Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODUL 6 : PEMBELAJARAN IPA TERINTEGRASI

NAMA KELOMPOK 4 : Eza Gusrianti


Merly Surya Ningsih
Uswatun Hasanah
Yap Mulya Sari
NAMA TUTOR :

PROGRAM STUDI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UPBJJ-UNIVERSITAS TERBUKA PADANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of
knowledge), cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation). Sebagai
bangunan ilmu pengetahuan, IPA terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
Bangunan ilmu ini bersifat satu kesatuan dan saling mendukung. Pola bangunan keilmuan dari
fakta sampai dengan teori ini akan melahirkan arahan pola berpikir baik induktif maupun
deduktif. Serangkaian tahap atau cara berproses ilmiah dalam sains melahirkan cara
penyelidikan.
Secara filosof, IPA sebagai bangunan ilmu dapat dikaji baik secara ontologi,
epistimologi dan aksiologi. IPA sebagai suatu bangunan ilmu yang mempunyai karakteristik
yang erat kaitannya dengan objek alam. Permasalahan yang terjadi pada objek alam bersifat
holistik. Keholistikan permasalahan ini membutuhkan pemecahan masalah dari berbagai
bidang interdisipliner, khususnya bidang IPA.
Mata Pelajaran IPA adalah sebagai sarana untuk memahami alam dan melatihkan
pola pikir siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan objek IPA.
Amanah kurikulum menghendaki IPA dibelajarkan secara terpadu sesuai dengan `namanya
yaitu IPA Terpadu. Namun demikian, konten materi dalam kurikulum IPA masih terpisah.
Keterpaduan baru sekedar dilihat dari perspektif penggabungan secara berlapis
materi fisika, kimia dan biologi. Perspektif dalam memadukan secara holistik belum
disentuhkan. Hal ini sesuai dengan sains yang mempelajari objek dari gejala dan fenomena
secara holistik. Gejala dan fenomena IPA pada objek permasalahan IPA merupakan kumpulan
konsep yang utuh bukan terpisah.Itulah sebabnya IPA perlu dibelajarkan secara holistik dalam
bentuk IPA terpadu. Hal ini bertujuan untuk membentuk pola pikir peserta didik yang
holistik. Pola pikir peserta didik yang holistik ini akan digunakan sebagai life skill dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan.
NSTA (Standasrs for Science Teacher Preparation) dalam Insih Wilujeng
(2010:353), merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah harus
memiliki kecenderungan interdisipliner pada IPA. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan
tersebut, maka guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah hendaknya disiapkan untuk
memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi dan antariksa serta bidang IPA
lainnya.
Tema ini menggambarkan permasalahan atau persoalan IPA untuk dicari pemecahan
masalah melalui serangkaian pembelajaran IPA. Tema yang disajikan harapannya menarik,
kontekstual untuk disajikan kepada siswa. Tema ini dapat disajikan melalui pembelajaran IPA
menggunakan connected model, webbed model dan integrated model. Dalam tema
terkandung kompetensi yang sesuai ditinjau dari aspek fisika, kimia dan biologi. Pemetaan ini
tergambarkan dalam peta kompetensi.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPA di SD!
2. Bagaimana Pembelajaran Sains Terintegrasi?
3. Bagaimana Rancangan Pembelajaran Sains Terintegrasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPA di SD.
2. Mengetahui Pembelajaran Sains Terintegrasi.
3. Mengetahui Rancangan Pembelajaran Sains Terintegrasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPA di SD


Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan
dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian
upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari
merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar
(lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan
alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4). Berdasar beberapa pendapat diatas maka
disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam
rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan
sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis
dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD
yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan
atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian gagasan-gagasan. Adapun tujuan pembelajaran IPA di SD, antara lain :
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan
masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai
berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri
Sulistiyorini, 2007: 40)

B. Pembelajaran Sains Terintegrasi


Berdasarkan tujuan yang tercantum dalam kurikulum IPA SD disebutkan bahwa
pengajaran IPA SD mempunyai tujuan antara lain agar siswa memahami konsep-konsep IPA,
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mampu menggunakan teknologi sederhana dan
sebagainya,memberikan inspirasi kepada kita bahwa pengajaran IPA di SD tidak hanya
menanamkan konsep-konsep IPA tetapu juga hendaknya melibatkan siswa SD baik secara fisik
maupun mentak dalam mendapatkan atau dalam membangun konsep.
Pembelajaran sains terintegrasi merupakan sebuah konsep yang dapat dianggap sebagai
suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan konsep – konsep dalam ilmu pengetahuan
untuk memberikan pengalaman belajar menjadi lebih bermakna kepada anak didik.
Pembelajaran terpadu ini dikatakan lebih bermakna karena anak didik akan memhamai konsep-
konsep melalui pembentukan konsep itu sendiri dan pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah mereka fahami. Dapatlah dikatakan
bahwa pembelajaran terpadu dapat berlangsung secara kondusif pada diri anak didik apabila
pembelajaran bertitik tolak pada sebuah tema atau topic yang dekat dengan kehidupan nyata
disekitar anak didik. Sebuah tema dapat ditetapkan guru berdasarkan beberapa pertimbangan
atau karakteristik dari materi mata pelajaran yang akan dikembangkan guru bersama anak didik.
Perkembangan pembelajaran IPA SD dewasa ini mengalami pergeseran dari
pembelajaran yang berpusat pada guru ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa, semua
aktifitas dilaksanakan oleh guru, guru cenderung mendominasi kelas dengan menggunkan
ceramah, mendengar sambil mencatat apa yang diucapkan oleh guru. Pembelajaran terpadu
adalah:
1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan
untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain , baik dari bidang studi yang bersangkutan
maupun dari bidang studi lainya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata.
3. Suatu cara untuk mengajarkan pengetahuan atau keterampilan secara simultan.
4. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda
dengan harapan siswa akan belajar dengan baik.

Makna terpadu dalam pembelajaran IPA adalah adanya keterkaitan antara berbagai
aspek dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA sehingga melahirkan satu atau
beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran yang
memadukan materi beberapa mata pelajaran atau kajian ilmu dalam satu tema. Keterpaduan
dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan
efisien. Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna,
autentik dan aktif. Berikut ini adalah Karakteristik Pembelajaran terpadu:
1. Bersifat holistik (berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih
daripada sekadar kumpulan bagian).
2. Berpusat pada anak didik.
3. Memberi pengalaman langsung kepada siswa.
4. Pemisahan materi tidak begitu jelas.
5. Menyajikan konsep-konsepberbagai topic.
6. Hasil pembelajaran dapat mendorong perkembangan anak.

Pada pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran IPA, perangkat pembelajaran


disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran
terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi,
dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Tema dapat
dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang, contohnya banjir,
pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi yang dibahas dari
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
Selain itu ada beberapa model keterpaduan. Fogarty (1991: xv), mendefinisikan
terdapat sepuluh model keterpaduan secara umum. Model tersebut antara lain fragmented model,
connected model, nested model, sequenced model, shared model, webbed model, threaded
model, integrated model, immersed model, dan networked model. Selanjutnya dijelaskan bahwa
sepuluh model tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu within single disclipines (fragmented,
connected, nested), across several disclipines (sequenced, shared, webbed, thresded, integrated),
within and across learners (Immersed and networked). Dari sepuluh model tersebut, ada
tiga model yang sesuai dengan pembelajaran IPA yaitu connected, webbed dan integrated.
Menurut Depdiknas (2009: 4), berikut ini disajikan tiga model keterpaduan IPA berisi
baik kelebihan maupun keterbatasan masing-masing model.
Berikut ini adalah karakteristik, kelebihan dan keterbatasan dari model pembelajaran
IPA Terpadu.
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Keterpaduan Membelajarkan  Pemahaman  KD – KD yang
(integrated) beberapa KD yang terhadap konsep konsepnya beririsan
konsep – lebih utuh berda dalam
konsepnya (holistic) semester atau
beririsan /  Lebih efisien kelasyang berbeda
tumpang tindih  Sangat  Menuntut
kontekstual wawasan dan
penguasaan materi
yang luas
 Sarana –
prasarana, misalnya
bukubelum
mendukung
Jaring Laba – Menjelaskan  Pemahaman  KD – KD yang
Laba beberapa KD yang terhadap konsep berkaitan berada
(Webbed) berkaitan melalui utuh dalam semester atau
sebuah tema  Kontekstual kelas yang berbeda
 Dapat dipilih tema Tidak mudah
– tema menarik menemukan tema
yang dekat dengan pengait yang tepat
kehidupan
Keterhubungan Membelajarkan  Melihat Kaitan antara bidang
(connected) sebuah KD, permasalahan kajian sudah tampak
konsep – konsep permasalahan tetapi masih
pada KD tersebut tidak hanya dari didominasi oleh
dipertautkan satu bidang kajian bidang kajian
dengan konsep  Prmbrljaran tertentu
pada KD yang lain dapat mengikuti
KD – KD dalam
SI, tetapi harus
dikaitkan dengan
KD yang relevan

C. Rancangan Pembelajaran Sains Terintegrasi


Secara garis besar Pembelajaran terpadu dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
cakupan materi yang akan di integrasikan yaitu :
1. Intrakurikulum : mengintegrasikan topik-topik yang terdapat di dalam satu rumpun bidang
studi misalnya IPA terdiri dari: Biologi,Fisika,Kimia,
2. Interdisiplin ilmu : mengintegrasikan topik atau konsep dalam berbagai disiplin ilmu
Dalam arti tidak ada batas – batas antara ketiga bidang ilmu tersebut. Sedangkan
pembelajaran terpadu intraidisiplin ilmu mengintegrasikan topic atau konsep dalam disiplin ilmu.
Ada beberapa argument yang dapat dijadikan alasan perlunya penerapan cara pembelajaran
secara inter dan intradisiplin ilmu, di antaranya:
1. Pemahaman perserta didik terhadap topic lebih bermakna, karena topic kegiatan yang
disajikan lazimnya berkaitan dengan kehidupan sehari – hari atau dunia anak.
2. Pengembangan keterampilan proses lebih baik karena sajian bahan pelajaran tidak berkotak –
kotak oleh pemilahan mata pelajaran.
3. Menghindari penyajian materi yang berulang yang menyebabkan peserta didik bosan. Bila
penyajiannya secara terpadu (terkolerasi) pengulangan itu dapat berupa penguatan atau
kelanjutan materi. Tetapi kalau disajikan secara terpisah merupakan pengulangan yang tidak
diperlukan.
4. Memungkinkan penghematan akibat perencanaan yang terpadu dari beberapa topic berbagai
mata pelajaran.
5. Pembelajaran akan lebih menarik dan menantang.

Sebagai contoh pembelajaran IPA SD secara Interdisiplin Ilmu yaitu Pembelajaran


terpadu dengan tema udara bersih dan udara tercemar ditinjau dari mata pelajaran bahasa
Indonesia, kerajinan tangan dan kesenian, udara bersih dan udara tercemar. Dari mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam, aspek-aspek yang dikaji antara lain: udara bersih dan udara tercemar
mempengaruhi kesehatan, udara bersih baik bagi kesehatan, udara tercemar berbahaya bagi
kesehatan. Dari udara bersih baik bagi kesehatan, materi akan akan dijabarkan menjadi dalam
bentuk cerita dalam bentuk pengalaman yang menarik serta menggambarkan tempat-tempat
udara bersih dan udara tercemar secara kelompok.

1. Tujuan
Untuk memperoleh pengertian dan pengetahuan dasar tentang:
 Tanda udara bersih dan tercemar
 Perbedaan udara bersih dan udara tercemar
 Usaha-usaha mencegah udara tercemar
 Pengaruh udara bersih dan udara tecemar bagi kesehatan
2. Alat, bahan dan sumber bahan
a. Alat dan Bahan
 Lingkungan
 Minyak wangi
 Minyak lampu
 Sapu tangan/kain perca
 Gambar-gambar tentang lingkungan
 Bambu
 kertas
b. Sumber Bahan
 GBPP
 Buku Paket
 Buku Pedoman
 Buku Sumber lain

3. Kegiatan belajar mengajar


a. Kegiatan Tanya jawab
Contoh pertanyaan :
1) Untuk apa kita bernapas
2) Apa yang kita hirup waktu bernapas
3) Udara yang bagaimana yang baik untuk bernapas
4) Apa udara disekitar kita bersih? Mengapa?
5) Mengapa bernapas dihidung lebih baik dari pada dimulut?
4. Menggambar tempat-tempat yang berudara bersih dan udara tercemar secara kelompok
5. Bermain alat peragaan
6. Diskusi
7. membuat kliping
Pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering
disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara
holistik dan autentik (Depdikbud, 1996:3).
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Dengan
demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari
secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif.
Kemudian contoh pembelajaran terpadu intrakurikulum, dengan topic listrik. Dalam hal
ini, topic listrik dijadikan sebagai topic inti. Dalam kurikulum SD topic listrik di berikan pada
kelas – kelas akhir yaitu kelas V dan VI. Adapaun tahap – tahap dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut
Pertama, dalam pembelajaran dikelas perlu di ungkap pengertian listrik serta sifat –
sifatnya. Hal – hal apa saja yang dapat disajikan sebagai sumber listrik, serta meminta siswa
untuk membuktikan contoh alat – alat apa saja yang dapat membangkitkan tenaga listrik. Dalam
hal ini pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti penggaris
plastic, kain wol, serpihan kertas, balon karet dan sebagainya. Selama pembelajaran berlangsung
diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pertanyaan – pertanyaan yang
akan diajukan sebaiknya disiapkan telebih dahulu.
Kedua, kemudian anda dapat berpindah pada topic cahaya. Dengan mengajukan
beberapa pertanyaan seperti: Apakah manfaat listrik bagi kehidupan kita? Apakah alat – alat atau
perabotan dirumahmu yang menggunakan listrik? Apakah anda menggunakan listrik sebagai
sumber penerangan di malam hari? Apakah hubungan listrik dengan cahaya? Pertanyaan –
pertanyaan ini akan menggiring siswa kepada kaitan cahaya dengan listrik. Dengan perkataan
lain lampu memancarkan cahaya setelah dialiri listrik.
Ketiga, anda dapat berpindah pada topic energy, gaya dan kerja. Dalam hal ini dapat
dikaitkan dengan topic listrik. Sebagai gambaran pada saat ini banyak peralatan dirumah yang
menggunakan listrik, bahkan dibeberapa tempat alat angkutan seperti mobil ada yang
menggunakan listrik sebagai sumber energy, kipas listrik dapat berputar karena dihubungkan
listrik. Contoh – contoh lain dapat diungkap dengan memancing kreatifitas siswa untuk
menceritakan pengalaman siswa sehari – hari dirumah atau dari bahan bacaan atau dri TV dan
sebagainya.
Selanjutnya anda dapat mengaitkan topic listrik dengan populasi dalam biologi.
Hubungan antara jumlah listrik yang harus disiapkan oleh PLN dalam suatu wilayah dalam hal
ini dikaitkan dengan bertambahnya populasi penduduk dan sebagainya.
Dengan pelajaran Kimia, secara sederhana dapat disebutkan bahan – bahan kimia apa
saja yang terkandung dalam baterai sehingga dapat menimbulkan arus listrik. Di samping itu
dapat pula disebutkan apa kelebihan – kelebihan atau kelemahan – kelemahan baterai sebagai
sumber listrik dibandingkan dengan sumber energy lainnya seperti energy matahari, air terjun
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pembelajaran sains terintegrasi merupakan sebuah
konsep yang dapat dianggap sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan
konsep – konsep dalam ilmu pengetahuan untuk memberikan pengalaman belajar menjadi lebih
bermakna kepada anak didik. Integrasi berati pembauran, penggabungan sehingga menjadi satu.
Secara garis besar Pembelajaran terpadu dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
cakupan materi yang akan di integrasikan yaitu, intrakurikulum adalah mengintegrasikan topik-
topik yang terdapat di dalam satu rumpun bidang studi misalnya IPA terdiri dari:
Biologi,Fisika,Kimia. Dan Interdisiplin ilmu adalah mengintegrasikan topik atau konsep dalam
berbagai disiplin ilmu

B. Saran
Sebagai calon guru yang nantinya akan mengajar, sebaiknya kita harus memiliki
wawasan yang luas tentang bagaimana cara mengajar dan membuat rancangan belajar yang
menarik bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Sapriati, Amalia dkk. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://www.jamarismelayu.com/2014/09/pembelajaran-tematik-terpadu-tingkat.html
http://sagamulya.blogspot.co.id/2015/05/pembelajaran-ipa-terintegrasi.html
http://febrimasterphysic.blogspot.co.id/2014/09/pembelajaran-ipa-terpadu.html
https://bioners.wordpress.com/2013/11/07/pembelajaran-ipa-secara-terpadu-menurut-kurikulum-
2013/

Anda mungkin juga menyukai