1. Dalam kurikulum 2004 atau dikenal juga dengan istilah Kompetensi Lintas Kuriklum yang
merupakan kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh
peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan.
Jelaskan masing- masing substansi struktur kurikulum dalam kurikulum tahun 2004
2. Di daerah metropolitan, kurikulum KTSP dapat terlaksana secara optimal. Hal ini tentunya
bertolak belakang dengan pelaksanaan kurikulum di daerah 3T misalnya di Papua karena dengan
keterbatasan sumber daya manusia dan sarana prasarana. Namun, tidak menutup kemungkinan
kurikulum KTSP tetap dilaksanakan walaupun cara pelaksanaannya cenderung berbeda karena
penyesuaian dengan daerah setempat. Jelaskan jenis prinsip pengembangan kurikulum KTSP
dalam fenomena di atas.
3. Salah satu langkah yang dilakukan dalam pengembangan KTSP yaitu analisis konteks.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentiikasi kebutuhan dan potensi sumber daya yang ada.
Sebutkan dan Jelaskan komponen yang dianalisis dalam langkah analisis konteks
Jawaban :
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam
dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada
sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara
materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya
pada cara para murid belajar di kelas.
Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang bernama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004.
2. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya
yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa
pun bagus dan idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan
prasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak
praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan
dalam segala keterbatasan.Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
3. Analisis konteks dalam pelaksanaan penyusunan KTSP berwujud evaluasi diri (self
evaluation) terhadap sekolah. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats ). Dalam hal ini dapat
diterapkan kajian lingkungan internal untuk memahami strengths atau kekuatan
dan weaknesses atau kelemahan, serta kajian lingkungan eksternal untuk
mengungkap opportunities atau peluang dan threats atau tantangan. Adapun analisis
konteks melalui SWOT terdiri atas hal-hal sebagai berikut (cf. BSNP, 2006: 32):
1. Visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Identifikasi SI dan SKL
3. Kajian internal atau kondisi sekolah (kekuatan dan kelemahan) yang meliputi: (1)
peserta didik, (2) pendidik dan tenaga kependidikan, (3) sarana dan prasarana, (4)
biaya, (5) program-program
4. Kajian eksternal atau situasi sekolah (peluang dan tantangan) yang dilihat dari
masyarakat dan lingkungan sekolah yang meliputi: (a) komite sekolah, (b) dewan
pendidikan, (c) dinas pendidikan, (d) asosiasi profesi, (e) dunia industri dan dunia
kerja, (f) sumber daya alam dan sosial budaya.
Penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah akan sangat berperan bagi pengembangan
sekolah di masa depan. Visi dan misi saling berkaitan. Visi (vision) merupakan
gambaran (wawasan) tentang sekoah yang diinginkan di masa jauh ke depan.
Tujuan sekolah seharusnya tidak betentangan dengan visi dan misi sekolah yang
sudah ditetapkan. Perumusan tujuan harus nyata dan terukur.
Deskripsi visi, misi, tujuan seharusnya (1) tidak bertentangan dengan visi, misi,
tujuan dinas pendidikan dan koheren dengan renstra depdiknas, (2) mencerminkan
dengan jelas kebutuhan lokal dan nasional atau bahkan internasional berkaitan dengan
kemampuan lulusan, (3) jelas bagi pihak-pihak yang berminat, ketercapaian tujuan
dapat diamati, ditunjukkan dan dapat diuji secara objektif, dipersepsi sebagai sesuatu
yang berharga oleh seluruh pihak yang berminat, realistis, (4) secara tersurat ada
prioritas menghasilkan peserta didik yang bermutu.
Para pendidik di sekolah perlu melakukan identifikasi SI dan SKL. Identifikasi dapat
dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: membaca secara saksama, memahami,
mengkaji, dan membedah SI dan SKL. Hal itu perlu dilakukan supaya penerapan SI
dan SKL di sekolah dan terutama dalam pembelajaran benar-benar baik.
Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dilihat dari input awal
dan saat pembelajaran. Analisi ini meliputi rata-rata kemampuan akademik peserta
didik, minat, dan bakat peserta didik. Jadi, analisis peserta didik meliputi analisis
kemampuan akademik dan nonakademik.
Analisis atas sarana yang dimiliki oleh sekolah meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.(SNP pasal 42 ayat 1).
Perabot di antaranya meliputi meja, kursi, papan tulis yang ada di setiap kelas.
Peralatan meliputi peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium
bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain (cf. SNP pasal 43).
Media pendidikan di antaranya alat peraga, OHP, LCD, slide, gambar yang
mendukung ketercapaian pembelajaran. Yang termasuk dalam buku dan sumber
belajar di antaranya adalah bahan cetakan baik jurnal, buku teks, maupun referensi;
lingkungan; media cetak maupun elektronik; narasumber. Adapun bahan habis pakai
meliputi bahan-bahan yang digunakan dalam praktik pembelajaran. Analisis terhadap
kekuatan dan kelemahan semua sarana itu meliputi kepemilikan, kelayakan, jumlah,
dan kondisi sarana yang ada.
Analisis atas prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan sekolah, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
(SNP pasal 42 ayat 2). Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan prasarana di
sekolah meliputi keberadaannya, rasio banyaknya, kelayakannya, dan kebersihannya.
d. Biaya
Analisis biaya sesuai dengan pasal 62 tentang standar pembiayaan dalam SNP.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Biaya investasi sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan
modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji,
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
e. Program-program
Pada tahap akhir, komite sekolah juga harus memberikan pertimbangan terhadap
penyusunan KTSP. Dalam BSNP (2006: 5) disebutkan, pengembangan KTSP
mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum
yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah.
b. Dewan Pendidikan
d. Asosiasi Profesi
Ada beberapa asosiasi profesi secara umum yang ikut mendukung profesionalisme
pendidik. Akan tetapi, secara lebih khusus, asosiasi profesi untuk para pendidik/guru
mata pelajaran di SMP terwujud dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
yang meliputi MGMP sekolah, kabupaten/kota, dan provinsi. MGMP dapat berperan
pula sebagai tim yang menyusun silabus mata pelajaran tertentu. Keberadaan tim ini
akan sangat membantu pengembangan KTSP. Peluang dan tantangan atas keberadaan
MGMP perlu dianalisis untuk pengembangan KTSP.
Salah satu prinsip pengembangan KTSP adalah relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia
kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan (BSNP, 2006).
Selain itu, KTSP disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah
dunia industri dan dunia kerja serta perkembangan ipteks. Dalam KTSP, rencana
kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta
didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Dalam hal ini,
dunia indsutri di sekitar sekolah dapat diberdayakan untuk menunjang program
pendidikan sekolah yang bersangkutan. Contoh: di dekat sekolah ada industri
kerajinan, peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai
kompetensi dasar sesuai konteks industri kerajinan tersebut. Berdasarkan hal-hal
itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan dunia industri dan dunia kerja di
lingkungan sekolah perlu dilakukan untuk pengembangan KTSP.
Sekolah yang berada di daerah pantai, dapat memanfaatkan aspek kelautan sebagai
peluang dan tantangan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidik dapat
mengajarkan dan mengajak peserta didik menanam bakau untuk menahan abrasi
pantai. Ini merupakan salah satu contoh pembelajaran untuk memahami alam sekitar
dan sekaligus mengatasi tantangan alam.
Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan sumber daya alam
dan sosial budaya lingkungan sekolah perlu dilakukan untuk mengembangkan KTSP.
D. Pengembangan Instrumen
Analisis terhadap situasi sekolah dilakukan dengan menggunakan instrumen
analisis. Instrumen yang digunakan bisa menggunakan model check list ataupun
skala. Satuan pendidikan harus menyiapkan instrumen tersebut sebagai panduan
pengambilan data.