Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-3

KODE/NAMA/SKS MATA KULIAH PDGK/Pengantar Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus/3 SKS
PROGRAM STUDI PGSD

Nama Mahasiswa : Iis Sri Sumira


NIM : 857504045
Kelas :C

Nama Penulis : Reza Febri Abadi, M.Pd.


Status Pengembangan : Baru
Tahun Pengembangan : 2021

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan jelas!

1. Jelaskan tentang adaptasi anak tunadaksa apabila ditempatkan di sekolah umum!


2. Jelaskan perbedaan penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunadaksa dalamsistem
pendidikan segregasi,dan pendidikan inklusif!
3. Andi adalah seorang anak kelas 5 SD, ia tidak ada perhatian, lambat, tak berminat
sekolah, pemalas, suka melamun, dan pendiam. Mereka mirip anak autistik.
a. Tergolong kedalam klasifikasi kelainan perilaku apa Andi? Jelaskan!
b. Apayang dimaksud tunalaras menurut Peraturan Pemerintah!
4. Sebutkan model/strategi pembelajaran anak tunalaras, kemudian jelaskan model apa
yang mengupayakan/menekankan pentingnya interaksi antara anak dengan
lingkungannya!
5. Berdasarkan berbagai pendapat ahli apa batasan yang lebih sederhana tentang anak
berkesulitan belajar!
6. Jelaskan perbedaan antara developmental learning disability dan academic
developmental learning disability!
7. Sebutkan masalah dalam menulis tangan yang dihadapi anak berkesulitan belajar!
8. Berkaitan dengan asesmen kemampuan membaca, sebutkan ragam/bentuk asesmen
formal dan informal, apa perbedaan asesmen formal dan informal!

Jawaban !
1. Karakteristik akademik anak tunadaksa meliputi siri khas kecrdasan, kemampuan
kognisi, persepsi dan simbilisasi mengalau kelainan karena terganggunya sistem
cerebral sehingga mengalami hambatan dalambelajar dan mengurus diri. Anak
tunadaksa karena kelainan pada sistem oto dan rangka tidak terganggu sehingga dapat
belajar, seperti anak normal.Menurut kirk (1986) mengemukakan bahwa adaptasi
pendidikan tunadaksa apabila ditempatkan di sekolah umum sebagai berikut:
a. Penempatan di kelas regular
1) Menyiapkan lingkungan belajar tambahan sehingga memungkinan anak
tunadaksa untuk bergerak sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
membangun trotoar, pintu agak besar sehingga dapat menggunakan kursi
roda.
2) Menyiapkan program khusus untuk mengejar ketinggalan anak tunadaksa
karena anak sering tidak masuk sekolah, di antaranya:
 Guru harus mengadakan kontak secara intensif dengan siswanya untuk
melihat masalah fifiknya secara langsung.
 Perlu mengadakan rujukan ke ahli terkait apabila timbul masalah fisik dan
kesehatan yang lebih parah.
b. Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khusus
Murid yang mengalami ketinggalan dari temannya di kelas regular karena ia sakit-
sakitan, diberi layanan tambahan oleh guru di ruang sumber. Murid yang datang
ke ruang sumber tergantung pada materi pelajaran yang menjadi ketinggalannya,
sedangkan siswa mengunjungi kelas khusus biasanya anak mengalami kelainan
fisik tingkat sedang dengan intelegensia normal. Misalnya, anak yang tidak dapat
berbicara maka ia perlu masuk kelas khusus sebagai persiapan anak untuk
memasuki kelas regular, karena selama anak di kelas khusus ia sering bermain, ke
kantin, dan upacara bersama dengananak normal (siswa kelas regular).
c. Pendidikan segregasi (terpisah)
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunadaksa yang ditempatkan di tempay
khusus, seprti sekolah khusus yang menggunakan kurikulum Pendidilkan Luar
Biasa anak tunadaksa.
d. Sistem inklusif
Anak tunadaksa yang kelainannya ringan lebih baik mengikuti pendidikan
bersama-sama dengan anak biasa di kelas atau sekolah regular untuk membantu
kelancaran pembelajran. Disana mereka akan mengikuti program pendidikan yang
disesuaikan dengan kemampuannya gila hal itu dibutuhkan, dan disediakan
fasilitas lain yang memungkinkan bagi anak-anak tersebut untuk bergerak lebih
baik dan luas. Guru kunjung yang berfungsi sebagai konsultan guru regular Kelas
Biasa (Reguler Class) model ini diperuntukkan bagai anak tunadaksa yang
memiliki kecerdasan normal, memiliki potensi dan kemampuanyang dapat belajar
bersa-sama dengan anak norman.
2. Perbedaannya terletak pada jenis layanan, penyelenggaraan pendidikan bagi anak
tunadaksa ditempatkan di tempat khusus atau layanan pendidikannya dipisahkan
dengan anak yang normal, seperti sekolah khusus yang menggunakan kurikulum
pendidikan luar biasa anak tunadaksa. Sedangakan pendidikan inklusif
menggabungkan layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal
pada sekolah regular. Dimana mereka akan mengikuti program pendidikan yang
disesuaikan dengan kemampuannya bila hal itu dibutuhkan, dan disediakan fasilitas
lain yang memungkinkan bagi anak-anak tersebut untuk bergerak lebih baik dan luas.
3. a). Tergolong kedalam klasifikasi kelainan perilaku apa Andi? Jelaskan!
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Quay 1979 dalam Samuel A. Krik and
Jamen J. Gallagher (1986) yang dialihbahasakan oleh Moh Amin, dkk (1991:51)
sebagai berikut.
 Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mangacu
pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan
guru, kejam, ahat, suka, menyerang, hiperaktif.
 Anak yang cemas manarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu,
takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka tertekan batinnya.
 Dimensi ketidak matangan mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian, lambat,
tak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mirip dengan anak
autistic.
 Anak agresi sosialisasi mempunyai ciri atau maslah perilaku yang bersosialisasi
dengan “gang” tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan
pembolosan. Mereka merupakan suatu bahaya bagi masyarakat.
Jadi kesimpulannya bahwa kelainan perilaku yang ada pada Andi termasuk
kedalam klasifikasi tunalaras, sesuai dengan dimensi ketidakmatangan
(Immaturity).
b). Dalam peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tunalaras
adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

4. Sehubungan dengan model yang digunakan dalam memberikan layanan kepada anak
tunalaras, menurut Kauffman (1985( mengemukakan jenis-jenis model pendekatan
sebagai berikut:
a) Model biogenitic
Model ini dipilih berdasakan asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh
kecacatan genetic atau biokimiawi sehingga penyembuhannya ditekankan pada
pengobatan, diet, olahraga, operasi, atau mengubah lingkungan.
b) Model behavioral (tingkah laku)
Model ini berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang atau gangguan emosi
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses
perkembangan kepribadian karena berbagai factor sehingga kemampuan yang
diharapkan sesuai dengan usianya terganggu. Ada juga yang mengatakan adanya
konflik batin yang tidak teratasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi gannguan
perilaku itu dapat diadakan pengajaran psikoekuasional, yaitu menggabungkan
usaha membantu anak dalam mengekspresikan dan mengendalikan perasaannya
c) Model psikodinamika
Model ini berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang atau gangguan emosi
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses
perkembangan kepribadian karena berbagai factor sehingga kemampuan yang
diharapkan sesuai dengan usianya terganggu. Ada juga yang mengatakan adanya
konflik batin yang tidak teratasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi gannguan
perilaku itu dapat diadakan pengajaran psikoekuasional, yaitu menggabungkan
usaha membantu anak dalam mengekspresikan dan mengendalikan perasaannya.
d) Model ekologis
Model ini menganggap bahwa kehidupan ini terjadi karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Gangguan perilaku terjadi karena adanya
disfungsi antara anak dengan lingkungannya. Oleh karena itu, model ini
menghendaki dalam memperbaiki problem perilaku agar mengupayakan interaksi
yang baik antara anak denga lingkungannya, misalnya dengan mengubak persepsi
orang dewasa tentang anak atau memodifikasi persepsi anak dengan
lingkungannya. Rhoden (1967) menyatakan bahwa masalah perilaku adalah akibat
interaksi destruktif antara anak dengan lingkungannya (keluarga, teman sebaya,
guru dan subkelompok kebudayaannya).
5. Batasan yang lebih sederhana tentang anak berkesulitan belajar adalah anak yang
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya
ketidakberfungsian sistem persarafan yang minimal di otak, atau gangguan dalam
psikologis dasar, sehingga mengakibatkan terhambatnya dalam melaksanakan tugas-
tugas akademik dan berdampak terhadap prestasi belajar rendah.
6. Perbedaan antara development learning disability (kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan) mencakup gangguan , perhatian, ingatan, motoric, persepsi,
berbahasa, dan berfikir. Sedangkan academic developmental learning disabilitiy
(kesulitan belajar akademik) mencakup kesulitan belajar membaca, menulis dan
berhitung atau metamtika.
7. Menurut Lovitt (1989:237) mengemukakan bahwa Anak berkesulitan belajar
memiliki berbagai masalah dalam menulis tangan, di antaranya: 1) menulis dengan
lambat; 2) salam dalam menulis huruf dan angkat; 3) tulisannya terlalu miring; 4)
jarak tulisannya terlalu rapat; 5) kesulitan mengikuti garis lurus; 6) tulisan tida
terbaca; 7) tekana pensil yang terlalu kuat atau terlalu lemah; serta 8) tulisan yang
terbayang. Sedangkan menurut lener (1985:402) mengemukakan bahwa kemampuan
menulis dipengaruhi olah factor motoric, perilaku, persepsi, memori, kemampuan
melaksanakan cross modal, penggunaan tangan yang dominan, serta kemampuan
memahami intruksi.
8. Ragam/bentuk asesmen formal meliputi tes survei, tes diagnostic, dan tes prestasi.
Sedangkan bentuk/ragam asesmen informal meliputi informal reading inventories
(IRI), dan cloze procedure. Perbedaannya asessmen secara formal dilakuakn dengan
tes-tes standar (sudah dibakukan), sedangakan asesmen informal tidak menggunakan
norma sebagai alat untuk menafsirkan kualitas dan performance siswa.

Anda mungkin juga menyukai