Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA SD

“Proses Pembelajaran IPA di SD Indonesia dan internasional ”

Dosen Pengampu : Dr. Idam Ragil Widianto,

Disusun Oleh :

1. Anisa Imsawati Sugianto (S032302002)


2. Denis Odita P (S032302004)
3. Desita Anggi H (S032302005)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan serta segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang mengenai pembahasan mata kuliah
“PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA SD”
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok kami tentang Proses
Pembelajaran IPA di SD Indonesia dan internasional, Kami menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk
menerima saran dan kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Madiun. 15 November 2023

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
diperoleh karena proses ilmiah dan sikap ilmiah, dimana aktivitas tersebut berasal dari
pemikiran manusia yang menghasilkan sebuah produk ilmiah (Annisa, Yulinda, & Kartini,
2017). Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan
pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa (Dewi, 2018).
Pembelajaran yang baik diharapkan dapat membuat karakter siswa dapat mengembangkan
rasa ingin tahu, dan sikap positif lainnya. Hal ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA) di Sekolah Dasar dari segi pendidikan karakter salah satunya yaitu
siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu, sikap yang positif dan kesadaran mengenai
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi, dan masyarakat, dan siswa
dapat mengembangkan keterampilan proses untuk mengamati alam sekitar. Tercapainya
tujuan pembelajaran IPA tersebut sangat ditentukan dengan pendidikan karakter dan
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa dalam menunjang kualitas
pembelajaran. Keterampilan proses sains sangat membantu dalam mencapai tujuan
pembelajaran IPA. Namun ada juga sekolah yang belum menerapkan keterampilan proses
sains dalam setiap mata pelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pernyataan Annisa dkk (2017)
menjelaskan bahwa guru sangat sedikit mengetahui tentang keterampilan proses sains
dalam pembelajaran, Belajar tidak hanya menuntut penguasaan fakta, konsep dan
generalisasi, tetapi menampilkan pesan nilai moral yang terkandung dalam pengetahuan itu
(Bhakti, 2018). Pembelajaran ilmiah membutuhkan suatu proses yang dapat merangsang
siswa untuk belajar melalui berbagai masalah nyata di kehidupan sehari-hari (Serevina,
2018). Pembelajaran IPA juga diharapkan dapat menjadi tempat bagi peserta didik untuk
mempelajari dan memahami diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkanya di dalam kehidupan sehari-hari (Saputri, 2018).
IPA menurut Sulthon (2016) adalah pengetahuan yang digunakan sekelompok
orang secara sistematis untuk menyelidiki tentang alam semesta dan memiliki ciri
khas yaitu IPA merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengandung nilai,
sikap dan proses. IPA sebagai keterampilan proses meliputi kegiatan observasi,
hubungan waktu, hipotesis, klasifikasi, pengukuran, penelitian, komunikasi, control
variable, interprestasi data.Menurut (Putra, 2017), pembelajaran IPA bisa dilaksanakan
dengan berbagai metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat yaitu melalui
pengalaman langsung (learning by doing) sebab IPA adalah bagian dari kehidupan

3
makhluk hidup. Menurut (Desstya, 2015). Karakter dapat dibentuk dan diperkuat
melalui pendidikan, dan dapat dicapai dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Seorang individu dapat disebut berkarakter jika ia dapat masuk ke dalam nilai-nilai
dan kepercayaan masyarakat serta dapat dijadikan sebagai kekuatan moral dalam
dirinya. Kaitannya dengan sains adalah dapat membantu pembentukan kepribadian
di sekolah ketika guru mempraktikkan pembelajaran yang berpusat pada sains. Jika
dilaksanakan secara harmonis, karakter yang dapat dilatih dapat mengalami
peningkatan atau peningkatan melalui proses pembelajaran yang digunakan dari kelas
bawah ke kelas yang lebih tinggi Menurut (Siswa & Dasar, 1995)ada tiga aspek yang
dapat dikembangkan yaitu dengan proses pembelajaran IPA. Ketiga aspek tersebut
yaitu aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Aspek kognitif menyangkut masalah
peningkatan pengetahuan, kemampuan berfikir kritis, fakta atau logik dan kreatif,
keterampilan menganalisis kejadian –kejadian dan menyelesaikan masalah
menggunakan kaidah ilmiah (sains). Aspek afektif berhubungan dengan pengembangan
sikap dan nila-nilai. Dan yang terakhir adalah aspek Psikomotorik yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang mendukung untuk melakukan proses-proses
pengungkapan kejadian atau fenomena dan masalah alam. Revolusi spiritual yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga tertinggi negara kita bukan tanpa alasan, karena
krisis spiritual dalam segala aspeknya merupakan hal yang menyedihkan bagi
segelintir orang yang masih menghargainya. menghidupkan kembali cita-citanya
dengan revolusi spiritual dengan membangun mentalitas konotasi positif. Tidak hanya
itu, ia juga meyakini dan berharap pendidikan dapat mengubah psikologi negatif
bangsa, salah satunya melalui sistem pendidikan yaitu pembelajaran. Salah satunya di
bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) (Risamasu, 2016).SK Menteri Pendidikan Umum
Nomor 22 Tahun 2006 tentang SK dan KD menyebutkan bahwa IPA merupakan
mata pelajaran yang berkaitan dengan sistematika pengetahuan alam, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan body of knowledge, tetapi jugaproses penemuan serta berupa
fakta, konsep, dan prinsip.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan diungkapkan dalam
makalah ini adalah :
1. Proses Pembelajaran IPA di SD Indonesia saat ini (Empiris)
2. Proses pembelajaran IPA di SD di negara lain saat ini (Empiris)
3. Melihat karakteristik PISA terkait asesmen pembelajaran IPA

4
C. MANFAAT

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh informasi


mengenai Proses Pembelajaran IPA di SD Indonesia dan internasional , dengan demikian
semoga mahasiswa akan dapat memahami lebih jauh bidang Pengembengan Pembelajaran Ipa SD
di instansi masing masing

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pembelajaran IPA di SD Indonesia saat ini (Empiris)


IPA adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode
yang sistematis (metode ilmiah), serta dengan menerapkan sikap ilmiah. IPA membantu
manusia dalam memahami dirinya sendiri, dan alam sekitarnya. IPA memiliki tiga
komponen utama, yaitu sikap, proses dan produk (Carin & Sund, 1980 dalam Hastuti,
2013). Belajar IPA adalah cara ideal untuk mendapatkan kompetensi.
Keterampilan,keterampilan (fisik, berpikir, sosial, matematika, dan berbahasa), sikap-sikap
(apresiasi dan atribut), maupun konsep (ide- ide, fakta-fakta, pemahaman) satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Jika peserta didik memperoleh
pengalaman yang seimbang di antara keterampilan, sikap dan konsep, maka akan
memungkinkan memperoleh ide atau fakta baru, menggunakan cara-cara bekerja yang
pasti, serta sikap-sikap positif yang nantinya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
(Suastra, 2009)
Menurut Rezba et.al 1995 (dalam Patta Bundu, 2006: 12) keterampilan dasar proses
sains untuk tingkat sekolah dasar meliputi keterampilan mengamati (observing),
mengelompokkan (clasifying), mengukur (measuring), mengkomunikasikan
(communicating), meramalkan (predicting), dan menyimpulkan (inferring). Sedangkan
menurut Paolo Marten ( dalam Usman Samatowa, 2006: 12) mendefiniskan keterampilan
proses anak-anak adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati,
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi dan menguji
kebenaran ramalan tersebut. Aspek penting yang harus diperhatikan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA di SD adalah melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pembelajaran IPA dimulai
dengan memperhatikan konsepsi/pengetahuan awal siswa yang relevan dengan apa yang
akan dipelajari. Selanjutnya aktivitas pembelajaran dirancang melalui berbagai kegiatan
nyata dengan alam. Kegiatan pengalaman nyata dengan alam ini dapat dilakukan di kelas
atau laboratorium dengan alat bantu pelajaran maupun dilakukan langsung di alam terbuka.
Pembelajaran IPA adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh peserta didik, bukan
sesuatu yang harus dilakukan terhadap peserta didik. Proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan
untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA merupakan
pengalaman individu manusia yang oleh masing-masing individu dirasakan atau dimaknai
6
berbeda atau sama. Oleh sebab itu, hal yang sama dapat saja dimaknai berbeda karena latar
belakang pengalaman yang diperoleh berbeda. Pembelajaran IPA ditempuh untuk
memperoleh produk berupa konsep, prinsip, teori dan hukum. Konsep adalah gagasan atau
ide berdasarkan pengalaman yang dapat digeneralisasikan, misalnya, konsep makhluk
hidup, energi, cahaya, fotosintesis, respirasi, unsur, senyawa, dan sebagainya. Prinsip
adalah generalisasi yang terdiri dari konsep-konsep yang berkaitan, misalnya, logam bila
dipanaskan akan memuai, tumbuhan hijau dapat berfotosintesis, respirasi memerlukan
oksigen, dan sebagainya. Teori adalah generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan,
misalnya teori evolusi, teori relativitas, teori tektonik lempeng, dan sebagainya. Sedangkan
hukum merupakan suatu pernyataan yang mengungkapkan adanya hubungan antara gejala
alam yang konsisten. Karena konsistennya itulah maka hukum dapat digunakan untuk
meramalkan, misalnya, hukum kekekalan energi dan Hukum Newton. Objek dan persoalan
IPA bersifat holistik sehingga IPA perlu disajikan secara holistik. Menurut Hewitt, G Paul,
et al (2007) dalam Hastuti (2013), IPA terintegrasi menyajikan aspek fisika, kimia, biologi,
ilmu bumi, astronomi dan aspek lainnya dari IPA. IPA terintegrasi disajikan berbasis
pendekatan kontekstual yaitu menghubungkan IPA dengan kehidupan sehari-hari, bersifat
personal dan langsung, menempatkan salah satu ide pokok, mengandung pemecahan
masalah.

1. Kurikulum IPA di Indonesia


proses pendidikan (Sidik, 2020). Di dalamnya tersistem perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian dalam proses pendidikan (Nidawati, 2021: 22-42). Atas dasar
ini, berbagai konsep dan konteks pembelajaran dalam proses pendidikan, mengacu
dan mengarah pada kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, kurikulum membawa
dampak yang signifikan bagi proses pendidikan di Indonesia. Istilah “ganti menteri
pendidikan, ganti kurikulum” merupakan bentuk label yang diberikan masyarakat
atas berbagai perubahan terma (istilah) dan konsep kurikulum. Mulai dari kurikulum
berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),
kurikulum 2013, hingga kurikulum merdeka belajar kampus merdeka (Muhammedi,
2016; Machali, 2014: 71-94; Ritonga, 2018). Padahal, menurut Alhaddad(2018: 57-
66)perubahan ini didasari pada percepatan kemajuan zaman dan kecanggihan
teknologi yang meniscayakan perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia.
Mencermati fenomena di atas, Kuntarti (2018: 67-80)menyatakan bahwa
perubahan kurikulum ialah suatu keniscayaan, akan tetapi menciptakan ciri khas
pendidikan di Indonesia adalah suatu harapan. Lubis(2015)menambahkan, bahwa
sejatinya yang berubah bukanlah substansi dan materi pendidikan secara menyeluruh,
melainkan upaya menyempurnakan kurikulum pengajaran sesuai kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian, pergantian kurikulum tidak serta merta mengubah seluruh komponen
7
yang ada, melainkan upaya penyempurnaan dari kurikulum (kebijakan)
sebelumnya.Materi IPA sebagai suatu mata pelajaran yang mengintegralkan konsep
alamiah dan ilmiah dalam proses pembelajarannya (Sinti, 2021; Assingkily,
et.al., 2021). Atas dasar ini, materi IPA tidak cukup diajarkan secara verbal di dalam
kelas, atau praktik di alam bebas (lapangan, taman, dan lainnya), melainkan
membutuhkan praktikum eksperimen sebagai langkah ilmiah dalam memahami suatu
perubahan tentang alam (Rafiqah, 2015; Mujizatullah, 2019: 19-31). Ini menunjukkan
bahwa materi IPA senantiasa adaptif terhadap berbagai pengembangan, karena integral
di dalamnya ilmiah dan alamiah, terutama pengajaran IPA yang diperuntukkan bagi anak
usia dasar jenjang MI/SD.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler
yang beragam di mana konten akan lebihoptimal agar peserta didik memiliki cukup
waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi (Indrawati dkk, 2020).
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak
diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat
pada konten mata pelajaran.Kurikulum Merdeka merupakankurikulumpilihan (opsi)
yang dapat diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran (TA) 2022/2023. Kurikulum
Merdeka melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya (kurtilas).
S6ebagaimana kita ketahui, pelaksanaan Kurikulum Merdeka pada Satuan
Pendidikan sesuai kemampuannya. Antara lain Mandiri Berbagi, Mandiri Berubah,
Mandiri Belajar. Atas perintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi, Kurikulum Merdeka akan menjadi kurikulum yang diamanatkan di
sekolah-sekolah mulai Februari 2022. Tergantung masa pendaftaran yang digunakan
satuan pendidikan, kurikulum ini diterapkan di satuan pendidikan secara bertahap.
Pendaftaran dilakukan pada laman https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/.
Implementasi ini selanjutnya dipecah menjadi tiga kategori: pembelajaran mandiri,
perubahan mandiri, dan berbagi mandiri. Selain itu, pemerintah menawarkan Merdeka
Mengajar, sebuah aplikasi Android, untuk membantu pelaksanaan kurikulum
ini(Ayundasari, 2022). Perubahan kurikulum tersebut terasa hingga saat ini, dimana
dalam pendidikan Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka. Terselenggaranya
Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum pemulihan yang dikarenakan pandemi Covid-19
(Kemendikbudristek, 2021). Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum pembelajaran
intrakurikuler yang bervariasi dan peserta didik diberi ruang yang lebih agar optimal
dalam bereksplorasi konsep dan kompetensinya (Khoirurrijal et al., 2022). Kurikulum
merdeka yang memiliki kemunculan mata pelajaran IPAS , Mata pelajaran IPA dan
8
IPS dalam Kurikulum Merdeka digabung menjadi IPAS yang didasari bahwa IPA dan
IPS merupakan cara berpikir ilmiah (Wijayanti & Ekantini, 2023)

2. Tujuan Pembelajaran IPA SD di Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

9
DAFTAR PUSTAKA

Suryobroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah. 2004. Jakarta. Rineka Cipta.


Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. 2007. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Danim, Sudarwan., dan Khairil. Profesi Kependidikan. 2011. Bandung. CV Alfabeta.
Dimock, ME. dkk. Administrasi Negara. 1992. Jakarta: Rineka Cipta.
Idhochi Anwar, Moch. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Teori, Konsep dan
Isu,

1
0

Anda mungkin juga menyukai