Anda di halaman 1dari 10

PROBLEM BASED LEARNING

Model pembelajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey. Model ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan ikuiri. Menurut Dewey belajar berdasakan masalah
adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan member masukan kepada siswa berupa bantuan
dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa
bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.
Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa
menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan
berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimuali dengan menyajikan permasalahan
nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara para siswa. dalam
model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana
kelas yang flesibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

1. Hakikat masalah dalam SPBM


Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Jawaban dari masalah
tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan
jawaban. Dengan demikian SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk
bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingn dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis ntuk menemukan alternative
pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topic tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat
bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Ciri-ciri khusus pembelajaran berdasarkan masalah (PBL)


Menurut Arends dalam Tohirin (2009: 93) beberapa karakteristik pembelajaran
berdasarkan masalah sebagai berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. mereka
mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan masalah. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari
banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
meakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah
nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya dalam bentuk karya nyata atau artefak
dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat. Karya nyata dan
peragaan, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-
temannya yang lain tentang apa yang merek pelajari dan menyediakan suatu
alternative segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu dnegan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil.
3. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
1. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat
materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional
siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara
objektif.
3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta
membuat tantangan intelektual siswa.
4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antra teori dengan kenyataan).
4. Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah
Tujuan pembelajan berdasarkan masalah bagi siswa antara lain:
a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah.
b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
c. Menjadi pembelajar yang mandiri.
5. Manfaat pembelajaran berdasarkan masalah
Menurut Sudjana dalam Tohirin (2009: 96) manfaat khusus yang diperoleh
dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu
para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran.
Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.
6. Karakteristik PBM
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan
karakteristik dari PBM, yaitu :
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana
siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya
dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan
yang jelas.
e. Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun
begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong
siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
7. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah
Menurut Barret (2005)dalam pelaksanaan Problem Based Learning (PBL)
memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan langkah pembelajarannya, beliau menjelaskan
langkah-langkah pelaksanaan PBL sebagai berikut :
1. Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari pengalaman
siswa)
2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-hal berikut.
a. Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan,
b. Mendefinisikan masalah,
c. Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki,
d. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah,
e. Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus
diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di
perpustakaan, database, internet, sumber personal atau melakukan observasi
4. Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk melakukan tukar informasi,
pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam menyelesaikan masalah.
5. Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
6. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan
pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh
siswa serta bagaiman peran masing-masing siswa dalam kelompok.
8. Keunggulan dan kelemahan SPBM
a. Keunggulan strategi pembelajaran SPBM antara lain :
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami
isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun prose belajarnya.
6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku
saja.
7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-
menerus belaajr sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
b. Kelemahan SPBM yaitu :
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari suliti untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
9. Tahapan-tahapan SPBM
John Dewey menjelaskan enam langkah SPBM yang kemudian dia namakan
metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
b. Menganalisa masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dnegan pengetahauan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Sumber:
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada
Media.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Tema :
Sub Tema :
Topik      : Bullying Atau Kekerasan Antar Siswa Di Sekolah
Kelas      : VII.1 SMP
Metode   : Problem Based Learning (PBL)
Waktu    : 2 X 40 Menit (2x pertemuan)
Jumlah Siswa : 36 siswa

1. Kegiatan Awal
Guru BK yang telah memasuki kelas terlebih dahulu mengucapkan salam, lalu
mengajak siswa berdoa, dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa melalui
daftar hadir. Setelah itu guru BK mempersiapkan siswa untuk menerima materi layanan
dengan meminta siswa menyiapkan alat tulis dan buku BK di atas meja mereka dengan
mengesampingkan buku-buku pelajaran lain agar para siswa dapat menerima materi
layanan dengan baik. Guru BK menyampaikan materi hari ini mengenai pemecahan
suatu masalah yang masalahnya akan disampaikan oleh guru BK. Selain itu guru BK
menyampaikan tujuan mempelajari topik tersebut agar siswa mampu menanggapai dan
menyelesaikan masalah yang berkenaan pada masalah yang disampaikan guru BK.
Selanjutnya guru BK dapat membagi seluruh siswa menjadi enam kelompok dimana
masing-masing setiap kelompok ada enam siswa. Guru Bk memberikan nama pada
masing-masing kelompok misalnya kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok
D, kelompok E, dan kelompok F. selanjutnya guru BK mencatat siapa saja anggota
pada masing-masing kelompok. Guru BK meminta siswa memutuskan setiap kelompok
harus ada ketua kelompok, sekretaris kelompok, dan reporter kelompok. Tugas ketua
kelompok yaitu menfasilitasi diskusi dan memastikan fokus diskusi, sekertaris
kelompok tugasnya mencatat hal penting yang terjadi di dalam diskusi, reporter
kelompok tugasnya mendengarkan hasil diskusi dan mempresentasikan kesimpulan
pada kelompok lain pada saat penyampaian hasil diskusi di forum diskusi kelas nanti.
2. Siswa diberi permasalahan oleh guru
Guru BK memastikan siswa benar-benar siap menerima materi pada hari ini.
Selanjutnya siswa diminta mempersiapkan diri menerima permasalahan yang akan
disampaikan oleh guru BK. Permasalahan yang akan disampaikan oleh guru BK
misalnya :
“Kasus perkelahian siswi-siswi SMP di Pati pada waktu lalu . Ulah Geng Nero
langsung menyadarkan masyarakat bahwa aksi kekerasan di sekolah ternyata tidak
hanya dilakukan oleh anak laki-laki. Kasus kekerasan di Pati justru dilakukan oleh para
pelajar putri. Dalam rekaman kamera handphone yang beredar di masyarakat,
kekerasan yang dilakukan oleh Geng Nero sungguh sangat memprihatinkan. Sementara
itu, kasus terbaru melibatkan para siswi SMA di Kupang. Beberapa pelajar putri terlibat
saling ejek, baku hantam, bahkan sampai bergulat yang bermula dari perbedaan selera
dan minat lagu di antara mereka.
Kekerasan fisik (antara lain pemukulan, penamparan, dll) dapat menimbulkan bekas
luka atau memar pada tubuh, bahkan dalam kasus tertentu dapat mengakibatkan
kecacatan permanen yang harus ditanggung seumur hidup oleh si korban, selain itu
kekerasan psikis (antara lain berupa tindakan mengejek atau menghina, mengintimidasi,
menunjukkan sikap atau ekspresi tidak senang, dan tindakan atau ucapan yang melukai
perasaan orang lain) dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, takut, tegang, bahkan
dapat menimbulkan efek traumatis yang cukup lama. Dampak lain yang timbul dari
efek bullying ini adalah menjadi pendiam atau penyendiri, minder dan canggung dalam
bergaul, tidak mau sekolah, stres atau tegang, sehingga tidak konsentrasi dalam belajar,
prestasi rendah dan dalam beberapa kasus yang lebih parah dapat mengakibatkan bunuh
diri. (http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/kekerasan-dalam-pendidikan
/mrdetail/ 14406/).”
Tugas siswa ialah memberikan tanggapan mengenai kasus yang dipaparkan,
memberikan sebeb terjadinya bullying bahkan memberikan solusi untuk mengatasi atau
mencegah perilaku bullying dari diri sendiri hingga lingkup sekolah. Permasalahan atau
contoh kasus yang disampaikan oleh guru BK tadi dapat ditampilkan menggunakan
media infocus atau ditulis di papan tulis atau bahkan di ketik dan dibagikan pada tiap
siswa, agar siswa memahami kasus yang telah diberikan.
3. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil
Setelah menyampaikan problem pada siswa, guru BK meminta setiap anggota
kelompok untuk membaca dan berpikir, merefleksi dan membicarakan ttg bahan
permasalahan (problem-statement) yang telah dikemukakan. Selanjutnya guru BK
dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pernyataan yang ada
pada kasus yang telah dipaparkan tersebut. Guru BK mempersilahkan anggota
kelompok bertukar pikiran mengenai problem yang telah diberikan berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki. Sehingga anggota kelompok dapat menetapkan hal-
hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, yang akhirnya anggota kelompok
dapat memutuskan atau menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah.
4. Siswa melakukan kajian secara independen
Setiap anggota kelompok melakukan kajian terhadap problem yang telah berkaitan
dengan masalah yang harus diselesaikan. Guru BK meminta siswa untuk
mengklarifikasi kasus permasalahan yang telah diberikan, sehingga setiap anggota
kelompok diperbolehkan mencari sumber di perpustakaan, database, internet, sumber
personal atau melakukan observasi berkenaan kasus bullying tersebut.

5. Siswa kembali kepada kelompok PBM


Setelah siswa mencari kajian secara independen, maka siswa dapat kembali kepada
kelompok PBL pada masing-masing kelompok untuk melakukan tukar informasi,
pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam menyelesaikan masalah atau
kasus yang diberikan. Siswa diperkenankan menuliskan hasil diskusi pada buku BK
mereka dan diminta mempersiapkan personil untuk menyampaikan hasil diskusi pada
kelas besar atau secara klasikal.
6. Siswa menyajikan hasil yang siswa temukan
Setelah waktu penyajian hasil tiba, guru BK mengkoordinir seluruh siswa untuk
menyiapkan personil kelompok mereka untuk menyajikan hasil diskusi mereka secara
klasikal. Sebelumnya guru BK dapat memastikan setiap kelompok telah memiliki
personilnya dengan memanggil setiap kelompok dan meminta anggota kelompok
menyebutkan siapa yang akan menyajika hasil diskusi mereka.
Guru BK dapat meminta setiap kelompok untuk mempersiapkan komentar mereka
terhadap hasil diskusi kelompok lain. Selanjutnya penyajian hasil diskusi dapat
dilakukan secara bergantian dari kelompok A hingga kelompok F. Setelah semua
kelompok menyajikan hasil diskusi mereka, maka selanjutnya guru BK dapat
mengkoordinir setiap kelompok untuk menyampaikan komentar mereka terhadap hasil
diskusi kelompok lain tersebut. Disini dapat terjadi interaksi antar kelompok dimana
respon dari kelompok lain dapat ditanggapi oleh kelompok asal. Guru BK menyikapi
kegiatan tersebut agar tidak terjadi ricuh di kelas.
7. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi
Selanjutnya guru BK evaluasi berkenaan dengan seluruh rangkaian kegiatan PBL
tersebut. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa
serta bagaiman peran masing-masing siswa dalam kelompok. Guru BK dapat
memberikan pujian pada seluruh kelompok yang telah berpartisipasi aktif
menyelesaikan tugas mereka, dan memberikan saran atau masukan pada beberapa siswa
yang dinilai belum maksimal memberikan pendapatnya pada diskusi kelompok
berkenaan pemecahan kasus yang diberikan. Hasil evaluasi tersebut dapat dimanfaatkan
guru BK agar siswa mengimplentasikan saran yang telah mereka peroleh.
8. Kegiatan akhir
Setelah jam pembelajaran BK atau seluruh rangkaian kegiatan telah dilakukan, siswa
dapat istirahat atau melakukan aktivitas lain. Guru BK dapat mengingatkan seluruh
siswa untuk dapat mengantisipasi perilaku bullying atau bahkan menjauhkan diri dari
perilaku bullying pada orang lain. Guru BK dapat mengakhiri kegiatan tersebut dengan
mengucapkan terimakasih dan memberikan salam pada seluruh siswa VII.1.

Sumber:
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada
Media.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai