Anda di halaman 1dari 10

Telaah Kurikulum dan Buku

Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas Rendah

Kegiatan Belajar 1

Hakikat Kurikulum

A. PENGERTIAN KURIKULUM

Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh.
Dari dunia atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau Sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk
mencapai suatu tingkat atay ijazah (Nasution, 1986).
Pengertian kurikulum di atas dianggap terlalu sempit karena membatasi pengalaman
anak kepada situasi belajar di dalam kelas dan tidak menghiraukan pengalaman-pengalaman
edukatif di luar kelas. Dengan demikian pandangan ini (yang termasuk pandangan
tradisional) memandang kurikulum tidak lebih dari sekadar rencana pelajaran di suatu
sekolah, tidak Sesuai lagi dengan kemajuan zaman. Dewasa ini kurikulum diartikan sebagai
segala hal yang berhubungan dengan upaya pendidikan.
Dalam perkembangan selanjutnya kurikulum mendapat pengertian yang lebih luas,
seperti yang dikemukakan oleh para ahli berikut ni.

1. Menurut John Dewey kurikulum sesungguhnya tidak lain dari pengalaman,


pengalaman ras, dan pengalaman anak yang direkonstruksi terus-menerus menjadi
sejumlah pengetahuan atau bidang studi.
2. Menurut Franklin Bobbit kurikulum dirumuskan (a) sebagai keseluruhan pengalaman,
baik pengalaman langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan
perkembangan kesanggupan-kesanggupan individu, (b) serangkaian pengalaman
pendidikan yang dipergunakan oleh sekolah untuk menyempurnakan perkembangan
anak.
3. Menurut Caswell dan Campbell kurikulum adalah semua pengalaman yang dimiliki
anak di bawah bimbingan guru.
4. Menurut Ralph Tyler kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang
direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
5. Menurut Krug kurikulum terdiri dari semua alat pengajaran yang dipakai sekolah
untuk memberi kesempatan belajar kepada siswa menuju tujuan belajar yang
dikehendaki.
6. Menurut Hilda Taba kurikulum tersusun dari unsur unsur tertentu. Suatu —kurikulum
biasanya terdiri dari pernyataan-pernyataan mengenai tujuan (umum dan spesifik),
seleksi dan organisasi bahan, strategi belajar maupun mengajar, dan suatu program
evaluasi.
7. Menurut Johnson kurikulum suatu rangkaian hasil diinginkan. Kurikulum
mengantisipasi hasil mengantisipasi alat untuk mencapai tujuan.
8. Menurut Robert Gagne kurikulum sebagai suatu rangkaian unit bahan yang disusun
sedemikian rupa sehingga setiap unit dipclajari secara utuh, dengan syarat kecakapan
dan kemampuan yang terdapat dalam tujuan unit sebelumnya harus dikuasai olch
anak terlebih dahulu.
9. Menurut Harnack kurikulum meliputi semua pengalaman belajar dan mengajar yang
terpimpin dan diarahkan oleh sekolah.
10. Menurut Hass kurikulum adalah semua pengalaman individu anak dari suatu program
pendidikan yang tujuannya mencapai tujuan umum maupun tujuan yang spesifik yang
direncanakan dalam rangka teori, riset atau praktik profesional masa lalu dan
sekarang. (Kaber, 1988:3--5)

Di samping pengertian-pengertian kurikulum yang dipaparkan di atas di dalam UU


Pendidikan No.2 tahun 1989 disebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan pengertian kurikulum yang terdapat dalam buku Ketentua, Umum
Kurikulum 2004 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai Pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian, Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan seperangkat
rencana dan pengat tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan daerah.
Ragam kurikulum dapat ditinjau dari beberapa segi. Secara umun Goodlad (dalam
Kaber, 1988) membedakan lima jenis kurikulum, seperti berikut ini.
1. Kurikulum Ideal, yaitu kurikulum sebagaimana diharapkan oleh ahli dan guru yang
mencerminkan pengetahuan yang diakumulasikan berzaman-zaman.
2. Kurikulum Formal, yaitu kurikulum yang direstui dan disahkan oleh pemerintah.
3. Kurikulum “Bayangan”, yaitu kurikulum yang ada dalam pikiran yang diinginkan
oleh orang tua dan guru.
4. Kurikulum Operasional, yaitu kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas.
5. Kurikulum Pengalaman, yaitu kurikulum yang dialami oleh anak didik.

Sedangkan Galtthorn membedakan kurikulum menjadi tujuh jenis,


seperti berikut ini.
1. Kurikulum Rekomendasi, yaitu kurikulum yang direkomendasi para ahli, asosiasi
profesional, komisi pembaruan pendidikan, dan juga yang berdasarkan kebijakan
pemerintah.
2. Kurikulum Tertulis, merupakan kurikulum yang sudah disetujui oleh pemerintah.
Kurikulum ini merupakan pengendali untuk menjamin tujuan pendidikan. Kurikulum
tertulis lebih komprehensif dan lebih Spesifik bila dibandingkan dengan kurikulum
rekomendasi. Biasanya memuat dasar-dasar pertimbangan yang mendukung
kurikulum, tujuan yang harus dicapai, sasaran yang harus dikuasai, sekuen yang harus
dituruti, kegiatan belajar yang harus dilakukan, dan bagaimana evaluasinya.
3. Kurikulum Dukungan, dibentuk dari sumber-sumber yang dialokasi untuk menunjanh
kurikulum. Ada beberapa macam sumber atau bentuk (a) alokasi waktu yang
digunakan untuk mata pelajaran tertentu, (b) alokasi waktu yang dipergunakan guru
untuk aspek tertentu, (c) alokasi personel, banyaknya guru yang diperlukan, dan (d)
bahan, . alat, dan buku teks yang disediakan.
4. Kurikulum yang diajarkan, yaitu kurikulum yang diajarkan guru dalam kelas yang
seharusnya didasarkan pada kurikulum yang tertulis. Namun, dalam kenyataannya
sering terjadi penyimpangan. Guru datang ke kelas dengan latar belakang
pengetahuan pribadi yang berbeda. Mereka dipengaruhi oleh situasi, teori-teori yang
mereka pelajari, kondisi sosial, dan pengalaman yang berbeda. Banyak faktor yang
mempengaruhi guru, seperti pengetahuan guru dalam mata pelajaran, persepsi guru
terhadap anak, persepsi guru terhadap kurikulum tertulis, buku teks, proses belajar
mengajar, dan sistem ujian. Demikian apa yang diajarkan guru adakalanya agak
menyimpang dari kurikulum tertulis.
5. Kurikulum yang diuji, yaitu kurikulum yang terdiri dari serangkaian bahan
pelajaran/kegiatan belajar yang dinilai melalui tes, baik yang dibuat oleh guru maupun
tes yang baku atau tes yang disusun oleh panitia wilayah. Bagaimana hubungan
kurikulum ini dengan kurikulum yang tertulis? Jawabannya dapat bermacam-macam.
Sering tes yang dibuat guru tidak sejalan dengan yang diajarkan. Guru tidak mampu
menyusun tes yang baik dan kebanyakan tes tersebut berorientasi pada kemampuan
mengerti dan mengingat. Tes yang dibuat oleh panitia wilayah juga sering hanya
mengukur tingkat tujuan yang rendah. Begitu pula tes baku sering tidak serasi dengan
apa yang diajarkan guru.
6. Kurikulum yang dipelajari, yaitu kurikulum yang merupakan hasil belajar, Seperti
perubahan nilai, persepsi dan tingkah laku yang terjadi dari pengalaman belajar.
Kurikulum ini merupakan apa yang dimengerti, dipelajari, diingat anak didik baik dari
kurikulum yang diinginkan maupun dari kurikulum yang tersembunyi.
7. Kurikulum yang tersembunyi, yaitu kurikulum yang tidak berwujud, namun
berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku anak didik. Ada dua aspek yang perlu
diingat dalam kurikulum ini, yaitu aspek yang relatif tetap, seperti ideologi,
keyakinan, nilai budaya masyarakat yang mempengaruhi sekolah, dan aspek yang
dapat berubah-ubah, seperti Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola
kelas, bagaimana pelajaran diberikan, sedangkan variabel sistem sosial berkaitan
dengan pola hubungan sosial dalam kelas dan sekolah, bagaimana hubungan anak
didik dan guru, bagaimana hubungan kepala sekolah dengan guru, dan staf tata usaha.
(Kaber,1988)

B. FUNGSI DAN TUJUAN KURIKULUM

Mungkin Anda dapat menjelaskan fungsi kurikulum, bukan? Baik mungkin jawaban
Anda itu Anda kaitkan dengan uraian di atas bahwa kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman
guru untuk menjalankan tugasnya yang sehari-hari. Sebenarnya secara umum fungsi
kurikulum itu sangat luas yang dapat dikaitkan dengan sekolah, anak didik, dan masyarakat.
Bagi sekolah fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) bagi sekolah
yang bersangkutan yang berfungsi sebagai (a) alat untuk mencapai tujuan, (b) pedoman bagi
guru dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa, serta sebagai
pedoman mengevaluasi perkembangan siswa, (c) pedoman supervisi bagi kepala sekolah
yaitu untuk memperbaiki/menciptakan situasi belajar yang baik dan membantu guru
memperbaiki situasi belajar, serta sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum. Di
samping itu sebagai pedoman mengevaluasi kegiatan belajar mengajar, (2) bagi sekolah
tingkat di atasnya, kurikulum berfungsi (a) untuk keseimbangan proses pendidikan, dan (b)
penyiapan tenaga baru.
Fungsi kurikulum bagi anak didik, diharapkan mereka akan mendapat sejumlah
pengetahuan dan kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan dan melengkapi bekal
hidup mereka setelah terjun dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi kurikulum bagi masyarakat, yaitu orang tua anak didik serta
pemakai lulusan adalah sebagai berikut. Dengan memahami kurikulum, orang tua akan
mengetahui program-program apa saja yang akan dilaksanakan oleh sekolah. Untuk
memperlancar pelaksanaan program tersebut orang tua perlu juga memikirkan sarana apa saja
yang diperlukan. Demi keberhasilan anak-anaknya orang tua bersedia membantu sekolah
untuk mengadakan sarana-sarana tersebut di bawah koordinasi Ketua Komite Sekolah
(dahulu BP3), sedangkan bagi pemakai lulusan dengan memahami kurikulum yang sedang
dilaksanakan tidak segan-segannya ikut membantu memperlancar pelaksanaan program dan
akan memberikan kritik/saran untuk menyempurnakan program pendidikan yang sedang
direncanakan/dilaksanakan.
Di samping macam-macam fungsi kurikulum yang telah disebutkan di atas, marilah
kita pahami fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis yang dikutip oleh Iskandar
Wiryokusuma (1996:8-12) berikut ini.
1. The adjustive of adaptive funtion atau fungsi penyesuaian adalah penyesuaian anak
didik terhadap lingkungannya. Anak didik adalah individu yang hidup dalam
masyarakat. Oleh karena itu, anak didik harus dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat lingkungannya di mana dia hidup. Lingkungan masyarakat yang bersifat
dinamis yang selalu berubah menurut perkembangan zaman harus diikuti oleh
kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Dengan demikian, kurikulum harus
mampu menata keadaan masyarakat agar dapat dibawa ke lingkungan sekolah untuk
dijadikan objek pelajaran para siswa.
2. The integrating function atau fungsi pemaduan adalah terciptanya kepaduan pribadi
anak didik. Anak didik merupakan anggota sosial masyarakat. Pengaruh kelompok
terhadap tingkah laku anak didik dapat bersifat positif atau negatif. Pengaruh yang
baik diperoleh anak didik melalui kerja sama yang baik, harmonis, serta ada upaya
pemecahan masalah bersama. Perasaan saling bergantung, saling menghormati,
menghargai diri sendiri, human relation akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak didik. Oleh karena itu, kurikulum harus mampu menyiapkan
pengalaman belajar yang dapat mendidik pribadi yang terintegrasi karena individu-
individu yang berada di sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang harus
mampu melakukan pengintegrasian sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3. The differentiating function atau fungsi pembedaan, maksudnya kurikulum harus
mampu melayani perbedaan-perbedaan individu anak didik. Perbedaan-perbedaan
individu tersebut harus menjadi dasar pertimbangan dalam memberikan pelayanan.
Perbedaan individu itu mungkin disebabkan oleh latar belakang ekonomi sosial yang
berbeda di samping perbedaan potensi yang dimiliki oleh setiap anak didik. Jadi, jelas
bahwa kurikulum harus mampu melayani pengembanganpengembangan potensi
individu yang akan hidup terjun di lingkungan masyarakat.
4. The prapaedetic function atau fungsi penyiapan, yaitu kurikulum harus mampu
menyiapkan anak didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap anak
didik pasti mempunyai cita-cita dan keinginan menjangkau pengetahuan yang lebih
tinggi. Untuk itu fungsi kurikulumdalam kaitannya dengan hal ini harus mampu
mempersiapkan anak didik agar dapat melanjutkan studi atau meraih ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih mendalam dengan jangkauan yang luas.
5. The selective function atau fungsi pemilihan berhubungan dengan pemilihan program.
Dalam usaha memuaskan kebutuhan akar perkembangan bakat dan minat anak didik,
sekolah harus berupaya menyiapkan program yang mampu mendukung,
mengembangkan baka, masing-masing anak didik.
6. The diagnostic function atau fungsi diagnostik ini berhubungan dengan pelayanan
terhadap anak didik agar dia memahami akan dirinya sendiri, Upaya untuk melakukan
pelayanan terhadap anak didik harus sampai pada tingkat mengarahkan agar mereka
mampu memahami diri mereka, mampu mengarahkan diri mereka sendiri, mampu
mengembangkan diri, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, sekolah,
keluarga, maupun masyarakat. Selain itu mampu memecahkan masalah dalam
lingkungan keluarga, masyarakat serta menyadari akan kelemahankelemahan yang
dimiliki sehingga anak didik dapat memperbaiki dirinya sendiri dengan bimbingan
dan pengarahan guru.

Nah itulah macam-macam fungsi kurikulum yang dikemukakan oleh Alexander


Inglis. Apakah sudah Anda pahami semua macam-macam fungsi kurikulum di atas? Baiklah.
Sehubungan dengan Fungsi dan Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dalam Kurikulum 2004 dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan
kurikulum SD/MI sebagai berikut.

1. Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dan merupakan konsekuensi dari
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya, yaitu sebagai (1)
sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya,
(3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4) sarana penyebarluasan
pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai peruan menyangkut berbagai
masalah, (5) sarana pengembanganpenalaran dan (6) sarana pemahaman beragam
budaya Indonesia melalui susastraan Indonesia.
2. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
a. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara.
b. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,
keperluan, dan keadaan.
c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,
dankematangan sosial.
d. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa.
f. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.

C. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah


(PP) Nomor 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah maka Depdiknas melalui Pusat
Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan (Puskur-Balitbang) sehubungan dengan
pembaruan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 hanya menyediakan tiga dokumen
utama untuk Kurikulum 2004, yaitu Kerangka Dasar (I.a) Kompetensi Lintas Kurikulum dan
Kompetensi Bahasa Kajian (1.b), Standar Kompetensi per Mata Pelajaran (1.c) Standar
Kompetensi yang mencakup Kompetensi Dasar, Indikator, dan Materi Pokok untuk setiap
mata pelajaran. Dokumen tersebut tidak dilengkapi dengan garis-garis besar program
pengajaran (GBPP), seperti halnya dalam Kurikulum 1994. Dengan demikian, GBPP yang di
dalam Kurikulum 2004 disebut silabus harus dikembangkan oleh sekolah berkoordinasi
dengan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota.
Pada umumnya berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas guru dan
sekolah belum siap mengembangkan silabus dan penilaian secara mandiri, sesuai dengan
tuntutan Kurikulum 2004 yang dikembangkan berbasis kompetensi. Oleh karena itu,
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) menyiapkan sejumlah pedoman
dengan tujuan memberi arah secara teknis bagi guru dan sekolah dalam mengembangkan
silabus dan penilaian. Pedoman tersebut terdiri dari Pedoman Umum Pengembangar Silabus,
Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
dan Penilaian untuk setiap mata pelajaran. Dalam buku Acuan Pengembangan Kurikulum
2004 disebutkan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang
memiliki empat komponen, yaitu (a) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, (b) Kegiatan
Belajar Mengajar, (c) Penilaian Berbasis Kelas, dan (d) Kurikulum dan Hasil Belajar.
Untuk jelasnya lihatlah Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1

Dari gambar di atas dapat dikctahui bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi


merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu Pengelolaan Kurikulum
Berbasis Sckolah, Kegiatan Belajar Mengajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kurikulum dan
Hasil Belajar.
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan
tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar.
Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran
dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan
pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian
terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas), kinerja (performance),
dan tes tertulis. |
Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB) memuat perencanaan pengembangan
kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun.
Kurikulum dan Hasil Belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari Taman
Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal (TK & RA) sampai dengan Kelas XII (SMA & MA).
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) akan dimulai pada tahun ajaran
2003/2004 secara bertahap. Untuk tahun pertama di SD dimulai untuk kelas I dan IV, tahun
kedua kelas I, II, IV, dan V, pada tahun ketiga sudah lengkap untuk kelas I, II, III, IV, V, dan
VI. Jadi, pelaksanaan KBK secara lengkap untuk SD diperlukan waktu tiga tahun.
Adapun Struktur Kurikulum Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Stuktur Kurikulum


Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Alokasi Waktu
Mata Pelajaran
Kelas I dan II Kelas III-VI
1. Pendidikan Agama 3
2. Bahasa Indonesia 6
3. Matematika 6
4. Sains 27 4
5. Pengetahuan Sosial 5
6. Kerajinan Tangan dan Kesenian 4
7. Pendidikan Jasmani 3
Jumlah 27 31

Ketentuan umum untuk Kelas I dan II sebagai berikut.


1. Alokasi waktu total yang disediakan adalah 27 jam pelajaran per minggu. Daerah atau
sekolah dapat menambah mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan sebagai
muatan lokal. Jumlah yang disediakan maksimal sebanyak 4 jam pelajaran.
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit.
3. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam
sekolah efektif per minggu adalah 1085 menit atau 1g jam dinding, jumlah jam belajar
per tahun adalah 36.890 menit atau 615 jam dinding.
4. Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan
komposisi (a) 20% untuk Agama, (b) 50% untuk Membaca dan Menulis Permulaan
serta Berhitung, dan (c) 30% untuk Sains, Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan, dan
Kesenian, serta Pendidikan Jasmani.
5. Pendekatan tematik digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar yang bermakna dan pengelolaan waktunya ditetapkan sekolah.
6. Pemilihan tema-tema tersebut dilakukan secara bervariasi.
7. Penekanan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek peningkatan kemampuan
membaca dan menulis permulaan.
8. Penekanan mata pelajaran Matematika pada aspek kemampuan Berhitung.
9. Penekanan mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian pada kemampuan
menggambar, menganyam, membuat mozaik, dan membuat model, musik, dan
menyanyi dengan menggunakan alat yang sesuai. Sekolah dapat melaksanakan tari
dan drama sesuai dengan kemampuannya.
10. Penekanan Pendidikan Jasmani pada kegiatan olahraga sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan.
11. Sekolah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan
kemampuan.
KEGIATAN BELAJAR 2

Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa

A. ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BAHASA

Dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah pada bagian D. Ruang Lingkup dinyatakan bahwa
ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD dan MI terdiri atas
empat aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah,
bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah,
kotbah, pidato, pembicaraan nara sumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta
perintah yang didengar dengan memberikan respons secara tepat serta mengapresiasi
dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng,
cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan
menonton drama anak.
2. Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan,
dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga,
masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-
hari, peristiwa, tokoh, kesukaan /ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib,
petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
3. Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks
bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedi, serta
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa
dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, Cerita binatang, puisi anak, syair lagu,
pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya
membaca.
4. Menulis, seperti menulis karangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas
dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca,
dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk
serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra
berupa ceri dan puisi. Komponen menulis juga diarahkan untuk
menumbuhkankebiasaan menulis.

Dalam keempat aspck di atas (yang merupakan empat keterampilan


berbahasa) terdapat aspek berikut ini.
1. Kemampuan Berbahasa.
2. Aspek Kemampuan Bersastra.

Seperti yang telah Anda ketahui bahwa fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat
untuk berkomunikasi. Untuk itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan agar siswa
terampil berkomunikasi, sedangkan fungsi utama sastra adalah sebagai penghalusan budi,
peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan
penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan
maupun tertulis.
Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, bukan dituntut
lebih banyak untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa, sedangkan pengajaran sastra
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan
memahami karya sastra.
Kurikulum 2004 bertujuan untuk mencapai standar kompetensi. Standar kompetensi
mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis, dan seperti Anda ketahui pada uraian di atas aspek-aspek tersebut dalam
pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia ini merupakan kerangka tentang standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang harus diketahui, dilakukan, dan dimahirkan oleh siswa pada setiap tingkatan.
Kerangka ini disajikan dalam lima komponen utama, yaitu (1) Standar Kompe-tensi, (2)
Kompetensi Dasar, (3) Hasil belajar, (4) Indikator, dan (5) Materi Pokok.
Adapun Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah di kelas rendah (Kelas 1 dan 2) dapat Anda pahami pada tabel berikut
ini.

Anda mungkin juga menyukai