Anda di halaman 1dari 29

Penerapan Problem Solving Method Dalam Pembelajaran Untuk

Meningkatkan Keaktifan Dan Keterampilan Sosial Siswa

PROPOSAL

Disusun Oleh

ZIDANE FAHRKY

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bahan kajian yang
terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan
modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-
keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi.
Puskur (Kasim, 2008:4).Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa
IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep
pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah
berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan.
mengemukakan bahwa “secara mendasar pengajaran IPS berkenaan
dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan
kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha
memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kehidupan budayanya,
kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di
permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pememerintahannya dan
lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan
masyarakat manusia.
Dapat disimpulkan jika IPS merupakan disiplin-disiplin ilmu sosial
yang diintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi dan sejarh yang mempelajari masalah-
masalah sosial.
Dalam pembelajaran IPS khususnya di SMP,dimana IPS dintegrasikan
menjadi satu mata pelajaran (tidak seperti di SMA yang dipisah menjadi
beberapa mata pelajaran seperti Geografi, Sejarah dan sebagainya), IPS
masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan banyak menghafal.
Anggapan itu muncul karena IPS terdiri dari berbagai cabang disiplin ilmu
dan diikat menjadi satu mata pelajaran sehingga siswa merasa bahwa IPS
terlalu banyak materi dan hal itu menjadi beban bagi mereka karena itu
berarti banyak pula materi yang harus mereka hapal. Tidak heran jika
dalam pembelajaran IPS biasanya terdapat satu atau lebih siswa yang
cenderung bosan, pasif, dan tidak tertarik dengan materi yang
disampaikan.
Masalah lainnya adalah, siswa mungkin pandai dalam menguasai
materi tapi dalam implementasiya dalam kehidupan sehari-hari mereka
kurang peduli. Dalam dunia pendidikan, IPS masih dipandang sebagai
mata pelajaran yang kurang penting jika dibandingkan dengan IPA. Mata
pelajaran IPA lebih banyak dimintai daripada IPS. Hal in tentu saja tidak
benarkarena IPA dan IPS mempunyai objeknya masing-masing. Jika IPA
berfokus pada lingkungan alam maka IPS lebih kepada masalah
lingkungan sosial masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan penerapan problem solving method terhadap
pelajaran IPS?
2. Bagaimana pelaksanaan problem solving method terhadap siswa yang
kurang aktif dalam pembelajaran IPS?
3. Seberapa bisa problem solving method efektif diterapkan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa?
4. Seberapa besar pengaruh Problem Solving Method terhadap siswa
yang kurang aktif?
5. Solusi yang efektif untuk mendorong siswa yang apatis agar menjadi
siswa yang aktif?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perencanaan penerapan problem solving method
terhadap pelajaran IPS
2. Mengetahui pelaksanaan problem solving method terhadap siswa
yang kurang aktif dalam pembelajaran IPS
3. Mengetahui kefektifan penerapan problem solving method untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa
4. Mengetahui pengaruh Problem Solving Method terhadap siswa yang
kurang aktif
5. Mengetahui solusi yang efektif untuk mendorong siswa yangkurang
aktif agar menjadi siswa yang aktif

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul Penerapan Probem Solving Method dalam Pembelajaran IPS
untuk Meningkatkan keaktifan dan Mengembangkan Keterampilan Sosial
Siswa yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas VII menggunakan
metodeProblem Solving Methoddalam menyampaikan materi
pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa
kelas VII akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru sebelumnya”

E. Kegunaan Penelitian
Penelitain ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Sekolah, sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
3. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap sosial
untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai
tujuan belajar, mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, dan melatih keterampilan sosial siswa dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pembaca, untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan rujukan untuk
penelitian selanjutnya agar leih baik
5. Penulis, sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peulis untuk
dijadikan pembelajaran dan pengalaan agar lebih baik kedepannya dalam
menyusun laporan

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teori
1. Problem Solving Method
a) Pengertian Problem Solving Method
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untukdipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Penyelesaian
masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha –
usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan
penyelesaiannya.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau
jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111)
menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan
penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214)
menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran
tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa
– peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ada
beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode
pemecahan masalah yaitu:
- Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari
berita, rekaman video dan lain – lain
- Bersifat familiar dengan siswa
- Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
- Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa
sesuai kurikulum yang berlaku
- Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk
mempelajari
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode
pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan
penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak
memberikan informasi dulu tetapi informasi diperoleh siswa
setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan
masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui
praktikum atau pengamatan.
Suatu soal dapat dipandang sebagai “masalah” merupakan
hal yang sangat relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah
bagi seseorang, bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal
yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu berhati-hati dalam
menentukan soal yang akan disajikan sebagai pemecahan
masalah. Bagi sebagian besar guru untuk memperoleh atau
menyusun soal yang benar-benar bukan merupakan masalah rutin
bagi siswa mungkin termasuk pekerjaan yang sulit. Akan tetapi hal
ini akan dapat diatasi antara lain melalui pengalaman dalam
menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah,
tingkat kesulitan, serta tuntutan kemampuan intelektual yang
ingin dicapai atau dikembangkan pada siswa.Pembelajaran
problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis
masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran
di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk
melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan
cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis
dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari
permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban
yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis.
Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta
mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek
yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode
pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi
pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus
dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian
terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan
mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat
kesimpulan.
b) Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving Method)
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada
proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran
yang lebih menarik. Menurut Djahiri (1983:133) metode problem
solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
- Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam
memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil
kepuutusan secara objektif dan mandiri
- Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan
yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila
pengetahuan makin bertambah
- Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi
diproses dalam situasi atau keadaan yang bener – bener
dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam
altenatif
- Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih
jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik
secara individual maupun kelompok
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada
suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran
problem solving adalah sebagai berikut.
- Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali
hasilnya.
- Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsik bagi siswa.
- Potensi intelektual siswa meningkat.
- Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan
melalui proses melakukan penemuan.
c) Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving
Method)
- Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan
kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem
solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain
suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan
masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan
melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir
siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan
dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
- Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving
itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat
laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep
tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini
memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan
dengan metode pembelajaran yang lain.

d) Tahapan-tahapan Problem solving


Adapun ringkasan dari buku How To Solve It karya George
Polka, disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan
problem, yaitu:
- Memahami masalah
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya?
Bagaimana memilah kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya
pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mampu ujung masalah tersebut menyelesaikan dengan benar.
- Menyusun rencana
Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum
diketahui. Apakah pernah problem yang mirip? Setelah siswa
dapat memahami masalahnya dengan benar, mereka
selanjutnya harus mampu menyusun rencana penyelesaian
masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat
tergantung pada pengalaman menyelesaikan masalah siswa
dalam,. pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman
mereka, ada kecenderungan siswa lebih dalam, menyusun
rencana kreatif penyelesaian suatu masalah.
- Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap
langkah dengan seksama untuk membuktikan bahwa cara itu
benar. dan Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah
dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan
penyelesaian masalah sesuai rencana dengan yang paling
tepat dianggap.
- Melakukan pengecekan
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat. Dan
langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut
polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah mulai
dari dilakukan fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga.
Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak
njaluk dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai
pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang
diberikan.
Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami
problem), Plan (menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana)
dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari
dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan
“Bapak problem solving .”
2. Keaktifan siswa dalam belajar
a) Pengertian keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya
jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita
terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi Gage and Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono,
2006 : 45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan
yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik
kesimpulan.
Ahmadi (1978:57)membagi keaktifan menjadi dua yaitu
keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani
yaitu murid berbuat dengan seluruh anggota badannya, seperti
membuat sesuatu, bermain maupun bekerja. Jaditidak hanya
duduk melihat, mendengarkan dan pasif semata.
Dari teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa
keaktifan adalah siswa aktif mengolah informasi yang diterima
dan berusaha dengan seluruh anggota badannya untuk
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari danmenentukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
b) Indikator Keaktifan
Menurut Sudjana (2010 :61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam
hal:
- Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
- Terlibat dalam pemecahan masalah
- Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak
memahamipersoalan yang dihadapinya
- Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah
- Melaksanakan diskusi kelompok
- Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya
- Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang
dihadapinya
- Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang
dihadapinya
c) Asas Keaktifan
Menurut Sriyono, dkk (1992 : 76) bahwa asas kaktifan meliputi :
- Segi Keaktifan, yaitu keaktifan siswa dalam mencoba dan
mengerjakan sesuatu.
- Segi Pengamatan
- Segi Berfikir
- Segi Kejiwaan
Berdasarkan uraian di atas keaktifan dapat diartikan
bahwa partisipasi aktif dalam suatu kegiatan belajar yang meliputi
seluruh aspek yaitu jasmani dan rohani.
d) Faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa
Menurut Muhibbin Syah (2012:146), ada tiga faktor yang
mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar yaitu faktor internal
(dari dalam diri siswa sendiri), faktor eksternal (dari luar diri
siswa), faktor pendekatan belajar (approach to learning).
Faktor internal berasal dalam diri siswa itu sendiri, aspek yang
meliputi adalah sebagai berikut:
- Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani yang menandai
tingkat kebugaran tubuh dan sendi-sendinya, kesehatan
jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
- Aspek psikologis, yaitu semua keadaan dan fungssi pikologis
tentu saja sangat mempengaruhi aktifnya siswa dalam belajar.
Adapun faktor psikologis yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa adalah sebagai berikut:
- Intelegensi (IQ), tingkat kecerdasan atau IQ siswa tidak dapat
diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan
siswa dalam belajar, semakin tinggi IQ siswa tersebut akan
semakin besar peluang dalam pencapaian keberhasilan
belajarnya.
- Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap suatu obyek.
- Bakat adalah potensi atau kecakapan yang dibaa sejak lahir
yang berguna untuk mencapai hasil tertentu sesuai dengan
kemampuan.
- Minat adalah hasrat atau keinginan yang tinggi terhadap suatu
hal.
- Motivasi adalah kondisi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa
yaitu lingkungan sekitar siswa. Yang termasuk faktor eksternal
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Lingkungan sosial, yang meliputi guru dan karyawan sekolah,
teman sebaya, dan masyarakat sekitar siswa.
- Lingkungan non sosial, yang meliputi rumah tempat tinggal
siswa, letak gedung sekolah, alat sekolah, dan kondisi cuaca
serta waktu belajar siswa.
- Faktor pendekatan belajar merupakan strategi dan cara
belajar yang digunakan siswa dalam menunjang keberhasilan
belajar.
3. Keterampilan Sosial
a) Pengertian keterampilan sosial
Banyak pengertian keterampilan sosial (Social Skill) yang
dikemukakan para ahli.
- Merrel (2008) memberikan pengertian keterampilan sosial
(Social Skill) sebagai perilaku spesifik, inisiatif, mengarahkan
pada hasil sosial yang diharapkan sebagai bentuk perilaku
seseorang.
- Combs & Slaby (Gimpel dan Merrell, 1998) memberikan
pengertian keterampilan sosial (Social Skill) adalah
kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks
sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima
secara social maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna
bagi dirinya dan orang lain.
- Hargie et.al (1998) memberikan pengertian keterampilan
sosial (Social Skill) sebagai kemampuan individu untuk
berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal
maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku
yang dipelajari.Keterampilan sosial (Social Skill) akan mampu
mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam
hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain.
- Libet dan Lewinsohn (Cartledge dan Milburn, 1995)
memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill)
sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan
perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh
lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan
punishment oleh lingkungan.
- Kelly (Gimpel dan Merrel, 1998) memberikan keterampilan
sosial (Social Skill) sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari,
yang digunakan oleh individu pada situasi-situasi interpersonal
dalam lingkungan.
- Matson (Gimpel dan Merrel, 1998) mengatakan bahwa
keterampilan sosial (Social Skill), baik secara langsung maupun
tidak membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri
dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma
yang berlaku di sekelilingnya Keterampilan-keterampilan
sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan
orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang
lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau
menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang
berlaku, dan lain sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa ketrampilan sosial merupakan
suatu kemampuan mengatur pikiran, emosi dan perilaku untuk
memulai dan memelihara hubungan atau interaksi dengan
lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan
norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi. Secara umum,
ketrampilan sosial ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk
perilaku: pertama, perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
(bersifat intrapersonal) seperti mengontrol emosi, menyelesaikan
permasalahan sosial secara tepat, memproses informasi dan
memahami perasaan orang lain; kedua, perilaku yang
berhubungan dengan orang lain (bersifat interpersonel) seperti
memulai interaksi dan komunikasi dengan orang lain; dan ketiga
perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti mematuhi
peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru.

b) Arti Penting Ketrampilan Sosial


Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan 6 hasil penting
dari memilikiketerampilan sosial, yaitu:
- Perkembangan Kepribadian dan Identitas
Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan
identitaskarena kebanyakan dari identitas masyarakat
dibentuk dari hubungannyadengan orang lain. Sebagai hasil
dari berinteraksi dengan orang lain,individu mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.Individu yang
rendah dalam keterampilan interpersonalnya
dapatmengubah hubungan dengan orang lain dan
cenderung untukmengembangkan pandanagn yang tidak
akurat dan tidak tepat tentangdirinya.
- Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas,
danKesuksesan Karir
Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan
kemampuan kerja,produktivitas, dan kesuksesan karir, yang
merupakan keterampilan umumyang dibutuhkan dalam
dunia kerja nyata. Keterampilan yang palingpenting, karena
dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih
tinggi,mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin
orang lain, mengatasisituasi yang kompleks, dan menolong
mengatasi permasalahan orang lainyang berhubungan dengan
dunia kerja.
- Meningkatkan Kualitas Hidup
Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya
dariketerampilan sosial karena setiap individu membutuhkan
hubungan yangbaik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.
- Meningkatkan Kesehatan Fisik
Hubungan yang baik dan saling mendukung akan
mempengaruhikesehatan fisik. Penelitian menunjukkan
hubungan yang berkualitas tinggiberhubungan dengan
hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepatdari
sakit.
- Meningkatkan Kesehatan Psikologis
Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang
kuatdipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari
orang lain.Ketidakmampuan mengembangkan dan
mempertahankan hubungan yangpositif dengan orang lain
dapat mengarah pada kecemasan, depresi,frustasi, dan
kesepian. Telah dibuktikan bahwa kemampuan
membangunhubungan yang positif dengan orang lain dapat
mengurangi distresspsikologis, yang menciptakan
kebebasan, identitas diri, dan harga diri.
- Kemampuan Mengatasi Stress
Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki
keterampilansosial adalah kemampuan mengatasi stress.
Hubungan yang salingmendukung telah menunjukkan
berkurangnya jumlah penderita stress danmengurangi
kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu
individudalam mengatasi stress dengan memberikan
perhatian, informasi, danfeedback.
c) Ciri-ciri Ketrampilan Sosial
Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell,
1998)mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa
ciri, antara lain:
- Perilaku Interpersonal
Perilaku interpersonal adalah perilaku yang
menyangkutketerampilan yang digunakan selama melakukan
interaksi sosial yangdisebut dengan keterampilan menjalin
persahabatan.
- Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri
Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat
mengaturdirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti:
keterampilan menghadapistress, memahami perasaan orang
lain, mengontrol kemarahan dansebagainya.
- Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis
Berhubungan dengan hal-hal yang mendukung
prestasibelajar di sekolah,seperti: mendengarkan guru,
mengerjakan pekerjaansekolah dengan baik, dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
- Penerimaan Teman Sebaya
Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai
keterampilansosial yang rendah akan cenderung ditolak
oleh teman-temannya, karenamereka tidak dapat bergaul
dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yangdimaksud
adalah: memberi dan menerima informasi, dapat
menangkapdengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
- Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin
hubungansosial yang baik, berupa pemberian umpan balik
dan perhatian terhadaplawan bicara, dan menjadi
pendengar yang responsif.
Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial,
menurutEisler dkk (L‟Abate & Milan, 1985) adalah orang yang
berani berbicara,memberi pertimbangan yang mendalam,
memberikan respon yang lebih cepat,memberikan jawaban
secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapatmeyakinkan
orang lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal
balik,serta lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya.
Sementara Philips (dalamL‟Abate & Milan, 1985) menyatakan
“Ciri-ciri individu yang memilikiketerampilan sosial meliputi:
proaktif, prososial, saling memberi dan menerimasecara
seimbang”.
d) Dimensi Ketrampilan Sosial
Caldarella dan Merrell (dalam Gimpel & Merrell, 1998)
mengemukakan 5(lima) dimensi paling umum yang terdapat
dalam keterampilan sosial, yaitu:
- Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation),
ditunjukkanmelalui
- perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji
ataumenasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada
orang lain, danbermain bersama orang lain.
- Manajemen diri (Self-management), merefleksikan remaja
yang memilikiemosional yang baik, yang mampu untuk
mengontrol emosinya,mengikuti peraturan dan batasan-
batasan yang ada, dapat menerimakritikan dengan baik.
- Kemampuan akademis (Academic), ditunjukkan melalui
pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas
individual,menjalankan arahan guru dengan baik.Kepatuhan
(Compliance), menunjukkan remaja yang dapat mengikuti
peraturan dan harapan, menggunakan waktu dengan baik,
danmembagikansesuatu.
- Perilaku assertive (Assertion), didominasi oleh kemampuan-
kemampuanyang membuat seorang remaja dapat
menampilkan perilakuyang tepat dalam situasi yang
diharapkan.
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketrampilan Sosial
Hasil studi Davis dan Forsythe (Mu‟tadin, 2006),
terdapat 8 aspek yangmempengaruhi keterampilan sosial dalam
kehidupan remaja, yaitu:
- Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
anak dalammendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang
diperoleh anak dalamkeluarga akan sangat menentukan
bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak
yang dibesarkan dalam keluarga yang tidakharmonis (broken
home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan
psikisyang cukup maka anak akan sulit mengembangkan
ketrampilan sosialnya.Hal yang paling penting diperhatikan
oleh orang tua adalah menciptakansuasana yang demokratis
di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi
yang baik dengan orang tua maupun
saudarasaudaranya.Dengan adanya komunikasi timbal balik
antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul
akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yangkaku, dingin,
terbatas, menekan, penuh otoritas, dan sebagainya hanya
akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan
sehingga suasanamenjadi tegang, panas, emosional, sehingga
dapat menyebabkan hubungansosial antara satu sama lain
menjadi rusak.
- Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan
lingkungan.Lingkungan dalam batasan ini meliputi
lingkungan fisik (rumah,pekarangan) dan lingkungan sosial
(tetangga).Lingkungan juga meliputilingkungan keluarga
(keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolahdan
lingkungan masyarakat luas.Dengan pengenalan lingkungan
maka sejakdini anak sudah mengetahui bahwa dia
memiliki lingkungan sosial yangluas, tidak hanya terdiri dari
orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
- Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan
denganmanifestasi darikepribadian seseorang, namun
sebenarnya tidak. Karena apa yang tampiltidak selalu
menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku
yangsebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi
remaja untuk tidakmenilaiseseorang berdasarkan
penampilan semata, sehingga orang yang
memilikipenampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Di
sinilah pentingnyaorang tua memberikan penanaman nilai-
nilai yang menghargai harkat danmartabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi
ataupenampilan.
- Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian
diri, maka sejakawalanak diajarkan untuk lebih memahami
dirinya sendiri (kelebihandankekurangannya) agar ia
mampu mengendalikan dirinya sehingga dapatbereaksi
secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja
mudahmenyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas
orang tua / pendidikan adalah membekali diri anak dengan
membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang
lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb.Dengan
cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau
umpan balik dari orang lain / kelompok, mudah membaur
dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi
sehingga mudah diterima oleh orang lain /kelompok.
Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan social dipengaruhi berbagai faktor, antara lain
faktor keluarga, lingkungan,serta kemamapuan
dalampenyesuaian diri.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di
kalangan guru.
Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan
hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian
mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tujuan lainnya
adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan
materi pelajaran yang mereka terima. Dengan berpikir kritis, siswa diharapkan
mampu menemukan solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada.
Pengertian Problem Solving Method sendiriadalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan


usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya.
menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa: “Metode problem solving
(metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan”

Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara


penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111)
menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan
penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya
suatu masalah secara menalar.

A. Tempat, Waktu dan Subjk Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
akan dilaksanakan di SMP Negeri 5 Cimahi
2. Waktu Peneltian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2015/2016
pada semseter ganjil bulan September 2015.
3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII Tahun Pelajaran
2015/2016 pada mata pelajaran IPS
B. Tahap Pelaksanaan
1. Perencanaan
Peneliti melakukan identifikasi kesulitan siswa dalam memahami
materi pembelajaran IPS
2. Tindakan (action)
- Menyusun RPP, Lembar Kegiatan Siswa, angket, lembar observasi
dan dokumentasi
- Sebelum masuk kedalam pembelajaran ,pendidik menyempaikan
tujuan dan manfaat pembelajaran kepada peserta didik .
3. Observasi (observation)
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a) keaktifan belajar
siswa, b) hasil belajar siswa, c) respon siswa terhadap proses
pembelajaran IPSdan c) keterampilan sosial siswa
- Observasi dilakukan di dalam kelas pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung yang didasarkan pada perhatian siswa,
keberanian dalam bertanya, menjawab, mengemukakan
pendapat/menyangah, dan pelaksanaan tugas.
- Mengadakan analisis hasil evaluasi belajar untuk melihat tingkat
keberhasilan dalam sub tindakan tersebut melalui penggunaan
pendekatan problem solving
4. Refleksi (reflection)
- Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di
dalam kelas. Refleksi dilakukan mengarah pada perbaikan
tindakan-tindakan selanjutnya. Refleksi untuk tindakan yang akan
datang mencakup kreatifitas siswa,pembuatan test, aktivitas
siswa, keaktifan siswa dan ketarampilan keterampilan berpikir
kritis. Setelah refleksi, selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan
pada perencanaan tindakan selanjutnya untuk meningkatkan
kemampuan belajar secara mandiri.
- Mengadakan analisis keberhasilan dan keefektifan penerapan
Problem Solving Method terhadap siswa yang apatis/kurang aktif
di kelas
- Mengadakan evaluasi, berdasarkan hasil dari test yang diperoleh ,
pendidik mengevaluasi pemahaman peserta didik sampai di mana
kemampuan peserta didik tersebut.
- Memaparkan kekurangan dan kelebihan dari metode problem
solving method berdasarkan observasi dan evaluasi yang telah
dilakukan

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakn dalam penelitian ini adalah melalui
metode diskusi. Setiap anggota kelompok harus berbicara
mengemukakan pemikirannya baik itu bertanya, menjawab, menyanggah,
dan berpendapat.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Merupakan seperangkat pembelajarn yang digunakan sebagai
pedoman oleh guru dalam mengajar. RPP disusun berdasarkan model
pembelajaran problem solving method terkait materi yang
disampaikan selama pertemuan.
2. Lembar Observasi siswa

Keterangan:
Skor
Sangat aktif :5
Aktif :4
Cukup aktif :3
Kurang aktif :2
Sangat kurang aktif :1
3. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
terhadap proses pembelajaran, cara guru mengajar, evaluasi, dan
suasana pembelajaran.
4. Lembar Kegiatan Siswa
LKS adalah lembar yang berisi serangkaian kegiatan atau tugas yang
harus dilakukan oleh siswa untuk menunjang proses belajarnya guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran
5. Dokumentasi
Dokumen yang diambil dalam penelitian ini antara lain, adalah foto
saat proses berlangsungnya pembelajaran, silabus sekolah, dan hasil
ujian siswa pada materi sebelumnya.

D. Metode Pengumpulan Data


Sesuai dengan instrument yang telah dipilih, maka metode yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah :
1. Metode Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta
didik. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
secara individu dan kelompok
2. Metode Observasi
Lembar observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi
adalah mengamati secara langsung melalui penglihatan. Disini guru
melakukan pengamatan terhadap segala fenomena yang muncul pada
setiap pembelajaran. Dalam hal ini tentang aktifitas peserta didik dan
pengelolaan pembelajaran.
3. Metode Angket
Angket diberikan untuk memperoleh data tentang penilaian peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung. Angket digunakan
untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran
bahasa IPS menggunakan metode pembelajaran Problem solving
method.
E. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan bersama dengan pelaksanaan
penelitian pada saat proses pembelajaran. Pelaku pengumpulan data
adalah peneliti.
Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil tes
dan data yang berhubungan dengan siswa pada saat pembelajaran.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar
kegiatan siswa dan lembar angket. Hasil pengamatan diperoleh dari
pengamatan terhadap lembar observasi siswa, sedangkan hasil angket
diperoleh dari analisis lembar angket.
Dari hasil pengamatan dalam pelaksanaan penerapan metode
pembelajaran Problem Solving Method akan diperoleh data sebagai
berikut:
1. siswa terlihat aktif dalam pembelajaran.
2. siswa berani bertanya dan dapat menjawab pertanyaan guru.
3. guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran.
4. nilai rata-rata kelas dari hasil tes meningkat.
5. jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dan yang belum tuntas
jumlahnya menurun.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan
cara memberikan evaluasi berupa soal tes lisan atau pertanyaan rebutan
pada setiap akhir putaran yang dicatat dlam lembar observasi siswa.
Penerapan Problem Solving Method Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Melatih
Keterampilan SosialSiswa

KEAKTIFAN SISWA PEMBELAJARAN IPS KETERAMPILAN SOSIAL

PERENCANA
KONDISI EVALUASI
AN
AWAL

ANALISIS HASIL

GURU
SISWA TINDAKAN
-hanya kelebihan kekurangan
-pasif
menggunakan
-kurang metode ceramah
antusias Penerapan
-terpaku pada
-menguasai buku Problem Solving
teori, namun Method dalam Siswa aktif Siswateram
-kesulitan
kurang pembelajaranKeterampilan
di pil
mengatasi siwa keaktifan
diaplikasikan kelas sosial
yang kurang
dalam aktivitas
antusias dalam
sehari-hari
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai