Anda di halaman 1dari 29

202

PENDAHULUAN
1

Halo Learnes! Problem-Based Learning merupakan salah satu


contoh metode pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma
konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar peserta didik
(Student Center). Metode ini berfokus kepada suatu permasalahan
baik yang nyata atau simulasi yang disajikan untuk peserta didik.
Lalu peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan
tersebut dengan melakukan serangkaian penelitian terhadap
masalah tersebut berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang
dipelajari. Problem-Based Learning dikenal juga sebagai suatu
metode pendidikan aktif yang bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman mendalam, pemecahan masalah, dan keterampilan
belajar mandiri siswa. Metode ini sering digunakan dalam konteks
pendidikan tinggi dan sekolah-sekolah yang lebih maju. PBL berfokus
pada penggunaan masalah dunia nyata atau studi kasus sebagai
pusat dari pengalaman belajar siswa.

TUJUAN

Setelah mempelajari materi “Problem-Based Learning” dalam


bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Mengetahui tentang Problem Based Learning.


2. Mengetahui tujuan dari Problem Based Learning.
3. Mengetahui ciri-ciri Problem Based Learning.
4. Mengetahui karakteristik Problem Based Learning.

203
5. Mengetahui proses pembelajaran pada Problem Based
Learning.
6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari Problem
Based Learning.

URAIAN MATERI

Pengertian Belajar Berbasis Masalah

Problem-Based Learning adalah suatu pendekatan


pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. Problem-Based Learning (PBL) atau Belajar Berbasis
Masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada pemecahan masalah atau yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai inti dari proses pembelajaran. Metode ini
didasarkan pada ide bahwa siswa akan belajar lebih efektif saat
mereka dihadapkan pada masalah yang nyata dan kompleks
yang harus mereka pecahkan. Dalam PBL, pembelajaran dimulai
dengan menyajikan suatu masalah yang menarik dan relevan
kepada siswa, dan mereka bekerja sama untuk mencari solusi
untuk masalah tersebut. Metode ini berorientasi kepada Student
Center Learning. Definisi pendekatan belajar berbasis masalah
(problem-based learning) adalah suatu lingkungan belajar dimana
masalah mengendalikan proses belajar mengajar. Dalam
pengertian lain bahwa proses pembelajaran akan berlangsung jika
ada masalah yang perlu dipecahkan bersama.

204
Pada prakteknya, Problem-Based Learning berfokus kepada
suatu permasalahan baik nyata atau simulasi. Kemudian peserta
didik diminta memecahkan masalah tersebut dengan melakukan
penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep dan prinsip
yang dipelajarinya. Dimana Problem-Based Learning (PBL) berfokus
pada beberapa aspek penting yang mencakup pemahaman
mendalam, pemecahan masalah, kolaborasi, dan pembelajaran
mandiri. Berikut adalah fokus utama dari PBL dalam
implementasinya:

1) Pemahaman Mendalam Konsep:

PBL bertujuan untuk memungkinkan siswa mencapai


pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep yang
terkait dengan masalah yang sedang dipelajari. Ini tidak hanya
mencakup pemahaman konsep secara teoritis tetapi juga
bagaimana konsep tersebut dapat diterapkan dalam konteks
dunia nyata.
2) Pemecahan Masalah Aktif:

PBL menekankan pengembangan keterampilan pemecahan


masalah siswa. Siswa diajak untuk merumuskan pertanyaan,
mencari informasi, menganalisis data, merancang solusi, dan
menguji strategi pemecahan masalah mereka sendiri. PBL
memungkinkan siswa untuk mengalami proses pemecahan
masalah yang nyata.

3) Kolaborasi dan Komunikasi:

PBL mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok


atau tim. Kolaborasi adalah kunci dalam proses PBL, karena siswa
harus berbagi informasi, pemikiran, dan ide-ide mereka. Ini
membantu dalam pengembangan keterampilan komunikasi,
kerja tim, dan kemampuan untuk mendengarkan sudut pandang
lain.

4) Pembelajaran Mandiri:

205
Dalam PBL, siswa diajak untuk menjadi pembelajar mandiri.
Mereka mengambil peran aktif dalam mencari informasi,
mengelola waktu mereka, dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif. PBL mendorong kemandirian siswa
dalam proses belajar.

5) Refleksi dan Metakognisi:

Siswa diajak untuk merefleksikan proses pembelajaran mereka


secara teratur. Ini melibatkan evaluasi diri, pengenalan kekuatan
dan kelemahan dalam pemecahan masalah, serta perencanaan
untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah di masa
depan. Metakognisi, atau pemahaman diri tentang bagaimana
mereka belajar, juga ditekankan dalam PBL.

6) Pendekatan Kontekstual:

Masalah yang disajikan dalam PBL seringkali memiliki konteks


dunia nyata. Ini membantu siswa melihat relevansi materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga
meningkatkan motivasi dan pemahaman mereka.

7) Panduan oleh Fasilitator:

Meskipun siswa memiliki peran aktif dalam PBL, seorang guru


atau fasilitator tetap hadir untuk memberikan panduan,
mendukung siswa, dan memastikan bahwa proses pembelajaran
berjalan efektif. Fasilitator juga dapat memberikan umpan balik
dan pertanyaan pemicu yang membantu siswa dalam
pemecahan masalah.

Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran


yang dinamis dan menekankan pada pembelajaran yang aktif dan
mendalam. Dalam prakteknya, PBL memungkinkan siswa untuk
mengembangkan berbagai keterampilan intelektual dan sosial yang
akan bermanfaat dalam kehidupan mereka di luar lingkungan
pendidikan formal. Sehingga akan ada pengembangan
keterampilan yang mendalam pada peserta didik seperti halnya
keterampilan dalam berpikir kritis, kerja sama tim, kemandirian dalam
belajar, kemampuan berbicara yang meningkat, dan yang paling

206
penting adalah pengembangan keterampilan pemecahan masalah
itu sendiri.

Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran


yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam
kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini peserta didik
dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman baru. Masalah menjadi fokus
stimulus dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi
fasilitator dan pembimbing. PBL mempunyai banyak variasi,
diantaranya terdapat lima bentuk belajar berbasis masalah,
sebagai berikut.

a. Permasalahan sebagai pemandu, yaitu konsep yang sangat


relevan dalam konteks Problem-Based Learning (PBL) atau
Belajar Berbasis Masalah. Dalam PBL, permasalahan digunakan
sebagai alat atau pemandu utama dalam proses
pembelajaran. Ini berarti bahwa pembelajaran tidak dimulai
dengan penyampaian informasi atau konsep oleh guru, tetapi
dengan penyajian suatu masalah yang harus dipecahkan oleh

207
siswa. Dimana pada basis ini masalah menjadi acuan konkret
yang harus menjadi perhatian pemelajar.
b. Pemelajar sebagai kesatuan dan alat evaluasi, yaitu masalah
dijadikan setelah tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya
memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah. Pemelajar
sebagai kesatuan dan alat evaluasi juga merupakan konsep
yang relevan dalam Problem-Based Learning (PBL) atau Belajar
Berbasis Masalah. Dalam PBL, pemahaman dan kemampuan
siswa dievaluasi sebagai bagian integral dari proses
pembelajaran itu sendiri. Ini berarti bahwa siswa tidak hanya
mengejar jawaban yang benar, tetapi juga mengalami proses
belajar yang mendalam dan evaluasi yang berkelanjutan.
c. Permasalahan sebagai contoh, yaitu permasalahan yang
merujuk pada penggunaan situasi, isu, atau masalah dunia
nyata sebagai titik fokus dalam pembelajaran atau pendidikan.
Ini adalah pendekatan yang digunakan dalam metode
pengajaran seperti Problem-Based Learning (PBL) atau berbagai
metode pembelajaran berbasis kasus. Tujuan utama dari
penggunaan permasalahan sebagai contoh adalah untuk
membuat pembelajaran lebih kontekstual, relevan, dan
mendorong pemahaman yang mendalam tentang materi
pelajaran. Dalam pendekatan ini, masalah dunia nyata atau
situasi dilema menjadi landasan atau dasar dari pembelajaran.
Siswa dihadapkan pada masalah ini dan diberi tugas untuk
menganalisis, memahami, dan mencari solusi.
d. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau
prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru. Proses
pembelajaran akan berlangsung ketika ada masalah yang
dijadikan contoh dan bahan belajarnya itu sendiri.

208
e. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar, yaitu masalah
dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar adalah
konsep yang melibatkan penggunaan permasalahan atau
kasus sebagai alat atau sarana untuk memfasilitasi dan
memandu proses pembelajaran. Dalam konteks ini,
permasalahan digunakan sebagai pemicu untuk memotivasi
siswa, mengarahkan pemikiran mereka, dan memberikan
kerangka kerja untuk eksplorasi, pemecahan masalah, dan
pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran.
f. Permasalahan sebagai stimulus belajar, yaitu masalah
merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan
masalah dan keterampilan metakognitif. Serta Permasalahan
sebagai stimulus belajar didefinisikan sebagai konsep yang
mengacu pada penggunaan masalah, situasi, atau tantangan
sebagai stimulus atau pemicu untuk memulai proses belajar.
Dalam konteks ini, masalah atau situasi yang dihadapi oleh siswa
dijadikan titik awal dalam proses pembelajaran, dan tujuan
utamanya adalah untuk memotivasi siswa, membangkitkan
minat, dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang
materi pelajaran.

Tujuan Belajar Berbasis Masalah

Berdasarkan yang diungkapkan Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel


(1977), mengembangkan model PBL yang menggabungkan
pemecahan masalah medis dengan pembelajaran mandiri. Dalam
model ini, siswa diberi tugas untuk memecahkan masalah medis
tertentu yang dihadapi seorang pasien. Mereka harus bekerja sama
dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan, mencari informasi,
dan merancang solusi. Salah satu aspek penting dari model PBL
mereka adalah bahwa informasi klinis diberikan kepada siswa hanya

209
saat mereka membutuhkannya dalam konteks pemecahan masalah
tertentu, yang disebut dengan "pencarian informasi yang dipicu"
(triggered information seeking).

Menurut Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel (1977, Belajar


Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan
kedisiplinan dan kesuksesan dalam hal:

a. Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan.


b. Aplikasi dan pemecahan masalah dalam situasi yang baru
atau yang akan datang.
c. Pemikiran yang kreatif dan kritis.
d. Adopsi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi.
e. Apresiasi dari beragam cara
pandang.
f. Kolaborasi tim yang sukses.
g. Identifikasi dalam mempelajari
kelemahan dan kekuatan.
h. Kemajuan mengarahkan diri
sendiri.
i. Kemampuan komunikasi yang
efektif.
j. Uraian dasar-dasar atau
argumentasi pengetahuan.
k. Kemampuan dalam kepemimpinan.
l. Pemanfaatan sumber-sumber yang bervariasi dan relevan.

Muslimin Ibrahim (2000:7) Pembelajaran berdasarkan masalah


tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar

210
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang
mandiri. Dari pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa
pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk
perkembangan belajar peserta didik, bukan untuk membantu
guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan
kepada peserta didik saat proses pembelajaran.

Ciri-ciri Belajar Berbasis Masalah

Menurut Arends berbagai pengembangan pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) telah memberikan model
pembelajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah


Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna
untuk peserta didik. Intinya, organisasi pengajaran diawali
dengan pertanyaan atau masalah.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

211
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA,
matematika, ilmu-ilmu
sosial), masalah-masalah
yang diselidiki telah dipilih
benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya,
peserta didik meninjau
masalah itu dari banyak
mata pelajaran.
Mahasiswa memecahkan
masalah yang dihadapi dengan meninjaunya berdasar kaitan
antar bidang ilmu. Makin general permasalahan, kaitan antar
disiplin semakin tinggi.

3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta
didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Dalam hal
sangat diperlu-kan analisis masalah, menyusun hipotesis,
melacak informasi dan sumber, melakukan “eksperimen”,
interpretasi, dan menyimpulkan.

4. Menghasilkan produk dan


memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut peserta
didik untuk menghasilkan
produk tertentu dalam karya
nyata. Produk tersebut bisa

212
berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.
Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah
berupa laporan. Selanjutnya mempamerkan atau menyajikan
hasil karya tersebut.

5. Kolaborasi dan kerja sama


Pada prinsipnya pengajaran dengan model PBL adalah model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran bersdasarkan
masalah dicirikan oleh peserta didik yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil. Kerjasama yang dimaksud dalam hal ini
adalah kerjasama untuk mengembangkan keterampilan sosial
dan keterampilan berfikir melalui inkuiri, dialog, diskusi, dan
sebagainya.

Konsep dan Karakteristik Belajar Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model


pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan
suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah.

Belajar Berbasis Masalah merupakan aktivitas individu dan


kelompok. Apabila dilakukan oleh individu, belajar berbasis
masalah memberikan fasilitas terhadap proses konstruksi
pengetahuan. Jika dilakukan oleh kelompok, konstruksi
pengetahuan dilakukan secara bersama. Belajar Berbasis Masalah

213
memberikan kendali kepada pemelajar untuk belajar sesuai minat
dan perhatiannya.

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat


diterapkan:

1. Guru menginginkan peserta didik untuk menguasai materi


secara penuh.
2. Guru bermaksud mengembangakan pemikiran yang rasional.
3. Guru menginginkan peserta didik untuk memecahkan masalah
dan membuat tantangan intelektual peserta didik.
4. Membuat peserta didik lebih bertanggung jawab.
5. Guru ingin agar peserta didik memahami apa yang dipelajari
dengan kehidupan nyata.

214
Karakteristik belajar berbasis masalah:

1. Belajar dimulai dengan satu masalah, masalah berfungsi


mengembangkan kemampuan,
2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan
dunia nyata peserta didik,
3. Mengorganisasikan pelajaran
seputar masalah, bukan
seputar disiplin ilmu,
4. Memberikan tanggung jawab
yang besar kepada peserta
didik dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung
proses belajar mereka sendiri,
5. Menggunakan kelompok
kecil,
6. Menuntut peserta didik untuk mendemonstrasi-kan yang telah
mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

215
Proses Belajar Berbasis Masalah

216
Kelebihan dan Kekurangan Belajar Berbasis Masalah

Kelebihannya Belajar Berbasis Masalah:

a. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep learning vs


surface learning).
Dalam belajar berbasis masalah, siswa ditekankan untuk
memahami prinsip dan konsep yang mendasari fakta, bukan
sekadar menghafalnya. Ini membantu mereka dalam
memahami dan menerapkan pengetahuan secara lebih
efektif dalam situasi kehidupan nyata.
b. Meningkatkan kemampuan pemelajar untuk berinisiatif.
Karena fokus pada pemecahan masalah, peserta didik akan
lebih termotivasi untuk berinisiatif dalam mencari dan
menerapkan solusi, yang akan berguna dalam kehidupan
profesional dan pribadi mereka.
c. Pengembangan keterampilan & pengetahuan.
Metode ini memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan teori
ke dalam praktek, sehingga meningkatkan keterampilan
analitis, penelitian, dan lain-lain yang terkait dengan materi
yang diajarkan.
d. Pengembangan keterampilan interpersonal & dinamika
kelompok.
Kolaborasi sering diperlukan dalam belajar berbasis masalah,
membantu peserta didik untuk belajar bekerja dalam tim dan
memahami dinamika kelompok.
e. Pengembangan sikap “self-motivated”.

217
Ketika siswa merasa terlibat dan mempunyai tanggung jawab
dalam proses pembelajaran, mereka cenderung menjadi lebih
termotivasi untuk belajar, bahkan di luar ruang kelas.
f. Tumbuhnya hubungan pembelajar-fasilitator.
Karena pendekatan ini lebih kolaboratif, hubungan antara
peserta didik dan fasilitator (guru, dosen, dll) menjadi lebih
kuat, yang memungkinkan proses pembelajaran menjadi lebih
efektif.
g. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan.
Pembelajaran berbasis masalah sering kali lebih menantang,
tetapi juga lebih memuaskan, memungkinkan siswa mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan metode
tradisional.
h. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai peserta didik
Karena lebih terkait dengan kehidupan nyata dan seringkali
lebih interaktif, banyak siswa merasa bahwa metode ini lebih
menarik dan menyenangkan.
i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru
Belajar berbasis masalah seringkali membutuhkan analisis kritis
dan adaptasi terhadap informasi atau situasi baru, kompetensi
yang sangat dihargai di banyak lapangan.
j. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada
peserta didik yang mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
Ini sangat berguna untuk persiapan karir dan kehidupan
pribadi, karena mereka belajar cara mengaplikasikan konsep
dan teori di situasi praktis.

218
k. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta
didik untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
Keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran mendorong rasa
ingin tahu dan minat untuk terus belajar, mempersiapkan
mereka untuk pembelajaran seumur hidup.

Kelemahannya Belajar Berbasis Masalah adalah :

a. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki


kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
Ini bisa mengakibatkan penurunan motivasi dan keengganan
untuk berpartisipasi, yang pada akhirnya mengurangi
efektivitas metode pembelajaran ini. Mendapatkan buy-in dari
peserta didik adalah penting untuk keberhasilan metode ini.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based
Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
Dari menentukan masalah yang tepat hingga merancang
bahan ajar, guru atau fasilitator harus melakukan banyak
pekerjaan sebelumnya. Ini bisa menjadi beban bagi pendidik,
terutama yang sudah sibuk dengan tanggung jawab lainnya.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

219
Jika siswa merasa bahwa masalah yang diajukan tidak relevan
atau penting, mereka bisa kehilangan fokus dan kehilangan
minat dalam materi tersebut.
d. Waktu yang diperlukan untuk implementasi PBL cenderung
lebih banyak dari pembelajaran tradisional.
Karena metode ini memerlukan kolaborasi, diskusi, dan iterasi,
hal ini membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan
metode ceramah atau pembelajaran langsung.
e. Perubahan peran pemelajar yaitu harus aktif & mandiri, bukan
penerima pasif dari informasi yang disampaikan guru.
Beberapa peserta didik mungkin merasa tidak nyaman atau
tidak siap untuk peran yang lebih aktif ini, terutama jika mereka
terbiasa dengan model pembelajaran yang lebih pasif.
f. Perubahan peran guru dari penyaji informasi & otoritas formal
pembimbing & fasilitator, mengakibatkan ketidaknyamanan
bagi guru, apalagi jika guru sudah merasa nyaman & terbiasa
dengan menggunakan ceramah.
Bagi beberapa guru, transisi ini bisa menjadi menantang dan
membutuhkan penyesuaian dalam gaya mengajar serta
pendekatan pedagogis.
g. Perumusan masalah yang baik merupakan hal yang tidak
mudah untuk dilakukan.
Mengidentifikasi atau merancang masalah yang menantang
namun layak dikerjakan, dan yang memperhitungkan
kebutuhan atau tingkat kemampuan siswa, adalah proses
yang kompleks dan membutuhkan pemikiran mendalam.

LATIHAN
220
Buatlah contoh singkat penerapan problem-based learning
dengan materi tertentu!

Jawaban :

221
RANGKUMAN

Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk


pembelajaran yang berlandaskan pada paradigm konstruktivisme,
yang berorientasi pada proses belajar peserta didik (student
centered learning).

Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu


permasalahan (nyata atau simulasi) kepada peserta didik,
kemudian peserta didik diminta mencari pemecahannya melalui
serangkaian penelitian & investigasi berdasarkan teori, konsep,
prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple
perspective).

Dalam Belajar Berbasis Masalah pemelajar akan terlibat sangat


intensif, sehingga motivasi untuk terus belajar & terus mencari tahu
menjadi meningkat. Semakin tinggi juga kebutuhan
pembimbingan yang harus dilakukan oleh guru.

222
TES FORMATIF

Pilihlah dan berikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut
Anda benar!

1. Apa sajakah kekuatan yang dimiliki oleh belajar berbasis


masalah?
a. Pengembangan sikap “self-motivated”.
b. Pencapaian akademik pemelajar diragukan, jika ruang
lingkup bidang ilmu yang lebih dipentingkan daripada
ketrampilan belajar & berpikir.
c. Waktu yang diperlukan untuk implementasi PBL cenderung
lebih banyak dari pembelajaran tradisional.
d. Perubahan peran pemelajar yaitu harus aktif & mandiri,
bukan penerima pasif dari informasi yang disampaikan guru.
e. Perumusan masalah yang baik merupakan hal yang tidak
mudah untuk dilakukan.

2. Apa sajakah kelemahan dari belajar berbasis masalah?

223
a. Meningkatkan kemampuan pemelajar untuk berinisiatif.
b. Pengembangan ketrampilan & pengetahuan.
c. Pengembangan ketrampilan interpersonal & dinamika
kelompok.
d. Perubahan peran guru dari penyaji informasi & otoritas
formal pembimbing & fasilitator, mengakibatkan
ketidaknyamanan bagi guru, apalagi jika guru sudah
merasa nyaman & terbiasa dengan menggunakan
ceramah.
e. Tumbuhnya hubungan pemelajar-fasilitator

3. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai


pemandu?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan
diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi
pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi
perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan
masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar
dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar
dan berpikir kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan
keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.

224
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep
atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.

4. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai


contoh?
a. masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan
diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi
pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi
perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan
masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar
dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar
dan berpikir kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan
keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep
atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.
5. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai fasilitas
proses belajar?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan
diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi
pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi
perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan
masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar
dalam mengerjakan tugas.

225
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar
dan berpikir kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan
keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep
atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.
6. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai stimulus
belajar?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan
diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi
pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi
perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan
masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar
dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar
dan berpikir kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan
keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep
atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.

7. Apakah yang dimaksud dengan pemelajar sebagai kesatuan


dan alat evaluasi?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan
diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi

226
pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi
perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan
masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar
dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar
dan berpikir kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan
keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data yang
berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.
Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep
atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.

8. Berdasarkan Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel (1977), Belajar


Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan kedisiplinan dan kesuksesan dalam hal?
a. Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan
b. Pengembangan ketrampilan & pengetahuan
c. Pengembangan ketrampilan interpersonal & dinamika
kelompok
d. Tumbuhnya hubungan pemelajar-fasilitator
e. Pengembangan sikap “self-motivated”.

227
9. Berikut adalah hal yang bukan strategi pembelajaran dengan
pemecahan masalah adalah?
a. Manakala guru mengininkan kemampuan peserta didik
untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan
intelektual peserta didik.
b. Jika guru ingin mendorong peserta didik untuk lebih
bertanggung jawab.
c. Jika guru ingin agar peserta didik memahami hubungan
antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam
kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
d. Manakala guru menginginkan agar peserta didik tidak
hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan
tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
e. Jika guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.

10. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok adalah proses


belajar berbasis masalah yang termasuk sebagai fase?
a. Fase 1 d. Fase 4
b. Fase 2 e. Fase 5
c. Fase 3

Periksa jawaban Anda dan cocokkan dengan kunci jawaban.


Apabila Anda memperoleh nilai lebih dari 70, silakan melanjutkan ke
materi belajar selanjutnya.
Apabila Anda memperoleh nilai dibawah 70, Anda bisa mempelajari
kembali materi Problem Based Learning.

228
DAFTAR PUSTAKA

http://guraru.org/guru-berbagi/apa-itu-problem-based-learning/

Siregar, Eveline dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.


Jakarta: UNJ

“Problem-based Learning”, (di akses dari


https://en.wikipedia.org/wiki/Problem-based_learning,
tanggal 21 November 2017).

“Pengertian dan Langkah Model Pembelajaran Problem Based


Learning”, (di akses dari
https://suaraguru.wordpress.com/2015/11/27/virtual-class-
sebagai-sarana-belajar-mandiri/, tanggal 21 November
2017).

https://www.wawasanpendidikan.com/2016/01/Pengertian-Ciri-
Ciri-Langkah-Langkah-dan-Kelebihan-serta-Kekurangan-
Model-Pembelajaran-Problem-Based-Learning.html

229
230

Anda mungkin juga menyukai