Anda di halaman 1dari 8

1

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran IPA di jenjang SD menuntut pengalaman langsung agar siswa dapat
mengembangkan kemampuannya untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Depdiknas (2006:484) “IPA merupakan proses pembelajaran yang menekankan
pada pengalaman langsung untuk mengembangkankompetensi dalam menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah”. Oleh sebab itu pembelajaran IPA sangat penting diberikan semenjak
pendidikan dasar dengan baik agar siswa dapat memahami fenomena alam sekitarnya, selain itu
proses pembelajaran yang baik juga akan dapat menghasilkan siswa yang cerdas, terampil, dan
memperoleh hasil belajar yang baik sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran yang
diharapkanpun juga dapat tercapai dengan baik. Depdiknas (2006:484) menyatakan “Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh siswa, dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum pada
setiap satuan pendidikan”. Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan
pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan membangun
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi pada tujuan kurikuler mata
pelajaran IPA. Jadi tercapai atau tidaknya SK dan KD yang telah ditetapkan ini dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Kenyataandi lapangan yang didasari dari pengalamanpenelitiselama mengajardi kelas VI A
SD Negeri 05 Jayapura, pembelajaran IPA belum mampu memberikan hasil belajar yang
diharapkan sesuai dengan tujuannya. Pembelajaran IPA juga belum mampu mengembangkan
kemampuan anak untuk berfikir kritis dan sistematis. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar
menjadi salah satu penyebabnya. Siswa juga kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini
mengakibatkan siswa belum memahami materi pembelajaran secara maksimal.
Materi pembelajaran belum dipahami secara maksimal juga terjadi karena belum
optimalnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajarannya siswa belum terlibat secara aktif
karena pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berupa pendekatan konvensional yang
belum menempatkan siswa sebagai student center, dalam proses pembelajaran siswa juga tidak
mampu untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi
bosan dan menganggap pelajaran IPA tidak menarik, dan pada akhirnya belajar tidak lagi menjadi
suatu kebutuhan bagi mereka. Inilah yang menjadi penyebabrendahnya hasil belajar siswa, terlihat
dari hasil ulangan harian siswa yang nilai rata-rata kelasnya 73%.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan guru, salah satunya adalah menyediakan fasilitas atau media
pelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk belajar IPA.Hal ini sejalan dengan pendapat Nana
Sudjana dan Ahmad Riyai yaitu dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek yang paling
menonjol yakni metode mengajar dan media pengajar sebagai alat bantu mengajar. Memperkuat
pendapat tersebut, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, maka
seorang guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif dan bijaksana. Responsif artinya
guru harus bisa menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunia
pendidikan, seperti pelajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan IPTEK yang
baik, maka guru akan tertinggal dan menjadi korban IPTEK serta menjadi guru yang “isoku iki”.
Salah satu produk IPTEK yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah
dengan menggunakan media pelajaran yang berbasis teknologi dalam proses pelajaran yaitu dengan
menggunakan media audio visual berupa video pembelajaran. Media audio visual dapat diartikan
sebagai media pembelajaran yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-materi pembelajaran
dari pengajar ke peserta didik. Media audio visual dianggap mampu meningkatkan hasil belajar
siswa karena dengan penggunaan media ini, minat siswa untuk belajar IPA dapat meningkat,
sehingganya dengan meningkatnya minat siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemudian
juga salah satu yang disukai otak adalah sesuatu yang baru dan kebanyakan orang suka menonton
dan tidak jarang dari mereka yang dapat menceritakan kembali apa yang telah mereka tonton
tersebut. Bahkan diantara mereka dapat mengingatnya dalam waktu yang lama, sehingga dengan

2
penggunaan media audio visual ini diharapkan siswa termotivasi untuk belajar dan dapat mengingat
pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik melakukan
penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa dengan
Menggunakan Media Audio Visual pada Kelas VI A SD Negeri 05 Jayapura Kabupaten Siak”.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar
IPA dengan menggunakan media audio visual pada Siswa kelas VI A SD Negeri 05 Jayapura?”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentangpeningkatan hasil
belajar IPA siswadengan menggunakan media audio visual pada kelas VI A SD Negeri 05 Jayapura.

KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan didalam kepribadian yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Mgmpips, 2008:1).
Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang merupakan suatu hasil kongkrit yang
diperoleh dalam pembelajaran, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik (1993:21) bahwa
“Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pertanyaan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan, keterampilan, kesanggupan,
menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional dan perubahan jasmani”.
Hasil belajar siswa juga dapat dilihat dari kemampuannya mengingat pelajaran yang telah
disampaikan selama proses pembelajaran dan bagaimana siswa tersebut bisa menerapkannya
dan mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan apa yang sudah dipelajarinya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Purwanto (1996:18) bahwa “Hasil belajar siswa dapat ditinjau dari
beberapa hasil kognitif, yaitu kemampuan siswa dalam pengetahuan (ingatan), pemahaman,
penerapan (aplikasi), analisis, sintesis dan evaluasi”.
Menurut Suparno (dalam Indrawati, 2009:11) “Hasil belajar seseorang tergantung pada
apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi
dengan bahan yang dipelajari”.
Selain itu Sudjana (1999:2) menambahkan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah terjadinya
perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik dilihat dari segi hasil kognitif, afektif dan
psikomotornya.

B. Pembelajaran IPA
Menurut Indrawati (2009:27) “Pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau
penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan
terjadinya belajar pada peserta didik”.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) IPA SD (2006:484) dinyatakan
bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan”.
Samatowa (2006:2) menambahkan bahwa “IPA membahas tentang gejala-gejala alam
yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia”.

3
Sedangkan pendidikan IPA menurut Tohari (2008:1) merupakan “Usaha untuk
menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-
nilai dan sikap yang baik terhadap IPA, serta menguasai materi IPA berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum dan teori IPA”.
Menurut Silvinia, dkk (1996:1) sesungguhnya IPA adalah “Dunia alamiah atau dunia zat,
baik berupa makhluk hidup (biologi), maupun benda-benda mati (fisika) yang bisa diobservasi.
Selama manusia dapat mengobservasi dan menggunakan metode alamiah, maka IPA merupakan
ilmu pengetahuan yang dinamis, baik dalam prinsip, maupun dalam praktek sehari-hari”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan
suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan
menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku
siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.

C. Media Audio Visual


Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara
atau pengantar. Menurut Gerlach (dalam Azhar, 2003:46) bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi dalam pengertian ini,
yang bisa menjadi media adalah guru, buku teks, alat-alat peraga dan lingkungan sekolah.
Kemudian beberapa pandangan dari para ahli mengenai media ialah: Heinich (dalam
Azhar, 2003:47) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi
antara sumber dan penerima.
Pada umumnya gurulah sumber utama yang memberikan stimulus kepada murid agar
belajar. Akan tetapi di samping guru masih ada lagi berbagai macam media lainnya seperti
benda-benda, demonstrasi, model, bahasa tertulis, gambar-gambar, film dan televisi, mesin
belajar (teaching machine). Jadi disini media pembelajaran juga dapat diartikan alat peraga.
Jenis-jenis media yang digunakan dalam proses pembelajarancukup banyak, mulai dari
media yang simpel atau sederhana sampai media yang cukup rumit dan canggih. Untuk
mempermudah mempelajari jenis media, maka dapat dilakukan pengklasifikasian media
tersebut.
Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh
Heinich (dalam Hamzah,2010:123) pada dasarnya penggolongan media berdasarkan bentuk
fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan,
atau yang diproyeksikan atau apakah media tersebut masuk dalam golongan yang dapat
didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual.
Dari semua jenis-jenis media yang telah disebutkan di atas, tidak semuanya yang akan
dipelajari disini. Yang akan dipelajari di sini ialah media-media yang berhubungan dengan
media audio visual, seperti: Slide suara, film, dan video.
Slide tergolong media yang diproyeksikan ke layar. Pada dasarnya slide terbagi atas dua
macam, yaitu slide tanpa suara dan slide suara. Maksud dari slide suara disini ialah penyajian
dilakukan dengan urutan tertentu yang disingkronisasi dengan unsur suara (Hamzah, 2010:133).
Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran di ruang kelas sudah merupakan hal
yang biasa. Film merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu
hidup. Sama halnya dengan film, video dapat mengambarkan suatu objek yang bergerak
bersama-sama dengan suara ilmiah atau suara yang sesuai (Arsyad, 2003:48).
Sebagai media audovisual,dengan memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat
digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Kemampuan video untuk
memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik untuk melanglang buana ke mana
saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas.
Langkah-langkah penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut:

4
1. Guru membuka pembelajaran.
2. Guru menjelaskan materi dengan video atau film
3. Guru membimbing tanya jawab.
4. Guru memberikan contoh soal kepada siswa dan mengerjakan secara bersama-sama dengan
siswa.
5. Guru memberi latihan dan siswapun mengerjakannya.
6. Guru beserta siswa membahas soal yang telah dikerjakan siswa.
7. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.
8. Guru menutup pelajaran
Pada penelitian ini yang peneliti pergunakan adalah video pembelajaran. Kemudian
metode pembelajaran yang dipergunakan dalam penelitian ini baik untuk kelas eksperimen
maupun kelas kontrol adalah metode ekspositori.

D. Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Wardani, 2002 berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki
kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Penelitian tindakan kelas sudah bukan hal yang baru dikenal. Penelitian tindakan kelas
sering disebut PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama (Arikunto S, dkk, 2006).
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam
kelas, sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan
tindakan yang dilakukan serta meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan
professional.
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis juga harus melakukan
konsultasi secara intensif dan sharing ide dengan teman sejawat guna mendapatkan cara-cara
atau kiat-kiat yang tepat agar hasil pembelajaran menjadi lebih meningkat dari pada sebelum
penelitian.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian berlangsung pada kelas VI A SD Negeri 05 Jayapura yang beralamat Jl. Sultan
Syarif Kasim Kecamatan Bungaraya Kebuapaten Siak dengan waktu penelitian diadakan pada
semester I tahun pelajaran 2015/2016.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI A tahun pelajaran 2015/2016 yang berada di
VIA SD Negeri 05 Jayapura Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak. Jumlah subyek penelitian
ini berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari 12 siswa putra dan 13 siswa putri.

C. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan lembar
jawaban siswa. Lembar observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat
berlangsungnya pembelajaran IPA. Dengan berpedoman pada lembar-lembar observasi, peneliti
atau guru mengamati apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Unsur-unsur yang menjadi
butir-butir sasaran pengamatan bila terjadi dalam proses pembelajaran ditandai dengan
memberikan nilai dikolom yang ada pada lembar observasi. Jadi instrumen penilaian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar evaluasi pada setiap
tahapannya.

5
D. Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan
pendekatan persentase yang dikemukakan oleh Kunandar (2007:97) dengan rumus :

Keterangan :
𝐹 P = Persentase
P= x 100 %
𝑁 F = Skor yang diperoleh
N = Nilai maksimal

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam penelitian ini digunakan kriteria taraf
keberhasilan menurut Penilaian Acuan Patokan (PAP) menurut Arikunto (2007:19) dengan
rentang skor seperti yang tercantum di bawah ini :

86 % - 100 % = Sangat Baik


71 % - 85 % = Baik
56 % - 70 % = Cukup
≤55 % = Kurang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Pembelajaran IPA dari setiap tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran berdasarkan penggunaan media audio visual yang terdiri dari analisis
data yang dimulai dengan menelaah sejak mulai pengumpulan data sampai seluruh data
terkumpul. Hasil observasi awal diperoleh data tentang hasil belajar siswa sebagai berikut:
siswa yang memperoleh nilai sangat baik berjumlah 2 orang dengan persentase 8%. Siswa
yang memperoleh nilai baik berjumlah 6 orang dengan persentase 24%. Siswa yang
memperoleh nilai cukup berjumlah 17 orang dengan persentase 68%. Sehingga diperoleh
nilai rata-rata kelas sebesar 66,27%.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh hasil belajar siklus I sebagai berikut: siswa
yang memperoleh nilai sangat baik berjumlah 4 orang dengan persentase 16%. Siswa yang
memperoleh nilai baik berjumlah 14 orang dengan persentase 56%. Dan siswa yang
memperoleh nilai cukup berjumlah 7 orang dengan persentase 28%. Sehingga diperoleh nilai
rata-rata kelas sebesar 78%.
Berdasarkan analisis data pada siklus 1 di atas terdapat beberapa kekurangan yang
perlu diperbaiki pada siklus berikutnya:
a. Catatan dari observer direnungkan dan dikaji kembali untuk bahan perbaikan pada siklus
berikutnya
b. Siswa masih perlu bimbingan dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan
menguji hipotesis..
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh hasil belajar siklus II sebagai berikut: siswa yang
memperoleh nilai sangat baik berjumlah 9 orang dengan persentase 36% dan siswa yang
memperoleh nilai baik berjumlah 16 orang dengan persentase 64%. Sehingga diperoleh nilai
rata-rata kelas sebesar 85%.
Peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II dapat dilihat dari rata-
rata yang diperoleh siswa, yaitu 84%. Setelah dilanjutkan dengan pertemuan kedua, rata-rata
siswa juga 85%. Hasil nilai yang diperoleh dari pertemuan pertama dan kedua sudah terlihat
hasil yang memuaskan dan nilai yang diharapkan.

6
Permasalahan siswa yang sudah ada jalan keluarnya sebagai pelaksanaan refleksi perlu
diteruskan, mengingat hasilnya sangat membanggakan terutama siswa diharapkan terus
meningkat prestasi belajarnya.

B. Pembahasan
Pembahasan didasarkan pada teori-teori yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar
pada pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual di kelas VIA SDN 05
Jayapura.
Dari analisis hasil belajar siswa menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa kelas VIA
SD Negeri 05 Jayapura mengalami peningkatan setelah mendapatkan tindakan penggunaan
media audio visual.
Hasil data sebelum dilaksanakan tindakan, diperoleh data nilai rata-rata siswa 66,27%.
Setelah dilakuka tindakan siklus I rata-rata siswa meningkat menjadi 78% dan siklus II nilai
rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 85%.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dengan menggunakan media
audio visual dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA pada kelas VIA SD
Negeri 05 Jayapura Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah peneliti paparkan diatas, maka dapat disimpulkan:
1. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual, peneliti telah
mengikuti langkah-langkah pembelajaran dan memadukannya dengan langkah-langkah
media audio visual untuk menciptakan aktivitas belajar yang menyenangkan.
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dapat ditingkatkan menggunakan media audio
visual. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I yang rata-rata hasil
belajarnya 78% naik menjadi 85% pada siklus II. Karena hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan, maka dengan demikian melalui penggunaan media audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIA SD Negeri 05 Jayapura.
B. Saran
1. Guru dapat menerapkan pembelajaran IPA yang digabungkan dengan langkah-langkah
penggunaan media audio visual sebagai alternative pembelajaran.
2. Instansi dan lembaga pendidik serta kependidikan dapat menggunakan penelitian sebagai
bahan untuk mendukung dan menjalankan berbagai bentuk program pengembangan ilmu
pendidikan dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas: Jakarta
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Heruman, dkk. 2007.Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. Padang: UNP
Indrawati & Setiawan, Wanwan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Johnson, Elaine B. 2008.Contextual Teaching & Learning (Ibnu Setiawan. terjemahan). Bandung:
Mizan Learning Center
Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta:Kemendikbud
Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

7
Muslich, Masnur. 2009. KTSPPembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sudjana, Nana, 2009. Media Pengajaran. Bandung: CV: Sinar Baru
Sumantri, Mulyani. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Supriyadi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud: Jakarta
Suwarsih. 2009. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher

OKTA YENNI, SPd.SD


KEPALA SD NEGERI 05 JAYAPURA KECAMATAN BUNGARAYA
KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

Anda mungkin juga menyukai