Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ANALISIS PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Untuk Memenuhi Tugas Uji Kompetensi 3


PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
(PDGK4302)

NAMA : RETNO NURWIDYANINGSIH


NIM : 857460618
POKJAR : PATROL/ INDRAMAYU
PROGRAM STUDI : PGSD S1-MASUKAN SARJANA

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH BANDUNG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
Berikut laporan analisis yang berisi hasil analisis yang dilakukan saya jika pembelajaran
kelas rangkap dijadikan model pembelajaran yang dapat di gunakan saat ini
Penjelasan:
1. Mengemukakan pendapat pribadi
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
mengharuskam guru untuk mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu
yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga
mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan
menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda. Pada
pelaksanaanya pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD atau guru kelas bisa
terus mengajar. Ada kalanya, guru tersebut berhalangan yang menyebabkannya tidak
bisa hadir menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu melaksankan pembelajaran di
sekolah. Akibat kekurangan guru tersebut sehingga memungkin akan menghambat
pelaksanaan tugas pembelajaran dan hak siswa dalam menuntut ilmu di sekolah.
Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap tidak bisa dihindarkan.
Untuk memenuhi hak siswa mendapatkan pembelajaran yang semestinya.
Pembelajaran harus tetap berlangsung. Guru akan mendapatkan pemahaman bahwa
PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus dihadapai sebagai tugas
guru SD. Di samping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi
oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh
guru yang tidak mengajar di kelas rangkap. Dalam laporan ini akan dibahas dari teori
mengenai PKR dengan pelaksanaan PKR di lapangan. Meskipun tidak berada di
daerah terpencil ternyata pelaksanaan PKR masih dibutuhkan. Pembelajaran PKR
nyatanya sekarang digunakan dan di pakai di sekolah saya karena kekurangan guru
dan kelebihan jumlah siswa
Hasil dari kekurangan guru mungkin akan menambah perbedaan perbedaan
hasil belajar dan cara mengajar dikelas. Namun demikian, mengajar dengan
merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya penurunan kualitas
hasil belajar mungkin hal ini dikarenakan belum menemukan teknik yang tepat untuk
melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Dalam pembahasan ini,akan
mengajak untuk memahami hakikat PKR, oleh karena itu tidak lagi menganggap
bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun sebaliknya
PKR merupakan solusi pembelajaran yang akan mendapatkan pemahaman bahwa
PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus hadapi sebagai tugas guru
SD. Selain itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru,
tetapi PKR juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak
mengajar di kelas rangkap.
Perangkapan kelas ini terkadang juga menimbulkan masalah bagi guru dan
orang tua siswa. Bagi guru, memfokuskan konsentrasi pada materi yang sedang
diajarkan untuk siswa dengan tingkatan kelas yang berbeda sulit untuk dilakukan.
Misalnya untuk kelas III guru dapat menggunakan metode diskusi, sedangkan untuk
kelas V menggunakan metode ceramah. Dengan begitu siswa dapat nyaman dalam
pembelajaran dan tidak terganggu dengan kelas lain.
Perangkapan kelas pun juga menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua siswa
karena mereka berpikir bahwa dengan perangkapan kelas ini fokus guru menjadi
terpecah dan dapat mengabaikan beberapa siswa. Sudah menjadi kewajiban bagi guru
untuk mengayomi orang tua siswa untuk menjelaskan sistem pembelajaran rangkap
kelas. Pembelajaran rangkap kelas ini dilakukan juga dikarenakan faktor kekurangan
guru dan kurangnya ruang kelas yang tersedia.
Pembelajaran Kelas Rangkap juga merupakan penggabungan sekelompok
siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di
mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa. Dalam menerapakannya guru harus
menggunakan beberapa model dan hal itu perlu diperhatikan.
Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan di sekolah belum berlangsung
dengan baik serta belum memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kelas
rangkap. Pembelajaran kelas rangkap di sekolah tersebut juga belum memenuhi
karakteristik PKR yang ideal. Ketika ada guru yang tidak hadir yang merupakan
alasan melaksanakan PKR, ternyata ada guru yang menggantikan. Guru tersebut
hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan pembelajaran. Siswa juga
kurang aktif dalam pembelajaran. Ketika yang dihadapi seorang guru baik ia mengajar
di daerah terpencil maupun diperkotaan adalah menghadapi murid dengan tingkat
kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi
diruang dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan yang padat penduduknya
ada kemungkinan seorang guru menghadapi murid lebih dari 40 atau 50 orang hal ini
juga dapat terjadi disatu sekolah favorit karena besarnya minat orang tua untuk
mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut, sementara jumlah ruang kelas
dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi.
Dalam konteks seperti ini maka PKR dapat menjadi salah satu pilihan yang
tepat. Satu ruang kelas yang tadinya berjumlah 40 orang atau lebih, yang diajar oleh
seorang guru pada waktu dan dalam mata pelajaran yang sama maka dengan PKR
dimungkinkan memilah murid menjadi dua kelas atau lebih subkelas yang terdiri atas
10-20 murid. Disetiap subkelas inilah, dalam waktu yang hampir bersamaan, dan
berlangsung pada waktu pembelajaran dengan bimbingan guru, tutor sebaya atau tutor
kakak kelas . Dengan demikan, pengertian perangkapan tidak lagi semata-mata dilihat
dari dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas
yang sama, namun terdiri dari murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan yang
berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara siswa pada tingkat kelas yang
sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran yang sama, tetapi juga
dalam mata pelajaran yang berbeda. Namun saat ini pengertian PKR di Indonesia
ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda pada waktu yang
sama.

2. Terdapat sumber berita yang mendukung minimal 2 dapat di ambil dari media
cetak atau elektronik
Pembelajaran Kelas Rangkap Sebagai Salah Satu Solusi Pembelajaran Paket Di
Daerah Kepulauan
Oleh : Lidia Natalia Sitompul, S.Pd
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B dan C sangat
strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan. Penyelenggaraan program ini
terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi,
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah
perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas
pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan
dengan antusias. Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan
kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program
pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis
Kementerian Pendidikan yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan
mutu pendidikan.
Pendidikan luar sekolah mempunyai peran untuk memecahkan masalah-
masalah atau fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan, dengan adanya
pendidikan luar sekolah tersebut masalah-masalah pendidikan yang terkait masalah
banyaknya anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan di sektor formal bisa
merasakan yang namanya pendidikan di sektor nonformal sehingga mereka orang-
orang yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal bisa tetap mendapat ilmu atau
pengetahuan dari sektor nonformal seperti mereka yang tidak bisa bersekolah di
sekolahan bisa mendapatkan pendidikan di PKBM, SKB dan lain sebagainya sesuai
dengan kebutuhan mereka. Bagi yang buta huruf atau buta aksara juga bisa
diberdayakan melalui program-program yang ada di pendidikan nonformal seperti
program keaksaraan yang bisa membantu bagi orang-orang yang tidak bisa membaca
dan menulis untuk diberikan pendidikan bagi para orang yang tidak bisa membaca
dan menulis.
Secara umum permasalahan yang berkaitan dengan warga belajar adalah: (a)
lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu
kelompok sebanyak 40 orang warga belajar; (b) latar belakang sosial ekonomi warga
belajar lemah sehingga frekuensi kehadirannya sangat rendah; (c) warga belajar
menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan; (d)
motivasi belajar rendah, mereka berpendapat tanpa belajar pun mereka sudah
mendapatkan uang. Selain itu keberadaan Tutor yang terbatas juga menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran pada program pembelajaran paket
berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Kegiatan pembelajaran paket B menjadi salah satu kelompok belajar yang
masih banyak peminatnya, mengingat masih banyak masyarakat yang belum
mendapatkan Pendidikan dalam rentang usia tersebut sehingga Penulis merasa perlu
melihat lebih dalam bagaimana pelaksanaan program pembelajaran Paket B sampai
saat ini, apa kendala yang masih dihadapi dan bagaimana solusi yang tepat untuk
diterapkan sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik dan semakin
bermanfaat bagi banyak orang.
Keadaan yang paling umum terjadi pada pelaksanaan pembelajaran paket pada
daerah-daerah, khususnya daerah kepulauan adalah sulit mendapatkan Tutor yang
memiliki latar belakang keguruan, khususnya tutor IPA, Bahasa Inggris, Matematika
dan mata pelajaran lainnya yang sangat diperlukan oleh warga belajar untuk dapat
memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan.
Dengan adanya permasalahan diatas, seharusnya menjadi perhatian pada
Pemerintah dan pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat untuk menemukan
solusi, salah satunya dengan mengarahkan Tutor untuk mengikuti banyak pembinaan
atau peningkatan kompetensi, namun usaha peningkatan kemampuan Tutor tidak
merata karena masih banyak Tutor yang tidak pernah ditatar. Selain itu, jarak tempuh
tempat tinggal Tutor dengan tempat kegiatan belajar sangat jauh sehingga
menyebabkan kurangnya Tutor yang berminat untuk mengajar dengan kondisi seperti
itu.
Apa itu Pembelajaran Kelas Rangkap?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-
lain. Model pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan
pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis.
Ismail Sukardi, menyatakan bahwa Model pembelajaran adalah bentuk atau
tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh
guru kepada siswa.Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengeksplorasi
pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan siswa atau
seseorang mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah
lingkungan belajarnya.
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Model pembelajaran merupakan salah satu
pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif
maupun generatif. Model pemebelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar
peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style) yang keduanya
disingkat menjadi SOLAT ( Style Of Learning And Teaching).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan model pembelajaran adalah
suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan
dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
Berita ke 2
Upaya pengembangan kelas layanan khusus, Dinas Pendidikan (Dispendik)
Kabupaten Probolinggo memberikan sosialisasi sekolah multigrade bagi Kepala
Sekolah Dasar (SD) di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo,
sekaligus kelas rangkap atau multigrade mengatasi kekurangan guru, khususnya di
daerah terpencil.Kegiatan ini diikuti 91 orang Kepala Sekolah Dasar dan 91 orang
guru SD yang tersebar di seluruh Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka
mendapatkan materi dari Tim Inovasi Provinsi Jawa Timur dan Fasda Kabupaten
Probolinggo. Puluhan Kepala dan guru SD ini memperoleh materi kebijakan Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, growth mindset, pemahaman multigrade,
menyusun RTL, kunjungan mandiri ke sekolah multigrade serta menulis refleksi.
Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina melalui Kepala
Bidang Pembinaan SD, Sri Agus Indariyati, Rabu (13/11) mengatakan, sosialisasi
sekolah multigrade bagi kepala SD ini bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan
dengan melaksanakan pembelajaran kelas rangkap (multigrade reaching). “Selain itu,
untuk menindaklanjuti arahan Ibu Bupati dan Ibu Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Probolinggo, untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan
pembelajaran kelas rangkap (multigrade teaching), serta meningkatkan kompetensi
para guru,” katanya. Menurut Sri Agus Indariyati, dasar hukum kegiatan ini Peraturan
Bupati (Perbup) Probolinggo Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Sekolah Multigrade.
Dengan adanya sekolah multigrade ini diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan
guru yang ada di Kabupaten Probolinggo. ”Sekolah multigrade ini merupakan solusi
lain selain melakukan merger sekolah di Kabupaten Probolinggo,” paparnya.
Lebih lanjut, di contohkannya, Kecamatan Sukapura adalah salah satu wilayah
di Kabupaten Probolinggo yang terkenal sebagai destinasi wisata dunia. Di kecamatan
inilah maskot wisata Provinsi Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo, menjulang indah.
Tidak mudah untuk mencapai lokasi kecamatan ini. Letak geografis yang berada di
Pegunungan Tengger membuat beberapa tempat di wilayah ini memiliki tingkat
kesulitan akses yang cukup menantang. Kondisi inilah yang menyebabkan beberapa
sekolah hanya memiliki jumlah siswa kurang dari 55 anak, mulai dari kelas 1 sampai
kelas 6. Data jumlah peserta didik sekolah dasar di Kecamatan Sukapura (2018)
tercatat, dari 21 sekolah dasar yang tersebar di empat gugus, terdapat delapan sekolah
yang memiliki jumlah peserta didik antara 42 sampai dengan 52 anak. Hanya satu
gugus yang jumlah siswanya mencapai di atas 55 orang anak per sekolahnya, yaitu
Gugus 04 yang terdiri atas SDN Pakel I, SDN Pakel II, SDN Kedasih I, dan SDN
Kedasih II yang memiliki jumlah peserta didik antara 80 hingga 111 anak per
sekolahnya. “Berdasarkan kondisi ini, Inovasi berkerja sama dengan Dinas
Pendidikan Kabupaten Probolinggo membentuk Gugus Multigrade, atau Gugus Kelas
Rangkap bagi sekolah dasar di Kecamatan Sukapura yang jumlah peserta didiknya
kurang dari 55 anak per sekolah. Sekolah dengan kelas rangkap ini mempunyai kelas
yang muridnya terdiri atas siswa dengan tingkat kelas, usia, dan kemampuan yang
berbeda dalam satu kelas,” jelas Sri Agus.
Kelas yang digabungkan disesuaikan dengan tema yang memang bisa
digabungkan. Menurut Suyitno, Pengawas Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo, sebelum melaksanakan multigrade/kelas rangkap, guru harus melakukan
bedah kurikulum untuk menentukan tema yang bisa digabungkan dalam satu kelas,
tetapi dengan beban materi yang berbeda.
Contoh konkretnya, gugus dengan jumlah peserta didik kurang dari 55 anak
per sekolah akan menerapkan kelas rangkap. Caranya, dengan menggabungkan dua
kelas atau lebih yang berurutan menjadi satu kelas, misalnya kelas 1 dan kelas 2.
Setelah bergabung dalam kelas yang sama, mereka akan mendapat pembelajaran
tematik.Meskipun tema yang diberikan sama, misalnya Masyarakat Lokal, namun
masing-masing kelompok siswa akan mendapatkan kegiatan yang berbeda. Dengan
cara ini, hasil atau sasaran pembelajaran yang didapatkan oleh siswa tetap sesuai
dengan tingkatan kompetensinya masing-masing. Dinas Pendidikan Kabupaten
Probolinggo menyambut baik program Gugus Multigrade ini. Mereka berharap,
program ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memaksimalkan potensi
setempat, baik potensi guru, siswa, maupun sarana prasarana. “Jika Gugus Multigrade
di Kecamatan Sukapura ini berhasil, maka akan dijadikan model pelaksanaan
multigrade di seluruh sekolah di Kabupaten Probolinggo yang memiliki jumlah
peserta didik kurang dari 50 anak,” tadasnya.
Sejak tahun 2018, Kabupaten Probolinggo diberikan kepercayaan menjalankan
Program Inovasi Multigrade atau Pembelajaran kelas rangkap, dan Kecamatan
Sukapura di jadikan Pilot Projects, ada delapan lembaga sekolah yang mendapat
kesempatan melaksanakan Program Inovasi Multigrade. Program Inovasi Multigrade
ini menjawab tantangan yang selama ini dihadapi dunia pendidikan di Indonesia,
tantangan itu diantaranya kekurangan tenaga pengajar, sedikitnya jumlah murid, dan
tingginya anggaran yang diserap, sehingga inovasi multigrade diharapkan bisa
mengatasi tantangan itu. Inovasi Multigrade dinilai mampu menjawab tantangan yang
saat ini di hadapi dan sudah dikaji Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
nantinya akan dijadikan Program Nasional.
Koordinator Program Inovasi Multigrade, Suyitno, yang sudah melanglang
buana ke daerah-daerah di Indonesia, hanya untuk pengembangan Program Inovasi
Multigrade di Kabupaten Probolinggo Khususnya di kecamatan Sukapura, dengan
rasa bangga menyampaikan kalau sekolah disekitar kawasan Wisata Bromo yang
menjalankan Program Inovasi Multigrade perkembangannya sangat pesat, hal ini
karena dukungan dari semua pihak, baik itu dukungan dari Bupati Probolinggo,
Kepala Diknas beserta jajarannya, pengawas, guru-gurunya dan wali murid.
Suyitno juga menjelaskan, dengan Inovasi Multigrade ini lebih efektif, karena
dengan jumlah murid sedikit dan dua kelas di gabung jadi satu akan menumbuhkan
mindset, atau pola pikir yang sangat luar biasa, kepercayaan diri murid dan guru serta
wali murid akan terbangun. Walaupun masih berjalan hampir satu tahun proses dan
hasilnya sudah bisa dilihat dan dirasakan, terbukti siswa dalam satu kelas yang
jumlahnya sedikit sebelumnya mungkin merasa tertekan akan menjadi lebih
bergairah. Sedangkan tantangan yang dihadapi pada program inovasi Multigrade ini
adalah SDM, ketika menghadapi masalah yang harus dilakukan mencari sulosi yang
tepat, dan solusinya adalah Multigrade yang tentunya tidak mengurangi Kualitas
pembelajaran di sekolah.“Di negara lain Multigrade ini sangat dicari oleh orang tua
murid, tetapi di Indonesia sosialisasinya belum begitu gencar, namun diharapkan
tahun depan akan segera terealisasi di seluruh kabupaten Probolinggo,” tambah
Suyitno.
Kasus Pembelajaran Kelas Rangkap ke 3
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cirimekar 02 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat rusak berat akibat hujan yang mengguyur wilayah Jabodetabek pada 31
Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Bangunan SDN yang berada di Jalan
Kaporlap No. 03 RT 02 RW 05 ini tidak bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan menuntut ilmu para siswa dan siswi ini pun dipindahkan ke tenda darurat.
Tenda darurat didirikan di halaman SDN. Setidaknya ada lima ruang yang atapnya
ambruk dihantam derasnya air hujan. Tiga ruang kelas, satu ruang guru, dan satu
ruang komputer.
Menurut Maulana Hafizd, salah satu pengajar di SDN Cirimekar mengatakan
jika atap sekolah ambruk pada 1 Januari 2020 sekitar pukul 04.30 WIB dini
hari."Enggak ada tanda-tanda (atap) akan roboh," ujar Maulana di lokasi, Senin
(6/1/2020). Maulana mengatakan, bangunan yang roboh ini mulai berdiri sejak 2011.
Di tahun berikutnya, bangunan sudah mulai digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar.Berdasarkan penglihatan Maulana, bangunan tersebut bisa dibilang sangat
kokoh. Namun lantaran hujan mengguyur sangat lama, atap sekolah pun roboh.
"Kalau dibilang masih kokoh. Malah bangunan yang sudah rapuh tidak kenapa-
kenapa," kata dia.
Di SDN Cirimekar sendiri terlihat setidaknya ada tujuh bangunan. Satu
bangunan tempat ibadah, satu bangunan untuk kepala sekolah, satu bangunan rumah
dinas kepala sekolah, dan satu bangunan untuk perpustakaan, satu ruangan digunakan
untuk gudang, dan dua bangunan digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar.Bangunan roboh lantaran hujan hanya satu yang biasa digunakan untuk
belajar mengajar. Satu bangunan untuk belajar mengajar lainnya tidak roboh. Hanya
saja bangunan tersebut tak boleh digunakan demi keselamatan para siswa. Alhasil,
dari enam kelas dengan jumlah siswa sekitar 230 harus mengikuti kegiatan belajar
mengajar di tenda darurat. Lantaran kondisi lapangan yang kecil, hanya satu tenda
darurat yang bisa didirikan pada Sabtu, 4 Januari 2020 kemarin. "Kelasnya
bergantian. Yang ditenda hanya tiga kelas dahulu. Sekitar 150an siswa. Belajarnya
pakai teknik Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), di mana kita mengajar di satu
ruang untuk beberapa kelas. Seharusnya disekat, karena kondisi, ya mau bagaimana
lagi," kata Maulana.

3. Terdapat beberapa pendapat yang mendukung minimal 5 teori


A. Pengertian Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan
mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam
satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu.
Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas
digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru
tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas
yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga mengandung arti bahwa,
seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa-
siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda.
Multigrade teaching atau pembelajaran kelas rangkap di SD sudah banyak
dilaksanakan di Indonesia di negara-negara maju hal ini sudah menjadi bagian dari
sistem pendidikan secara utuh. Pengembangan dan penggunaan model ini
dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru,letak geografis yang sulit
dijangkau, jumlah siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran
guru.Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan
mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam
satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu.
Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas
digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru
tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas
yang berbeda dengan program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja
secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang
kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru. PKR
adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam
satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih
tingkat kelas yang berbeda. (Wardhani, 1998).
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan
mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam
satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu.
Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas
digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru
tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas
yang berbeda dengan program yang berbeda atau murid dari dua kelas bekerja
secara sendiri-sendiri diruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang
kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru.
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah satu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, pada
saat yang sama dan menghadapi dua atau lebih dalam saat yang sama dan
menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Pembelajaran Kelas
Rangkap juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-
beda (IG.AK.Wardhani, 1998)
Dari uraian di atas Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) tidak lagi semata-
mata dilihat dari dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda, tetapi juga dalam satu
tingkat kelas yang sama, namun terdiri dari murid dengan tingkat kemampuan dan
kemajuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada
tingkat kelas yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran yang
sama, tetapi juga dalam mata pelajaran yang berbeda.
B. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap
Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Pembelajaran Kelas Rangkap
merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri
dari dua atau tiga tingkat kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh
satu guru saja untuk beberapa waktu. pembelajaran kelas yang berbeda belajar dua
hal utama, yaitu kelas terintegrasi secara terintegrasi dan belajar mengajar siswa
sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua
kelas yang berbeda dengan program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas
bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi
ruang kelas yang berlainan dan program yang diajarkan yang berbeda oleh satu
guru. Suatu pembelajaran yang menerapkan guru mengajar dalam satu ruangan atau
lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah satu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR
juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih
dan menghadapi murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.
C. Alasan Diadakannya Kelas Rangkap
Beberapa hal yang mendasari yang mejadi alasan mengapa pembelajaran kelas
rangkap (PKR) diperlukan, yaitu sebagai berikut:
a. Alasan Geografis
Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang
berpindah-pindah dan adanya mata pencaharian khusus, seperti menangkap
ikan, menebang kayu dan sebagainya, mendorong penggunaan PKR. Saat itu
(1995), demam mencari emas sedang memanas di Kalimantan Tengah. Di
desa karombang misalnya, diantara penambang mas tradisional ada yang
memboyong anak-anaknya yang sudah berumur seusia anak SD. Di antaranya
bahkan ada yang sudah duduk di SD. Dengan kondisi ini, sekolah dengan satu
guru (one-school teacher) adalah solusinya.
b. Alasan Demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apa lagi tinggal di
daerah pemukiman yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai pendekatan
pembelajaran yang praktis
c. Kekurangan Guru
Walaupun jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk
mencari guru yang dengan suka cita mengajar di daerah terpencil. Praktik
penempatan guru SD mirip kerucut terbalik. Yang lancip adalah SD di daerah
terpencil dan jumlah guru yang tersedia bertugas di daerah terpencil.
Terbatasnya sarana transportasi, alat dan media komunikasi dapat menciutkan
nyali guru untuk bertugas di daerah terpencil. Belum lagi harga keperluan
sehari-hari yang jauh lebih mahal daripada di daerah perkotaan, sementara
besarnya gaji yang diterima tidak berbeda. Ditambah dengan tanggal gajian
yang lambat dan tidak teratur, dan terbatasnya peluang untuk mendapatkan
pendidikan dan pelatihan lanjutan, serta pengembangan karier maka
lengkaplah sudah minat guru untuk mengadu nasib di daerah terpencil.
d. Terbatasnya ruang kelas
Walau jumlah muridnya cukup besar, jumlah ruang kelas yang tersedia
jauh lebih kecil daripada rombongan belajar. Salah satu jalan untuk mengarasi
masalah ini adalah menggabungkan dua atau lebih rombongan yang diajar
oleh seorang guru, dan tentu saja PKR diperlukan.
e. Kehadiran guru
Alasan ini tidak hanya berlaku bagi SD daerah terpencil, di kota besar
pun juga berlaku. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat guru
untuk datang mengajar. Guru yang tidak kena musibah atau beruntung karena
berumah dekat sekolah, harus mengajar kelas yang tidak ada gurunya.
f. Alasan lainnya
Ketika yang dihadapi seorang guru baik ia mengajar di daerah terpencil
maupun diperkotaan adalah menghadapi murid dengan tingkat kemampuan
dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi diruang
dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan yang padat penduduknya
ada kemungkinan seorang guru menghadapi murid lebih dari 40 atau 50 orang
hal ini juga dapat terjadi disatu sekolah favorit karena besarnya minat orang
tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut, sementara
jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang
tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif (Susilowati, dkk.).
Dalam konteks seperti ini maka PKR dapat menjadi salah satu pilihan yang
tepat. Satu ruang kelas yang tadinya berjumlah 40 orang atau lebih, yang diajar oleh
seorang guru pada waktu dan dalam mata pelajaran yang sama maka dengan PKR
dimungkinkan memilah murid menjadi dua kelas atau lebih subkelas yang terdiri
atas 10-20 murid. Disetiap subkelas inilah, dalam waktu yang hamper bersamaan,
berlangsung pembelajaran denga bimbingan guru, tutor sebaya atau tutor kakak.
Dengan demikan, pengertian perangkapan tidak lagi semata-mata dilihat dari dua
atau lebih tingkat kelas yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas yang
sama, namun terdiri dari murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan yang
berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada tingkat kelas
yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran yang sama, tetapi
juga dalam mata pelajaran yang brrbeda. Namun saat ini pengertian PKR di
Indonesia ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda pada
waktu yang sama (Susilowati, dkk.).
D. Tujuan, Fungsi, Dan Manfaat PKR
Adapun tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek berikut :
1) Quantity dan Equity
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan kita
untuk memenuhi asas quantity (jumlah) dan equity (pemerataan). Dengan
jumlah guru yang kita miliki saat ini, kita dapat memberikan pelayanan
pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang
lebih besar jumlahnya, disamping itu kita mampu memberikan layanan yang
lebih adil dan merata.
2) Ekonomis
PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya
pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses
pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu ruang atau
beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara
ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat
akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama,
perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit,
kecil, dan terpencil sekalipun.
3) Pedagogis
Sudah seringkali bahwa pendidikan kita di kritik sebagai sistem yang belum
mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. Lulusan kita dinilai
kurang kreatif, bahkan cenderung pasif dan mudah menyerah. Pengalaman
sejumlah negara yang mempraktikkan PKR menunjukkan bahwa, strategi ini
mampu meningkatkan kemandirian murid. Apabila Anda mempelajari lebih lanjut
pembahasan unit-unit dalam PKR, maka Anda akan menyimak bahwa seorang
guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4) Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang
mudah dijangkau oleh anak. Dengan demikian kekawatiran orang tua terhadap
keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebabkan
anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus
sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan pada saat murid pergi atau
pulang sekolah.
E. Prinsip yang Mendasari PKR
PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut:
1) Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang
bersamaan. Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar
mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang terjadi
secara serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai
tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan siswa dan
dikelola dengan benar. Dengan demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan
siswa hanya untuk mengisi kekosongan saja , maka bukan PKR yang
diharapkan.
2) Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Selama PKR berlangsung, siswa aktif menghayati pengalaman belajar
yang bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang
hilang karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu
yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang
memakan waktu. Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah
kadar WKA.
3) Kontak Psikologis guru dan siswa yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar
semua siswa merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar
mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik.Menghadapi
dua kelas atau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu
meyakinkan siswa bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan
pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional
dan tindakan pengelolaan yang tepat.
4) Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan
penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau
mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan
dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya,
menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi
petunjuk yang jelas atau menegur siswa.
5) Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan/sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA
yang tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien.
Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat
dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian dengan orang dan waktu. Siswa yang
pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu harus dikelola dengan cermat
sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi.
6) Membiasakan siswa untuk mandiri
Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan
terbiasa mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan
memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga
kadar WKA menjadi semakin tinggi.
Prinsip- prinsip dalam PKR adalah ketentuan-ketentuan yang memandu dan
mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola
pembelajaran. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) seperti pada umumnya
memiliki prinsip-prinsip umum baik yang bersifat psikologis-pedagogis maupun
didaktik-metodik. Psikologis-pedagogis berkenaan dengan perubahan perilaku
siswa, sedangkan didaktik-metodik berkenaan dengan strategi atau prosedur
pembelajaran. Prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain:
 Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan
perilakunya menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan
tingkatannya (Piaget dalam Bell-Gredler:1986).
 Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari dalam diri
siswa (motivasi instrinsik) maupun yang datang dari luar diri siswa (motivasi
instrumental). Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan
menumbuhkan motivasi siswa agar merasa butuh dan mau belajar. Bila sudah
tumbuh, motivasi tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui
berbagai bentuk penguatan (reinforcement). (Skinner dalam Turney: 1977).
 Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun
pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui transformasi pengalaman.
Proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman
konkret (concrete experience), pengamatan mendalam (reflective
observation), pemikiran abstrak (abstract conseptualization), dan percobaan
atau penerapan secara aktif (active experimentation). (Kolb: 1986).
 Belajar dari teman seusia (peer group) terutama mengenai sikap dan
keterampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang
sengaja dirancang.
 Pencapaian dampak instruksional (instuructional effects) dan dampak
pengiring (nurturant effect)menuntut lingkungan dan suasana belajar yang
memungkinkan sisswa dapat melakukan kegiatan belajar yang dirancang
dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.
F. Karakteristik PKR yang ideal
Ada beberapa ciri PKR dikatakan sebagai suatu pembelajaran yang ideal
misalnya :
1) Kelas tampak hidup, siswa tampak lebih ceria.
2) Proses belajar berlangsung serempak, apalagi siswa yang berbeda tingkat kelas
ada dalam satu ruang.
3) Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber
belajar.
4) Siswa aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak.
5) Adanya asas kooperatif-kompetitif, siswa bersemangat mengerjakan tugas.
6) Belajar sambil bermain.
7) Ada berhatian khusus bagi siswa yang lambat dan yang cepat.
8) Guru menggunakan berbagai seumber belajar.
9) Prinsip perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat
kelas atau lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang
bersamaan.
10) Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan siswa.
Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal
kualitas pembelajarannya dan keterlibatan siswa, perlu pengelolaan kelas yang baik.
Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk :
 Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
Situasi kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan
untuk mendorong siswa melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan
oleh siswa untuk melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat
menciptakan situasi tersebut guru sebaiknya terampil dalam:
a. Menanggapi dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya
interaksi belajar mengajar.
b. Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun
verbal. Bicara dengan jelas sehingga semua siswa mendengar, arahkan
pandangan ke semua siswa.
c. Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga siswa-siswa
memahami tugas dan peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan
belajarmengajar.
d. Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku
menyimpang dari siswa.
e. Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai
dengan keperluan dan situasi secara wajar.
 Mengendalikan kondisi belajar yang optimal
Bila ada siswa yang berperilaku yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi
harus dikendalikan. Hakikat belajar adalah perubahan, maka bila Anda melihat
adanya perilaku menyimpang harus segera Anda ubah menjadi perilaku yang
baik. Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengajarkan dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2) Menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3) Memberi hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku
menyimpang.
G. Peran Guru dalam PKR
a. Sebagai perancang kurikulum
Hal ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan
untuk membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan
serba kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin
dilaksanakan dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara
berurutanpun mengalami kesulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih
butir atau bagian kurikulum yang memerlukan penekanan. Atas dasar butir-
butir itu guru memutuskan konsep dan fakta yang akan diajarkannya dan
mengurutkan kembali tujuan instruksional yang ingin dicapainya
berdasarkan tingkat/kelas yang akan diajarkannya.
b. Sebagai sumber informasi yang kreatif
Guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi sumber informasi tatapi juga
sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan keadaan yang serba
kurang. Ia harus memberi arahan kepada muridnya agar mereka tidak
membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala
macam kegiatan. Guru PKR senantiasa berusaha untuk mengaitkan mata
pelajaran yang diajarkannya dengan kegiatan yang lazim dilakukan anak
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kaitan itu pun harus disesuaikan
dengan lingkungan mereka.
c. Sebagai Administrator
Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, guru PKR harus merencanakan
dan mengatur kelasnya dan jadwal pelajaran dengan seksama. Hasil
maksimal dapat dicapai jika guru PKR dapat melibatkan muridnya secara
aktif, bukan saja untuk belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar
teman-temannya yang tertinggal. Guru PKR juga harus mampu
memanfaatkan segenap sumber daya yang ada di desa, termasuk penduduk
setempat untuk membantu berlangsungnya proses pembelajaran dan
pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.
d. Sebagai seorang professional.
Guru PKR senantiasa berusaha untuk meningkatkan kompetensinya dan
meningkatkan gaya mengajarnya. Walapun kesempatan untuk mengikuti
pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian guru yang ada di daerah
terpencil sulit diwujutkan, tetapi niat profesional harus tetap dipelihara dan
yang penting semangat itu selalu ada. Salah satu ciri seorang guru
professional adalah juga tidak cepat putus asa.
e. Sebagai agen pembawa perubahan
Guru berperan sebagai pengayom dan juga sebagai sosok yang mewakili
misi moral dan nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus
berusaha keras untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap
dan perilaku anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah
dan melalui interaksi dengan anggota masyarakat setempat.
H. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Beberapa model yang sering digunakan dalam PKR adalah sebagai berikut :
 Model PKR 221 : Dua Kelas, Dua Mata pelajaran, Satu Ruangan.
 Model PKR 222 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan.
 Model PKR 333 : Tiga Kelas, Tiga Mata Pelajaran, Tiga Ruangan.
I. Pengelompokan Kelas
Pengelolaan dan Pengelompokan Siswa Kelas Rangkap
Dalam pelaksanaan PKR pengelompokan siswa merupakan suatu keharusan guna
menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokan belajar
siswa ini terdapat beberapa cara yang dapat dipilih sesuai kebutuhan diantaranya:
1) Pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar
Dengan cara ini kelas I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing diperlakukan
sebagai suatu kesatuan. Artinya bila PKR dilaksanakan di satu ruang
misalnya kelas III, IV, dan V, di dalam ruangan itu terdapat tiga kelompok
siswa sesuai kelasnya. Pengelompokan ini bersifat formal sesuai dengan
setatus administratif siswa.
2) Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan homogeny
Dengan cara ini siswa dikelompokan bukan atas dasar kelas tetapi atas
dasar kemampuan sesuai hasil tes kemampuan atau catatan prestasi
sebelumnya. Berdasarkan hasil tes tersebut siswa dikelompokan ke dalam
siswa kelompok diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawaah rata-rata.
3) Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran
Dengan cara ini siswa dikelompokan atas dasar bakat dan keterampilanya
dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu proyek
belajar misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan
menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Dalam sebuah kelompok
diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat, dan minat,
agar proyek belajar itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama
dengan pembatasan sessuai dengan kemampuan bakat dan minatnya.
4) Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan usia
Pengelompokan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa kelompok siswa
yang usianya sama memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang
kurang lebih sama. Seperti diketahui bahwa siswa dalam suatu rombongan
belajar atau kelas di SD terdiri atas siswa dalam kelompok usia tertentu
misalnya kelas satu terdiri atas siswa berusia 6-7 tahun, kelas II berisi siswa
berusia 7-8 tahun dan sebagainya.
5) Pengelompokan siswa berdasarkan kompatibilitas siswa
Cara ini bertolak dari kenyataan bahwa secara sosial siswa memiliki
kelompok atas dasar pertemanan yang saling menyukai karena sering
berangkat bersama, tempat tinggal berdekatan, atau duduk dikelas selalu
bersama. Secara insidental pengelompokan ini dapat digunakan sesuai
kebutuhan pembelajaran misalnya dalam tugas pembuatan denah tempat
tinggal di lingkungan rukun warga, desa atau kompleks perumahan.
6) Pengelompokan siswa berdasarkan kebutuhan pembelajaran
Cara ini digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan dari pembelajaran
suatu topik dengan modelpembelajaran tertentu. Misalnya dalam simulasi
atau bermain peranatau permainan siswa dikelompokan sesuai dengan tugas
dan peran yang harus dilakukan pada saat itu.
J. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Penerapan model pembelajaran kelas rangkap dalam pembelajaran dikelas,
menurut La Iru dan La Ode Safiun Arihi diantaranya sebagai berikut:
1. Pada bagian pendahuluan 10 menit pertama berikan pengantar dan
pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan
tulis bagi dua. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan.
2. Pada kegiatan inti 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai
untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan
pemantapan, bimbingan, balikan sesuai keperluan.
3. Pada kegiatan penutup 10 menit terakhir berdirilah di depan kelas
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review atas materi dan
kegiatan yang baru berlaku.
4. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan
tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan
berikutnya atau mungkin juga untuk hari berikutnya.
Menurut Udin Winataputra langkah-langkah penggunaan model Pembelajaran
Kelas Rangkap adalah :
1. Pada kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru
memberikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan
dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi dua. Tuliskan topik dan hasil
belajar yang diharapkan dari kelas III dan kelas IV. Ikuti langkah-
langkah untuk masing-masing kelas yang akanditempuh selama
pertemuan.
2. Pada kegiatan inti 1, 2, 3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode
yang sesuai dengan tujuan untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan
berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai dengan
keperluan. Gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
3. Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir , berdirilah di
depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu atas
materi dan kegiatan yang baru berlaku.
4. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Kemudian berikan
tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan
berikutnya atau mungkin untuk hari berikutnya.
Sedangkan menurut Aria Djalil ddk, prosedur penggunaan model Pembelajaran
Kelas Rangkap adalah :
1) Pada kegiatan pendahuluan 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan
dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis bagi dua.
Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas III dan IV. Ikuti dengan
langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan
itu 80 menit.
2) Pada kegiatan inti 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk
masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan,
bimbingan, balikan sesuai keperluan. Terapkan prinsip ”withitness, alertness, dan
overlappingness”. Gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
3) Pada kegiatan penutup 10 menit terakhir berdirilah di depan kelas menghadapi
kedua kelas untuk mengadakan reviu atas materi dan kegiatan yang baru berlaku.
Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut
berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau mungkin
juga untuk hari berikutnya.
4) Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur dan langkah-
langkah Pembelajaran Kelas Rangkap adalah sebagai berikut:
 Merumuskan tujuan
 Memilih dan menata bahan belajar
 Menyusun rancanngan kegiatan belajar (RPP Kelas Rangkap)
 Menyusun langkah dan alat evaluasi

K. Penerapan Model Pembelajaran Kelas Rangkap


Untuk menerapkan model Pembelajaran Kelas Rangkap ini Anda perlu mengikuti
petunjuk sebagai berikut:
1) Pada kegiatan pendahuluan lebih kurang 15 menit pertama, satukan warga belajar
kelas V dan kelas VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi.
Berikan pengantar dan pengarahan umum. Bila tidak mungkin bisa menyatukan
warga belajar dalam satu ruangan, gunakan halaman/teras, dan bila tidak
mungkin lagi murid tetap di ruang masing-masing tetapi Tutor berada di pintu
yang menghubungkan antara dua kelas.
2) Pada kegiatan inti lebih kurang 90 menit berikutnya, terapkan aneka metode yang
sesuai untuk masing-masing kelas. Yang perlu diperhatiakn adalah jangan sampai
pada saat Tutor sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang lain tidak ada
kegiatan sehingga terjadi keributan. Tutor harus mengatur kepindahan dari ruang
ke ruang secara seimbang, artinya jangan banyak menggunakan waktu di satu
ruang. Ada saat dimana Tutor harus berdiri di pintu penghubung.
3) Pada kegiatan penutup lebih kurang 15 menit terakhir berdirilah di
pintu penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review umum
mengenai materi dan kegiatan belajar yang baru berlaku. Berikan komentar dan
penguatan sesuai dengan keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa
tugas untuk masing-masing kelas, kemudian persiapan untuk jam pelajaran.
4) Sebaiknya untuk menerapkan model PKR ini, aturlah tempat duduk warga
belajar sedemikian rupa sehingga pandangan warga belajar mengarah kedepan
dan kearah pintu penghubung.
L. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menerapkan Pola Dasar PKR
Di dalam menerapkan pola dasar PKR selain model Pembelajaran Kelas Rangkap,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti berikut:
1) Mata pelajaran yang menekankan pada keterampilan melafalkan atau bersuara
seperti membaca, menyanyi, atau bergerak seperti praktek olahraga tidak
boleh dirangkap dengan mata pelajaran yang menekankan pada proses kognitif
seperti Matematika, IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia. Alasannya adalah
dalam pembelajaran aspek kognitif siswa memerlukan konsentrasi dalam
berpikir yang apabila dirangkap dengan pembelajaran keteampilan gerak atau
verbal satu sama lain akan merasa saling terganggu.
2) Perangkapan kelas dalam ruangan lebih dari tiga tidak dianjurkan karena
sukar untuk dikelola antara lain Tutor akan sangat repot mengesak dari kelas
ke kelas. Waktu tunggu setiap kelas akan sangat banyak sehingga waktu
keaktifan akademik akan sangat terbatas karena waktu warga belajar “off-
task” bisa jadi lebih banyak daripada waktu siswa”on-task”. Karena itu jumlah
ruangan yang sebaiknya dipakai dalam suatu perangkapan kelas paling banyak
tiga ruangan dan yang paling ideal adalah 1-2 ruangan.
Secara umum, dalam menerapkan Pembelajaran Kelas Rangkap, seorang Tutor
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Materi yang disampaikan Tutor harus mempunyai kesamaan materi atau
berkesinambungan agar pembelajaran tercapai.
2) Sebelum pembelajaran dimulai Tutor harus menunjuk salah satu warga belajar
untuk mendemonstrasikan materi yang akan dipelajari. Kemudian setelah siswa
yang telah maju atau yang telah mendemonstrasikan materi dia menunjuk salah
satu temannya untuk mendemonstrasikan apa yang telah ia praktekkan di depan
kelas.
3) Setelah itu Tutor mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah
selesai disampaikan kepada warga belajarnya, dan juga Tutor memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apa yang belum dimengerti
oleh peserta didik, setelah itu Tutor memberikan tugas rumah yang akan
dikerjakan oleh warga belajar.
4) Keterampilan pembelajaran merupakan dimensi didaktik-metodik dari tugas
guru yang harus di kuasai oleh semua guru. Dalam PKR seperti juga bagi
semua guru di persyaratkan menguasai keterampilan dasar mengajar
diidentifikasi menjadi beberapa jenis keterampilan yakni bertanya, memberi
penguatan, menjelaskan, mengadakan variasi, membuka dan menutup
pelajaran, membimbiing diskusi dalam kelompok kecil, dan membimbing
belajar individual. Semua keterampilan dasar sangat diperlukan oleh setiap
guru.
5) Selanjutnya akan di bahas secara singkat tiga keterampilan dasar sebagai
berikut:
1. Bagaimana Mengawali dan Mengakhiri
Guru memerlukan kemahiran dalam mengawali dan mengakhiri
pelajaran dalam hal ini harus di sadari bahwa mengajar memiliki sisi
keilmuan dan sisi kiat atau seni. Kiat atau seni mengajar ini berkenaan
dengan bagaimana guru secara personal menciptakan interaksi belajar
mengajar yang berhasil menarik dan menyenangkan. Di lain pihak sisi
keilmuan dari mengajar berkenaan dengan penalaran guru menenai apa,
mengapa,dan bagaimana membelajarkan siswa.
Sisi keilmuan dan kiat mengajar tidak boleh di pisahkan. Keduanya
harus terpadu dan di perlakukan sebagai dua hal yang saling mengisi
artinya ilmu mengajar harus dapat di wujudkan dalam praktik baik dan
kiat mengajar seyogyanya di landasi oleh prinsip-prinsip keilmuan
mengajar.
a) Mengawali pelajaran
Berikut ini contoh kasus seorang guru yang mengajar tiga kelas
dalam dua mata pelajaraan dalam satu ruangan (PKR 321):
Guru : Selamat pagi anak-anak !
Murid : selamat pagi ibu guru (serempak)
Guru : - Coba anak-anak kelas III, IV, dan V semuanya
perhatikan
Kelas III dan IV belajar IPS dan kelas V Bahasa Indonesia
- Kelas V membuat karangan bebas, kelas IV maenggambar peta
kabupaten dan kelas III mencari nama-nama kota kecamatan
dikabupaten.
Perlu disadari bahwa dalam membuka pelajaran ada 4 hal pokok
yang harus dilakukan oleh seorang guru diantaranya
1) Menarik perhatian murid
Menghadapi murid dalam PKR memerlukan perhatian
khusus, ingat bahwa guru PKR berhadapan dengan
kelompok murid lebih dari satu kelas pada saat yang
bersamaan. Untuk itu guru dapat menggunakan salah
satu ruangan atau diluar kelas. Bila PKR itu
dilaksanakan dalam satu ruangan setelah pembukaan
pelajaran, guru tinggal meneruskan mengatur
penempatan murid tiap kelas dalam ruangan itu.
Bila PKR itu dilaksanakan dilebih dari asatu ruangan
setelah pembukaan murid dapat menuju ruangan
kelasnya untuk meneruskan pelajaran.
Bila pembukaan pelajaran dilakukan secara bergiliraan
dapat mengakibatkan lamanya waktu tunggu kelas-kelas
berikutnya. Bila hal itu terjadi berarti waktu belajar
murid diruangan lainnya menjadi berkurang.
Perhatikan diagram berikut ini!
Pembukaan Model A (bersamaan) sebagai berikut:

Lanjutan Kelas IV
Pembukaan Lanjutan Kelas V
Lanjutan Kelas VI
Pk. 7.30-8.00 Pk. 8.00 – 8.50
Pembukaan model B (bergilir/berurutan) sebagai berikut:
Pembukaan Pembukaan Pembukaan
di Kelas IV di Kelas V di Kelas VI
Pukul 07.30 pukul 07.40 pukul 07.50
(menunggu 10 menit) (menunggu 20 menit)
Oleh karna itu gunakan cara pembukaan Model A:
Berbagai cara membuka pelajaran dapaat anda lakukan antara lain dengan:
 Memperhatikan benda, alat, gambar yang berhubungan dengan materi
pelajaran
 Memberikan aba-aba perhatian dan ucaapan salam pembuka.
 Membunyikan sesuatu, misalnya peluit.

2) Menimbulkan motivasi belajar


Motivasi belajar secara sederhana dapat diartikan dorongan dari dalam diri
murid dan dari luar diri murid untuk melakukan sesuatu yang berkenaan dengan
pengetahuan, sikap, nilai, keterampilan. Guru dan lingkungan belajar termasuk
didalamnya lingkungan kelas, bahan, sumber, merupakan dua unsur penting
diluar diri murid. Guru dan apa-apa yang dilakukannya untuk membuat murid-
mirid mau, mampu dan biasa belajar merupakan motivasi belajar ekstrinsik atau
instrumental. Kemauan, kebutuhan, semangat, rasa senang yang ada dalam diri
manusia merupakan motivasi belajar intrinsik. Motivasi belajar ekstrinsik dan
intrinsik haarus dapat ditimbulkan secara terpaadu. Dengan demikian kedua
motivasi tersebut menjadikaan energi atau daya yaang dapat menggerakkan
murid untuk belajar, dalam arti mengalami perubahan prilaku. Setidaknya ada 4
cara yang dapat seyogyanya dilakukan oleh guru PKR:
a. Menunjukkan kehangatan dan semangat.
Kehangatan dan semangat kehangatan seorang guru terhadap muridnya
tercermin dari:
 Penampilan yang ceria
 Perhatian yang penuh kesungguhan
 Semangat seorang guru dalam menghadapi murid tercermin dari:
Santun bahasa yang akrab, Gairah dalam melakukan tugas mengajar,
Respon yang diberikan kepada siswa
b. Menimbulkan rasa penasaran/ingin tahu
Rasa penasaran murid tercermin dari perhatian murid pada saat guru
berbicara dan pertanyaan murid terhadap materi. Untuk dapat memancing
rasa penasaran guru harus berpikir dan berbicara secara logis dan sistematis.
c. Mengemukakan ide yang bertentangan
Adanya ide yang bertentangan dapat menimbulkan terjadinya
disonansi kognitif dalam diri seseorang. Disonansi kognitif adalah situasi
dalam pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Untuk dapat menimbulkan
ide yang bertentangan, guru dapat menyajikan suatu kasus atau cerita
bermasalah.
d. Memperhatikan minat murid.
Minat dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang
dapat berpusat pada sesuatu hal yang dirasakan member kepuasan batiniah.
Setiap orang memiliki minat yang berbeda. Ada orang yang memiliki minat
lebih banyak pada olah raga tertentu atau kesenian tertentu. Adapula
beberapa orang memiliki minat pada sesuatu dengan kadar bervariasi.
3) Memberi Acuan Belajar
Proses belajar dalam situasi pendidikan formal antara lain ditandai oleh
keterarahan, Keterarahan merupakan perwujudan dari proses belajar yang
terpadu oleh dan terkait kepada tujuan belajar. Acuan yang diberikan pada awal
pelajaran dapat memberi jalan bagi terjadinya proses belajar yang berorientasi
tujuan.Acuan yang dimaksud adalah acuan dalam situasi PKR.Acuan belajar
dapat diberikan antara lain dengan empat cara:
a) Tujuan dan batas-batas tugas
Tujuan adalah gambaran perilaku yang diharapkan terbentuk sebagai
dampak dari proses pembelajaran. Tujuan dapat bersifat jangka pendek.
Misalnya kemampuan menjelaskan, kecenderungan berbuat, dan
keterampilan manual. Tujuan dapat pula bersifat jangka panjang yang
hasilnya baru dapat dilihat dalam jangka waktu tertentu, misalnya
kebiasaan, komitmen, dan kesenangan. Dalam rangka PPKR tujuan pasti
bersifat neka aras atau multi level dan neka matra atau multi dimensional.
Tujuan belajar untuk kelas IV, V, VI dalam PKR 321 pasti memiliki tujuan
yang beraneka dalam tingkat dan bidangnya. Untuk kejelasan bagi murid,
guru harus mengemukakan aras dan matra tujuan untuk ketiga kelas itu.
Batas tugas adalah adalah garis yang dapat dipegang oleh murid seberapa
jauh mereka harus melakukan suaatu tugas atau pengalaman belajar. Batas
tugas secara konseptual tercermin dalam tujuan dan prosedur kegiatan
belajar yang akan dilalui.
b) Langkah-langkah yang akan ditempuh
Langkah-langkah yang akan ditempuh berisi urut-urutan kegiatan yang
dirancang guru untuk murid-muridnya dalam mencapai tujuan belajar.
Dalam rangka PPKR 321, harus dikemukakan dengan jelas urutan kegiatan
yang harus dilakukan oleh masing-masing kelas IV, V, VI. Dengan demikian
pada masing-masing kelas itu dapat memperoleh pengalaman belajar yang
sistematis.
c) Masalah pokok sebagai pusat perhatian
Masalah pokok bisa berupa konsep misalnya keluarga kecil, atau masalah
faktual misalnya keadaan desa-desa miskin. Masalah pokok tersebut perlu
dikemukakan pada awal pelajaran.
d) Pertanyaan pemicu belajar
Pada awal pelajaran guru dapat melontarkan pertanyaan pemicu. Pertanyaan
pemicu dimaksudkan sebagai pemandu awal yang berfungsi member acuan
bagi murid dalam belajar. Pertanyaan sebagai pemicu dan sekaligus sebagai
acuan belajar secara psikologis mempunyai kemampuan merangsang pikiran
dan menumbuhkan rasa ingin tahu.
4) Membuat kaitan atau jalinan konseptual
Awal pelajaran merupakan jembatan antara pengalama lama dan baru. Bila
pengalaman lama dan baru dapat dijembatani dengan baik, maka proses belajar
akan berlangsung lebih bermakna. Oleh karena itu, pada pembukaan pelajaran
guru harus membangun kaitan antar materi antara lain melalui;
 Penyampaian pertanyaan apersepsi yakni pertanyaan mengenai bahan
lam yang telah dipelajari sebelumnya.
 Perangkuman materi pelajaran yang lalu dengan maksud untuk
memetakan apa-apa yang telah dipelajari murid.
5) Mengakhiri Pelajaran
Mengakhiri pelajaran atau menutup pelajaran sama pentingnya dengan
membuka pelajaran. Menutup pelajaran dilakukan secara bersama-sama di mana
murid semua kelas yang dirangkap hadir dalam satu ruangan. Dalam rangka
menutup pelajaran ada tiga kegiatan pokok yang harud dilakukan:
a. Meninjau kembali
Untuk mengecek apakah penataan pengalaman belajar memenuhi tuntutan
pedagogis sebagaiman diisyaratkan dalam tujuan, pada akhir pelajaran perlu
diadakan peninjauan kembali. Kegiatan tersebut dapar dilakukan dengan
cara merangkum atau membuat ringkasan.
b. Mengadakan evaluasi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran perlu
diadakan evaluasi. Evaluasi ini dapat dilakukan antar lain dengan cara:
 Mendemontrasikan keterampilan
 Menerapkan ide baru pada situasi lain
 Mengemukakan pendapat sendiri
 Memberikan soal-soal secara tertulis
c. Memberikan tindak lanjut
Tindak lanjut berfungsi sebagai jembatan materi lama dengan materi
baru. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan
rumah, merancang sesuatu, atau mengkomunikasikan sesuatu. Dari sudut
proses belajar individu, tindak lanjut dapat pula berfungsi sebagai penerapan
yang telah dipahami.
4. Kesimpulan
Multigrade teaching atau pembelajaran kelas rangkap di SD banyak dilakukan baik di
Indonesia maupun negara maju. Penggunaan model ini dilakukan karena faktor
kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah siswa relatif
kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru. Kebijaksanaan, kejelian dan
strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran kelas rangkap seperti dalam hal
penataan ruang dan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
kelas rangkap, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang
mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola
oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada
kemajuan individual para siswa. Dalam menerapakannya guru harus menggunakan
beberapa model dan hal itu perlu diperhatikan.
Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan di sekolah belum berlangsung
dengan baik serta belum memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kelas
rangkap. Pembelajaran kelas rangkap di sekolah tersebut juga belum memenuhi
karakteristik PKR yang ideal. Ketika ada guru yang tidak hadir yang merupakan
alasan melaksanakan PKR, ternyata ada guru yang menggantikan. Guru tersebut
hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan pembelajaran. Siswa juga
kurang aktif dalam pembelajaran.

5. Daftar Pustaka
Depdikbud. 2005. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta : Balai Pustaka.
hlm. 751
Genel Wilkinson. 1980. “Media dalam Pembelajaran Penelitian Selama 60 Tahun
Edisi Indonesia”. Jakarta: CV Rajawali. hlm 28
IGK. AK. Wardhani. 2012. “Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap”
Jakarta:Universitas Terbuka. hlm. 13
IGK Wardhani. 2003. “Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap”.
Jakarta:Universitas Terbuka. hlm. 32
Ismail Sukardi. 2013. “Model-Model Pembelajaran Moderen”.
Yogyakarta: Tunas Gemilang Press. hlm. 29-31.
La Iru dan La Ode Safiun Arihi. 2012. “Analisis Penerapan Pendekatan, Metode,
Strategi dan Model-Model Pembelajaran” Jogjakarta: Multi Presindo. hlm. 6, ,
hlm. 119-120.
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana. 2012. “Konsep Strategi Pembelajaran”.
Bandung: RefikaAditama. hlm. 41
Susilowati. 2001. “Pembelajaran Kelas Rangkap”. Jakarta: Universitas Terbuka.
hlm. 23
Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Depdikbud.
Trianto, Op, Cit.2007. “Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik”. Surabaya: Prestasi Pustaka. hlm. 5
Udin Winataputra. 2004. “Pembelajaran Kelas Rangkap”.
Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. hlm. 23
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Internet :
https://www.liputan6.com/news/read/4148888/sekolah-rusak-berat-akibat-hujan-
siswa-sdn-cirimekar-02-cibinong-belajar-di-tenda-darurat
https://www.harianbhirawa.co.id/kelas-rangkap-mengatasi-kekurangan-guru/
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/352620/kekurangan-guru-116-sdn-di-
kabupaten-probolinggo-terapkan-kelas-rangkap

Anda mungkin juga menyukai