Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL 1

Nama Mahasiswa : Vinie Aji Sukma


NIM Mahasiswa : 858741394
Program Studi : PGSD BI
Fakultas : FKIP

Nama Mata Kuliah : Perspektif Pendidikan SD


Kode Mata Kuliah : PDGK4104
Masa Tutorial : 2023.2
Jumlah Soal : 3 soal
Jenis Tugas : PENGUASAAN KONSEP

SOAL
Landasan filosofis, psikologis-pedagogis, dan sosiologis-antropologis berhubungan
dengan karakteristik pendidikan sekolah dasar yakni bagaimana pendidikan
sekolah dasar dikembangkan berdasarkan karakteristik peserta didik serta
bagaimana peran pendidikan sekolah dasar memainkan fungsi sosialisasi dan
enkulturasi. Landasan historis,idiologis, dan yuridis berkaitan dengan
perkembangan sekolah dasar yakni kontinuitias dan perubahan pendidikan
sekolah dasar serta pengaruh idiologis dan yuridis terhadap kesinambungan dan
perubahan tersebut.
Soal No. 1
a. Mengapa pengembangan pendidikan sekolah dasar memerlukan
landasan filosofis, psikologis-pedagogis, dan sosiologis-antropologis ?
b. Apa fungsi landasan historis, idiologis, dan yuridis bagi pengembangan
pendidikan sekolah dasar ?
Soal No. 2
a. Jelaskan karakteristik umum pendidikan sekolah dasar !
b. Jelaskan karakteristik khusus pendidikan sekolah dasar !
Soal No. 3
a. Lakukan analisis komparasi antara pendidikan sekolah dasar di
jaman orde baru dan era reformasi berdasarkan ketentuan UU
yang berlaku, kebijakan strategis, isi dan proses pendidikan

JAWABAN
1. A. Pengembangan pendidikan sekolah dasar memerlukan landasan
filosofis, psikologis-pedagogis, dan sosiologis-antropologis karena
pendidikan adalah proses kompleks yang berhubungan dengan
pengembangan individu dalam konteks sosial. Berikut adalah alasan
mengapa setiap landasan tersebut penting dalam pengembangan
pendidikan sekolah dasar:
a. Landasan Filosofis:
 Filosofi pendidikan memberikan arah dan tujuan bagi sistem pendidikan.
Ini membantu dalam merumuskan visi, misi, dan nilai-nilai yang harus
ditanamkan dalam kurikulum sekolah dasar.
 Filosofi pendidikan membantu menentukan pandangan tentang
pendidikan ideal, seperti apakah pendidikan itu harus berpusat pada
siswa atau guru, apakah harus menekankan pembelajaran kritis atau
pemahaman konsep dasar, dan sebagainya.
 Filosofi pendidikan juga memberikan landasan etis untuk pendidikan,
membantu dalam mengatasi masalah seperti etika pembelajaran, hak
asasi manusia, dan inklusi.
b. Landasan Psikologis-Pedagogis:
 Psikologi pendidikan membantu dalam memahami bagaimana siswa
belajar, berkembang, dan berinteraksi dengan materi pelajaran serta
guru mereka. Ini membantu dalam merancang pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan fisik dan kognitif anak-
anak di tingkat sekolah dasar.
 Pedagogi adalah ilmu pembelajaran dan pengajaran, yang membantu
guru merancang kurikulum, metode pengajaran, dan penilaian yang
efektif untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengetahuan tentang
pedagogi membantu guru memahami bagaimana memberikan pelajaran
yang efektif dan menarik bagi siswa.
c. Landasan Sosiologis-Antropologis:
 Sosiologi pendidikan membantu dalam memahami bagaimana sistem
pendidikan memengaruhi masyarakat secara lebih luas dan bagaimana
faktor sosial seperti kelas, ras, dan budaya dapat memengaruhi
pendidikan. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi masalah sosial
dan kesenjangan yang mungkin muncul dalam pendidikan sekolah dasar.
 Antropologi pendidikan membantu dalam memahami budaya dan
norma sosial yang mempengaruhi pengalaman belajar siswa. Ini
membantu dalam merancang pendidikan yang relevan dan inklusif, yang
mempertimbangkan keragaman budaya siswa.
Dengan memadukan aspek-aspek filosofis, psikologis-pedagogis, dan
sosiologis-antropologis dalam pengembangan pendidikan sekolah dasar,
pendidik dapat merancang kurikulum yang sesuai, metode
pembelajaran yang efektif, dan lingkungan yang inklusif untuk
mendukung perkembangan holistik siswa. Landasan ini membantu
menciptakan pendidikan yang lebih baik yang dapat mengakomodasi
berbagai kebutuhan siswa dan mempersiapkan mereka untuk masa
depan dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia mereka.
B. Landasan historis, ideologis, dan yuridis memiliki peran yang penting
dalam pengembangan pendidikan sekolah dasar. Berikut adalah fungsi
masing-masing landasan tersebut:
a. Landasan Historis:
 Memahami Sejarah Pendidikan: Landasan historis membantu kita
memahami perkembangan pendidikan sekolah dasar dari masa ke
masa. Ini membantu dalam mengevaluasi sejarah sistem pendidikan
dan bagaimana praktik pendidikan telah berkembang.
 Mengidentifikasi Perubahan: Landasan historis membantu dalam
mengidentifikasi perubahan-perubahan penting dalam kurikulum,
metode pengajaran, dan struktur pendidikan yang terjadi sepanjang
sejarah. Ini penting karena perubahan ini dapat memberikan
wawasan tentang apa yang telah berhasil dan apa yang perlu
ditingkatkan.
 Menghargai Warisan Pendidikan: Landasan historis membantu kita
menghargai warisan pendidikan dan melihat bagaimana ide-ide dan
konsep dari masa lalu masih relevan dalam pengembangan
pendidikan saat ini.
b. Landasan Ideologis:
 Mengarahkan Nilai dan Tujuan: Landasan ideologis membantu
dalam merumuskan nilai-nilai, prinsip, dan tujuan pendidikan sekolah
dasar. Ideologi seperti liberalisme, konservatisme, progresivisme,
atau humanisme dapat memengaruhi cara pendidikan dirancang dan
dilaksanakan.
 Mengidentifikasi Pendekatan Pembelajaran: Ideologi memengaruhi
cara guru mengajar dan cara siswa belajar. Pendekatan pembelajaran
seperti pembelajaran berbasis proyek atau pendekatan berpusat
pada guru dapat berasal dari ideologi tertentu.
 Mendukung Keputusan Kebijakan: Landasan ideologis juga berperan
dalam pembuatan kebijakan pendidikan. Ideologi pemerintah dan
masyarakat dapat memengaruhi arah kebijakan pendidikan, seperti
apakah lebih mendukung pendidikan inklusif atau pendidikan
berbasis meritokrasi.
c. Landasan Yuridis:
 Memberikan Kerangka Hukum: Landasan yuridis menciptakan
kerangka hukum yang mengatur pendidikan sekolah dasar. Ini
mencakup undang-undang pendidikan, regulasi, dan kebijakan yang
mengatur struktur, hak, dan kewajiban dalam pendidikan.
 Menentukan Standar: Hukum dan peraturan pendidikan
menetapkan standar dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
lembaga pendidikan, guru, dan siswa. Ini membantu menjaga kualitas
pendidikan dan keadilan.
 Menjamin Hak Siswa: Landasan yuridis juga melindungi hak-hak
siswa, termasuk hak atas pendidikan, perlindungan dari diskriminasi,
dan hak untuk menerima pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Dengan memperhatikan landasan historis, ideologis, dan yuridis,
pengembangan pendidikan sekolah dasar dapat dilakukan dengan
memperhatikan konteks historis, nilai-nilai ideologis yang mendasarinya,
dan kerangka hukum yang mengaturnya. Ini membantu dalam merancang
sistem pendidikan yang sesuai dan efektif sesuai dengan nilai, tujuan, dan
norma yang berlaku.
2. A. Pendidikan sekolah dasar adalah tahap awal dalam sistem pendidikan
formal di banyak negara. Berikut adalah beberapa karakteristik umum yang
terkait dengan pendidikan sekolah dasar:
a. Pendidikan Dasar dan Awal: Pendidikan sekolah dasar adalah tahap
awal dalam proses pendidikan formal. Ini memberikan dasar-dasar
keterampilan akademis, sosial, dan emosional yang diperlukan untuk
kesuksesan di tingkat pendidikan selanjutnya.
b. Pendidikan Holistik: Pendidikan sekolah dasar berfokus pada
pengembangan holistik siswa. Ini mencakup pengembangan
keterampilan akademis, keterampilan sosial, dan keterampilan hidup
yang diperlukan untuk pertumbuhan menyeluruh.
c. Kurikulum Dasar: Kurikulum sekolah dasar umumnya meliputi mata
pelajaran dasar seperti matematika, bahasa, sains, studi sosial, seni,
dan pendidikan jasmani. Tujuannya adalah memberikan pemahaman
dasar tentang berbagai disiplin ilmu kepada siswa.
d. Pembelajaran Berbasis Permainan: Metode pengajaran di sekolah
dasar sering kali melibatkan penggunaan permainan dan aktivitas
yang menyenangkan untuk memfasilitasi pembelajaran. Pendekatan
ini bertujuan untuk mempertahankan minat dan motivasi siswa serta
memperkuat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
e. Pembelajaran Berbasis Keterampilan: Pendidikan sekolah dasar
berfokus pada membangun keterampilan dasar seperti membaca,
menulis, berhitung, dan pemahaman dasar tentang dunia di sekitar
mereka. Ini membantu siswa dalam membangun landasan yang kuat
untuk pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi.
f. Pendekatan Inklusif: Sekolah dasar bertujuan untuk menciptakan
lingkungan inklusif yang menerima siswa dari berbagai latar belakang
dan kemampuan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap
siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan
berkembang.
g. Pembinaan Karakter: Selain fokus pada aspek akademis, pendidikan
sekolah dasar juga bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Ini
melibatkan pengembangan nilai-nilai seperti kerja sama, empati,
disiplin, tanggung jawab, dan etika.
h. Peran Guru yang Sentral: Guru di sekolah dasar memainkan peran
yang sangat penting dalam membimbing dan membentuk
perkembangan siswa. Mereka tidak hanya sebagai pengajar, tetapi
juga sebagai model peran dan mentor bagi siswa.
Karakteristik-karakteristik ini membentuk dasar penting dalam membentuk
fondasi pendidikan siswa di tahap awal kehidupan mereka dan
mempersiapkan mereka untuk perkembangan yang lebih lanjut di tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
B. Pendidikan sekolah dasar memiliki karakteristik khusus yang menyoroti
aspek-aspek unik yang perlu dipahami untuk menyelenggarakan pendidikan
yang efektif pada tingkat ini. Berikut adalah beberapa karakteristik khusus
pendidikan sekolah dasar:
a. Pembelajaran Berbasis Permainan dan Aktivitas Kreatif: Sekolah dasar
umumnya menekankan pembelajaran melalui permainan dan aktivitas
kreatif. Metode ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang
menyenangkan dan interaktif, memfasilitasi pemahaman yang lebih baik
dan pengembangan keterampilan sosial.
b. Perkembangan Keterampilan Dasar: Fokus utama pendidikan sekolah
dasar adalah membangun keterampilan dasar, seperti membaca,
menulis, berhitung, dan berbicara. Proses ini membentuk landasan
penting untuk perkembangan akademis selanjutnya.
c. Pembinaan Karakter dan Etika: Pendidikan sekolah dasar juga
menempatkan perhatian besar pada pembentukan karakter dan etika
siswa. Hal ini meliputi pengembangan nilai-nilai moral, tanggung jawab,
dan kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
d. Pendekatan Inklusif untuk Pembelajaran: Sekolah dasar mencoba
menerapkan pendekatan inklusif yang memastikan bahwa semua siswa,
termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, diberikan
kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
e. Kesadaran akan Kesehatan dan Kebersihan: Sekolah dasar juga
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya
kesehatan dan kebersihan. Hal ini dapat diwujudkan melalui program-
program kesehatan, pengajaran tentang kebersihan diri, dan pentingnya
pola makan yang sehat.
f. Kolaborasi dengan Orang Tua: Sekolah dasar melibatkan orang tua
secara aktif dalam pendidikan anak-anak. Kolaborasi ini penting dalam
mendukung perkembangan siswa, baik dari segi akademis maupun
emosional.
g. Lingkungan yang Ramah Anak: Penting untuk menciptakan lingkungan
yang ramah anak di sekolah dasar, yang menciptakan suasana aman,
nyaman, dan stimulatif bagi siswa. Hal ini mencakup ruang belajar yang
menarik, peralatan pendukung pembelajaran yang sesuai, dan iklim
sosial yang mendukung pertumbuhan positif.
h. Evaluasi yang Holistik: Evaluasi di sekolah dasar cenderung melibatkan
pendekatan holistik yang tidak hanya menilai prestasi akademis, tetapi
juga perkembangan sosial, emosional, dan keterampilan kreatif siswa.
Dengan memahami karakteristik khusus pendidikan sekolah dasar, pendidik
dapat merancang pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan anak usia dini. Ini membantu
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan menyeluruh siswa
dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

3. Perbandingan antara pendidikan sekolah dasar di era Orde Baru dan era
Reformasi dapat dilakukan berdasarkan perubahan dalam UU yang berlaku,
kebijakan strategis, isi kurikulum, dan proses pendidikan. Berikut adalah
beberapa perbedaan utama antara keduanya:
a. Ketentuan UU yang Berlaku:
 Era Orde Baru: Pendidikan pada masa Orde Baru sering kali diatur
oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menetapkan kerangka kerja yang cukup
sentralistik dan otoriter.
 Era Reformasi: Setelah era Reformasi, terjadi perubahan signifikan
dalam kerangka hukum pendidikan. Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional yang baru (UU No. 20 Tahun 2003) menekankan
pada otonomi pendidikan dan pemerataan akses pendidikan bagi
semua lapisan masyarakat.
b. Kebijakan Strategis:
 Era Orde Baru: Pada masa Orde Baru, pemerintah menerapkan
kebijakan yang cenderung sentralistik, dengan fokus pada
standarisasi dan sentralisasi kekuasaan dalam sistem pendidikan.
 Era Reformasi: Era Reformasi menandai pergeseran kebijakan
menuju desentralisasi dan pemberian kebebasan lebih besar kepada
lembaga pendidikan, serta peningkatan aksesibilitas pendidikan
untuk semua lapisan masyarakat.
c. Isi Kurikulum:
 Era Orde Baru: Kurikulum pada masa Orde Baru cenderung lebih
bersifat standar dan menekankan pada materi yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Materi pelajaran sering kali lebih terpusat pada
aspek akademis, sementara pendidikan kritis atau kreativitas
terkadang kurang diperhatikan.
 Era Reformasi: Kurikulum pada era Reformasi lebih mendorong
inklusivitas, kreativitas, dan pendekatan yang lebih berpusat pada
siswa. Ada peningkatan dalam penekanan pada pembelajaran kritis,
pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis.
d. Proses Pendidikan:
 Era Orde Baru: Proses pembelajaran pada masa Orde Baru cenderung
lebih terpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan utama.
Pembelajaran sering kali dilakukan secara satu arah, dengan
penekanan pada penghafalan materi.
 Era Reformasi: Pendidikan pada era Reformasi mendorong
pendekatan yang lebih interaktif dan partisipatif. Guru berperan
sebagai fasilitator pembelajaran, sementara siswa didorong untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran,
mengembangkan keterampilan kritis dan kolaboratif.
Perubahan antara pendidikan sekolah dasar di era Orde Baru dan era
Reformasi menunjukkan pergeseran paradigma penting dari pendekatan
otoriter dan sentralistik ke pendekatan yang lebih inklusif, demokratis, dan
berorientasi pada siswa. Perubahan ini menggambarkan upaya untuk
menciptakan sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap kebutuhan
masyarakat dan era yang terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai