Anda di halaman 1dari 14

Nama : Krisantus Rano

NIM : 2010322359
Prodi : Agribisnis
Reg :A

1. Penerapan Problem Solving Method Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan


Keaktifan Dan Keterampilan Sosial Siswa.

2. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan
ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4).Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu
sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan
didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa “secara mendasar
pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku
dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi
kebutuhan materinya, memenuhi kehidupan budayanya, kebutuhan kejiwaannya,
pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan
pememerintahannya dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan
masyarakat manusia.
Dapat disimpulkan jika IPS merupakan disiplin-disiplin ilmu sosial yang diintegrasi dari
berbagai cabang ilmu sosial seperti: geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan sejarh
yang mempelajari masalah-masalah sosial.
Dalam pembelajaran IPS khususnya di SMP,dimana IPS dintegrasikan menjadi satu
mata pelajaran (tidak seperti di SMA yang dipisah menjadi beberapa mata pelajaran seperti
Geografi, Sejarah dan sebagainya), IPS masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan
banyak menghafal. Anggapan itu muncul karena IPS terdiri dari berbagai cabang disiplin
ilmu dan diikat menjadi satu mata pelajaran sehingga siswa merasa bahwa IPS terlalu
banyak materi dan hal itu menjadi beban bagi mereka karena itu berarti banyak pula materi
yang harus mereka hapal. Tidak heran jika dalam pembelajaran IPS biasanya terdapat satu
atau lebih siswa yang cenderung bosan, pasif, dan tidak tertarik dengan materi yang
disampaikan.
Masalah lainnya adalah, siswa mungkin pandai dalam menguasai materi tapi dalam
implementasiya dalam kehidupan sehari-hari mereka kurang peduli. Dalam dunia
pendidikan, IPS masih dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang penting jika
dibandingkan dengan IPA. Mata pelajaran IPA lebih banyak dimintai daripada IPS. Hal in
tentu saja tidak benarkarena IPA dan IPS mempunyai objeknya masing-masing. Jika IPA
berfokus pada lingkungan alam maka IPS lebih kepada masalah lingkungan sosial
masyarakat.

1. Problem Solving Method


a) Pengertian Problem Solving Method
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untukdipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Penyelesaian masalah
merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk
menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111)
menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan
penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu
masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada
metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi
juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Ada beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode
pemecahan masalah yaitu:
- Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman
video dan lain – lain
- Bersifat familiar dengan siswa
- Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
- Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai
kurikulum yang berlaku
- Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan masalah
banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan
metode ini guru tidak memberikan informasi dulu tetapi informasi diperoleh
siswa setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah
berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau
pengamatan.
Suatu soal dapat dipandang sebagai “masalah” merupakan hal yang sangat
relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang, bagi orang lain
mungkin hanya merupakan hal yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu
berhati-hati dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai pemecahan
masalah. Bagi sebagian besar guru untuk memperoleh atau menyusun soal yang
benar-benar bukan merupakan masalah rutin bagi siswa mungkin termasuk
pekerjaan yang sulit. Akan tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain melalui
pengalaman dalam menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah,
tingkat kesulitan, serta tuntutan kemampuan intelektual yang ingin dicapai atau
dikembangkan pada siswa.Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari
pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa
mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran
problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan
siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan
penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang
diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan
membuat kesimpulan.
b) Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar
mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut
Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara
lain :
- Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan,
serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
- Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin
bertambah
- Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam
situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam
berbagai macam ragam altenatif
- Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara
berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun
kelompok
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai
berikut.
- Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
- Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa.
- Potensi intelektual siswa meningkat.
- Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.
c) Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
- Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu
melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak
kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
- Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti
beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang
lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

d) Tahapan-tahapan Problem solving


Adapun ringkasan dari buku How To Solve It karya George Polka,
disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:
- Memahami masalah
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana
memilah kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya pemahaman terhadap
masalah yang diberikan, siswa tidak mampu ujung masalah tersebut
menyelesaikan dengan benar.
- Menyusun rencana
Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui.
Apakah pernah problem yang mirip? Setelah siswa dapat memahami
masalahnya dengan benar, mereka selanjutnya harus mampu menyusun
rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat
tergantung pada pengalaman menyelesaikan masalah siswa dalam,. pada
umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa
lebih dalam, menyusun rencana kreatif penyelesaian suatu masalah.
- Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan
seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar. dan Jika rencana
penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak,
selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai rencana dengan yang
paling tepat dianggap.
- Melakukan pengecekan
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat. Dan langkah terakhir dari
proses penyelesaian masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan
atas apa yang telah mulai dari dilakukan fase pertama sampai fase
penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang
tidak njaluk dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan
(menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban),
sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya
layak disebut dengan “Bapak problem solving .”
2. Keaktifan siswa dalam belajar
a) Pengertian keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi Gage and Berliner
(dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 45). Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang
diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi,
merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis,
menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Ahmadi (1978:57)membagi keaktifan menjadi dua yaitu keaktifan jasmani
dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani yaitu murid berbuat dengan
seluruh anggota badannya, seperti membuat sesuatu, bermain maupun
bekerja. Jaditidak hanya duduk melihat, mendengarkan dan pasif semata.
Dari teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah siswa
aktif mengolah informasi yang diterima dan berusaha dengan seluruh
anggota badannya untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari
danmenentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
b) Indikator Keaktifan
Menurut Sudjana (2010 :61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
- Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
- Terlibat dalam pemecahan masalah
- Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak
memahamipersoalan yang dihadapinya
- Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan
masalah
- Melaksanakan diskusi kelompok
- Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya
- Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya
- Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya
c) Asas Keaktifan
Menurut Sriyono, dkk (1992 : 76) bahwa asas kaktifan meliputi :
- Segi Keaktifan, yaitu keaktifan siswa dalam mencoba dan mengerjakan
sesuatu.
- Segi Pengamatan
- Segi Berfikir
- Segi Kejiwaan
Berdasarkan uraian di atas keaktifan dapat diartikan bahwa partisipasi
aktif dalam suatu kegiatan belajar yang meliputi seluruh aspek yaitu jasmani dan
rohani.
d) Faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa
Menurut Muhibbin Syah (2012:146), ada tiga faktor yang mempengaruhi
keaktifan siswa dalam belajar yaitu faktor internal (dari dalam diri siswa sendiri),
faktor eksternal (dari luar diri siswa), faktor pendekatan belajar (approach to
learning).
Faktor internal berasal dalam diri siswa itu sendiri, aspek yang meliputi adalah
sebagai berikut:
- Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani yang menandai tingkat
kebugaran tubuh dan sendi-sendinya, kesehatan jasmani dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
- Aspek psikologis, yaitu semua keadaan dan fungssi pikologis tentu saja sangat
mempengaruhi aktifnya siswa dalam belajar. Adapun faktor psikologis yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:
- Intelegensi (IQ), tingkat kecerdasan atau IQ siswa tidak dapat diragukan lagi
dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan siswa dalam belajar, semakin
tinggi IQ siswa tersebut akan semakin besar peluang dalam pencapaian
keberhasilan belajarnya.
- Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu obyek.
- Bakat adalah potensi atau kecakapan yang dibaa sejak lahir yang berguna
untuk mencapai hasil tertentu sesuai dengan kemampuan.
- Minat adalah hasrat atau keinginan yang tinggi terhadap suatu hal.
- Motivasi adalah kondisi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu
lingkungan sekitar siswa. Yang termasuk faktor eksternal diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Lingkungan sosial, yang meliputi guru dan karyawan sekolah, teman sebaya,
dan masyarakat sekitar siswa.
- Lingkungan non sosial, yang meliputi rumah tempat tinggal siswa, letak
gedung sekolah, alat sekolah, dan kondisi cuaca serta waktu belajar siswa.
- Faktor pendekatan belajar merupakan strategi dan cara belajar yang digunakan
siswa dalam menunjang keberhasilan belajar.
3. Keterampilan Sosial
a) Pengertian keterampilan sosial
Banyak pengertian keterampilan sosial (Social Skill) yang dikemukakan para ahli.
- Merrel (2008) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill)
sebagai perilaku spesifik, inisiatif, mengarahkan pada hasil sosial yang
diharapkan sebagai bentuk perilaku seseorang.
- Combs & Slaby (Gimpel dan Merrell, 1998) memberikan pengertian
keterampilan sosial (Social Skill) adalah kemampuan berinteraksi dengan
orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat
diterima secara social maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna bagi
dirinya dan orang lain.
- Hargie et.al (1998) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill)
sebagai kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain
baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang
dipelajari.Keterampilan sosial (Social Skill) akan mampu mengungkapkan
perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa
harus melukai orang lain.
- Libet dan Lewinsohn (Cartledge dan Milburn, 1995) memberikan pengertian
keterampilan sosial (Social Skill) sebagai kemampuan yang kompleks untuk
menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh
lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh
lingkungan.
- Kelly (Gimpel dan Merrel, 1998) memberikan keterampilan sosial (Social
Skill) sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu
pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan.
- Matson (Gimpel dan Merrel, 1998) mengatakan bahwa keterampilan sosial
(Social Skill), baik secara langsung maupun tidak membantu seseorang untuk
dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-
norma yang berlaku di sekelilingnya Keterampilan-keterampilan sosial
tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan
orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat
atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau
menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ketrampilan sosial merupakan suatu kemampuan mengatur
pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai dan memelihara hubungan atau
interaksi dengan lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan
norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi. Secara umum, ketrampilan
sosial ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk perilaku: pertama, perilaku yang
berhubungan dengan diri sendiri (bersifat intrapersonal) seperti mengontrol emosi,
menyelesaikan permasalahan sosial secara tepat, memproses informasi dan
memahami perasaan orang lain; kedua, perilaku yang berhubungan dengan orang
lain (bersifat interpersonel) seperti memulai interaksi dan komunikasi dengan
orang lain; dan ketiga perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti
mematuhi peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru.
b) Arti Penting Ketrampilan Sosial
Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan 6 hasil penting dari
memilikiketerampilan sosial, yaitu:
- Perkembangan Kepribadian dan Identitas
Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitaskarena
kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannyadengan
orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain,individu
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.Individu yang
rendah dalam keterampilan interpersonalnya dapatmengubah hubungan
dengan orang lain dan cenderung untukmengembangkan pandanagn yang
tidak akurat dan tidak tepat tentangdirinya.
- Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, danKesuksesan Karir
Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan
kerja,produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan
umumyang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Keterampilan yang
palingpenting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih
tinggi,mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain,
mengatasisituasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan
orang lainyang berhubungan dengan dunia kerja.
- Meningkatkan Kualitas Hidup
Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dariketerampilan
sosial karena setiap individu membutuhkan hubungan yangbaik, dekat, dan
intim dengan individu lainnya.
- Meningkatkan Kesehatan Fisik
Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhikesehatan
fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas
tinggiberhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan
cepatdari sakit.
- Meningkatkan Kesehatan Psikologis
Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuatdipengaruhi
oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain.Ketidakmampuan
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yangpositif dengan orang
lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi,frustasi, dan kesepian. Telah
dibuktikan bahwa kemampuan membangunhubungan yang positif dengan
orang lain dapat mengurangi distresspsikologis, yang menciptakan
kebebasan, identitas diri, dan harga diri.
- Kemampuan Mengatasi Stress
Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki keterampilansosial
adalah kemampuan mengatasi stress. Hubungan yang salingmendukung
telah menunjukkan berkurangnya jumlah penderita stress danmengurangi
kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individudalam mengatasi
stress dengan memberikan perhatian, informasi, danfeedback.
c) Ciri-ciri Ketrampilan Sosial
Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell,
1998)mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:
- Perilaku Interpersonal
Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkutketerampilan yang
digunakan selama melakukan interaksi sosial yangdisebut dengan
keterampilan menjalin persahabatan.
- Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri
Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengaturdirinya sendiri
dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapistress, memahami
perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dansebagainya.
- Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis
Berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasibelajar di
sekolah,seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaansekolah
dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
- Penerimaan Teman Sebaya
Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilansosial
yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karenamereka
tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku
yangdimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat
menangkapdengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
- Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungansosial yang
baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadaplawan bicara,
dan menjadi pendengar yang responsif.
Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial,
menurutEisler dkk (L‟Abate & Milan, 1985) adalah orang yang berani
berbicara,memberi pertimbangan yang mendalam, memberikan respon yang
lebih cepat,memberikan jawaban secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang
dapatmeyakinkan orang lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan
timbal balik,serta lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya. Sementara
Philips (dalamL‟Abate & Milan, 1985) menyatakan “Ciri-ciri individu yang
memilikiketerampilan sosial meliputi: proaktif, prososial, saling memberi dan
menerimasecara seimbang”.
d) Dimensi Ketrampilan Sosial
Caldarella dan Merrell (dalam Gimpel & Merrell, 1998)
mengemukakan 5(lima) dimensi paling umum yang terdapat dalam keterampilan
sosial, yaitu:
- Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation), ditunjukkanmelalui
- perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji ataumenasehati
orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, danbermain bersama
orang lain.
- Manajemen diri (Self-management), merefleksikan remaja yang
memilikiemosional yang baik, yang mampu untuk mengontrol
emosinya,mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat
menerimakritikan dengan baik.
- Kemampuan akademis (Academic), ditunjukkan melalui pemenuhan tugas
secara mandiri, menyelesaikan tugas individual,menjalankan arahan guru
dengan baik.Kepatuhan (Compliance), menunjukkan remaja yang dapat
mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu dengan baik,
danmembagikansesuatu.
- Perilaku assertive (Assertion), didominasi oleh kemampuan-
kemampuanyang membuat seorang remaja dapat menampilkan perilakuyang
tepat dalam situasi yang diharapkan.
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketrampilan Sosial
Hasil studi Davis dan Forsythe (Mu‟tadin, 2006), terdapat 8 aspek
yangmempengaruhi keterampilan sosial dalam kehidupan remaja, yaitu:
- Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak
dalammendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak
dalamkeluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi
terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
tidakharmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan
psikisyang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan
sosialnya.Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah
menciptakansuasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja
dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun
saudarasaudaranya.Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan
orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi.
Sebaliknya komunikasi yangkaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas,
dan sebagainya hanya akan memunculkan berbagai konflik yang
berkepanjangan sehingga suasanamenjadi tegang, panas, emosional, sehingga
dapat menyebabkan hubungansosial antara satu sama lain menjadi rusak.
- Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan
lingkungan.Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik
(rumah,pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga).Lingkungan juga
meliputilingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan
sekolahdan lingkungan masyarakat luas.Dengan pengenalan lingkungan
maka sejakdini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan
sosial yangluas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan
nenek saja.
- Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan denganmanifestasi
darikepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang
tampiltidak selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku
yangsebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk
tidakmenilaiseseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang
yang memilikipenampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah
pentingnyaorang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai
harkat danmartabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti
materi ataupenampilan.
- Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka
sejakawalanak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri
(kelebihandankekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya
sehingga dapatbereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja
mudahmenyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua /
pendidikadalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk
menerimadirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui
kesalahannya, dsb.Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima
kritik atau umpanbalik dari orang lain / kelompok, mudah membaur dalam
kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima
oleh orang lain /kelompok.
Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan social
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan,
sertakemamapuan dalampenyesuaian diri.

Menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis
reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek
pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.
Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan materi pelajaran yang mereka terima.
Dengan berpikir kritis, siswa diharapkan mampu menemukan solusi untuk memecahkan
masalah-masalah yang ada.
Pengertian Problem Solving Method sendiriadalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama.

Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk
menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara
(2006 : 103) bahwa: “Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan”

Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan
menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya
suatu masalah secara menalar.

A. Tempat, Waktu dan Subjk Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 5
Cimahi
2. Waktu Peneltian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2015/2016 pada semseter ganjil
bulan September 2015.
3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII Tahun Pelajaran 2015/2016 pada mata
pelajaran IPS
B. Tahap Pelaksanaan
1. Perencanaan
Peneliti melakukan identifikasi kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPS
2. Tindakan (action)
- Menyusun RPP, Lembar Kegiatan Siswa, angket, lembar observasi dan dokumentasi
- Sebelum masuk kedalam pembelajaran ,pendidik menyempaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran kepada peserta didik .
3. Observasi (observation)
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a) keaktifan belajar siswa, b) hasil
belajar siswa, c) respon siswa terhadap proses pembelajaran IPSdan c) keterampilan sosial
siswa
- Observasi dilakukan di dalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung
yang didasarkan pada perhatian siswa, keberanian dalam bertanya, menjawab,
mengemukakan pendapat/menyangah, dan pelaksanaan tugas.
- Mengadakan analisis hasil evaluasi belajar untuk melihat tingkat keberhasilan dalam sub
tindakan tersebut melalui penggunaan pendekatan problem solving
4. Refleksi (reflection)
- Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas. Refleksi
dilakukan mengarah pada perbaikan tindakan-tindakan selanjutnya. Refleksi untuk
tindakan yang akan datang mencakup kreatifitas siswa,pembuatan test, aktivitas siswa,
keaktifan siswa dan ketarampilan keterampilan berpikir kritis. Setelah refleksi, selanjutnya
dilakukan perbaikan-perbaikan pada perencanaan tindakan selanjutnya untuk
meningkatkan kemampuan belajar secara mandiri.
- Mengadakan analisis keberhasilan dan keefektifan penerapan Problem Solving Method
terhadap siswa yang apatis/kurang aktif di kelas
- Mengadakan evaluasi, berdasarkan hasil dari test yang diperoleh , pendidik mengevaluasi
pemahaman peserta didik sampai di mana kemampuan peserta didik tersebut.
- Memaparkan kekurangan dan kelebihan dari metode problem solving method
berdasarkan observasi dan evaluasi yang telah dilakukan

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakn dalam penelitian ini adalah melalui metode diskusi. Setiap
anggota kelompok harus berbicara mengemukakan pemikirannya baik itu bertanya,
menjawab, menyanggah, dan berpendapat.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Merupakan seperangkat pembelajarn yang digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam
mengajar. RPP disusun berdasarkan model pembelajaran problem solving method terkait
materi yang disampaikan selama pertemuan.
2. Lembar Observasi siswa

Keterangan:
Skor
Sangat aktif :5
Aktif :4
Cukup aktif :3
Kurang aktif :2
Sangat kurang aktif :1
3. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap terhadap proses
pembelajaran, cara guru mengajar, evaluasi, dan suasana pembelajaran.
4. Lembar Kegiatan Siswa
LKS adalah lembar yang berisi serangkaian kegiatan atau tugas yang harus dilakukan oleh
siswa untuk menunjang proses belajarnya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
5. Dokumentasi
Dokumen yang diambil dalam penelitian ini antara lain, adalah foto saat proses
berlangsungnya pembelajaran, silabus sekolah, dan hasil ujian siswa pada materi
sebelumnya.

D. Metode Pengumpulan Data


Sesuai dengan instrument yang telah dipilih, maka metode yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah :
1. Metode Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik. Tes yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar secara individu dan kelompok
2. Metode Observasi
Lembar observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi adalah mengamati secara langsung
melalui penglihatan. Disini guru melakukan pengamatan terhadap segala fenomena yang
muncul pada setiap pembelajaran. Dalam hal ini tentang aktifitas peserta didik dan
pengelolaan pembelajaran.
3. Metode Angket
Angket diberikan untuk memperoleh data tentang penilaian peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik
terhadap pembelajaran bahasa IPS menggunakan metode pembelajaran Problem solving
method.
E. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan bersama dengan pelaksanaan penelitian pada saat proses
pembelajaran. Pelaku pengumpulan data adalah peneliti.
Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil tes dan data yang
berhubungan dengan siswa pada saat pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah lembar kegiatan siswa dan lembar angket. Hasil pengamatan
diperoleh dari pengamatan terhadap lembar observasi siswa, sedangkan hasil angket
diperoleh dari analisis lembar angket.
Dari hasil pengamatan dalam pelaksanaan penerapan metode pembelajaran Problem
Solving Method akan diperoleh data sebagai berikut:
1. siswa terlihat aktif dalam pembelajaran.
2. siswa berani bertanya dan dapat menjawab pertanyaan guru.
3. guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
4. nilai rata-rata kelas dari hasil tes meningkat.
5. jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dan yang belum tuntas jumlahnya menurun.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses
belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa
soal tes lisan atau pertanyaan rebutan pada setiap akhir putaran yang dicatat dlam lembar
observasi siswa.

3. Soal-soal:
1. Jelaskan apa itu Penerapan Problem Solving Method Dalam Pembelajaran IPS?
2. Apa manfaat dari Penelitain Penerapan Problem Solving Method Dalam Pembelajaran
IPS?
3. sebutkan beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah
pada Penerapan Problem Solving Method Dalam Pembelajaran IPS?
4. Apa Tujuan dari pembelajaran problem solving?
5. Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)?

Jawaban?
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan
dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,
antropologi dan ekonomi.

2. 1. Sekolah, sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar


siswa khususnya pada mata pelajaran IPS
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang
dapat memberikan manfaat bagi siswa.
3. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling
peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar,
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dan melatih
keterampilan sosial siswa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pembaca, untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya agar leih baik
5. Penulis, sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peulis untuk dijadikan
pembelajaran dan pengalaan agar lebih baik kedepannya dalam menyusun
laporan.
3. - Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman video
dan lain – lain
- Bersifat familiar dengan siswa
- Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
- Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum
yang berlaku
- Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari
4. - Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta
dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
- Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan
bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
- Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam
situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam
berbagai macam ragam altenatif
- Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir
objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok.
5. - Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun
keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa
untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan
masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang
perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan
dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
- Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti
beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam
pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

4. Soal Hal 93
1. a. Eceng Gondok
b. untuk mengetahui daya serap eceng gondok terhadap logam pencemar, penelitian ini akan
ditempuh dengan pengambilan sampel eceng gondok di lokasi tertentu di waduk tersebut
selama empat seri waktu yang berbeda.
c. Dengan cara pengambilan data penelitian (yaitu wujud data dan langkah-langkah
pengambilan sampling). Adapun teknik menyangkut teknik pengumpulan data (yaitu teknik
sampling) dan teknik analisis data (yaitu pengukuran kandungan logam pencemar pada
eceng gondok dan identifikasi karakteristik fisika-kimia debit air). Akan tetapi perlu
digarisbawahi bahwa pada Tahapan Pendahuluan, pendekatan/metode/teknik itu baru
disebutkan, belum diuraikan lebih jauh. Uraian yang lebih memadai disajikan pada Tahapan
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka (untuk pendekatan yang mencerminkan paradigma
teori) dan pada Tahapan Metodologi Penelitian (untuk metode dan teknik pengambilan data
dan atau analisis data).
2. Hubungannya adalah sama-sama penelitian.
3. Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu: Untuk menguji teori, ... Sebagai
pedoman untuk mengarahkan penelitian, Memberikan kerangka untuk menyusun
kesimpulan yang akan dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai