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar
tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka
rapor, angka dalam ijazahh, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak
pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer
belajar. Untuk menentukan tipe hasil belajar atau tingkat berfikir mana saja yang
akan dinilai, penyusun tes dapat berpedoman kepada tujuan instruksional (TIK)
yang akan dinilai atau kepada evaluasi itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, Gagne dan Briggs
mengemukakan adanya lima kemampuan yang dapat diperoleh seseorang sebagai
hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap.
Sementara itu, Bloom membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan tujuan-tujuan
pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan
memecahkan masalah. Ranah afektif berkaitan dengan tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan perasaan, emosi, nilai, dan sikap yang menunjukkan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Ranah psikomotor berkaitan dengan

12
keterampilan motorik, manipulasi bahan atau objek. Hasil belajar dalam ranah
kognitif tersebut secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan memecahkan
masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari siswa. Artinya hal ini mencakup
keterampilan intelektual yang merupakan salah satu tugas dari kegiatan pendidikan,
yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
B. Hakikat IPS di SD

Pelajaran IPS sangat penting karena didalamnya memuat materi yang


mempersiapkan serta mendidik siswa untuk hidup dan memahami dunianya. Karena
kemapuan bersosialisasi sangat diperlukan sekali.Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan
dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:

1. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi.

2. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan “dunianya”.

3. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.

4. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding)


tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

5. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.

Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan Messick,1996) merumuskan


tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama tersebut ialah:

1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).

2. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.

3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry).

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990),
merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran
Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada “transfer konsep”, karena
dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap
sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus
diformulasikannya pada aspek kependidikannya.

13
Menurut saya pelajaran IPS penting bagi siswa SD karena siswa usia SD merupakan calon dari
masyarakat. Sehingga mereka memperlukan bekal untuk bersosialisasi di dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena adanya bekal untuk berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan
merupakan sesuatu yang penting.

Tetapi dalam hal ini Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD juga harus
memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11
tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya
pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan
adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal
bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu,
perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi,
kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak
yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

IPS dianggap perlu diberikan kepada anak SD karena IPS merupakan Ilmu yang
didalamnya mempelajari tentang cara untuk melakukan interaksi sosial. pengetahuan untuk
berinteraksi perlu dibekalkan kepada siswa agar nantinya bisa berbaur di dalam masyarakat. Tetapi
kenyataan bahwa seringnya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS terkesan
monoton dan pengetahuan hanya terpusat pada guru semata maka tidak mengherankan apabila
banyak siswa SD merasa bosan terhadap penyampaian materi IPS.

Hal seperti ini tidak seharusnya terjadi mengingat pelajaran IPS yang menekankan pada ilmu
tentang social. Guru dalam hal ini sebagai pengatuyr jalannya pelajaran seharusnya
menjadikannya pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran PAIKEM mutlak diperlukan
agar pembelajaran lebih bermakna serta melekat pada diri siswa

C. Model Picture and Picture


1. Pengertian Picture and picture
14
Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu jenis pembelajaran
kooperatif. Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar yang
dipasangkan atau diurutkan secara logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar
yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, sebelumnya guru
sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau carta dalam
ukuran besar (Shoimin, 2014: 122).

Gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui gambar,


siswa dapat mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat membantu
guru mencapai tujuan instruksional, karena selain merupakan media dan mudah diperoleh,
juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu, pengetahuan dan pemahaman siswa
menjadi luas, jelas, dan tidak mudah dilupakan

2. Langkah-langkah model Picture and Picture


Adapun langkah-langkah model Picture and Picture menurut Shoimin (2014: 123)
dalam Nugraheni Ardina Maya, antara lain:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Pada langkah ini guru diharapkan dapat menyampaikan kompetensi dasar mata

pelajaran yang disampaikan sehingga siswa dapat mengukur sejauh mana materi
yang harus dikuasai. Disamping itu, guru juga harus menyampaikan indikator-
indikator ketercapaian kompetensi dasar sehingga sampai di mana indikatornya
dapat dicapai oleh peserta didik.

b. Menyajikan materi sebagai pengantar

Penyajian materi sebagai pengantar adalah sesuatu yang penting. Dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Hal ini karena guru dapat memberikan
motivasi yang menarik perhatian siswa yang belum siap. Dengan motivasi dan
teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar
lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

c. Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan


materi. Dalam proses penyajian materi, siswa diajak untuk terlibat aktif dalam proses

15
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau
temannya.
d. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
Pada langkah ini guru harus mampu memberikan motivasi. Ini karena
menunjukkan secara langsung kadang kurang efektif dan membuat siswa merasa
dihukum. Sebagai cara alternatifnya, salah satunya adalah dengan undian sehingga
siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.Gambar-
gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau
dimodifikasi.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut
Setelah itu ajaklah siswa untuk menyantumkan rumus, tinggi, jalan cerita, atau
tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan diskusi berlangsung
dengan tertib dan terkendali. Jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang
terjadi sebagai moderator utamanya.

f. Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar, guru harus memberikan


penekanan pada kompetensi yang ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa
hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

g. Kesimpulan/ Rangkuman

Kesimpulan dan rangkuman dapat dilakukan dengan siswa. Guru membantu


dalam proses pembuatan kesimpulan. Jadi dapat disimpulkan bahwa model Picture
and Picture adalah salah satu jenis model pembelajaran yang menggunakan media
gambar yang dipasangkan/ diurutkan dengan urutan logis. Melalui model Picture
and Picture dalam proses pembelajaran tematik dapat membantu siswa dalam
memahami materi pembelajaran dengan menggunakan media gambar berupa
gambar kegunaan air, urutan daur air serta kegiatan manusia yang
mempengaruhinya.

16
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Picture and Picture

Model pembelajaran Picture and Picture tentu saja mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaannya pada proses pembelajaran. Kelebihan model Picture
and Picture menurut Shoimin (2014: 125) dalam Nugraheni Ardina Maya antara lain:

a Memudahkan siswa untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh guru ketika
menyampaikan materi pembelajaran.
b Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi dengan gambar-
gambar.
c Siswa dapat membaca satu persatu sesuai dengan petunjuk yang ada pada gamabar-
gambar yang diberikan.
d Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asik karena tugas yang diberikan oleh guru
berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari, yakni bermain gambar.
e Adanya saling kompetensi terkelompok dalam penyusunan gambar yang telah
dipersiapkan oleh guru. Sehingga suasana kelas terasa hidup.
f Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada gambar.
g Menarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk gambar- gambar.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture antara lain:

a Memakan banyak waktu.


b Banyak siswa yang pasif.
c Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan materi yang
akan diajarkan dengan model tersebut.
d Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.
e Membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Untuk mengatasi kelemahan saat proses pembelajaran dengan model Picture and
Picture guru sebisa mungkin untuk mengkondisikan siswa pada saat kegiatan
pembelajaran dan dalam mengatasi banyaknya siswa yang pasif guru dapat mengajukan
pertanyaan lisan bagi siswa yang belum ditunjuk maju ke depan kelas.

17
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu

1. Subjek Penelitian

Penelitian Perbaikan Pembelajaran akan dilaksanakan di kelas V SD Negeri


173321 Lobutolong Kec Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan semester I
T. A 2021/2022

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 173321 Lobutolong
Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini
dilaksanakan selama Tiga bulan mulai Oktober- Desember T. A 2021/2022 .

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.
Penelitian tindakan kelas akan dilakukan dengan 2 siklus yakni siklus I dan siklus
II diantaranya.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

18
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1: Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah merencanakan tindakan
yaitu penyusunan sekenarioi pelajaran IPS pada pokok Kenampakan Alam dengan
menerapkan pembelajaan kontekstual. Perencanaan yang akan dilakukan yaitu :

a. Menyusun bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa

19
b. Ada instrument penelitian, berupa soal-soal yang akan diberikan pada siswa
berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari
c. Ada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

d. Mempersiapkan media pembelajaran

e. Memperiapkan scenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran


Picture and Picture

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah:

a. Ada penyampaian tujuan pembelajaran yang harus dicapai

b. Guru mempersiapkan Gambar-gambar Kenampakan Alam

c. Guru menyampaikan materi pembelajaran yaitu Kenampakan alam


d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar yang
ditempel di papan tulis
e. Guru menanyakan siswa contoh Kenampakan Alam Daratan dan Kenampakan Alam
Perairan berdasarkan gambar yang telah di amati oleh peserta didik.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa sambil
bernyanyi dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru
g. Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan
seterusnya
h. Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi.

3. Pengamatan

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah: pelaksanaan


tindakan dan proses mengamati pembelajaran dengan menggunakan lembar

20
observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung, yang berkenaan dengan aktivitas belajar.

4. Refleksi

Refleksi akan dilakukan berdasarkan hasil analisis data hasil observasi


maupun data evaluasi. Refleksi akan dilakukan dengan tujuan untuk menilai apakah
penerapan pembelajaran Kontekstual sudah berjalan secara efektif, dan yang
terpenting tindakan ini akan dilakukan untuk mengetahui kelemahan - kelemahan
atau kendala yang dihadapi guru dalam memotivasi belajar siswa dalam pelajaran
IPS melalui penerapan pembelajaran Kontekstual.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan, antara lain:

a. menyusun bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Ada media pembelajaran

d. Ada instrument penelitian, berupa soal-soal yang akan diberikan pada siswa
berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari
e. Mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
Picture and Picture.
2. Pelaksanaan

Peneliti melakukan kegiatan yang sama pada sikulus I yaitu dengan


menerapkan metode pembelajaran talking stick, tetapi pada siklus II ini hanya ada
beberapa kegiatan tambahan saja yaitu : Mengkondisikan kelas (mempersiapkan
siswa untuk memulai pelajaran).

21
a. Memberikan soal berupa tes kepada peserta didik

b. Memotivasi siswa untuk berpartisivasi mata pelajaran IPS

c. Membantu peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan


membimbing yang kurang paham atau belum mengerti dalam menjawab
pertanyaan
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

3. Pengamatan

Pada tahap ini pelaksanaan tindakan dan proses mengamati pembelajaran


dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, yang berkenaan dengan
aktivitas belajar, serta memotivasi siswa dalam belajar.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan pada siklus II, untuk melihat hasil perkembangan dan
melihat kesimpulan mengenai kekurangan dan kelebihan proses belajar siswa, dan
yang lebih penting adalah merenungkan alasan melakukan suatu tindakan.

C. Teknik Analisis Data

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa


dengan penerapan pembelajaran Kontekstual atau berhasil tidaknya tindakan yang
dilakukan, untuk variable motivasi belajar siswa.

Dengan rumus:

1. Hasil Belajar Siswa terdiri dari :

a. Ketuntasan hasil belajar secara individual

𝑇
Ketuntasan Belajar = x 100% Trianto (2011:241)
𝑇𝑡
22
Keterangan : T = Jumlah Skor yang diperoleh
Tt= Jumlah skor total

Kriteria :

Jika nilai/skor siswa 65%, siswa tuntas belajar secara individu

b. Mencari rata-rata nilai siswa keseluruhan digunakan rumus sebagai berikut :

∑𝑋
X̅ =
∑𝑁

23
Keterangan :

X̅= Nilai rata-rata

∑X = Jumlah nilai seluruh siswa

∑ N= Jumlah seluruh siswa

c. Ketuntasan hasil belajar siswa secara


keseluruhan

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


P=
∑ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100% Aqib(2010:40)

Kriteria :

> 80% Ketuntasan sangat tinggi

60 - 79 % ketuntasan tinggi

40 - 59 % Ketuntasan sedang

20 - 39 % Ketuntasan rendah

< 20% Ketuntasan sangat rendah

Menurut Trianto (2011:241) ”Suatu kelas dikatakan tuntas


belajarnnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat
>85% siswa yang telah tuntas belajarnya .

2. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran

24
Untuk menganalisis data hasil pelaksanaan penerapan model
pembelajaran Picture and picture pada pokok bahasan
Kenampakan alam di SD Negeri 173321 Lobutolong Kecamatan
Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dengan Rumus pengamatan (HP) Seperti berikut :

HP=𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛g𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 X 100%

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑢𝑚

Adapun skala kategori penilaian observasi tersebut yang


digunakan adalah sebagai berikut

Keterangan :

Nilai Kriteria

90-100% Baik Sekali

80-89% Baik

70-79% Cukup

<70 Kurang

25

Anda mungkin juga menyukai