2. Terdapat sumber berita yang mendukung minimal 2 dapat di ambil dari media
cetak atau elektronik
Pembelajaran Kelas Rangkap Sebagai Salah Satu Solusi Pembelajaran Paket Di
Daerah Kepulauan
Oleh : Lidia Natalia Sitompul, S.Pd
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B dan C sangat
strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan. Penyelenggaraan program ini
terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi,
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah
perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas
pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan
dengan antusias. Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan
kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program
pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis
Kementerian Pendidikan yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan
mutu pendidikan.
Pendidikan luar sekolah mempunyai peran untuk memecahkan masalah-
masalah atau fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan, dengan adanya
pendidikan luar sekolah tersebut masalah-masalah pendidikan yang terkait masalah
banyaknya anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan di sektor formal bisa
merasakan yang namanya pendidikan di sektor nonformal sehingga mereka orang-
orang yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal bisa tetap mendapat ilmu atau
pengetahuan dari sektor nonformal seperti mereka yang tidak bisa bersekolah di
sekolahan bisa mendapatkan pendidikan di PKBM, SKB dan lain sebagainya sesuai
dengan kebutuhan mereka. Bagi yang buta huruf atau buta aksara juga bisa
diberdayakan melalui program-program yang ada di pendidikan nonformal seperti
program keaksaraan yang bisa membantu bagi orang-orang yang tidak bisa membaca
dan menulis untuk diberikan pendidikan bagi para orang yang tidak bisa membaca
dan menulis.
Secara umum permasalahan yang berkaitan dengan warga belajar adalah: (a)
lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu
kelompok sebanyak 40 orang warga belajar; (b) latar belakang sosial ekonomi warga
belajar lemah sehingga frekuensi kehadirannya sangat rendah; (c) warga belajar
menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan; (d)
motivasi belajar rendah, mereka berpendapat tanpa belajar pun mereka sudah
mendapatkan uang. Selain itu keberadaan Tutor yang terbatas juga menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran pada program pembelajaran paket
berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Kegiatan pembelajaran paket B menjadi salah satu kelompok belajar yang
masih banyak peminatnya, mengingat masih banyak masyarakat yang belum
mendapatkan Pendidikan dalam rentang usia tersebut sehingga Penulis merasa perlu
melihat lebih dalam bagaimana pelaksanaan program pembelajaran Paket B sampai
saat ini, apa kendala yang masih dihadapi dan bagaimana solusi yang tepat untuk
diterapkan sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik dan semakin
bermanfaat bagi banyak orang.
Keadaan yang paling umum terjadi pada pelaksanaan pembelajaran paket pada
daerah-daerah, khususnya daerah kepulauan adalah sulit mendapatkan Tutor yang
memiliki latar belakang keguruan, khususnya tutor IPA, Bahasa Inggris, Matematika
dan mata pelajaran lainnya yang sangat diperlukan oleh warga belajar untuk dapat
memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan.
Dengan adanya permasalahan diatas, seharusnya menjadi perhatian pada
Pemerintah dan pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat untuk menemukan
solusi, salah satunya dengan mengarahkan Tutor untuk mengikuti banyak pembinaan
atau peningkatan kompetensi, namun usaha peningkatan kemampuan Tutor tidak
merata karena masih banyak Tutor yang tidak pernah ditatar. Selain itu, jarak tempuh
tempat tinggal Tutor dengan tempat kegiatan belajar sangat jauh sehingga
menyebabkan kurangnya Tutor yang berminat untuk mengajar dengan kondisi seperti
itu.
Apa itu Pembelajaran Kelas Rangkap?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-
lain. Model pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan
pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis.
Ismail Sukardi, menyatakan bahwa Model pembelajaran adalah bentuk atau
tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh
guru kepada siswa.Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengeksplorasi
pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan siswa atau
seseorang mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah
lingkungan belajarnya.
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Model pembelajaran merupakan salah satu
pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif
maupun generatif. Model pemebelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar
peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style) yang keduanya
disingkat menjadi SOLAT ( Style Of Learning And Teaching).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan model pembelajaran adalah
suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan
dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
Berita ke 2
Upaya pengembangan kelas layanan khusus, Dinas Pendidikan (Dispendik)
Kabupaten Probolinggo memberikan sosialisasi sekolah multigrade bagi Kepala
Sekolah Dasar (SD) di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo,
sekaligus kelas rangkap atau multigrade mengatasi kekurangan guru, khususnya di
daerah terpencil.Kegiatan ini diikuti 91 orang Kepala Sekolah Dasar dan 91 orang
guru SD yang tersebar di seluruh Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka
mendapatkan materi dari Tim Inovasi Provinsi Jawa Timur dan Fasda Kabupaten
Probolinggo. Puluhan Kepala dan guru SD ini memperoleh materi kebijakan Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, growth mindset, pemahaman multigrade,
menyusun RTL, kunjungan mandiri ke sekolah multigrade serta menulis refleksi.
Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina melalui Kepala
Bidang Pembinaan SD, Sri Agus Indariyati, Rabu (13/11) mengatakan, sosialisasi
sekolah multigrade bagi kepala SD ini bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan
dengan melaksanakan pembelajaran kelas rangkap (multigrade reaching). “Selain itu,
untuk menindaklanjuti arahan Ibu Bupati dan Ibu Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Probolinggo, untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan
pembelajaran kelas rangkap (multigrade teaching), serta meningkatkan kompetensi
para guru,” katanya. Menurut Sri Agus Indariyati, dasar hukum kegiatan ini Peraturan
Bupati (Perbup) Probolinggo Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Sekolah Multigrade.
Dengan adanya sekolah multigrade ini diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan
guru yang ada di Kabupaten Probolinggo. ”Sekolah multigrade ini merupakan solusi
lain selain melakukan merger sekolah di Kabupaten Probolinggo,” paparnya.
Lebih lanjut, di contohkannya, Kecamatan Sukapura adalah salah satu wilayah
di Kabupaten Probolinggo yang terkenal sebagai destinasi wisata dunia. Di kecamatan
inilah maskot wisata Provinsi Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo, menjulang indah.
Tidak mudah untuk mencapai lokasi kecamatan ini. Letak geografis yang berada di
Pegunungan Tengger membuat beberapa tempat di wilayah ini memiliki tingkat
kesulitan akses yang cukup menantang. Kondisi inilah yang menyebabkan beberapa
sekolah hanya memiliki jumlah siswa kurang dari 55 anak, mulai dari kelas 1 sampai
kelas 6. Data jumlah peserta didik sekolah dasar di Kecamatan Sukapura (2018)
tercatat, dari 21 sekolah dasar yang tersebar di empat gugus, terdapat delapan sekolah
yang memiliki jumlah peserta didik antara 42 sampai dengan 52 anak. Hanya satu
gugus yang jumlah siswanya mencapai di atas 55 orang anak per sekolahnya, yaitu
Gugus 04 yang terdiri atas SDN Pakel I, SDN Pakel II, SDN Kedasih I, dan SDN
Kedasih II yang memiliki jumlah peserta didik antara 80 hingga 111 anak per
sekolahnya. “Berdasarkan kondisi ini, Inovasi berkerja sama dengan Dinas
Pendidikan Kabupaten Probolinggo membentuk Gugus Multigrade, atau Gugus Kelas
Rangkap bagi sekolah dasar di Kecamatan Sukapura yang jumlah peserta didiknya
kurang dari 55 anak per sekolah. Sekolah dengan kelas rangkap ini mempunyai kelas
yang muridnya terdiri atas siswa dengan tingkat kelas, usia, dan kemampuan yang
berbeda dalam satu kelas,” jelas Sri Agus.
Kelas yang digabungkan disesuaikan dengan tema yang memang bisa
digabungkan. Menurut Suyitno, Pengawas Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo, sebelum melaksanakan multigrade/kelas rangkap, guru harus melakukan
bedah kurikulum untuk menentukan tema yang bisa digabungkan dalam satu kelas,
tetapi dengan beban materi yang berbeda.
Contoh konkretnya, gugus dengan jumlah peserta didik kurang dari 55 anak
per sekolah akan menerapkan kelas rangkap. Caranya, dengan menggabungkan dua
kelas atau lebih yang berurutan menjadi satu kelas, misalnya kelas 1 dan kelas 2.
Setelah bergabung dalam kelas yang sama, mereka akan mendapat pembelajaran
tematik.Meskipun tema yang diberikan sama, misalnya Masyarakat Lokal, namun
masing-masing kelompok siswa akan mendapatkan kegiatan yang berbeda. Dengan
cara ini, hasil atau sasaran pembelajaran yang didapatkan oleh siswa tetap sesuai
dengan tingkatan kompetensinya masing-masing. Dinas Pendidikan Kabupaten
Probolinggo menyambut baik program Gugus Multigrade ini. Mereka berharap,
program ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memaksimalkan potensi
setempat, baik potensi guru, siswa, maupun sarana prasarana. “Jika Gugus Multigrade
di Kecamatan Sukapura ini berhasil, maka akan dijadikan model pelaksanaan
multigrade di seluruh sekolah di Kabupaten Probolinggo yang memiliki jumlah
peserta didik kurang dari 50 anak,” tadasnya.
Sejak tahun 2018, Kabupaten Probolinggo diberikan kepercayaan menjalankan
Program Inovasi Multigrade atau Pembelajaran kelas rangkap, dan Kecamatan
Sukapura di jadikan Pilot Projects, ada delapan lembaga sekolah yang mendapat
kesempatan melaksanakan Program Inovasi Multigrade. Program Inovasi Multigrade
ini menjawab tantangan yang selama ini dihadapi dunia pendidikan di Indonesia,
tantangan itu diantaranya kekurangan tenaga pengajar, sedikitnya jumlah murid, dan
tingginya anggaran yang diserap, sehingga inovasi multigrade diharapkan bisa
mengatasi tantangan itu. Inovasi Multigrade dinilai mampu menjawab tantangan yang
saat ini di hadapi dan sudah dikaji Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
nantinya akan dijadikan Program Nasional.
Koordinator Program Inovasi Multigrade, Suyitno, yang sudah melanglang
buana ke daerah-daerah di Indonesia, hanya untuk pengembangan Program Inovasi
Multigrade di Kabupaten Probolinggo Khususnya di kecamatan Sukapura, dengan
rasa bangga menyampaikan kalau sekolah disekitar kawasan Wisata Bromo yang
menjalankan Program Inovasi Multigrade perkembangannya sangat pesat, hal ini
karena dukungan dari semua pihak, baik itu dukungan dari Bupati Probolinggo,
Kepala Diknas beserta jajarannya, pengawas, guru-gurunya dan wali murid.
Suyitno juga menjelaskan, dengan Inovasi Multigrade ini lebih efektif, karena
dengan jumlah murid sedikit dan dua kelas di gabung jadi satu akan menumbuhkan
mindset, atau pola pikir yang sangat luar biasa, kepercayaan diri murid dan guru serta
wali murid akan terbangun. Walaupun masih berjalan hampir satu tahun proses dan
hasilnya sudah bisa dilihat dan dirasakan, terbukti siswa dalam satu kelas yang
jumlahnya sedikit sebelumnya mungkin merasa tertekan akan menjadi lebih
bergairah. Sedangkan tantangan yang dihadapi pada program inovasi Multigrade ini
adalah SDM, ketika menghadapi masalah yang harus dilakukan mencari sulosi yang
tepat, dan solusinya adalah Multigrade yang tentunya tidak mengurangi Kualitas
pembelajaran di sekolah.“Di negara lain Multigrade ini sangat dicari oleh orang tua
murid, tetapi di Indonesia sosialisasinya belum begitu gencar, namun diharapkan
tahun depan akan segera terealisasi di seluruh kabupaten Probolinggo,” tambah
Suyitno.
Kasus Pembelajaran Kelas Rangkap ke 3
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cirimekar 02 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat rusak berat akibat hujan yang mengguyur wilayah Jabodetabek pada 31
Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Bangunan SDN yang berada di Jalan
Kaporlap No. 03 RT 02 RW 05 ini tidak bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan menuntut ilmu para siswa dan siswi ini pun dipindahkan ke tenda darurat.
Tenda darurat didirikan di halaman SDN. Setidaknya ada lima ruang yang atapnya
ambruk dihantam derasnya air hujan. Tiga ruang kelas, satu ruang guru, dan satu
ruang komputer.
Menurut Maulana Hafizd, salah satu pengajar di SDN Cirimekar mengatakan
jika atap sekolah ambruk pada 1 Januari 2020 sekitar pukul 04.30 WIB dini
hari."Enggak ada tanda-tanda (atap) akan roboh," ujar Maulana di lokasi, Senin
(6/1/2020). Maulana mengatakan, bangunan yang roboh ini mulai berdiri sejak 2011.
Di tahun berikutnya, bangunan sudah mulai digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar.Berdasarkan penglihatan Maulana, bangunan tersebut bisa dibilang sangat
kokoh. Namun lantaran hujan mengguyur sangat lama, atap sekolah pun roboh.
"Kalau dibilang masih kokoh. Malah bangunan yang sudah rapuh tidak kenapa-
kenapa," kata dia.
Di SDN Cirimekar sendiri terlihat setidaknya ada tujuh bangunan. Satu
bangunan tempat ibadah, satu bangunan untuk kepala sekolah, satu bangunan rumah
dinas kepala sekolah, dan satu bangunan untuk perpustakaan, satu ruangan digunakan
untuk gudang, dan dua bangunan digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar.Bangunan roboh lantaran hujan hanya satu yang biasa digunakan untuk
belajar mengajar. Satu bangunan untuk belajar mengajar lainnya tidak roboh. Hanya
saja bangunan tersebut tak boleh digunakan demi keselamatan para siswa. Alhasil,
dari enam kelas dengan jumlah siswa sekitar 230 harus mengikuti kegiatan belajar
mengajar di tenda darurat. Lantaran kondisi lapangan yang kecil, hanya satu tenda
darurat yang bisa didirikan pada Sabtu, 4 Januari 2020 kemarin. "Kelasnya
bergantian. Yang ditenda hanya tiga kelas dahulu. Sekitar 150an siswa. Belajarnya
pakai teknik Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), di mana kita mengajar di satu
ruang untuk beberapa kelas. Seharusnya disekat, karena kondisi, ya mau bagaimana
lagi," kata Maulana.
Lanjutan Kelas IV
Pembukaan Lanjutan Kelas V
Lanjutan Kelas VI
Pk. 7.30-8.00 Pk. 8.00 – 8.50
Pembukaan model B (bergilir/berurutan) sebagai berikut:
Pembukaan Pembukaan Pembukaan
di Kelas IV di Kelas V di Kelas VI
Pukul 07.30 pukul 07.40 pukul 07.50
(menunggu 10 menit) (menunggu 20 menit)
Oleh karna itu gunakan cara pembukaan Model A:
Berbagai cara membuka pelajaran dapaat anda lakukan antara lain dengan:
Memperhatikan benda, alat, gambar yang berhubungan dengan materi
pelajaran
Memberikan aba-aba perhatian dan ucaapan salam pembuka.
Membunyikan sesuatu, misalnya peluit.
5. Daftar Pustaka
Depdikbud. 2005. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta : Balai Pustaka.
hlm. 751
Genel Wilkinson. 1980. “Media dalam Pembelajaran Penelitian Selama 60 Tahun
Edisi Indonesia”. Jakarta: CV Rajawali. hlm 28
IGK. AK. Wardhani. 2012. “Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap”
Jakarta:Universitas Terbuka. hlm. 13
IGK Wardhani. 2003. “Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap”.
Jakarta:Universitas Terbuka. hlm. 32
Ismail Sukardi. 2013. “Model-Model Pembelajaran Moderen”.
Yogyakarta: Tunas Gemilang Press. hlm. 29-31.
La Iru dan La Ode Safiun Arihi. 2012. “Analisis Penerapan Pendekatan, Metode,
Strategi dan Model-Model Pembelajaran” Jogjakarta: Multi Presindo. hlm. 6, ,
hlm. 119-120.
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana. 2012. “Konsep Strategi Pembelajaran”.
Bandung: RefikaAditama. hlm. 41
Susilowati. 2001. “Pembelajaran Kelas Rangkap”. Jakarta: Universitas Terbuka.
hlm. 23
Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Depdikbud.
Trianto, Op, Cit.2007. “Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik”. Surabaya: Prestasi Pustaka. hlm. 5
Udin Winataputra. 2004. “Pembelajaran Kelas Rangkap”.
Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. hlm. 23
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Internet :
https://www.liputan6.com/news/read/4148888/sekolah-rusak-berat-akibat-hujan-
siswa-sdn-cirimekar-02-cibinong-belajar-di-tenda-darurat
https://www.harianbhirawa.co.id/kelas-rangkap-mengatasi-kekurangan-guru/
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/352620/kekurangan-guru-116-sdn-di-
kabupaten-probolinggo-terapkan-kelas-rangkap