KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK:
1. Tri Wahyuningsih (836896537)
2. Intan Kusuma Dewi (836897395)
3. Siti Suharti (836897356)
4. Ririn Widiyastuti (836893635)
3. Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan
yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda
berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut.
Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan
untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. Sedangkan Carin
(1992) menyatakan bahwa mengklasifikasi adalah mengatur atau membagi objek,
kejadian, atau informasi tentang objek ke dalam kedalam kelas menurut metode atau
sistem tertentu. Skema klasifikasi digunakan dalam IPA (juga pada ilmu-ilmu lainnya)
untuk mengidentifikasi benda atau kejadian da untuk memperlihatkan persamaan,
perbedaan, dan hubungan-hubungannya.
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya
memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun-
daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem
klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan
tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin
sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun
skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi organisme-
organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau
gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber
klasifikasi
4. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui
kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok
dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan
bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi.
Sedangkan menurut Carin (1992) mengukur adalah membuat observasi kuantitatif
dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non
konvensional.
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan
alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan
menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan
pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan
dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan
suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat. Misalkan, siswa diajarkan untuk
mengetahui bahwa mengukur berat menggunakan timbangan dan mengukur panjang
menggunakan mistar atau pita ukur. Siswa diajarkan pula untuk memperkirakan ukuran
suatu objek sebelum melakukan pengukuran dengan alat ukur tertentu.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat
sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap
selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur.
Sebagai contoh, dalam penguran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang,
ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa
menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda
yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas)
dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter (m).
Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk
pengukuran benda sebenarnya.
Kegiatan Belajar 2
2. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga
sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut
Abruscato (1998) menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah
adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yang kita observasi.
Carin (1992) mengemukakan bahwa menginferensi adalah membuat kesimpulan
didasarkan pada alasan yang dijelaskan oleh observasi.
Inferensi adalah membuat kesimpulan sementara yang terkait dengan adanya
dugaan-dugaan. Membuat dugaan-dugaan valid berdasarkan observasi yang didapat
merupakan keterampilan penting untuk belajar secara inkuiri. Latihan inkuiri
memerlukan siswa untuk memperhatikan sesuatu di balik informasi yang tampak untuk
menginferensi hubungan-hubungan baru.
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan
menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa
benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda
itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini.
Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi
yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa
inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
3. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi pada
observasi yang akan dating atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan
datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut
Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang
berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna
grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan.
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa
kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Perlu di perhatikan
bahwa prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan informasi tentang
hubungan-hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi yang tidak didasarkan
pada observasi hanya merupakan suatu terkaan, dan ini bukanlah yang diharapkan
dalam kegiatan mempredikasi pada keterampilan proses. Contoh kegiatan untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang
menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai
ukuran) yang ditelungkupkan.
KEGIATAN BELAJAR 3
C. Keterampilan Proses Memformulasi Hipotesis, Mengontrol Variabel, Membuat
Definisi Oprasional, Menginterpretasi Data
Keterampilan proses IPA yang terintegrasi meliputi memformulasi hipotesis,
mengontrol variabel, membuat definisi operasional dan menginterpretasi data. Keterampilan
Proses IPA ini merupakan kombinasi dari keteramplan IPA dasar seperti mengobservasi,
melakukan pengukuran, dan sebagainya. Keterampilan proses IPA yang terintegrasi
biasanya diperkenalkan kepada siswa yang telah memiliki keterampilan dasar IPA yang
mendasar. Keterampilan proses IPA ini bisa juga dikembangkan dari kegiatan belajar
belajar IPA yang terdapat dalam buku paket SD atau yang setara untuk mata pelajaran anak
Sekolah Dasar.
Untuk lebih jelasnya keterampilan proses IPA yang erintegrasi tersebut, baiklah akan
kita coba mendalami satu per satu, agar pemahaman kita pada masing-masing keterampilan
tersebut menjadi lebih baik.
1. Memformulasi Hipotesis
Memformulasi hipotesis adalah memformulasi dugaan yang masuk akal yang
dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering
dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan
1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin
kecil”. Dari formulasi ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang
pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh
karena itu di dalam formulasi hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel
respon. Hipotesis diformulasikan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat diformulasikan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil
pengamatan atau diformulasikan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori.
Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus
menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau
teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori
menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku
siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) memformulasi
hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk
menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis
tersebut.
2. Mengontrol Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu
situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting,
yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara
sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat
pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan dilakukan
percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu
dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Variabel-
variabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada
percobaan ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya
ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu
pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain,
yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat
pemanipulasian variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat
dikatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh
terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat
memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak memberikan pengaruh. Dengan
demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan
pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi
mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan
adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk
menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala
lampu menjadi semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu
baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah
satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat
kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis
baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu.
Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi
hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian
kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap
redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri
(variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah : (a)
pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel
yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam
suatu percobaan.
4. Menginterpretasi Data
Sebelum melakukan penyelidikan, sebaiknya terlebih dahulu belajar bagaimana
caranya menginterpretasi data atau menafsirkan hasil observasi kuantitatif. Interpretasi
data biasanya melibatkan organisasi data ke dalam tabel atau gambar/bagan. Interpretasi
data juga dapat dilakukan dengan jalan membuat gambar atau grafik dari hasil
pengamatan, biasanya melibatkan usaha-usaha peulisan, hasil observasi, membuat
kesimpulan, inferensi/penafsiran dan merekomendasi. Kesimpulan biasanya berkenaan
dengan ringkasan dari hasil pengamatan. Sedangkan inferensi adalah pernyataan umum
yang berfungsi untuk menjelaskan atau membuat kesimpulan menjadi bermakna.
Rekomendasi adalah saran untuk tindakan di masa yang akan datang berdasarkan
kesimpulan dan inferensi yang telah dibuat.
Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut interpretasi
data. Interpretasi data sangat penting karena makna dan pengertian yang diperoleh
dapat diasumsikan dengan baik. Bila kita melihat keterampilan proses dalam IPA, perlu
diingat bahwa IPA dimulai dari suatu pernyataan. Sering terjadi, hipotesis yang dibuat
berfungsi untuk memprediksi/meramalkan jawaban untuk pertanyaan yang telah dibuat.
Kemudian penyelidikan dirancang dan dilaksanakan.
Dari hasil penyelidikan biasanya diperoleh data hasil percobaan. Data yang
dihasilkan kemudian diinterpretasi, misalnya angka-angka ditransfer ke dalam kata-kata
atau kalimat untuk menjelaskan hasil. Terakhir si peneliti harus memutuskan apa arti
dari kata-kata tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan antara lain. Apakah
ramalan yang telah dibuat cukup akurat? Apakah satu variabel mempengaruhi variabel
yang lain? Pertanyaan lain yang mungkin muncul adalah Apakah yang harus dikerjakan
berikutnya? Apakah yang harus diberitahukan kepada orang lain tentang penyelidikan
yang dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah bagian dari data interpretasi.