Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PARTISIPASI 2 TUWEB 2

NAMA MATA KULIAH : PEMBELAJARAN IPA DI SD (PDGK4201)


TUTOR : TONY IRAWAN, S.PD., M.PD
NAMA MAHASISWA : HESTI PRI NURSARI
NIM : 858691085
POKJA : MAGETAN

Tugas Partisipasi ke 2

Soal :

1. Sebutkan Jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD dan berilah keterangannya


masing-masing pendekatan !

Jawab :

1. Ada 9 Pendekatan yang cocok untuk pembelajaran IPA di SD.

a. Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa


mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan
secara bijaksana dengan memahami factor politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis
yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut
dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.

Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan lingkungan


sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan
mencintai lingkungan, dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.

b. Pendekatan Sain – Lingkungan – Teknologi – Masyarakat

IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan, Teknologi yang


merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan yang
terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Masyaraka tmerupakan
lingkungan manusia tempa tterjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah, dan kegiatan
teknologi.

Pengembangan yang dikembangkan melalui IPA memberi sumbangan terhadap


perkebangan teknologi baru. Teknologi baru tersebut akan mempengaruhi kegiatan
ilmiah dan penentuan permasalahan yang diteliti serta cara yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan. Pengetahuan yang dihasilkan IPA dan proses yang
digunakan ilmuwan mempengaruhi pandangan hidup manusia, cara berfikir manusia
dan lingkungan hidup secara umum.

Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara pandang bahwa


siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara pengalaman
dengan skemata pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan dilakuakan oleh skemata
siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dalam pendidikan IPA ini, siswa mampu
memperoleh pengalaman secara fisik dan memperoleh pengalaman mengenai konsep
dan model dalam IPA. Secara umum tujuan penggunaan pendekatan ini adalah agar
siswa memiliki pemahaman tentang aspeksains, teknologi, lingkungan-lingkungan,
dan masyarakat yang pergunakan bagi perkembangan kognitif, menggunakan
pemahaman sains dan teknologi untuk diterpkan dalam lingkungan alam dan
lingkungan sosial (masyarakat) siswa. Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan
pada siswa dengan memperhatikan keragansiswa. Langkah dasar yang dapat
diterapkan adalah (1) Curah pendapat tentang suatu/topic, (2) mendifinisikan
pertanyaan/fenomena tertentu, (3) curapen dapat tentang sumberi informasi, (4)
menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi, (5) melakukan analisis, sintesis,
evaluasi, dan menciptakan sesuatu, dan (6) melakukan tindakan nyata (Lutz, 1996
dalam HerawatiSusilo, 1998).

c. Pendekatan Faktual

Menurut funk.dkk.(1979), pendekatan faktual adalah merupakan suatu cara


menjabarkan IPA dengan menyiapakan hasi-hasil penemuan IPA kepada siswa
dimana pada akhir suatu instruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-
hal penting tentang IPA. Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti
pendekatan ini adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku,
demonstrasi, latihan(drill), dan memberikan tes. Kadang-kadang pendekatan ini
menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri.
Fakta yang disampaikan mewailih hasil atau produk IPA dan meminimalkan
gambaran tentang pentingnya proses IPA dalam menghasilkan produk IPA tersebut.
Biasanya siswa tidak mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama. Apabila hanya
memberikan pelajaran tentang fakta maka siswa akan medapat kesan bahwa IPA
hanya berupa katalog dari sekumpulan informasi. Siswa tidak mendapatkan sajian
tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebenarnya lebih menarik dan
menyenangkan.

d. Pendekatan Konseptual
Menurut Funk.dkk.(1979), apabila menyodorkan fakta memberikan pandangan
terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak dapat diingat terlalu lama,
mungkin mengajarkan konsep diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik.
Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-fakta.

Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang
kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi atau- pemrosesan
pendapat secara mental. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk
mengorganisasikan fakta kedalam suatu model atau penjelaan tentang sifat alam
semesta. Pendakatan ini menekankan pada penyampaian produk
atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut
dihasilkan.

Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang guru terlebih
dahulu akan memikirkan tentang materi IPA apa yang akan diajarkan sebelum ia
memutuskan tentang bagaimana cara mengajarkannya. Bagaimana
mengorganisasikan konsep seorang siswa melakukan observasi dan menyimpan
pengetahuannya banyak tingkatan konseptual. Siswa akan mengidentifikasikan suatu
objek, mempertimbangkannya berdasarkan pembuktian, mengenali,
menkonseptualisasikan ( misalkan berdasarkan proses atau karateristik objek).
Konsep-konsep sederhana yang diobservasi secara berulang kali kemudian diterima
sebagai fakta. Begitu siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan
pengamatan dan fakta maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.

Suatu generalisasi ilmiah yang lebih kompleks disebut skema konsep. Konsep IPA
sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa subkonsep. Subkonsep
merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocock untuk membangun pengalaman
belajar siswa, yang dapat digunakan untuk menjelaskan banyak pengamatan dan
fakta, namun mempersentasikan suatu konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji.

Tingkatakan konsep yang lebih tinggi dan skema konsep yang yang diterima secara
universal dikenal sebagai prinsip atau hukum IPA. Pada umumya, para ahli
mengembangkan kurikulum berdasarkan ide besar, berupa skema konseptual, konsep,
subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh karena pengetahuan IPA berkembang secara
cepat. Tidak ada siswa yang diharapkan dapat mempelajari semua fakta IPA

e. Pendekatan Pemecahan Masalah

Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan


pemecahan masalah (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang penting.
Setiap masalah memiliki suatu daya positif atau daya pendorong yang cenderung
menuju kearah perubahan yang positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau
keadaan. Namun dilain pihak terdapat pula daya pikir negatif atau penghambat yang
berupa untuk mempetahankan permaslahan tersebut. Oleh sebab itu dalam pemecahan
masalah perlu dilakukan indentifkasi daya pendorong positif yang dapat digunakan
dan indentifikasi daya penghambat untuk diminimal pengaruhnya. Menurut buku
Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan masalah dapat diterapkan
berbagai metode yang bertolak dari suatu permasalahan. Guru dapat merumuskan dan
mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah, kemudian meminta
siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan
permasalahan yang serupa. Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat membimbing
siswa merumuskan dan memecahkan- permasalahan yang diajuhkan kepadanya.
Seorang guru dapat pula mengkombinasikan kedua cara yang telah disebutkan.
Permasalahan dapat berupa permasalah konvergen, yaitu permasalahan dengan
memiliki satu cara pemecahan, atau permasalah divergen, yaitu permasalahan dengan
memiliki beberapa kemungkinan cara pemecahan. Keterampilan memecahkan
masalah merupakan keterampilan dasar yang dikembangkan melalui serangkaian
latihan. Latihan memecahkan permasalahan tersebut juga melatih siswa untuk
bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi, tangap terhadap berbagai kondisi
dan situasi yang dihadapinya, dan memiliki kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih
siswa adalah mengupayakan agar siswa beraksi secara aktif, mengumpulkan data,
menanggapi pertanyaan, dan mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.

f. Pendekatan Nilai

Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan


suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait
dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya
suatu negara atau daerah. Pada akhir instuksional siswa diharapkan dapat memahami
dan menerapkan prilaku tentang nilai yang menyangkut keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan lingkungan dan alam semesta: ideal atau kesempurnaan yang dicita-
cita yang terkait hidup dan kehidupan: baik dan buruk bagi kehidupan dan alam:
keuntungan/ manfaat dan kerugian bagi manusia, lingkungan dan alam semesta:
negatif dan positif bagi manusia secara jasmani dan rohani serta sosial dan piritual:
dan sebagainya. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil
IPA dan penjelasan tentang proses IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait
produk dan proses tersebut, namun tidak mengajarkan secara langsung tentang proses
bagaimana produk tersebut dihasilkan.

g. Pendekatan Inkuiri

Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serankaian kegiatan


intelektual. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan,
mendiskusikan, membuat,hipotesis menganalisis, menafsirkan hasil untuk
mendapatkan konsep umum yang dipelajari(herawati susilo, 1998). Dengan demikian,
disusun teori atau prngertian untuk diuji melalui analisis rasional panggilan sehingga
mendapatkan suatu penemuan atau, dengan eksperimen . pendekatan ini dimaksudkan
untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemammpuan berpikir sikap dan
keterampilan proses. Siswa perlu dimotivasi untuk menemukan kemungkinan atau
cara baru dalam menghadapi permasalahan yang harus dipecahkan. Esler dan Esler
(1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan menggunkan
pendekatan inkuiri apabila sisiwa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang
disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah
dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generelisai yang original bagi siswa.
Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin tahu
sisiwa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukaan keterrampilan kognitif
tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siwa
mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan
kegiatan IPA. Tidak semua guru yang menggunakan pendekatan inkuiri tersebut
dapat berhasil baik dalam melaksanakan pembelajaran, oleh sebab itu pendekatan ini
tidak benar-benar diterima secara umu namun sebenarnya ketidaksuksesan dapat
dihindari apabila memperhatikan hal berikut : (1) guru harus benar-benar memahami
materi, (2) guru dapat menerima peran guru dari pemimpin tidak langsung dan
terintergrasi,(3) guru harus menguasai keterampilan baru dan sukar ( guru harus
belajar membuat pertanyaan yang abik dan secara selektif memberi penguatan
terhadap jawaban siswa), (4) guru harus memahami dan mengatasi permasalahan
siswa yang tidak tahu harus bebrbuat apa terhadap lingkungan inkuiri baru dan asing.

Selanjutnya disebutkan bahwa terdapt tiga kategori pada pendekatan inkuri,yaitu,


rasional discovey dan eksperimental. Pada pendekatan inkuiri kategori rasional , guru
mengarahkan siswa untuk membuat suatun generasirasi dengan menggunakan
rasional. Pada umumnya guru bertanya dan member penguatan terhadap jawban yang
diberikan siswa sampai suatu generasisasi yang dinginkan tercapai. Terkait dengan
materi yang yang mencakup pada bukun teks setelah siswa dapat memecahkan
permasalahan dan memehami konsep dan subkonsep, konten IPA diajarkan kepada
siswa. Selanjutnya guru membagian buku teks dan member tugas bacaan-bacaan
terkait. Prosedur tersebut menyajikan pembelajaran yang menyangkut proses dan
konten dengan menggunakan satu buku teks.

h. Pendekatan Ketrampilan Proses

Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan ketermpilan prose adalah cara mengajrkan
IPA dengan mengarjakan berbagi keterampilan prose yang biasa digunakan pada
ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA. Pendekatan ini lebih
melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Keterampilan proses
yang umum diajarkan adalah mengorvasi, menyampaikan hasil pengamatan, dan
menyimpulkan serta melakukan percobaan/penelitian. Pendekatan keterampilan
proses dibahsa pada model tersendiri.

i. Pendekatan Sejarah

Pendekatan sejarah adalah cara mengarjakan IPA dengan menyajikan berbagai


penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA dan tentang perkembangan
temuan- temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang yang
umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dengan membaca buku teks atau
menjelaskan.

Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-temuan IPA


bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan faktuan dan
pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih menenkankan penyampaian produk atau
hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan temuan tersebut, namun tidak
banyak-banyak melibatkan siswa dengan bagaiman prose konkret yang dilaluinya.

Anda mungkin juga menyukai