Model pembelajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey. Model ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan ikuiri. Menurut Dewey belajar berdasakan masalah
adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan member masukan kepada siswa berupa bantuan
dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa
bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.
Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa
menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan
berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimuali dengan menyajikan permasalahan
nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara para siswa. dalam
model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana
kelas yang flesibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Sumber:
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada
Media.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Tema :
Sub Tema :
Topik : Bullying Atau Kekerasan Antar Siswa Di Sekolah
Kelas : VII.1 SMP
Metode : Problem Based Learning (PBL)
Waktu : 2 X 40 Menit (2x pertemuan)
Jumlah Siswa : 36 siswa
1. Kegiatan Awal
Guru BK yang telah memasuki kelas terlebih dahulu mengucapkan salam, lalu
mengajak siswa berdoa, dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa melalui
daftar hadir. Setelah itu guru BK mempersiapkan siswa untuk menerima materi layanan
dengan meminta siswa menyiapkan alat tulis dan buku BK di atas meja mereka dengan
mengesampingkan buku-buku pelajaran lain agar para siswa dapat menerima materi
layanan dengan baik. Guru BK menyampaikan materi hari ini mengenai pemecahan
suatu masalah yang masalahnya akan disampaikan oleh guru BK. Selain itu guru BK
menyampaikan tujuan mempelajari topik tersebut agar siswa mampu menanggapai dan
menyelesaikan masalah yang berkenaan pada masalah yang disampaikan guru BK.
Selanjutnya guru BK dapat membagi seluruh siswa menjadi enam kelompok dimana
masing-masing setiap kelompok ada enam siswa. Guru Bk memberikan nama pada
masing-masing kelompok misalnya kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok
D, kelompok E, dan kelompok F. selanjutnya guru BK mencatat siapa saja anggota
pada masing-masing kelompok. Guru BK meminta siswa memutuskan setiap kelompok
harus ada ketua kelompok, sekretaris kelompok, dan reporter kelompok. Tugas ketua
kelompok yaitu menfasilitasi diskusi dan memastikan fokus diskusi, sekertaris
kelompok tugasnya mencatat hal penting yang terjadi di dalam diskusi, reporter
kelompok tugasnya mendengarkan hasil diskusi dan mempresentasikan kesimpulan
pada kelompok lain pada saat penyampaian hasil diskusi di forum diskusi kelas nanti.
2. Siswa diberi permasalahan oleh guru
Guru BK memastikan siswa benar-benar siap menerima materi pada hari ini.
Selanjutnya siswa diminta mempersiapkan diri menerima permasalahan yang akan
disampaikan oleh guru BK. Permasalahan yang akan disampaikan oleh guru BK
misalnya :
“Kasus perkelahian siswi-siswi SMP di Pati pada waktu lalu . Ulah Geng Nero
langsung menyadarkan masyarakat bahwa aksi kekerasan di sekolah ternyata tidak
hanya dilakukan oleh anak laki-laki. Kasus kekerasan di Pati justru dilakukan oleh para
pelajar putri. Dalam rekaman kamera handphone yang beredar di masyarakat,
kekerasan yang dilakukan oleh Geng Nero sungguh sangat memprihatinkan. Sementara
itu, kasus terbaru melibatkan para siswi SMA di Kupang. Beberapa pelajar putri terlibat
saling ejek, baku hantam, bahkan sampai bergulat yang bermula dari perbedaan selera
dan minat lagu di antara mereka.
Kekerasan fisik (antara lain pemukulan, penamparan, dll) dapat menimbulkan bekas
luka atau memar pada tubuh, bahkan dalam kasus tertentu dapat mengakibatkan
kecacatan permanen yang harus ditanggung seumur hidup oleh si korban, selain itu
kekerasan psikis (antara lain berupa tindakan mengejek atau menghina, mengintimidasi,
menunjukkan sikap atau ekspresi tidak senang, dan tindakan atau ucapan yang melukai
perasaan orang lain) dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, takut, tegang, bahkan
dapat menimbulkan efek traumatis yang cukup lama. Dampak lain yang timbul dari
efek bullying ini adalah menjadi pendiam atau penyendiri, minder dan canggung dalam
bergaul, tidak mau sekolah, stres atau tegang, sehingga tidak konsentrasi dalam belajar,
prestasi rendah dan dalam beberapa kasus yang lebih parah dapat mengakibatkan bunuh
diri. (http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/kekerasan-dalam-pendidikan
/mrdetail/ 14406/).”
Tugas siswa ialah memberikan tanggapan mengenai kasus yang dipaparkan,
memberikan sebeb terjadinya bullying bahkan memberikan solusi untuk mengatasi atau
mencegah perilaku bullying dari diri sendiri hingga lingkup sekolah. Permasalahan atau
contoh kasus yang disampaikan oleh guru BK tadi dapat ditampilkan menggunakan
media infocus atau ditulis di papan tulis atau bahkan di ketik dan dibagikan pada tiap
siswa, agar siswa memahami kasus yang telah diberikan.
3. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil
Setelah menyampaikan problem pada siswa, guru BK meminta setiap anggota
kelompok untuk membaca dan berpikir, merefleksi dan membicarakan ttg bahan
permasalahan (problem-statement) yang telah dikemukakan. Selanjutnya guru BK
dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pernyataan yang ada
pada kasus yang telah dipaparkan tersebut. Guru BK mempersilahkan anggota
kelompok bertukar pikiran mengenai problem yang telah diberikan berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki. Sehingga anggota kelompok dapat menetapkan hal-
hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, yang akhirnya anggota kelompok
dapat memutuskan atau menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah.
4. Siswa melakukan kajian secara independen
Setiap anggota kelompok melakukan kajian terhadap problem yang telah berkaitan
dengan masalah yang harus diselesaikan. Guru BK meminta siswa untuk
mengklarifikasi kasus permasalahan yang telah diberikan, sehingga setiap anggota
kelompok diperbolehkan mencari sumber di perpustakaan, database, internet, sumber
personal atau melakukan observasi berkenaan kasus bullying tersebut.
Sumber:
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada
Media.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.