Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan individu
agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya dan sekaligus untuk
memenuhi tuntutan sosial, kultural, religius, dalam lingkungan kehidupannya.
Pengertian pendidikan ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan
dalam konteks pendidikan seyogyanya terfokus pada upaya memfasilitasi proses
perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut,
agar pendidikan yang diselenggarakan tidak hanya membentuk generasi yang
terdepan dalam prestasi akan tetapi juga terdepan dalam kehidupan agamanya.
Jadi, pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia atau pribadi yang memiliki
kecakapan hidup serta keagamaan untuk hidup bermasyarakat (Solehudin, 2007).
Pendidikan di sekolah dasar merupakan proses pengembangan kemampuan
yang penting bagi setiap siswa. Pada tingkatan pendidikan tersebut setiap siswa
belajar secara aktif karena adanya dorongan dan suasana yang kondusif. Bagi
pengembangan dirinya secara maksimal. Hakikat pendidikan tidak akan terlepas
dari hakikat manusia sebagai objek utama pendidikan, oleh sebab itu, seorang
guru harus mengusai dan memahami teori ilmu pendidikan yang mempelajari
psikologi dan memberi makna atas fenomena tersebut.
1. Identifikasi Masalah
Keberadaan guru dalam pelaksanan pembelajaran di kelas amatlah
menentukan akan berhasil dan tidaknya mengantarkan anak didik mengubah
perilaku dan pengalaman belajarnya. Keberhasilan itu hanya akan ditentukan oleh
kepiawaian guru dalam menerapkan metode, strategi, pendekatan, pemberian
motivasi, umpan balik dan pemahaman secara komprehensif terhadap
karakteristik siswa. Proses pengajaran siswa SD berbeda dengan proses
pengajaran siswa SMP dan SMA. Seorang guru harus bisa membangun motivasi
siswa-siswanya dalam belajar, misalnya dengan mencari tahu mengapa siswa-

1
2

siswa selalu merasa bosan dalam belajar dan bagaimana cara memotivasi siswa
agar bersemangat dalam belajar.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk salah satu mata
pelajaran yang terbilang sulit. IPA sebagai suatu penopang pembelajaran memiliki
permasalahan tersendiri yang ikut andil menjadi sebuah problematika wajah
pendidikan tanah air. Permasalahan ini seolah membuka tabir sejarah pendidikan
yang tak pernah berubah seiring kemajuan dan perubahan kurikulum.. Oleh Choiri
mengatakan bahwa banyak permasalahan pembelajaran IPA yang diangkat ke
media tanpa adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan tetap bertahan
bahkan jatuh pada lobang yang sama, Selain itu pemberian materipun harus
diperhatikan, hal ini untuk menghindari kesalahan/kekurangan penerimaan konsep
pada anak dengan benar dengan memperhatikan psikologi anak yang dimulai dari
pembukaan, sampai evaluasi di akhir pembelajaran pertama ini. Pembelajaran
bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh yang terdekat dengan anak
sehingga akan lebih mudah memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya
lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan menyenangkan.
Pada saat peneliti mengamati pelaksanaan proses pembelajaran di SDN
Tempurejo 07 Tanding khususnya di kelas IV untuk mata pelajaran IPA. Dari
hasil evaluasi dapat dilihat hanya 7 orang siswa dari 15 siswa yang memperoleh
nilai 60 ke10atas, dan 7 orang siswa memperoleh nilai antara dibawah 50. Ini
menunjukkan bahwa siswa belum menguasai materi pembelajaran dan masih jauh
dari nilai yang di harapkan.
2. Analisis Masalah
Ada beberapa faktor penyebab kurangnya motivasi dan semangat siswa
terhadap materi pembelajaran, di antaranya adalah guru tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru kurang melibatkan siswa dalam
pembahasan materi, guru kurang memberikan penguatan materi kepada siswa.
Permasalahan lain yang timbul yaitu tidak adanya media pembelajaran yang
memadai untuk menjelaskan suatu konsep diluar praktikum dan observasi.
3

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti mencoba memberikan solusi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode tanya jawab
dan media pembelajaran yang memadai untuk menjelaskan suatu konsep diluar
praktikum dan observasi seperti media gambar. Metode tanya jawab dan media ini
adalah metode dan media yang akan memudahkan siswa dalam mengingat suatu
pelajaran dikarenakan metode dan media ini memberikan interaksi yang baik
antara guru dan siswa. Metode tanya ini banyak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih dan mengulang penjelasan-penjelasan yang telah di ajarkan
dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode tanya jawab dan media gambar ini
juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar.
Kemudaian peneliti juga memberikan solusi lain, yaitu seorang guru harus
mengikuti prosedur dan tata aturan yang logis, guru harus bertanya kepada ahli
terkait pembelajaran IPA, guru harus berkonsultasi dengan supervisor.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut: Bagaimana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Tema 2 Selalu Menghemat Energi Melalui Metode Tanya Jawab dan Media
Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN Tempurejo 07

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut: Untuk mengetahui penggunaan metode tanya jawab dan media
gambar dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk:
1. Manfaat bagi guru
4

Penelitian ini sangat efektif untuk memberikan informasi kepada guru,


khususnya untuk guru IPa dalam meningkatkan penggunaan metode dan media
dalam proses belajar mengajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
2. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta kemampuan
siswa dalam proses belajar dan juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mata pelajaran IPA.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat membantu sekolah untuk berkembang karena kualitas
dan pengetahuan guru semakin meningkat dalam proses pembelajaran.
4. Manfaat bagi pendidikan secara umum
Penelitian ini dapat meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru di sekolah dan menemukan solusi dalam mengatasi
permasalahan yang ditemukan di dalam kelas.
5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik di SD
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Pembelajaran tematik mulai digunakan sejak diimplementasikannya.
Kurikulum 2013 di Indonesia. Pembelajaran tematik terpadu merupakan salah
satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan pada tingkat satuan
pendidikan Sekolah Dasar.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran tematik memiliki tiga landasan,
yaitu landasan filosifis, landasan psikologis dan landasan yuridis. Secara filosofis,
pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu
aliran progresivisme, konstruktivisme dan humanisme. Secara psikologis,
pembelajaran tematik berkaitan utamanya dengan psikologi perkembangan peserta
didik dan psikologi belajar. Sedangkan secara yuridis, pelaksanaan pembelajaran
tematik didasarkan pada UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
juga UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam


Wisudawati (2014: 24) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian di atas
maka IPA memiliki empat unsur utama, yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi.
Menurut Nash 1963 (dalam Hendro Darmodjo, 1992 : 3) IPA adalah cara
atau metode untuk mengamati alam yang sifatnya analisis, lengkap, cermat serta
menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan fenomena alam yang
lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122) IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan

5
6

yang sistematis yang tersusun secara teratur dan berlaku umum berupa kumpulan
hasil observasi dan eksperimen.
Selanjutnya Ahmad Susanto (2013:167) dalam bukunya yang berjudul
Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar IPA adalah usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,
serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep (Sri Sulistyorini, 2007:39)
1. Ruang Lingkup Pelajaran IPA
Ruang lingkup pembelajaran IPA di SD pada Kurikulum 2013 disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan siswa dan peninhkat terhadap hasil belajar yang menga
u pada aspek spiritual, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Adapun ruang
lingkup mata pelajaran IPA di Tingkat SD berdasarkan dari Mendikbud (2014:
232) adalah sebagai berikut.
Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD mencakup Tubuh dan panca
indra, Tumbuhan dan hewan, Sifat dan wujud benda- benda sekitar, Alam semesta
dan kenampakannya, Bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan, Daur hidup
makhluk hidup, Perkembangbiakan tanaman, Wujud benda, Gaya dan gerak,
Bentuk dan sumber energi dan energi alternatif, Rupa bumi dan perubahannya,
Lingkungan, alam semesta, dan sumber daya alam, Iklim dan cuaca, Rangka dan
organ tubuh manusia dan hewan, Makanan, rantai makanan, dan keseimbangan
ekosistem, Perkembangbiakan makhluk hidup, Penyesuaian diri makhluk hidup
pada lingkungan, Kesehatan dan sistem pernafasan manusia, Perubahan dan sifat
benda, Hantaran panas, listrik dan magnet, Tata surya, Campuran dan larutan.
Berdasarkan pemaparan dari ruang lingkup pembelajaran IPA di SD
tersebut, maka dapat di identifikasi secara garis besar bahwa dalam ruang lingkup
pembelajaran IPA di SD terdiri dari konsep alam semesta, kejadian-kejadian yang
terjadi di alam semesta, konsep biologi, konsep fisika, dan konsep kimia yang
dikembangkan secara konseptual dan sederhana. Beberapa ruang lingkup tersebut
7

merupakan bagian dari pemaparan dasar dari materi pembelajaran IPA yang
dikembangkan di Sekolah Dasar.
2. Tujuan Pengajaran IPA
Pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk memberi kesempatan siswa
memupuk rasa ingin tahu secara alamiah, mengembangkan kemampuan bertanya
dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti, serta
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah :
1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya,
2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 9 10
3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan masyarakat,
4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam,
6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa, 2006 : 111).

C. Penggunaan Metode Tanya Jawab dan Media Gambar dalam Pembelajaran


1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar
mengajar melalui interaksi dua arah atau dari guru ke peserta didik atau dari
peserta didik kepada guru agar diperoleh kepastian jawaban materi melalui
jawaban lisan guru atau peserta didik. Metode ini memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa dalam bentuk guru bertanya
dan pelajar menjawab atau dengan sebaliknya. Metode Tanya jawab dilakukan :
8

a. Sebagai ulangan pelajran yang telah diberikan.


b. Sebagai selingan dalam pembicaraan.
c. Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yang
sedang dibicarakan.
d. Untuk mengarahkan proses berfikir.
Menurut Djamarah dan Zain (1996:107) bahwa metode bertanya
merupakan teknik penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa dan dapat pula dari siswa kepada guru.
Adapun tujuan Penggunaan Metode Tanya Jawab adalah sebagai berikut:
a. Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan peserta didik
terhadap pelajaran yang dikuasainya
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik mengembangkan untuk mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang belum dipahami
c. Melatih peserta didik untuk berfikir dan berbicara secara sistematis dan
sistemik serta berdasarkan pemikiran orisinil.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode tanya jawab:
a. Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban
yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di
ajukannya.
b. Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan olehnya
kepada murid dengan cepat.
c. Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab
pertanyaan-pertanyaan harus di ajukan secara lisan.
d. Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid.
e. Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas.
f. Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga
murid dapat merumuskannya dengan sistematis.
g. Tanya jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam
suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara
anak didik.
9

h. Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan


dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan kepada
murid yang lain.
i. Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja.
j. Pertanyaan harus di bedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan
pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya
fakta-fakta.
1) Keunggulan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab
Suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar sudah barang
tentu mempunyai keunggulan dan kekurangan, begitupun dengan metode Tanya
jawab. Berikut keunggulan dan kekurangan metode Tanya jawab :
a. Keunggulan metode Tanya Jawab adalah:
1. Kelas akan hidup karena anak didik aktif berfikir dan menyampaikan pikiran
melalui berbicara.
2. Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengemukakan pendapatnya.
3. Akan membawa kelas kedalam suasana diskusi.
b. Kemudian metode tanya jawab ini juga memiliki kelemahan yaitu:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok
persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal
lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam
hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu yang banyak jika terjadi perbedaan pendapat dalam
proses pembelajaran.
3. Dapat menghambat cara berfikir apabila guru kurang pandai dalam penyajian
materi.
2. Pengertian Media Gambar
Angkowo (dalam Poerwanti, 2015:390), berpendapat bahwa media gambar
adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat
melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Dengan
adanya media gambar, akan dapat membantu guru dan siswa dalam
menyampaikan dan menerima pelajaran, serta dapat menarik dan membantu daya
10

ingat siswa. Menurut Waskito (2007:13), media gambar merupakan lambang dari
hasil peniruan-peniruan benda, pemandangan, curahan pikiran, atau ide-ide yang
divisualisasikan ke dalam bentuk 2 dimensi (Fadillah dkk, 2012:3).
Menurut Sadiman media gambar adalah media yang paling umum dipakai,
yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana
saja. Berbeda dengan yang diungkapkan Soelarko bahwa media gambar adalah
peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta
ukurannya terhadap lingkungan.

D. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang baik dari segi
penegatahuan ataupun sikap setelah melakukan proses pembelajaran baik
pemebelajran formal maupun Nonformal. Menurut Rusmono (2017) menyatakan
bahwa Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah
kognitif, afektif, dan pisikomotorik. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah
siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai
sumber belajar dan lingkungan belajar. “hasil belajar merupakan perilaku yang
dapat diamati dan menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan ketercapaian tujuan belajar yang diperoleh melalui pengalaman
pembelajaran yang bisa dilihat dari hasil penilaian tertulis maupun penilaian tidak
tertulis yang telah dilakukan. 2.1.2 Indikator Hasil Belajar.
11

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah mata pelajaran IPA Tematik dengan materi Selalu
Hemat Energi. Objek penelitian ini pada siswa-siswi kelas IV (Empat) SDN
TEMPUREJO 07 yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 7 orang Laki-laki dan
18 orang Perempuan, dengan karakteristik siswa-siswi adalah
a. Motivasi belajar kelihatan sangat kurang.
b. Siswa kurang aktif dan cenderung pasif dalam pembelajaran.
c. Pemahaman siswa terhadap konsep bertanya rendah.
d. Siswa masih takut dan malu untuk mengemukakan pendapatnya.
e. Perhatian dari orangtua siswa terhadap sekolah masih rendah.
f. Keadaan sosial masyarakat lebih banyak tergolong pada ekonomi menengah ke
bawah sehingga daya dukung terhadap pendidikan kurang.

2. Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian di SDN Tempurejo 07 Dusun Krajan Desa Tempurejo Kec.
Tempurejo Kab. Jember 6817

11
12

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Waktu
Tempat pelaksanaan Tahap peneletian Mata Pelajaran
NO pelaksanaan

Tema 2
Pra siklus 28 Maret 2022
(Selalau
Berhemat
SDN Tempurejo 07 Energi)
Siklus 1 12 April 2022
1. Kec. Tempurejo , Subtema 2
Kab. Jember
(Manfaat
Siklus 2 10 Juni 2022
Energi)

3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini di laksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2022
yang di bagi dalam dua siklus. Dalam penelitian ini guru bertindak dan di bantu
oleh dua orang supervisor. Rincian pelaksanaan perbaikan ini dapat di lihat pada
tabel di bawah in
4. Pihak Yang Membantu
Pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu Ninin Indah Febriyanti SP.d, MP.d selalaku tutor yang telah membimbing,
mengoreksi, memberikan penilaian dan menambahkan wawasan penulis.
2) Ibu Dyah Manik Kumoro SP.d selaku kepala sekolah di SDN Tempurejo 07
3) Bapak Sahla SP.d selaku teman sejawat yang membantu dengan ikhlas, yang telah
memberikan saran dan pendapatnya selama penulis melaksanakan kegiatan
sampai akhir penyelesaian penelitian hasil perbaikan pembelajaran.
13

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengatasi berbagai
permasalahan pembelajaran yang dihadapi di kelas. Untuk mewujudkan tujuan 16
17 tersebut, maka peneliti terlebih dahulu mempersiapkan desain penelitian yang
sistematis. Desain penelitian yang akan digunakan adalah model Hopskins.
Menurut Aqip (2006:31), Penelitian tindakan kelas dalam bentuk spiral terdiri dari
empat tahap meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan
keempat siklus tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan yang
berkelanjutan dan berulang. Rancangan penelitian tindakan kelas tersebut dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini:

2. Deskripsi Siklus
a. Pra Siklus
Pra-siklus atau pra-tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum
penelitian memasuki tahapan siklus I dan II. Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan informasi awal yang ada di lapangan seperti kondisi peserta didik,
pendidik, ruang kelas, dan komponen lain yang terdapat dalam proses
pembelajaran.
14

Hasil dari pra-siklus nantinya akan dijadikan sebagai bahan acuan untuk
menyusun rancangan dan strategi tindakan di tahap perencanaan (planning).
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap pra-siklus adalah sebagai berikut:
a) Mengamati kondisi peserta didik kelas IV SDN Tempurejo 07 pada mata
pelajaran Tematik IPA Selalu menghemat Energi
b) Melakukan sosialisasi dan konsultasi kepada guru mata pelajaran Tematik IPA
Selalu Menghemat Energi
c) Menentukan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Tematik IPA Selalu
Menghemat Energi yang akan diajarkan melalui Metode Tanya Jawab dan media
gambar.
d) Memeriksa ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang ada di dalam kelas.

b. Siklus I
1. Perencanaan (planning)
Pokok bahasan: kerja sama dilingkungan rumah
Langkah-langkah dalam pelaksanaan perbaikan adalah sebagai berikut:
c. Menyusun jadwal mengajar
d. Menyusun materi yang akan disampaikan
e. Mempersiapkan pertanyaan yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran
f. Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
2. Pelaksanaan (acting)
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan yang
dilaksanakan pada hari rabu 28 Maret 2022. Langkah-langkah pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus I ini meliputi :
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru menjelaskan materi pembelajaran
c. Guru melakukan tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman siswa
d. Guru memberikan soal latihan dan membahas soal latihan tersebut
e. Teman sejawat mengamati kegiatan pembelajaran
3. Pengamatan (observing)
15

Dalam pengamatan ini peneliti bekerja sama dengan guru (supervisor) yaitu
seorang guru dari SDN Tempurejo 07, yang bertugas mengamati aktivitas guru
dan aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan
membuat kesimpulam berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan.
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan
perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan
pada siklus berikutnya.
Pada siklus I ini pemahaman siswa pada materi pembelajaran sudah cukup
baik namun untuk hasil evaluasi masih ada siswa yang belum mendapat nilai yang
memuaskan yaitu nilai di bawah 50. Jadi, pelaksanaan siklus I ini belum berhasil
dan akan di lanjutkan lagi pada siklus II.
Terdapat beberapa kelemahan pada siklus I ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Banyaknya siswa yang belum menguasai materi pembelajaran sehingga
mengurangi motivasi belajar mereka.
2. Banyaknya siswa yang belum berani mengeluarkan pendapat saat proses belajar
mengajar dilakukan.
3. Disaat metode tanya jawab di terapkan banyak siswa yang ribut.
4. Siswa belum terbiasa dengan metode tanya jawab sehingga membuat para siswa
kurang ercaya diri dan tegang saat proses belajar engajar berlangsung.

c. Siklus II
Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I dan
pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap diantaranya perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Namun dalam proses kegiatan
pembelajaran siklus II ini telah banyak ditemukan kelemahan-kelemahan pada
siklus I dan di sini diadakan perbaikan.
1. Perencanaan (planning)
16

Pokok bahasan: kerja sama dilingkungan rumah


Dalam siklus II ini terdapat beberapa tujuan perbaikan yang ingin dicapai
yaitu meningkatkan pemahaman siswa tentang cara memelihara lingkungan dan
menghemat energi yang baik dan mengaktifkan siswa dengan memberi
kesempatan menjawab pertanyaan.
Adapun langkah-langkah perencanaan yaitu:
a. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran
b. Menyiapkan materi yang akan di jelaskan
c. Menyiapkan lembar evaluasi siswa
d. Menyiapkan lembar pengamatan pada supervisor
2. Pelaksanaan (acting)
a. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
b. Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan
c. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah di ajarkan
d. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
e. Guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus
3. Pengamatan (observing)
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh supervisor selama proses belajar
mengajar berlangsung yaitu pada tanggal 12 April 2022. Yang harus dilakukan
oleh supervisor disini sama dengan yang dilakukan pada proses pengamatan siklus
I, aitu mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
4. Refleksi (reflecting)
Pada siklus II ini pemahaman siswa sudah meningkat dari cukup baik
menjadi baik, dilihat dari hasil pengumpulan data nilai yang diperoleh siswa pada
siklus II ini lebih tinggi daripada nilai yang diperoleh siswa pada siklus I. Dimana
pada siklus I masih ditemukan nilai 40, dan pada siklus II ini nilai terendah siswa
adalah 70. Dalam siklus II ini juga ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan
yaitu:
1. Ada beberapa siswa yang masih kurang bersemangat dalam proses pembelajaran.
17

2. Beberapa siswa sudah berani mengeluarkan pendapat, tetapi belum berani secara
individu.
3. Saat siswa mengeluarkan pendapat, siswa yang lain sibuk berdiskusi dengan
temannya yang lain.

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian perbaikan ini adalah
dengan melihat nila rata-rata siswa dan analisis soal dengan rumus di bawah ini:

Nilai rata-rata = X=

Keterangan:
X = Nilai rata-rata
⅀x = Jumlah semua nilai siswa
⅀N = Jumlah siswa

Kriteria ketuntasan minimal yang digunakan oleh lembaga SDN Tempurejo 07


Kecamatan Tempurejo pada Kelas IV, adalah sebagai berikut:
a. Kriteria ketuntasan individu, siswa dikatakan tuntas apabila nilai telah
mencapai ≥ 75
b. Kriteria ketuntasan klasikal , satu kelas dikatakan tuntas apabila terdspat
minimal 65% siswa yang telah mencapau nilai ≥ 75
18

Tabel 3.2
Kriteria Hasil Belajar

Katagori Hasil Belajar Presentase

Sangat Baik 80-100

Baik 70-80

Cukup Baik 60-70

Kurang Baik 50-60

Sangat Kurang Baik 0-50


19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


a. Pra Siklus
1. Kondisi Subyek Penelitian Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan observasi siswa kelas IV di SDN
Tempurejo 07 Kabupaten Jember, dapat diperoleh data-data yang dikelompokkan
sebagai berikut :
1) Fasilitas sekolah
2) Jumlah siswa
3) Jumlah anak yang berprestasi
4) Kreativitas guru dan siswa
5) Keaktifan siswa dalam rangka mengikuti kegiatan belajar mengajar
6) Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
7) Buku pekerjaan siswa
Pada tahap prasiklus kegiatan pembelajaran masih mengandalkan metode
yang bersifat konvensional. Siswa hanya mendapatkan informasi dari guru saja
jadi siswa tidak aktif, karena kurangnya motivasi dan kreatifitas guru maka
pembelajaran masih terpengaruh kebiasaan yang sebelumnya. Oleh karena itu,
harus ada perbaikan dengan metode yang tepat yang disesuaikan dengan tuntutan
Kurikulum 2013 yang menghendaki pembelajaran bersifat student center maka
guru harus menentukan langkah yang tepat dengan metode mengajar yang
digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Pada tahap prasiklus yang dilaksanakan pada tanggal 28 maret 2022,
pembelajaran diikuti oleh seluruh siswa kelas IV sebanyak 25 siswa. Pada tahap
ini, pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menggunakan 24 25 metode ceramah
dengan menggunakan buku Tema. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan guru

19
20

mengenai Tema Selalau Berhemat Energi. Saat pembelajaran berlangsung ada


siswa yang mengobrol sendiri dengan teman sebangku dan ada yang menggambar
tanpa memperhatikan pada saat guru menjelaskan mengenai muatan pelajaran
tersebut, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya. Akan tetapi, siswa cenderung pasif karena pembelajaran cenderung
hanya satu arah saja. Hal ini membuat siswa bosan dan kurang berminat dalam
melakukan aktivitas mendengarkan ceramah guru. Ketika pembelajaran
berlangsung melalui kegiatan diskusi dan presentasi, guru tidak memberikan
bimbingan dan arahan. Akibatnya, banyak siswa yang ramai dan tidak peduli
dengan pembelajaran.
2. Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Sedangkan kondisi hasil belajar siswa pra siklus, berdasarkan hasil
ulangan harian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang belum tuntas yaitu
ada 17 siswa dan hasil belajar siswa yang tuntas ada 8 siswa. Berdasarkan
perolehan data tersebut dapat disajikan hasil analisis data tentang hasil belajar
siswa dalam bentuk Tabel seperti berikut ini:
Tabel 4.1
Tabel Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
NO Uraian Jumlah Siswa Presentase

1 Hasil Belajar Siswa Yang 15 60%


Belum Tuntas

2 Hasil Belajar Siswa Yang 10 40%


Tuntas

Jumlah 25 100%

Berdasarkan standar ketuntasan hasil belajar di SDN Tempurejo 07


menyesuaikan ketentuan Kurikulum 2013 dengan SKM ≥ 70 dengan kategori nilai
ketuntasan siswa, pada pra siklus diketahui bahwa yang di atas SKM terdapat 15
siswa dan 10 siswa yang di bawah SKM. Hasil belajar tersebut menjadi tugas guru
21

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus berikutnya. Dari perolehan
data di atas dapat disajikan hasil analisis data tentang hasil belajar siswa dalam
bentuk diagram seperti berikut ini:

Diagram 4.1. Kondisi hasil belajar siswa pra siklus

b. Siklus I
Dari penjelasan pada bab sebelumnya, hasil penelitian perbaikan dengan
menggunakan metode tanya jawab dan media gambar sudah menunjukkan
peningkatan, ini dilihat dari hasil pra siklus, siklus I yang menunjukkan adanya
kemajuan hasil belajar siswa.
Penelitian perbaikan pembelajaran dilakukan pada kelas IV di SDN
Tempurejo 07, dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki
dan 17 orang perempuan.
Dibawah ini akan di uraikan penjelasan persiklus:
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dilakukan pada hari
kamis tanggal 12 April 2022. Pertemuan ini berlangsung selama 1 x pertemuan (1
x 35 menit).
22

a. Hasil Observasi Kegiatan Guru


Hasil observasi kegiatan guru oleh supervisor pada siklus I sudah cukup
baik. Namun, pada hasil observasi ini masih ada yang perlu diperbaiki oleh guru
karena belum optimal dalam membangkitkan minat belajar siswa.
b. Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Pada siklus I ini hasil belajar siswa sudah cukup baik, tetapi masih ada
siswa yang mendapatkan nilai 40 dan siswa masih belum bisa menyesuaikan diri
dengan metode tanya jawab yang digunakan oleh guru.
c. Hasil Belajar Siklus I
Untuk mengetahui hasil belajar siswa lebih lanjut lagi dapat dilihat dari
tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Nilai Siswa Pada Siklus I
No. Uraian Jumlah Presentase
Siswa

1 Hasil Belajar Siswa Yang 6 20%


tidak Tuntas

2 Hasil Belajar Siswa Yang 21 80%


Tuntas

Jumlah 25 100%
23

Diagram 4.2. Kondisi hasil belajar siswa Siklus I

Dilihat dari nilai rata-rata diatas, pada siklus I ini masih ada sebagian siswa
yang belum mendapatkan nilai ketuntasan. Maka dari itu diperlukan refleksi untuk
memperbaiki kegiatan belajar pada siklus selanjutnya.

d. Refleksi Siklus I
Pada akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan supervisor terdapat
beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Guru belum optimal dalam membangkitkan minat siswa untuk belajar.
2. Sebagian siswa belum memahami hakikat dari pembelajaran yang diikuti.
3. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang ribut dan tidak memperhatikan
penjelasan guru.
4. Siswa kurang aktif dalam melakukan tanya jawab.
Dalam siklus I ini juga terdapat beberapa kelebihan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik.
24

2. Peneliti sudah menguasai materi pelajaran dan sudah menerapkan metode


tanya jawab.
c. Siklus II
Dari penjelasan pada bab sebelumnya, hasil penelitian perbaikan dengan
menggunakan metode tanya jawab dan media gambar sudah menunjukkan
peningkatan, ini dilihat dari hasil pra siklus, siklus I dan siklus II yang
menunjukkan adanya kemajuan hasil belajar siswa.
Penelitian perbaikan pembelajaran dilakukan pada kelas IV di SDN
Tempurejo 07, dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 8 orang laki-
laki dan 17 orang perempuan.

1. Siklus II
Pelaksanaan siklus II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dilakukan
pada hari kamis tanggal 10 Juni 2022. Pertemuan ini berlangsung selama 1 x
pertemuan (1 x 35 menit).
a. Hasil Observasi Kegiatan Guru
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sudah baik. Dilihat
dari cara peneliti yang sudah bisa membangkitkan semangat belajar siswa dan
sudah membuat siswa aktif dalam proses belajar.
b. Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Pada siklus II ini hasil belajar siswa sudah baik, karena nilai 40 pada siklus
I tidak ditemukan lagi pada siklus II ini. Kemudian siswa yang tadinya tidak aktif
menjadi aktif.
c. Hasil Belajar Siklus II
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
25

Tabel 4.3
Nilai Siswa Pada Siklus II

No. Uraian Jumlah Siswa Presentase

1 Hasil Belajar Siswa Yang tidak 23 90%


Tuntas

2 Hasil Belajar Siswa Yang 2 10%


Tuntas

Jumlah 25 100%

Diagram 4.3. Kondisi hasil belajar siswa Siklus II

Dilihat dari nilai rata-rata diatas, pada siklus II ini tidak ditemukan lagi
nilai 40. Namun demikian, masih ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah 60
yaitu 50.
26

d. Refleksi Siklus II
Pada akhir siklus II diperoleh hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan pengamatan penelitian perbaikan pada
siklus II ini, ada beberapa kekurangan dan kelebihan yang ditemukan. Adapun
kekurangannya adalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memberikan pemahaman pada siswa tentang pentingnya kerja sama
dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Semua siswa belum aktif dalam proses pembelajaran.
3. Masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru ketika guru
menjelaskan tentang materi pembelajaran.
Adapun kelebihan dari siklus II ini adalah:
1. Rencana perbaikan pembelajaran sudah baik.
2. Guru sudah menguasai kelas dan sudah menguatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran.
3. Siswa sudah mulai berpartisipasi dalam proses belajar.

1. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan hasil penelitian perbaikan yang telah dilaksanakan dari
tanggal 28 Maret-10 Juni 2022. Secara umum hasil belajar yang diperoleh siswa
mengalami peningkatan dari prasiklus dengan nilai rata-rata 58, siklus I dengan
nilai rata-rata 67, dan siklus II dengan nilai rata-rata 71. Peningkatan hasil belajar
siswa ini diperoleh dengan meningkatkan teknik dan penerapan strategi dalam
pembelajaran.
Dengan melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran melalui
penerapan penggunaan metode tanya jawab, dapat dibuktikan bahwa motivasi
siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Suasana dalam kegiatan belajar
mengajar juga terasa lebih komunikatif. Semua komponen dalam proses
pembelajaran bersifat terpadu dan terintegrasi dan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran.
27

Peneletian perbaikan pembelajaran ini membuktikan bahwa dengan


penerapan metode tanya jawab dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada kelas IV di SDN
Tempurejo 07. Dan dengan menggunakan metode tanya jawab ini juga dapat
meningkatkan keaktifan siswa, dari yang pasif menjadi aktif.
Adapun keberhasilan dari penerapan metode tanya jawab, antara lain:
1. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih bersemangat, senang, dan
tidak merasa bosan.
2. Siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar, yaitu aktif dalam bertanya jawab
dengan saling tukar pendapat. Hal ini menunjukkan Bahwa siswa tidak merasa
takut lagi untuk belajar mengemukakan pendapatnya.
3. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari kenaikan
setiap siklusnya.

Hasil di atas sesuai dengan pendapat Alipandie (1985:97) yang


mengatakan metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan
jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab. Kemudian, pendapat dari
Alipandie ini sama dengan pendapat dari Djojodisastro (1984:97) bahwa metode
tanya jawab merupakan suatu cara menyampaikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab oleh murid pada saat itu juga.

Tabel 4.4.

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

NO Pra Siklus Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Jumlah Siswa yang 15 21 23


Tuntas
2 Jumlah Siswa yang Belum 10 6 2
Tuntas
3 Presenta Ketuntasan 60% 80% 90%

4 Presentase yang Belum 40% 20%


Tuntas 10%
28

Grafik 4.4 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


29

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian perbaikan pembelajaran yang dilakukan
peneliti pada siswa kelas IV SDN Tempurejo 07, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode tanya jawab dan media gambar dapat meningkatkan keaktifan,
minat dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran IPA di kelas IV SDN Tempurejo 07.
2. Penggunaan metode tanya jawab dan media gambar ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Tempurejo 07, ini dilihat dari hasil prasiklus hasil
belajar siswa 40%, kemudian hasil dari siklus I yaitu 80%, dan yang terakhir pada
siklus II yaitu 90%.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran di atas, hal-hal yang
sebaiknya dilakukan dalam proses pembelajaran adalah:
1. Dengan menggunakan metode tanya jawab dan media gambar dapat menjadi salah
satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah terutama pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guna meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hendaknya guru selalu dapat mengembangkan metode pembelajaran yang
menarik dan kreatif yang banyak melibatkan siswa.
3. Jangan pernah merasa bosan dalam membimbing siswa dalam setiap pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi siswa.
4. Lembaga pendidikan dan pihak yang berwenang diharapkan mampu
merealisasikan pembelajaran kooperatif, karena berdasarkan hasil penelitian
terbukti berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

29
30

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Asih Wisudawati, E. S. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi


Aksara

Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya.

Djamarah dan Zain 1996. Metode Tanya Jawab. Jakarta: Rineka Cipta

Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembaelajaran PAUD: Tinjau Teoritik dan


Praktik. Jogjakarta: ar-Rauzz Media

Kemendikbud, (2014). Peraturan Bersama No 5496/C/KR/2014 Dan No


7915/D/KP/2014 Direktur Jendral Pendidikan Dasar Dan Direktur
Jendral Pendidikan Menengah. Jakarta: kemendikbud

Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Nash, 1993 (dalam Darmojo Hendro, 1992). The Nature of Science.

Poerwadarminta. 1983. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.


Jakarta : Puskurbalitbang. Depdiknas 2006

Poerwanti, J. I. (2015). Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita dengan


Menggunakan Media Gambar pada Peserta didik SDN Karangasem 1
Surakarta. DIDAKTIKA, 4(1)
31

Power, (dalam winaputra, U. 1992:122). Strategi Belajar Mengajar IPA, Jakarta:


Universitas Terbuka

Rusmono. (2017). Strategi Pembelajaran Problem Based Learning. Jakarta:


Ghalia Indoneisa

Sadiman, A.S. (2010). Media Pendidikan: pengertian, pengembangan, dan


pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: tiara Wacana

Solehuddin. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas


Bidang. PT. Imperial Bhakti Utama.

Waskito (2007). Belajar Bahasa Inggris dengan Kartu (Seri Sayuran).


https://www.wahyumedia.com/kabar_bahasa_inggris_dengan_kartu_(seri
sayuran).html. Diakses tanggal 4 Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai