Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : ROUDHOTUN NISWAH

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 856713178

Tanggal Lahir : 5 NOVEMBER 1994

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4302 / PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Kode/Nama Program Studi : 118/PGSD-S1

Kode/Nama UPBJJ : 18/PALEMBANG

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu/ 8 Juli 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ROUDHOTUN NISWAH


NIM : 856713178
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4302 / PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Fakultas : FKIP
Program Studi : S1-PGSD
UPBJJ-UT : PALEMBANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Palembang, 8 Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan

Nama Mahasiswa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Berdasarkan situasi yang dijelaskan, terdapat beberapa alasan yang


mendasari penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) dalam
konteks tersebut:
➢ Minimnya Akses Transportasi
Dalam daerah pedalaman dengan minimnya akses transportasi, sulit
bagi sekolah untuk mendapatkan jumlah guru yang cukup untuk setiap
kelas. Dengan menerapkan PKR, beberapa kelas dapat digabungkan menjadi satu kelas
dengan satu guru yang mengajar secara bergantian. Hal ini membantu mengatasi keterbatasan
jumlah guru yang tersedia di daerah yang sulit dijangkau.
➢ Kondisi Bangunan Sekolah yang Tidak Layak
Beberapa sekolah di wilayah terpencil mungkin menghadapi masalah dengan kondisi
bangunan yang tidak layak atau rusak parah. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya
jumlah ruang kelas yang dapat digunakan. Dalam situasi seperti ini, PKR dapat menjadi solusi
dengan menggabungkan beberapa kelas dalam satu ruang yang masih layak digunakan,
sehingga tetap memungkinkan proses pembelajaran berlangsung.
➢ Kurangnya Jumlah Guru
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah kurangnya jumlah guru dibandingkan
dengan jumlah kelas yang ada. Terutama di daerah terpencil, minat guru untuk ditugaskan
dapat menjadi relatif kecil. Dengan menerapkan PKR, guru yang tersedia dapat mengajar
beberapa kelas secara bergantian. Hal ini membantu memaksimalkan pemanfaatan guru yang
tersedia dan memastikan bahwa setiap kelas tetap mendapatkan pengajaran walaupun
jumlah guru terbatas.
➢ Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
PKR dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang terbatas,
seperti ruang kelas, fasilitas, dan peralatan pembelajaran. Dengan menggabungkan beberapa
kelas dalam satu ruang, penggunaan sumber daya tersebut dapat dioptimalkan. Hal ini juga
dapat membantu mengurangi beban biaya perawatan dan perbaikan ruang kelas yang rusak.
Melalui penerapan PKR, diharapkan dapat memberikan solusi bagi sekolah di daerah
terpencil dengan keterbatasan sumber daya dan aksesibilitas.
Meskipun PKR bukanlah solusi ideal, tetapi dapat menjadi alternatif yang memungkinkan
proses pembelajaran berlangsung meskipun dengan keterbatasan yang ada.
Penting untuk mencari cara-cara lain yang dapat meningkatkan akses pendidikan berkualitas
bagi siswa di daerah terpencil, seperti peningkatan jumlah guru yang ditugaskan dan perbaikan
kondisi infrastruktur sekolah.

2. Berdasarkan kasus Bu Ratih:


a. Tentukan model PKR yang paling sesuai dan jelaskan mengapa model tersebut paling ideal
untuk diterapkan!
Jawaban
Dalam kasus ini, dengan adanya keterbatasan jumlah guru di SD
Mekarsari, Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) dapat menjadi solusi yang
tepat. Model PKR yang paling sesuai dalam situasi ini adalah model Rotasi Pelajaran.
Dalam model Rotasi Pelajaran, guru mengajar lebih dari satu kelas dalam waktu yang sama
dengan mengajar mata pelajaran yang berbeda di setiap kelasnya
Dalam kasus Bu Ratih, dia ditugaskan untuk mengajar kelas V dan kelas VI dengan mata
pelajaran yang berbeda, yaitu Matematika di kelas V dan IPA di kelas VI.
Alasan mengapa model Rotasi Pelajaran paling ideal untuk diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi Waktu
Model ini memungkinkan pemanfaatan waktu yang lebih efisien karena guru dapat mengajar
lebih dari satu kelas dalam waktu yang sama. Dengan jumlah guru yang terbatas, hal ini
membantu memaksimalkan waktu yang tersedia untuk pembelajaran.
2. Pembelajaran Kontinu
Dalam model ini, guru dapat memberikan pembelajaran yang terus menerus kepada siswa.
Ketika Bu Ratih mengajar Matematika di kelas V, kelas VI dapat belajar dengan guru lain.
Begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, siswa dapat terus belajar tanpa terlalu banyak
gangguan atau kehilangan waktu pembelajaran.
3. Penerapan Kurikulum yang Konsisten
Dengan model Rotasi Pelajaran, guru dapat tetap melaksanakan kurikulum dengan konsisten
di setiap kelas. Mata pelajaran yang diajarkan oleh Bu Ratih, yaitu Matematika di kelas V dan
IPA di kelas VI, tetap sesuai dengan program kurikulum yang telah ditentukan.
4. Pengelolaan Kelas yang Lebih Efektif
Dalam model ini, guru perlu memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik untuk
mengatur dua kelas sekaligus. Namun, dengan persiapan yang tepat, guru dapat
mengelola kelas dengan efektif, memastikan keterlibatan siswa, dan memenuhi
kebutuhan pembelajaran mereka. Dengan pertimbangan efisiensi
waktu, pembelajaran kontinu, konsistensi kurikulum, dan pengelolaan kelas yang
efektif, model Rotasi Pelajaran merupakan model PKR yang paling sesuai dan ideal untuk
diterapkan dalam kasus Bu Ratih di SD Mekarsari.

b. Rancanglah pengelolaan kelas Bu Ratih sesuai dengan model yang dipilih dalam bentuk
sebuah bagan lengkap dengan langkah dan waktu pembelajaran selama 80 menit! Sertakan
penjelasan kegiatan pembelajaran tersebut.
Jawaban
Berikut adalah rancangan pengelolaan kelas Bu Ratih dengan model Rotasi Pelajaran untuk
mengajar kelas V dan kelas VI dalam waktu 80 menit:

Penjelasan Kegiatan Pembelajaran:


1. Pendahuluan dan Pengantar (0-10 menit)
o Bu Ratih memberikan salam pembuka kepada siswa dan memperkenalkan topik yang
akan dipelajari.
o Bu Ratih memberikan gambaran singkat tentang skala pada denah kepada kelas V dan
tentang cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan kepada kelas VI.
o Bu Ratih menjelaskan tujuan pembelajaran dan menghubungkannya dengan
pengetahuan sebelumnya.

2. Pembelajaran Skala Pada Denah dan Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri
dengan Lingkungan (10-30 menit)
o Bu Ratih memberikan penjelasan yang komprehensif tentang skala pada denah
kepada kelas V dan tentang cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
kepada kelas VI.
o Bu Ratih menggunakan contoh dan ilustrasi untuk membantu pemahaman siswa.
o Bu Ratih mendorong partisipasi aktif siswa dengan mengajukan pertanyaan dan
mendengarkan tanggapan mereka.
o
3. Latihan dan Diskusi (30-50 menit)
o Bu Ratih memberikan latihan dan tugas kepada siswa, terkait dengan topik yang telah
dipelajari.
o Siswa bekerja secara mandiri atau dalam kelompok untuk menyelesaikan latihan
tersebut.
o Bu Ratih mengawasi dan memberikan bimbingan kepada siswa saat mereka
mengerjakan latihan.
o Bu Ratih memfasilitasi diskusi kelompok untuk mendorong siswa berbagi pemikiran
dan memperdalam pemahaman mereka.

4. Evaluasi dan Koreksi (50-70 menit)


o Bu Ratih memberikan soal evaluasi atau tugas singkat kepada siswa untuk menguji
pemahaman mereka terhadap materi.
o Siswa mengerjakan evaluasi atau tugas secara mandiri.
o Bu Ratih mengumpulkan dan mengevaluasi jawaban siswa.
o Bu Ratih memberikan umpan balik dan koreksi untuk memperbaiki pemahaman siswa.

5. Penutup dan Kesimpulan (70-80 menit)


o Bu Ratih menyimpulkan pembelajaran dengan merangkum poin-poin penting dari
topik yang telah dipelajari.
o Bu Ratih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait
materi atau memberikan tanggapan mereka.
o Bu Ratih memberikan motivasi dan apresiasi kepada siswa atas partisipasi mereka
dalam pembelajaran.
Pada akhir sesi, Bu Ratih dapat memberikan tugas rumah terkait topik yang dipelajari untuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran mandiri dan memperdalam pemahaman mereka.
Selain itu, penting bagi Bu Ratih untuk mengatur transisi yang mulus antara kelas V
dan kelas VI agar tidak ada kehilangan waktu yang berarti.

3. Pembelajaran harus dilakukan secara efektif, salah satu caranya adalah dengan
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian seorang pendidik
perlu memahami model-model interaksi dalam kegiatan PKR.
a. Penggunaan model Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dalam pembelajaran dapat memiliki
beberapa alasan yang berkaitan dengan tujuan dan peran guru.
Berikut adalah penjelasan mengenai alasan penggunaan model PBAS dari sudut pandang
tujuan dan peran guru:
➢ Tujuan Pembelajaran yang Mendorong Kemandirian
Model PBAS mendukung tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian siswa dalam belajar. Dalam model ini, siswa dituntut untuk mengambil peran
aktif dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui eksplorasi mandiri,
penemuan, dan pengorganisasian materi pembelajaran. Dengan memberikan panduan atau
arahan yang tepat, guru memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan
belajar secara mandiri.
➢ Mendorong Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah
Model PBAS menekankan pada kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dan
mengambil keputusan secara mandiri.
➢ Mendorong Aktivitas Kognitif dan Konstruktivisme
Model PBAS mendorong aktivitas kognitif siswa dengan memberikan kesempatan
bagi siswa untuk aktif berpikir, merenung, dan membangun pemahaman mereka sendiri.
Siswa didorong untuk mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada
dalam konteks yang bermakna bagi mereka. Guru berperan sebagai fasilitator yang
merangsang dan memandu diskusi, pertanyaan, serta refleksi yang
membantu siswa membangun pemahaman mereka sendiri.
➢ Mengembangkan Keterampilan Belajar Seumur Hidup
Model PBAS membantu siswa mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup yang
esensial dalam menghadapi tantangan di dunia yang terus berubah.
Siswa belajar untuk mengelola waktu, mengatur diri sendiri, mengembangkan keterampilan
riset, mengorganisir informasi, dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan
keterampilan ini dan memberikan panduan yang relevan.
b. Penggunaan model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) tipe Tutorial Teman Sebaya
(TTS) dalam pembelajaran memiliki alasan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran
dan peran guru.
Berikut adalah penjelasan alasan-alasan tersebut:
➢ Tujuan Pembelajaran Kolaboratif:
Model PBMKS TTS bertujuan untuk mendorong kolaborasi dan interaksi antara siswa
dalam proses pembelajaran. Melalui tutor teman sebaya, siswa dapat saling membantu dan
mendukung satu sama lain dalam pemahaman materi pelajaran.
Tujuan utama PBMKS TTS adalah memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan
meningkatkan pemahaman siswa melalui interaksi antar siswa.
➢ Pembelajaran Aktif dan Konstruktif:
Dalam model PBMKS TTS, siswa secara aktif terlibat dalam membantu dan mengajar
teman sebaya mereka. Mereka membangun pengetahuan mereka sendiri dengan
menjelaskan konsep, memberikan contoh, atau merangkum materi kepada teman sebaya.
Model ini mendorong siswa untuk berpikir secara mendalam, mengorganisasi informasi
dengan baik, dan mengembangkan keterampilan mengajar yang bermanfaat bagi kedua
belah pihak.
➢ Peningkatan Keterampilan Sosial:
Model PBMKS TTS membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial yang
penting, seperti kemampuan berkomunikasi, empati, dan kerjasama.
Siswa belajar untuk memahami perspektif teman sebaya mereka, mengenali kebutuhan
individu, dan menyampaikan informasi dengan cara yang efektif.
Melalui interaksi tutor teman sebaya, siswa juga mengembangkan keterampilan
mendengarkan dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
➢ Guru sebagai Pendukung dan Fasilitator:
Dalam model PBMKS TTS, peran guru adalah sebagai pendukung dan fasilitator
pembelajaran. Guru memberikan arahan awal, memberi contoh, dan memberikan pedoman
kepada siswa dalam menjalankan peran tutor teman sebaya. Guru juga memberikan
pemantauan dan umpan balik yang relevan kepada siswa untuk memastikan kualitas
pembelajaran yang efektif.
➢ Peningkatan Kepercayaan Diri dan Motivasi:
Dalam model PBMKS TTS, siswa yang bertindak sebagai tutor teman sebaya dapat
merasa lebih percaya diri dan termotivasi karena mereka memiliki kesempatan untuk
mengajar dan membantu teman sekelas mereka.
Hal ini membantu dalam membangun kepercayaan diri, meningkatkan pemahaman mereka
sendiri, dan memperkuat rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran.
c. untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru di sini berperan sebagai fasilitator
dalam menyajikan masalah yang menantang dan membutuhkan pemecahan melalui pemikiran
kritis.
Dengan model pembelajaran ini guru dapat mengajak siswa untuk berpikir lebih mendalam,
menganalisis situasi, mengevaluasi berbagai solusi. Mereka juga akan mengembangkan
kemampuan untuk membuat keputusan yang berdasarkan pemikiran logis dan rasional.
Selain itu, penggunaan model OPS juga mendorong pengembangan keterampilan berpikir
kreatif siswa. Guru berperan dalam menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pemikiran
kreatif siswa dengan memberikan ruang untuk eksplorasi, eksperimen, dan ide-ide inovatif.
Penggunaan model OPS juga dapat memperkuat peran guru sebagai pembimbing dan
pendamping siswa dalam proses pembelajaran. Guru membantu siswa dalam merumuskan
masalah sampai merancang strategi pemecahan masalah.

4. Penilaian terhadap rancangan pelaksanaan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) yang


disusun oleh Pak Roni dapat dilakukan dengan meninjau rumusan indikator dan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
a. Dalam hal ini, ada dua mata pelajaran yang diajarkan, yaitu Bahasa Indonesia untuk kelas II
dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) untuk kelas III.
Indikator pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup pemahaman kata sapaan dan ciri-ciri kata
sapaan dalam dongeng, sedangkan indikator pembelajaran PPKn mencakup pengenalan
kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga.
Indikator-indikator ini memberikan gambaran jelas tentang apa yang harus dicapai oleh siswa
dalam pembelajaran.

Sementara itu, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat memahami kata
sapaan dan ciri-ciri kata sapaan, sedangkan tujuan pembelajaran PPKn adalah agar siswa dapat
mengenal kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga.
Tujuan-tujuan ini menggarisbawahi hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran.
Secara keseluruhan, rumusan indikator dan tujuan pembelajaran dalam rancangan PKR Pak
Roni terlihat baik dan terstruktur dengan baik.
Indikator-indikator tersebut relevan dengan muatan pelajaran yang diajarkan dalam kelas II dan
III, dan tujuan pembelajaran juga sesuai dengan materi yang ingin disampaikan kepada siswa.
Aspek lain seperti metode pengajaran, bahan ajar, penilaian hasil belajar, dan penyesuaian
terhadap kebutuhan siswa juga perlu dievaluasi.
Dalam hal ini, Pak Roni perlu mengembangkan strategi pengajaran yang kreatif dan
menghadirkan bahan ajar yang menarik dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
Selain itu, penilaian hasil belajar siswa harus dilakukan secara komprehensif, termasuk aspek
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran.
Dalam mengajar PKR, Pak Roni juga harus memperhatikan perbedaan kebutuhan dan tingkat
perkembangan siswa di kelas II dan III.
Penggunaan variasi metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik dan minat siswa dapat
membantu mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih efektif.

b. Muatan Pembelajaran: Bahasa Indonesia


Indikator:
1. Mampu mengidentifikasi dan memahami kata sapaan dalam dongeng secara lisan dan
tulis.
2. Mampu menjelaskan ciri-ciri kata sapaan dengan contoh-contoh yang relevan.
Muatan Pembelajaran: PPKn
Indikator:
1. Mampu mengidentifikasi kewajiban sebagai anggota keluarga dan menjelaskannya
dengan contoh konkret.
2. Mampu mengidentifikasi hak sebagai anggota keluarga dan menjelaskannya dengan
contoh konkret.
c. Muatan Pembelajaran: Bahasa Indonesia
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat memahami dan mengidentifikasi kata sapaan dalam dongeng secara lisan
dan tulis.
2. Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri kata sapaan dengan contoh-contoh yang relevan.
Muatan Pembelajaran: PPKn
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengenal dan mengidentifikasi kewajiban sebagai anggota keluarga serta
menjelaskannya dengan contoh konkret.
2. Siswa dapat mengenal dan mengidentifikasi hak sebagai anggota keluarga serta
menjelaskannya dengan contoh konkret.
d. (1) Pada kegiatan pendahuluan ± 10 menit pertama diberikan pengarahan dalam satu ruangan.
Pengarahan yang diberikan meliputi skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan (materi,
dan langkah-langkah kegiatan) serta hasil belajar dari kegiatan yang akan dilakukan hari
tersebut.
(2) Pada kegiatan inti ± 60 menit siswa diminta untuk bekerja di masing-masing kelompok baik
itu kelas IV dan kelas V. Setelah seluruh kerja kelompok selesai, guru meminta masing-masing
kelompok di kelas IV untuk menyajikan hasill kerja kelompok. Sementara untuk siswa kelas
V diminta membuat laporan dari hasil kerja kelompok. Selanjutnya guru melakukan diskusi
kelas dengan siswa kelas IV dan untuk siswa kelas V diminta untuk membuat laporan hasil
diskusi kelompok.
(3) Pada kegiatan penutup ± 10 menit, guru melakukan reviu materi, memberikan penguatan,
komentar dan memberikan tindak lanjut persiapan kegiatan selanjutnya.
➢ Dalam kegiatan pendahuluan, Pak Roni dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa tentang kata sapaan dalam dongeng. Dia juga bisa menggunakan contoh-
contoh dongeng yang mengandung kata sapaan untuk memberikan pemahaman awal
kepada siswa.
➢ Setelah itu, dalam kegiatan inti, Pak Roni dapat memberikan penjelasan lebih mendalam
tentang kata sapaan dan ciri-cirinya. Dia bisa menggunakan contoh-contoh nyata dan
mengajak siswa untuk mengidentifikasi kata sapaan dalam teks atau cerita yang diberikan.
Selain itu, dia juga dapat memanfaatkan buku teks atau materi pembelajaran interaktif
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
➢ Dalam kegiatan penutup, Pak Roni dapat mengadakan diskusi kelompok atau tanya jawab
singkat untuk menguji pemahaman siswa tentang kata sapaan dan ciri-cirinya. Dia juga
dapat memberikan tugas individu kepada siswa untuk mengidentifikasi kata sapaan dalam
dongeng atau membuat daftar kewajiban dan hak mereka sebagai anggota keluarga.
Pak Roni juga dapat memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Misalnya, dia bisa mengajak siswa untuk mengamati dan mengidentifikasi kata sapaan dalam
lingkungan sekitar seperti di sekolah atau di rumah. Dia juga bisa memberikan tugas kepada
siswa untuk melakukan wawancara dengan anggota keluarga tentang kewajiban dan hak
mereka.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai