0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
90 tayangan6 halaman
Penilaian ranah afektif meliputi 5 tingkat yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization. Terdapat 4 karakteristik utama ranah afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan, wawancara, angket, teknik proyektil, dan pengukuran terselubung. Pengembangan instrumen meliputi merumuskan tujuan, mencari definisi, menentukan indikator, menulis pernyata
Penilaian ranah afektif meliputi 5 tingkat yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization. Terdapat 4 karakteristik utama ranah afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan, wawancara, angket, teknik proyektil, dan pengukuran terselubung. Pengembangan instrumen meliputi merumuskan tujuan, mencari definisi, menentukan indikator, menulis pernyata
Penilaian ranah afektif meliputi 5 tingkat yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization. Terdapat 4 karakteristik utama ranah afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan, wawancara, angket, teknik proyektil, dan pengukuran terselubung. Pengembangan instrumen meliputi merumuskan tujuan, mencari definisi, menentukan indikator, menulis pernyata
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang
sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat di tentukan oleh kondisi afektif siswa.
Menurut karthwohl (dalam Gronlund and linn, 1990) ranah afektif terdiri atas 5 level, yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala
atau stimulus misalnya aktivitas dalam kelas, buku alat musik. Dan tugas guru adalah mengarahkan perhatian siswa pada gejala yang menjadi objek pembelajaran afektif. 2. Responding merupakan pastisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari. Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolehan respon, keinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon. 3. Valving merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan, atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen. Hasil pembelajaran pada level ini berhubungan dengan prilaku siswa yang konsisten dan stabil agar nilai dapat dikenal secara jelas. 4. Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu di selesaikan dan siswa mulai membangun nilai internal yang konsisten. Hasil pembeajaran pada level ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. 5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan prilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya . Hasil pembeajaran pada level ini berkaitan dengan personal,emosi, dan sosial.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif ada 4 diantaranya adalah:
1. Sikap Menurut Fishbein dan Ajzen seperti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan sebagai predisposisi yang diperlajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Ranah sikap yang perlu dikembangkan oleh sekolah antara lain sikap siswa terhadap guru, mata pelajaran dan sekolah. 2. Minat Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas dan pemahaman dan keterampilan untuk tujuan, perhatian, dan pencapaian. Hal penting dari minat adalah intensitas untuk memperoleh sesuatu. 3. Konsep diri Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan diri sendiri (smith dalam mardapi, 2004). Konsep diri penting untuk menentukan jenjang karir siswa. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maka siswa akan dapat memilih alternatif karir yang lain bagi dirinya. 4. Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau prilakuyang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam mardapi, 2004).
B. BEBERAPA CARA PENILAIAN RANAH AFEKTIF
Seperti halnya dengan penilaian pada ranah kognitif atau psikomotorik, penilaian pada ranah afektif dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Ericson (dalam nasoetion dan suryanto,2002), penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara: 1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian. 2. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan tersebut digunakan sebagai pemancingan. 3. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yng sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pernyataan ataupun pilihan bentu angka 4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa. Dan para siswa diminta untuk mendiskusikan itu menurut penafsirannya. 5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang dimana yang diamati tidak tau bahwa ia sedang diamati.
C. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN
AFEKTIF Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya pengembangan alat ukur afektif dimulai dengan: 1. Merumuskan tujuan peengukuran afektif Pengembangan alat ukur sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek. Misalnya, sikap siswa terhadap kesiatan Eskul di sekolah. Sikap siswa terhadap sesuatu yang dapat dilihat positif dan negatif. Hasil pengukuran sikap sangat brmanfaat untuk menentukan strategi pelajaran yag tepat menurut siswa. Alat ukur minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap sesuatu Pengembangan alat ukur konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri siswa . siswa menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri Pengembangan alat ukur bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan siswa yang positif dan negatif. 2. Mencari Definisi Konseptual dari Afektif yang akan diukur Setelah tujuan pengukuran di tetapkan maka langkah berikutnya adalah merumuskan definisi koseptual dari afektif yang akan diukur. Pencarian definisi konseptual dapat anda lakukan dengan mencari pada buku” teks yang relevan 3. Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengukuran definisi konseptual. 4. Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indikator Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian indikator harus operasional dan dpat diukur 5. Menggunakan indikator sebagai acuan penulis pernyataan-pernyataan dalam instrumen Penulisan instrumen dapat dilakukan dengan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah liekert. Skala kiekert merupakan salah satu jenis pengukuran ranah afektif yang terdiri dari sejumlah pernyataan yang diikut dengan penilaian tiap responden terhadap setiap pernyataan. Mulai dari yang paling sesuai sampai yang paling tidak sesuai Etward dikutip oleh Nasoetion dan Suryanto (2002) merumuskan pernyataan” dalam instrumen afektif sebagai : a. Hindari pernyataan yangg mengarah pada pristiwa yang lalu, karena peristiwa masa lampa menyanyakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, padahal maksud pengukuean afekfif adalah untuk kondisis saat pengukuran. b. Hindari Peryataan yang faktual. c. Hindari pernyataan yang dapat tafsirkan ganda. d. Hindari pernyataan yang tidak berkaitan dengan afetif yang akan diukur. e. Hindari pernyataan yang menyangkut keperluan semua orang atau pernyataan yang tidak berkaitan dengan siapapun. f. Upayakan kalimat pernyataan tersebut pendek, sederhana, jelas, dan langsung pada permasalahannya g. Setiap pernyatan hanya mengandung satu pokok pikiran saja. h. Hindari penggunaan kata asing atau lokal. i. Hindari pernyataan negatif seperti tidak, kecuali, tanpa dan sejenisnya.
Contoh pengukuran sikap siswa terhadap mata pelajaran
matematika: 1. Tujuan: mengukur kecendrungan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika 2. Definisi konseptual sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika 3. Definisi operasional sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika 4. Indikator sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika 5. Menggunakan indikator-indikator sebagai dasar untuk menulis pernyataan-pernyataan tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika. Contoh alat ukur untuk menilai sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika - Saya senang belajar mata pelajaran matematika: Sangat Sangat Senang (5) (4) (3) (2) (1) Tidak Senang - Saya senang mengerjakan tugas matematika: Sangat Sangat Senang (5) (4) (3) (2) (1) Tidak Senang - Saya sering berdiskusi tentang mata pelajaran matematika: Sangat Sangat Sering (1) (2) (3) (4) (5) Jarang - Saya sering bertanya guru tentang mata pelajaran matematika: Sangat Sangat Sering (5) (4) (3) (2) (1) jarang - Saya banyak memiliki buku” matematika: Sangat Sangat banyak (5) (4) (3) (2) (1) sedikit 6. Meneliti kembali setiap butir pernyataan Meneliti kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan alat ukur afektif minimal dua orang. Kepada dua tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran,deinisi konseptual, definisi operasional, indikator, dan pernyataan yang dibuat) dan rambu” penulisan pernyataan yang baik kepada kedua penelaah tersebut dimintai untuk menilai kembali ketepatan masing-masing (expert judmen ) 7. Melakukan uji coba Perangkat instrumen yang telah ditelaah dan diperbaiki, disusun dan diperbanyak untuk kemudian di uji cobakan dilapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut sudah dapat mmberikan hasil penukuran seprti yang kita inginkan. 8. Menyempurnakan instrumen Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita ubah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir_butir pernyatan yang dianggap lemah. Dengan demikin pada akhir kegiatan ini kita dusah dpat memperoleh perangakat instrumen yang memenuhi syarar sebagai alat ukur yang baik. 9. Mengadministrasikan instrumen Mengadimistrasikan instrumen adalah melaksanakan pengambilan data dilapangan. Untuk mengadmisitrasikan instrumen perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: a. Kesiapan perangkat instrumen Kesiapan perangkat instrumen paling tidak terdiri dari petunjuk cara menjawab dan contoh pengisian instrumen. Dalam ptunjuk harus memuat dengan jelas apa yang harus kamu kerjakan, responden dan bagaimana cara mengerjakannya b. Tenaga lapangan Tenaga lapangan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penelii. Sebelum terjun kelapngan, petugas perlu dilatih bagaimana melaksanakan pengumpulan data dilapangan c. Kesiapan responden Sebelum pengumpulan data dilakukan kita perlu menghubungui instansi atau unit yang terkait di lapangan agar pada saat pengambilandata dilakukan semua responden sudah siap.