Anda di halaman 1dari 14

MODUL 2

KEGIATAN BELAJAR 1
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA

KELOMPOK 4

Disusun Oleh :

EDWINA RUSVITA NUR (859548754)


LUTFIA NURLITA (859539748)
NURKHASANAH (859538491)
TRI MAYLINA WIDYASTUTI (859549179)
ULFA HUMAIRA (857037347)

UPBJJ BANDAR LAMPUNG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam dalam bahasa Inggris di sebut dengan istilah natural
science yang digunakan sebagai definisi untuk menjelaskan rumpun ilmuyang
objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum yang pasti dan umum.
Sedangkan orang-orang yang menemukan bidan ilmu pengetahuan alam tersebut
dapat disebut dengan istilah Saintis atau seorang saintis.

Kata Sains (science) diambil dari katalain scientia yang makna harfiahnya adalah
pengetahuan. Sain juga disebut dengan kumpulan pengetahuan dan prosesserta
kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk meraih dan mengunakan pengetahuan
tersebut. Pada tingkat MI/SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan
matapelajaran yang urgent. Karena peran IPA adalah untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman peserta didik. Dalam hal ini mata pelajaran IPA
merupakan sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
seorang peserta didik yang akan berpengaruh terhadap pengembangan kompetensi
agarmenjelajah dan memahami alam sekitar secara alamiah.

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan
murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target
dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat
interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga
menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar. Sehingga dalam mengajar diperlukan
pendekatan dalam pembelajaran.
Untuk memperoleh tujan pendidikan dengan hasil yang memuaskan, perlu diambil
berbagai strategi untuk mengapainya. Strategi untuk mengapai tersebut dengan
menggunakan pendekatan serta metode tertentu, ketepatan terhadap pemilihan
pendekatan yang tepat terhadap bidang studi yang diajarkan merupakan bagian
dari komponen dari strategi pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana pendekatan dalam pembelajaran IPA?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Dalam Pembelajaran Ipa

Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan,


fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan
bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tau yang berdasarkan pada observasi.
Dengan demikian, pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi yang
disimpulkan berdasarkan hasil obervasi. Kebenaran harus dibuktikan secara
empiris berdasarkan observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA
yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh
ketersediaan wektu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang
tidak mudah untuk dilaksanakan.

Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup agar agar
pembelajaran dapat terselenggarakan secara efektif dan efisien. Salah satu aspek
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah tentang pemahaman
dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran. Anda telah tentu memiliki
pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA di SD.
Berapa macam pendekatan yang anda gunakan? Bagaimana anda menentukan
pendekatan tersebut? Apa alasan memiih pendekatan tersebut? Salah peran
pendekatan dalam suatu pembelajaran adalah untuk meningkatkan keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain adalah
pendekatan lingkungan, sain-lingkungan-teknologi-masyarakat, konseptual,
faktual, nilai, pemecahan masalah, penemuan (discovery), inkuiri, keterampilan
proses, komputer, sejarah, dan deduktif/induktif.

1. Pendekatan Lingkungkan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa
mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan
lingkungan secara bijaksana dengan memahami factor politis, ekonomi, sosial-
budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan
lingkungan tersebut dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan
itu sendiri. Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan
sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungan, dan mengembangkan
keterampilan meneliti lingkungan.

2. Pendekatan Sain-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan, Teknologi yang
merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan
permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan.
Masyaraka tmerupakan lingkungan manusia tempa tterjadinya kegiatan IPA,
kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi. Pengembangan yang dikembangkan
melalui IPA memberi sumbangan terhadap perkebangan teknologi baru.
Teknologi baru tersebut akan mempengaruhi kegiatan ilmiah dan penentuan
permasalahan yang diteliti serta cara yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan. Pengetahuan yang dihasilkan IPA dan proses yang digunakan
ilmuwan mempengaruhi pandangan hidup manusia, cara berfikir manusia, dan
lingkungan hidup secara umum.

Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara pandang


bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara
pengalaman dengan skemata pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan
dilakuakan oleh skemata siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dalam
pendidikan IPA ini, siswa mampu memperoleh pengalaman secara fisik dan
memperoleh pengalaman mengenai konsep dan model dalam IPA.

Secara umum tujuan penggunaan pendekatan ini adalah agar siswa memiliki
pemahaman tentang aspeksains, teknologi, lingkungan-lingkungan, dan
masyarakat yang pergunakan bagi perkembangan kognitif, menggunakan
pemahaman sains dan teknologi untuk diterpkan dalam lingkungan alam dan
lingkungan sosial (masyarakat) siswa.

Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan


memperhatikan keragansiswa. Langkah dasar yang dapat diterapkan adalah (1)
Curah pendapat tentang suatu/topic, (2) mendifinisikan pertanyaan/fenomena
tertentu, (3) curapen dapat tentang sumberi informasi, (4) menggunakan
sumber untuk mendapatkan informasi, (5) melakukan analisis, sintesis,
evaluasi, dan menciptakan sesuatu, dan (6) melakukan tindakan nyata (Lutz,
1996 dalam Herawati Susilo, 1998).

3. Pendekatan Faktual
Menurut funk.dkk.(1979), pendekatan faktual adalah merupakan suatu cara
menjabarkan IPA dengan menyiapakan hasi-hasil penemuan IPA kepada
siswa dimana pada akhir suatu instruksional siswa akan memperoleh
informasi tentang hal-hal penting tentang IPA.

Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti pendekatan ini adalah
dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi,
latihan(drill), dan memberikan tes. Kadang-kadang pendekatan ini menarik
bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri.
Fakta yang disampaikan mewailih hasil atau produk IPA dan meminimalkan
gambaran tentang pentingnya proses IPA dalam menghasilkan produk IPA
tersebut.
Biasanya siswa tidak mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama.
Apabila hanya memberikan pelajaran tentang fakta maka siswa akan medapat
kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan informasi. Siswa
tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA
yang sebenarnya lebih menarik dan menyenangkan.

4. Pendekatan Konseptual
Menurut Funk.dkk.(1979), apabila menyodorkan fakta memberikan
pandangan terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak dapat
diingat terlalu lama, mungkin mengajarkan konsep diharapkan akan
memberikan hasil yang lebih baik. Konsep adalah suatu pendapat yang
merupakan rangkaian dari fakta-fakta.

Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek


yang kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi
atau- pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual
memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta kedalam suatu model
atau penjelaan tentang sifat alam semesta. Pendakatan ini menekankan pada
penyampaian produk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang proses
bagaimana produk tersebut dihasilkan.

Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang guru
terlebih dahulu akan memikirkan tentang materi IPA apa yang akan diajarkan
sebelum ia memutuskan tentang bagaimana cara mengajarkannya. Bagaimana
mengorganisasikan konsep seorang siswa melakukan observasi dan
menyimpan pengetahuannya banyak tingkatan konseptual.

Siswa akan mengidentifikasikan suatu objek, mempertimbangkannya


berdasarkan pembuktian, mengenali, menkonseptualisasikan (misalkan
berdasarkan proses atau karateristik objek). Konsep-konsep sederhana yang
diobservasi secara berulang kali kemudian diterima sebagai fakta. Begitu
siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan pengamatan dan fakta
maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.

Suatu generalisasi ilmiah yang lebih kompleks disebut skema konsep. Konsep
IPA sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa subkonsep.
Subkonsep merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocock untuk
membangun pengalaman belajar siswa, yang dapat digunakan untuk
menjelaskan banyak pengamatan dan fakta, namun mempersentasikan suatu
konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji.

Tingkatakan konsep yang lebih tinggi dan skema konsep yang yang diterima
secara universal dikenal sebagai prinsip atau hukum IPA. Pada umumya, para
ahli mengembangkan kurikulum berdasarkan ide besar, berupa skema
konseptual, konsep, subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pengetahuan IPA berkembang secara cepat. Tidak ada siswa yang diharapkan
dapat mempelajari semua fakta IPA.

5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan
pemecahan masalah (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang
penting. Setiap masalah memiliki suatu daya positif atau daya pendorong yang
cenderung menuju kearah perubahan yang positif untuk memperbaiki suatu
kondisi atau keadaan. Namun dilain pihak terdapat pula daya pikir negatif atau
penghambat yang berupa untuk mempetahankan permaslahan tersebut.

Oleh sebab itu dalam pemecahan masalah perlu dilakukan indentifkasi daya
pendorong positif yang dapat digunakan dan indentifikasi daya penghambat
untuk diminimal pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam
penggunaan pendekatan pemecahan masalah dapat diterapkan berbagai
metode yang bertolak dari suatu permasalahan.
Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah,
kemudian meminta siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah tersebut
untuk memecahkan permasalahan yang serupa.

Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat membimbing siswa merumuskan


dan memecahkan- permasalahan yang diajuhkan kepadanya. Seorang guru
dapat pula mengkombinasikan kedua cara yang telah disebutkan.
Permasalahan dapat berupa permasalah konvergen, yaitu permasalahan
dengan memiliki satu cara pemecahan, atau permasalah divergen, yaitu
permasalahan dengan memiliki beberapa kemungkinan cara pemecahan.

Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang


dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan
permasalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki
kemampuan tinggi, tangap terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
dihadapinya, dan memiliki kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih siswa
adalah mengupayakan agar siswa beraksi secara aktif, mengumpulkan data,
menanggapi pertanyaan, dan mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.

6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan
pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal,
nilai yang terkait dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait dengan
politik, sosial, budaya suatu negara atau daerah.

Pada akhir instuksional siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan


prilaku tentang nilai yang menyangkut keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan lingkungan dan alam semesta: ideal atau kesempurnaan yang
dicita-cita yang terkait hidup dan kehidupan: baik dan buruk bagi kehidupan
dan alam: keuntungan/ manfaat dan kerugian bagi manusia, lingkungan dan
alam semesta: negatif dan positif bagi manusia secara jasmani dan rohani serta
sosial dan piritual: dan sebagainya.
Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA dan
penjelasan tentang proses IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait
produk dan proses tersebut, namun tidak mengajarkan secara langsung tentang
proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.

7. Pendekatan Inkuiri
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serankaian kegiatan
intelektual. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan,
mendiskusikan, membuat,hipotesis menganalisis, menafsirkan hasil untuk
mendapatkan konsep umum yang dipelajari(herawati susilo, 1998).

Dengan demikian, disusun teori atau prngertian untuk diuji melalui analisis
rasional panggilan sehingga mendapatkan suatu penemuan atau, dengan
eksperimen . pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan sifat ingin
tahu, imajinasi, kemammpuan berpikir sikap dan keterampilan proses. Siswa
perlu dimotivasi untuk menemukan kemungkinan atau cara baru dalam
menghadapi permasalahan yang harus dipecahkan.

Esler dan Esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat


dikategorikan menggunkan pendekatan inkuiri apabila sisiwa perlu menggali
lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk mendapatkan
pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari
jawaban atau generelisai yang original bagi siswa.

Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin


tahu sisiwa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukaan
keterrampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi
siswa, membantu siwa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan
penting dalam melakukan kegiatan IPA.
Tidak semua guru yang menggunakan pendekatan inkuiri tersebut dapat
berhasil baik dalam melaksanakan pembelajaran, oleh sebab itu pendekatan ini
tidak benar-benar diterima secara umu namun sebenarnya ketidaksuksesan
dapat dihindari apabila memperhatikan hal berikut : (1) guru harus benar-
benar memahami materi, (2) guru dapat menerima peran guru dari pemimpin
tidak langsung dan terintergrasi,(3) guru harus menguasai keterampilan baru
dan sukar ( guru harus belajar membuat pertanyaan yang abik dan secara
selektif memberi penguatan terhadap jawaban siswa), (4) guru harus
memahami dan mengatasi permasalahan siswa yang tidak tahu harus bebrbuat
apa terhadap lingkungan inkuiri baru dan asing.

Selanjutnya disebutkan bahwa terdapt tiga kategori pada pendekatan


inkuri,yaitu, rasional discovey dan eksperimental. Pada pendekatan inkuiri
kategori rasional , guru mengarahkan siswa untuk membuat suatun
generasirasi dengan menggunakan rasional. Pada umumnya guru bertanya dan
member penguatan terhadap jawban yang diberikan siswa sampai suatu
generasisasi yang dinginkan tercapai.

Terkait dengan materi yang yang mencakup pada bukun teks setelah siswa
dapat memecahkan permasalahan dan memehami konsep dan subkonsep,
konten IPA diajarkan kepada siswa. Selanjutnya guru membagian buku teks
dan member tugas bacaan-bacaan terkait. Prosedur tersebut menyajikan
pembelajaran yang menyangkut proses dan konten dengan menggunakan satu
buku teks.

8. Pendekatan Keterampilan Proses


Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan ketermpilan prose adalah cara
mengajrkan IPA dengan mengarjakan berbagi keterampilan prose yang biasa
digunakan pada ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.

Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja
ilmiah. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengorvasi,
menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan
percobaan/penelitian. Pendekatan keterampilan proses dibahsa pada model
tersendiri.

9. Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengarjakan IPA dengan menyajikan berbagai
penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA dan tentang
perkembangan temuan- temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA sendiri.
Metode yang yang umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dengan
membaca buku teks atau menjelaskan.

Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-temuan


IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan
faktuan dan pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih menenkankan
penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan
temuan tersebut, namun tidak banyak-banyak melibatkan siswa dengan
bagaiman prose konkret yang dilaluinya.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan hasil dari penjabaran pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan


bahwa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain
adalah pendekatan lingkungan, sain-lingkungan-teknologi-masyarakat,
konseptual, faktual, nilai, pemecahan masalah, penemuan (discovery), inkuiri,
keterampilan proses, komputer, sejarah, dan deduktif/induktif. Dari hal tersebut
diharapkan peserta didik dapat mengimplementasikan pelajaran IPA dan
memahami alam sekitar secara alamiah.
DAFTAR PUSTAKA

Eggen, Paul. 2012. Strategidan Model Pembelajaran. Jakarta Barat: Indeks.

Hosnan, Muhammad. 2014. Pendekatan Scientific Dan Kontekstual Dalam


Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai