Anda di halaman 1dari 15

NAMA : BETY CITRA SARASTI

NIM : 857456062

KELAS C

1. Jawaban
a) Pembelajaran tematik :

Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam


pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan
perilaku yang terkait pada kehidupannya. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik
adalah berkembangnya potensi peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan
lingkungannya.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu
sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi
dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.

b) Pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu adalah konsep yang merujuk pada pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa, sehingga siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman secara langsung dan dapat menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

c) hubungan antara pembelajaran tematis dengan pembelajaran terpadu

Dalam Model Pembelajaran terpadu, keterpaduanannya terjadi beberapa macam hal


beberapa diantaranya adalah karena adanya tumpang tindih sejumlah topik dalam
beberapa mata pelajaran yang berbeda, butir-butir pembelajaran yang dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu dll., sedangkan dalam Model
pembelajaran Tematik pengintegrasiannnya terjadi karena adanya tema tertentu
yang kecenderungannya dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lainnya.
Pembelajaran tematik diterapkan di kelas rendah sedangkan Pembelajaran terpadu
di kelas tinggi.

2. Coba uraikan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dan guru dalam
pembelajaran portofolio

Model pembelajaran adalah merupakan salah satu komponen pengajaran yang sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar (Susetiyono dan Hinduan, 2010 : 2).
Menurut Indrawati (2011 : 6) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran berbasis portofolio.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Karena sebelum, selama, dan
sesudah proses belajar mengajar guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan
(Fajar dalam Taniredja et al, 2011:8). Portofolio ini biasanya merupakan karya
terpilih dari seorang siswa atau kelompok, atau karya satu kelas secara keseluruhan
yang bekerja secara kooperatif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran portofolio di samping memperoleh
pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh
pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik berarti melibatkan siswa
atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman mental dalam
arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa dan memberikan
kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri informasi yang
diperolehnya.
Langkah – langkah pembelajaran Portofolio
A. Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa
yaitu mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui
tentang masalah yang ada dalam masyarakat, memberi tugas rumah tentang
masalah apa yang ada di masyarakat.
B. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
Sebelum memilih masalah yang akan dikaji, hendaknya para siswa mengkaji
terlebih dahulu pengetahuan yang mereka miliki tentang masalah-masalah yang
ada pada masyarakat, dengan langkah sebagai berikut: mengkaji masalah yang
telah dikumpulkan dan selanjutnya dituliskan pada papan tulis, mengadakan
pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan dikaji, dan melakukan
penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan
mengumpulkan informasi.
C. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji kelas
Guru hendaknya membimbing siswa dalam mendiskusikan sumber informasi
misalnya mencari informasi melalui perpustakaan, surat kabar, pakar, organisasi
masyarakat, kantor pemerintah, TV, radio atau menyebar angket dan poling.
Bahan informasi yang terkumpul dapat disatukan dalam sebuah map untuk
dijadikan bahan portofolio dokumentasi.
D. Membuat Portofolio Kelas
Ada beberapa langkah dalam tahap ini, yaitu :
1) kelas dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok akan
bertanggung jawab untuk membuat suatu bagian portofolio. Keempat
kelompok itu adalah :
kelompok 1 bertugas menjelaskan masalah yang dikaji,
kelompok 2 bertugas menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk
mengatasi masalah,
kelompok 3 bertugas mengusulkan kebijakan untuk mengatasi
masalah,
kelompok 4 bertugas membuat rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah.
2) Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio.
3) Guru menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh kelompok
satu mungkin bermanfaat bagi kelompok lain, hendaknya saling
bertukar informasi.
4) Guru menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian
penayangan dan bagian dokumentasi pada setiap kelompok.
5) Penyajian Portofolio (Show Case) dilaksanakan setelah kelas
menyelesaikan portofolio tampilan (tayangan) maupun portofolio
dokumentasi. Show case dapat dilakukan dengan cara show case satu
kelas, show case antar kelas dalam satu sekolah, show case antar
sekolah dalam lingkup wilayah.

E. Merefleksi pada Pengalaman Belajar


Dalam hal ini guru melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa
telah mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan topik yang dipelajari
sebagai upaya belajar kelas secara kooperatif.

3. JAWABAN :

A. Bagaimana makna pasal 26 ayat 1 UUD 1945


Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain disahkan dengan undang-undang menjadi warga
negara. Hak atas status kewarganegaraan dimanatkan Pasal 28D ayat (4)
dinyatakan sebagai hak asasi manusia (HAM, human rights) yang dijamin dan
dilindungi oleh negara. Ketentuan kewarganegaraan ini dipertegas kembali oleh
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
B. Seorang ahli Ricey mengemukakan ada enam kompetensi dasar warga Negara,
yaitu
a. Kemampuan Memperoleh dan Menggunakan Informasi Setiap
warga Negara mampu mencari informasi serta menggunakan
informasi tersebut maka akan banyak memperoleh kemanfaatan,
diantaranya adalah :
 Memperluas wawasan pemikirannya
 Mengetahui perkembangan informasi yang terjadi
 Meningkatkan keterampilan mengambil keputusan
 Mendorong keterampilan berpikir kritis dan kreatif
b. Membina dan Membina Ketertiban Warga Negara yang cerdas
adalah warga Negara yang mampu mejaga dan membina
ketertiban. Menurut Soerjono Soekanto (1990) terdapat empat
indikator penting untuk mengembangkan kesadaran hukum warga
negara , yaitu (1) Pengetahuan hukum, (2) pemahaman hukum, (3)
sikap hukum, (4) perbuatan hukum. Dengan memiliki kesadaran
hukum yang baik pada setiap diri warga negara maka akan dapat
dihindari warga negara yang permisif, yakni warga negara yang
menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai apa yang
diinginkannya, sekalipun harus melibas hak dan kepentingan orang
lain.
Beberapa contoh sikap dan perbuatan yang mesti dilakukan oleh
stiap warga
negara dalam upaya membina ketertiban sebagai perwujudan atau
manifestasi
warga Negara yang cerdas, yaitu sebagai berikut :
 Menggunakan hak yang dimiliki sesuai dengan kaidah
 Menghargai hak dan kewajiban serta kepentingan orang lain
 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
 Menjunjung tinggi toleransi
 Menerima keanekaragaman
 Memecahkan konflik dengan cara perdamaian
c. Membuat Keputusan
Nu’man Somantri (2001) sangat merekomendasikan pentingnya
dialog kreatif sebagai wahana untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
d. Kemampuan Berkomunikasi
Dalam teori komunikasi dikenal adanya unsur-unsur komunikasi
yaitu , pembicara, pesan, media dan penerima pesan. Perwujudan
komunikasi yang efektif yang harus dikembangkan warga Negara
yang cerdas, antara lain dilakukan dengan cara :
 Menyampaikan ide-ide kritis kepada pemerintah
 Ikut serta mengkomunikasikan berbagai program pemerintah
sesuai dengan kemampuan
 Menggunakan/memanfaatkan saluran-saluran komunikasi
yang benar Mengembangkan etika komunikasi
e. Kerja Sama
Sikap prososial yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh warga
Negara yang cerdas direfleksikan dalam sikap-sikap diantaranya
(Sumantri, 1999) adalah :
 Mendahulukan kepentingan umum
 Saling menolong dan membantu
 Menjunjung hak asasi manusia
 Bersikap demokrasi
 Berperilaku saling memberi
 Berperilkau saling meminjam dengan jujur
f. Melakukan berbagai macam kepentingan secara bener.
Pertentangan atau konflik yang timbul dalam diri setiap warga
negara sebagai individu. Sedangkan interpersonal conflict
merupakan konflik atau pertentangan yang melibatkan individu
yang satu dengan individu yang lainnya sebagai anggota
masyarakat.
4. Pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia tidak akan berhasil apabila tidak
didukung oleh partisipasi warga negaranya. Sehubungan dengan hal tersebut:

a. Pengertian partisipasi
Partisipasi dimaknai sebagai keterlibatan atau keikutsertaan warga negara dalam
berbagai kegiatan kehidupan bangsa dan negara. Partisipasi yang dapat diberikan
bervareai bentuknya, seprti partisipasi secara fisik maupun secara non-fisik.tentu saja
partisipasi yang terbaik adalah partisipasi yang bersifat otonom,yakni partisifasi atau
keterlibatan warga negara atau masyarakat yang dilandasi oleh kesadaran dan kemauan
diri. Ada tiga bentuk partisipasi menurut Koentjaraningrat ( 1994 ) yaitu :
1. Berbentuk tenaga
2. Berbentuk pikiran
3. Berbentuk materi ( benda )

b. Paratisipasi politik
Paratisipasi politik aadalah keterlibatan warga negara dalam kehidupan sistem politik,
yang mana di sesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki masing- masing warga
negara. Beberapa contoh perwujudan atau manifestasi paratisipasi politik :
1. Mengkritis secara arif terhadap kebijakan pemerintah
2. Aktif dalam partai politik
3. Aktif dalam kegiatan lembaga swadaya masyarakat
4. Diskusi politik

Partisipasi sosial
Partisipasi sosial warga negara erat hubungannya dengan kegiatan atau aktivitas
warga negara sebagai anggota masyarakat untuk terlibat atau ikut serta dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan.partisipasi sosial warga negara akan dilakukan dengan baik
manakala di dukung oleh kepekaan sosial yakni kondisi seseorang atau indiividu warga
negara yang mudah dan cepat bereksi terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
i. Partisipasi Dalam Bidang Ekonomi
Partisipasi dalam bidang ekonomiyang dilakukan setiap warga negara dapat
mendorong atau memacu pertumbuhan serta perkembangan ekonomi yang mapan.
ii. Partisipasi Dalam Bidang budaya
Keanekaragaman dan kekayaan khasnah budaya bangsa indonesia sudah barang tentu
harus di jaga dan dilestarikan bahkan harus dikembangkan lebih baik lagi. Tujuan ini
dpat dicapai manakala warga negara berperan serta atau terlibat secara aktif untuk
menjaga dan melestarikan budaya bangsa.

5. Kewajiban mendefinisikan sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung
jawab. Ini mencakup arti bahwa kewajiban merupakan beban untuk memberikan
sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak
dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh
yang berkepentingan.
Contoh pelaksanaan tanggung jawab sebagai warga negara dalam kehidupan sehari-
hari adalah :
1. Memahami dan mengamalkan pancasial dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menjaga nama baik negara Indonesia dimata dunia sebagai negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, serta makmur dengan tidak membuat
kerusuhan.
3. Bagi para pelajar dengan belajar giat untuk meraih cita-cita mewujudkan warga
bangsa yang cerdas.
4. Saling menghargai dan menjunjung tinggi sikap toleransi.
5. Menjaga kerukunan dan solidaritas antar warga negara satu sama lain.
6. Saling tolong menolong antarsesama warga tanpa membedakan perbedaan.

6. Penilaian hasil belajar dalam pendidikan dilaksanaan atas dasar prinsip-prinsip yang
jelas sebagai landasan pijak. Prinsip dalam hal ini berarti rambu-rambu atau
pedoman yang perlu dipegangi dalam melaksanakan kegiatan penilaian hasil
belajar. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-
prinsip berikut:
o Valid
Penilaian hasil belajar harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan
menggunakan jenis tes yang terpercaya atau sahih. Artinya, adanya kesesuaian
alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat
ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data
yang masuk juga salah dan kesimpulan yang ditarik juga menjadi salah.

o Mendidik
Penilaian hasil belajar harus memberikan sumbangan positif pada pencapaian
hasil belajar siswa. Oleh karena itu, PBK harus dinyatakan dan dapat
dirasakan sebagai penghargaan untuk memotivasi siswa yang berhasil dan
sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang
berhasil, sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap diapresiasi
dalam penilaian.

o Berorientasi pada kompetensi


Penilaian hasil belajar harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang
meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai yang
terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada
kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat
diketahui secara jelas dan terarah.

o Adil dan obyektif Terbuka


Penilaian hasil belajar harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektifitas
siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan
berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab
ketidakadilan dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi
belajar siswa, karena mereka merasa dianaktirikan.
o Berkesinambungan
Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai
kalangan, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang
dapat merugikan semua pihak.

o Menyeluruh
Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara terus-menerus atau
berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara
menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa
dapat dipantau melalui penilaian. Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara
menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta
berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil
belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
o Bermakna
Penilaian hasil belajar diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi
semua pihak. Untuk itu, PBK hendaknya mudah dipahami dan dapat
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian
hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang
mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat
penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

7. Jawaban :
A. Kognitif

Untuk mengetahui lebih jauh tentang tiga aspek dalam taksonomi Bloom ini, kita
perlu menjabarkan pengertian dari masing – masing aspek satu persatu:

1. Pengertian Kognitif

Aspek kognitif menjadi aspek utama dalam banyak kurikulum pendidikan dan
menjadi tolok ukur penilaian perkembangan anak. Kognitif yang berasal dari bahasa
latin cognitio memiliki arti pengenalan, yang mengacu kepada proses mengetahui
maupun kepada pengetahuan itu sendiri. Dengan kata lain, aspek kognitif
merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses berpikir, yaitu
kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional.

Dalam aspek kognitif dibagi lagi menjadi beberapa aspek yang lebih rinci yaitu:
Pengetahuan ( Knowledge) Aspek ini adalah aspek yang mendasar yang merupakan
bagian dari aspek kognitif. mengacu kepada kemampuan untuk mengenali dan
mengingat materi – materi yang telah dipelajari mulai dari hal sederhana hingga
mengingat teori – teori yang memerlukan kedalaman berpikir. Juga kemampuan
mengingat konsep, proses, metode, serta struktur.

Pemahaman ( Comprehension) Aspek ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan.


Mengacu kepada kemampuan untuk mendemonstrasikan fakta dan gagasan dengan
mengelompokkan, mengorganisir, membandingkan, memberi deskripsi, memahami
dan terutama memahami makna dari hal – hal yang telah dipelajari. Memahami
suatu hal yang telah dipelajari dalam bentuk translasi (mengubah bentuk),
interpretasi (menjelaskan atau merangkum), dan ekstrapolasi (memperluas arti dari
satu materi). Penerapan ( Application).

Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang telah dipelajari dengan
menggunakan aturan serta prinsip dari materi tersebut dalam kondisi yang baru atau
dalam kondisi nyata. Juga kemampuan menerapkan konsep abstrak dan ide atau
teori tertentu. Penerapan merupakan tingkat yang lebih tinggi dari kedua aspek
sebelumnya yaitu pengetahuan dan pemahaman. Analysis (Analisa) Menganalisa
melibatkan pengujian dan pemecahan informasi ke dalam beberapa bagian,
menentukan bagaimana satu bagian berhubungan dengan bagian lainnya,
mengidentifikasi motif atau penyebab dan membuat kesimpulan serta materi
pendukung kesimpulan tersebut. Tiga karakteristik yang ada dalam aspek analisa
yaitu analisa elemen, analisa hubungan, dan analisa organisasi.

Sintesis ( Synthesis) Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak
terlihat sebelumnya, dan juga mampu menjelaskan mengenai data atau informasi
yang didapat. Dengan kata lain, aspek sintesis meliputi kemampuan menyatukan
konsep atau komponen sehingga dapat membentuk suatu struktur yang memiliki
pola baru. Pada aspek ini diperlukan sisi kreatif dari seseorang atau anak didik.

Evaluasi (Evaluation) Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan


penilaian serta pertimbangan dari nilai – nilai materi untuk tujuan tertentu. Atau
dengan kata lain, kemampuan menilai sesuatu untuk tujuan tertentu. Evaluasi ini
dilakukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.

B. Afektif

Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap
sesuatu hal. Pada ranah afeksi, Bloom menyusun pembagian kategorinya dengan
David Krathwol yaitu:

Penerimaan (Receiving/Attending) Mengacu kepada kemampuan untuk


memperhatikan dan merespon stimulasi yang tepat, juga kemampuan untuk
menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain atau
ranah afektif, penerimaan merupakan hasil belajar yang paling rendah. Contohnya,
mendengarkan pendapat orang lain.

Responsif (Responsive) Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini
akan terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi. Anak
memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu pembelajaran dan selalu
memiliki motivasi untuk bereaksi dan mengambil tindakan. Contoh, ikut
berpartisipasi dalam diskusi kelas mengenai suatu pelajaran.

Penilaian (Value) Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri
terhadap sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan pendapat.
Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang baik dan yang kurang baik dari
suatu kegiatan atau kejadian dan mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh,
mengusulkan kegiatan kelompok untuk suatu materi pelajaran.

Organisasi (Organization) Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai,


sikap yang berbeda yang membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem
nilai internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul diantaranya. Juga
mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang ada dan menyelaraskan
berbagai perbedaan.

Karakterisasi (Characterization) Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan


daya hidupnya. Kesemua hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku yang
ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah
berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah untuk diperkirakan.

C. Psikomotorik

Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi


jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang. Keterampilan yang
akan berkembang jika sering dipraktekkan ini dapat diukur berdasarkan jarak,
kecepatan, kecepatan, teknik dan cara pelaksanaan.

Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh kategori mulai dari yang terendah hingga
tertinggi: Peniruan Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan
atau sensor menjadi suatu gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan
kemudian mulai melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan meniru,
bentuk peniruan belum spesifik dan tidak sempurna.

Kesiapan

Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada
tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang diberikan, dan
tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya
melalui proses latihan dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu. Respon
terpimpin Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan kompleks
yang meliputi imitasi, juga proses gerakan percobaan. Keberhasilan dalam
penampilan dicapai melalui latihan yang terus menerus.

Mekanisme Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan


yang kompleks. Pada tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu
kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.
Respon Tampak Kompleks Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang
melibatkan pola gerakan kompleks. Kecakapan gerakan diindikasikan dari
penampilan yang akurat dan terkoordinasi tinggi, namun dengan tenaga yang
minimal. Penilaian termasuk gerakan yang mantap tanpa keraguan dan otomatis.

Adaptasi Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian dimana anak
dapat memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat berkembang
dalam berbagai situasi berbeda. Penciptaan Yaitu menciptakan berbagai modifikasi
dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses
belajar menghasilkan hal atau gerakan baru dengan menekankan pada kreativitas
berdasarkan kemampuan yang telah berkembang pesat.

Peranan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Pendidikan Dalam metode


pendidikan lama, pengukuran pencapaian materi pengajaran hanya ditekankan
kepada hasil, dan hanya pada aspek kognitif sehingga kerap kali mengabaikan
aspek lainnya. Sehingga kerap kali hasilnya tidak efektif, karena untuk dapat
mencapai tingkat pengetahuan tertentu yang diperlukan justru sebuah proses dan
pengertian tentang konsep yang dapat dicapai dengan juga memperhatikan aspek
afektif dan psikomotorik anak.

Ketiga aspek atau domain ini sangat berperan besar dalam pendidikan anak, karena
digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran terhadap anak. Ketiga
aspek ini diperlukan untuk mengevaluasi sejauh mana materi pendidikan dapat
diserap oleh anak dengan mengacu kepada kategori – kategori di dalam tiga domain
utama tersebut. Ketiganya masing – masing memiliki fungsi berbeda untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan proses belajar dan kemampuan anak dalam
menyerap materi pembelajaran tertentu, dan juga sejauh mana efektivitas metode
pengajaran yang digunakan.

Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Ketiga aspek atau


domain ini memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Sebelum sampai kepada aspek psikomotorik, terlebih dulu anak akan mengalami
tahap kognitif dan afektif. Pada tahap penerimaan, anak terlebih dulu perlu
memiliki suatu perhatian untuk dapat menerima materi yang diberikan. Dengan
adanya perhatian, maka akan mudah bagi anak untuk menerima pengetahuan
tersebut dan seterusnya.

Dalam setiap aspek afektif, terbukti memiliki aspek kognitif didalamnya untuk
saling mendukung. Setelah anak melalui tahap kognitif dan afektif, maka ia akan
siap untuk melanjutkan kepada tahap psikomotorik berdasarkan apa yang sudah
dipelajarinya di kedua tahap sebelumnya.

Manfaat Mempelajari Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dengan


menggunakan ketiga domain ini sebagai dasar untuk memberikan pengajaran atau
pendidikan kepada anak, hasilnya tidak saja akan membuat anak mengerti tentang
konsep pelajaran secara menyeluruh, namun juga akan mengembangkan
kemampuan emosional serta motorik anak pada saat yang bersamaan.

Aspek – aspek ini membantu para pengajar dan pendidik untuk mengenali pada
tahap mana kemampuan masing – masing anak berada. Hal itu akan membantu para
pendidik untuk menciptakan instruksi yang mengarah kepada kemampuan berpikir
kritis untuk masing – masing anak. Pembelajaran tanpa mengenal konsep dasar atau
kemampuan berpikir kritis akan sulit untuk diterapkan dan pada akhirnya hanya
akan membiasakan seorang anak untuk mengenali teori tanpa mengerti dasar –
dasar dari pengetahuan yang dimilikinya, dan pada akhirnya akan membuatnya sulit
untuk menerapkan pengetahuannya tersebut dalam berbagai situasi. Contohnya,
memiliki kemampuan berhitung akan sia – sia tanpa kemampuan untuk mengetahui
bagaimana, kapan, dan apa cara mengaplikasikan hitungan tersebut dalam dunia
nyata.

Penerapan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik akan membantu anak


mengembangkan kemampuan dirinya secara menyeluruh, dan tidak sebagian saja.
Demikian ulasan lengkap mengenai kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai
suatu kajian psikologi.

Anda mungkin juga menyukai