Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATERI

MODUL 3
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Kelas IIA Kelompok 2


Ketua : Nur Istiqomah
Sekretaris : Iffa Luthfiyah
Penyaji : Susi Ridhoinatin
Notulis : Retno Hidayati

1. KB 1. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA


a. Bahasa dan Komponen Penyusunnya
Bahasa adalah sebuah system kata, symbol, atau lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa tidak hanya
sebatas kata-kata tetapi lebih dari itu. Bahasa juga mencakup sesuatu
yang bersifat abstrak tetapi mengandung pesan sehingga seseorang dapat
menerjemahkan dan menangkap pesan tersebut.
Bahasa juga mencakup symbol yang memiliki pesan. Contohnya adalah
symbol emoji. Adapun komponen-komponen penyusun bahasa:
1) Fonologi
Cabang dari linguistic yang mengkaji bunyi ujar dalam Bahasa
tertentu. Ilmu ini mengkaji bunyi-bunyi Bahasa. Fonologi memiliki
cabang ilmu yakni fonetik yang membahas bunyi ujar tanpa
memperhatikan fungsi bunyi tersebut. Fonemik membahas bunyi
dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai makna pembeda.
2) Morfologi
Ilmu Bahasa yang mengkaji pembentukan kata atau morfem-morfem
dalam suatu Bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya membahas
bagaimana kata terbentuk tetapi juga membahas seluk beluk kata
tersebut.
3) Semantic
Mengkaji makna yang terkandung dalam Bahasa, kode, atau jenis lain
dari representasi.
4) Sintax
Aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan
benar. Umunya memnui kriteria SPOK.
5) Pragmatic
Mengkaji penggunaan Bahasa yang dikaitkan dengan konteks
pemakaiannya.

b. Teori Perkembangan Bahasa


1) Teori Empiris
Dikenal sebagai teori belajar, menunjukkan bahwa Ketika bayi
dilahirkan mereka dikelilingi oleh Bahasa. Meskipun mereka tidak tau
saat ada seseorang yang mengajak berbicara bayi saat itulah bayi
belajar memproduksi Bahasa.
2) Teori Nativisme
Manusia terlahir dengan perangkat akuisisi Bahasa atau language
acquisition device. Bayi belajar Bahasa dengan cara mengikuti orang
dewasa. Terdapat bagian-bagian otak manusia yang bekerja untuk
mengolah atau mengembangkan Bahasa.
3) Teori Interaksi
Teori menjelaskan anatara perkembangan bahasa dengan
perkembangan kognitif dan kemampuan berpikir secara umumm.

B. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA


1. Pralinguistik : Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi,
meskipun belum dapat bicara namun sudah mampu mengirimkan pesan
dengan ekspresi dan suara.
2. Tahap Holophrase (one word periode) : pada tahap ini anak belum
mulai mengkombinasikan kata-kata tetapi mereka sedang belajar
menangkap makna yang lebih sulit dari tahap sebelumnya.
3. Periode telegrafis : pada tahap ini anak mencoba membentuk makna
dengan mengkombinasikan dua kata.
4. Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-kanak, dan Remaja

C. BILINGUALISME
Elis (Maharani dan Astuti, 2018) berpendapat bahwa pembelajaran bahasa
kedua akan lebih mudah jika seseorang telah menguasai bahasa bahasa
pertamanya dengan baik karena kemampuan bahasa pertama dapat berguna
dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Berdasarkan penelitian Bambang Kaswanthi Purwo (1989), disimpulkan hal
berikut :
1. Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusaha 6-12
tahun sehingga pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus dilakukan
dengan maksimal.
2. Pada pembelajaran usia 6-8 tahun, kemampuan yang lebih ditonjolkan
adalah penguasaan fonologi.
3. Pada usia 9-12 tahun, kemampuan anak yang ditonjolkan pada penguasaan
morfologi dan sintaksisnya karena fonologi sudah dikuasai saat mereka
berada pada usia 6-8 tahun.

2. KB 2. KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS


A. PANDANGAN TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIKA
1. Definisi Berfikir Matematis
Kemampuan Berfikir Matematis adalah kemampuan dalam mengetahui
makna symbol dan mampu mengombinasikan antarsimbol matematika
dengan tepat.
Menurut Fajri (2017), dalam berfikir matematis, pembelajaran yang
dilaksanakan tidak hanya berlangsung dalam arah (one way communication),
tetapi harus melalui proses interaksi yang bersifat dua arah (two way
communication), yaitu antara sesama siswa, siswa dengan guru, siswa
dengan lingkungan dan sumber belajar.
Tiga macam cara manusia dalam memecahkan masalah menurut Stoltz
(2000:14) dalam Widyastuti, Usodo, dan Riyadi (2015):
a. Climbers adalah sekelompok orang yang selalu berupaya untuk mencapai
puncak kesuksesan, siap menghadapi rintangan dan selalu
membangkitkan dirinya dalam kesuksesan.
b. Campers adalah sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk
menanggapi tantangan, tapi tidak mencapai puncak kesuksesan dan
mudah puas denga napa yang sudah dicapai
c. Quitters adalah sekelompok orang yang memilih menghindar dan
menolak kesempatan,mudah putus asa, mudah menyerah, pasif dan tidak
bergairah untuk mencapai kesuksesan.
2. Memahami Konsep Bilangan
a. Memahami konsep bilangan cardinal
Bilangan cardinal adalah bilangan yang menunjukan sebuah kuantitas.
Gelman dan Gallistel (1878) mengatakan bahwa anak dikatakan paham
tentang angkat Ketika mereka dapat:
1) Menggunakan semua label nomor dengan urutan yang benar;
2) Menggunakan semua label nomor dalam obyek yang mereka hitung
3) Mengatakan angka akhir dalam urutan perhitungan untuk mmengatakan
berapa banyak benda dalam satu himpunan.
Berbeda dengan Piaget (1952). Piaget mengatakan bahwa kita dapat
mengecek kepahaman anak mengenai konsep bilangan dengan mengetes
kesetaraan antar himpunan.
3. Memahami konsep bilangan ordinal (asli)
Bilangan ordinal (bilangan asli) adalah bilangan yang digunakan untuk
mengindikasikan aturan dalam satu hubungan dengan hubungan yang lain.
B. PANDANGAN TEORI KEMAMPUAN MATEMATIKA
1. Pandangan Teori Interaksi
Teori berpandangan tentang kemampuan matematika.
2. Pandangan Teori Nativisme
Teori berpandangan tentang kemampuan matematis yang merupakan
kemampuan bawaan dari lahir.
3. Pandangan Teori Empirisme
Teori Empirisme berpendapat bahwa hal yang harus diketahui oleh anak
dalam belajar matematika adalah membedakan antara angka dan jumlah.

C. PENALARAN DAN PENYELESAIAN MASALAH SECARA


MATEMATIS
1. Penalaran Aditif
Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan untuk memecahkan
masalah dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada matematika.
a. Cara memecahkan masalah matematis
Martin Hughes mengategorikan cara anak memecahkan masalah berdasarkan
umurnya :
1) Umur (1-2) memecahkan masalah dengan menggunakan benda nyata
2) Umur (3-4) memecahkan masalah dengan berimajinasi
Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses memecahkan masalah, anak usia
dini membangun kemampuan berpikirnya dengan cara menghubungkan
angka dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Seiring berjalannya
waktu, semakin lama anak akan semakin berpikir untuk menyelesaikan
masalah dengan cara yang lebih abstrak.
b. Proses berpikir penyelesaian masalah
1) Pengubahan (change problem)
Anak yang baru belajar dan masih meraba-raba konsep penjumlahan dan
pengurangan akan diberikan soal lebih mudah dibanding anak yang
sudah memahami konsep, yaitu soal yang lebih bervariasi
2) Kombinasi (combination problem)
Jenis permasalahan kombinasi mirip dengan permasalahan pengubahan
tetapi terdapat kuantitas yang digabungkan.
3) Perbandingan
Soal matematika dengan perbandingan lebih sulit untuk dikerjakan,
karena soal dengan kategori perbandingan adalah soal yang
membutuhkan pemahaman yang tinggi.
2. Penalaran Multiplikatif
Penalaran multiplikatif biasa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
dalam operasi perkalian atau pembagian.
Proses berpikir penyelesaian masalah
1) Mengelompokkan (one to many correspondence)
Pada soal perkalian, anak dapat menyelesaikan soal perkalian dengan cara
mengelompokkan variabel.
2) Membagikan (sharing problem)
Sharing problem adalah penyelesaian persoalan dalam pembagian dengan
cara membagi variabel dengan rata.
3) Pemahaman produk
Pemecahan masalah yang biasa dilakukan dengan jumlah variabel yang lebih
dari satu.

Anda mungkin juga menyukai